Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENDIDIKAN BURHANUDDIN AZ-ZARNUJI


Untuk memenuhi tugas mata kuliah pemikiran Pendidikan islam
Dosen pengampuh Dr Ida Rosyida,M.Ag.

Disusun oleh :
Rosdiyana ( 2021110029 )
Ahmad Fauzi (2021110029)
Dasam Syamsudin (2022110030)

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (YAPATA) AL-JAWAMI
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah atas berkat rahmatNya serta puji dan syukur mari kita panjatkan
kehadiran Allah SWT, yang mana telah mencurah limpahkan nikmat dan karuniaNya kepada
kita. Sholawat dan salam tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada para
keluarganya, para sahabatnya, para tabiit dan tabiat, dan semoga sampai kepada kita pengikut
Ajaran agamaNya.
Kami dari kelompok 8, Alhamdulillah telah menyelesaikan makalah mengenai
“PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM ” sebagai bentuk pemenuhan tugas kelompok mata
kuliah Pembangunan Berbasis Masyarakat yang diampu oleh Pak Dr. Aep Saepuloh, M.Si.
Kami menghaturkan terima kasih kepada rekan-rekan yang sudah turut membantu
dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat selesai sesuai dengan baik. Besar
harapan kami makalah ini dapat memberikan manfaat sebagain sumber rujukan ilmu
pengetahuan Sosiologi khususnya. Dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan didalamnya, maka dari itu segala bentuk saran dan kritik yang
membangun sangat dibutuhkan untuk dijadikan sebagai acuan pembelajaran yang lebih baik
dikemudian hari.

Bandung, 6 Nofember 2022

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................3
A. Biografi Burhanuddin az-Zarnuji Dan Ahmad Dahlan..................................................................3
B. Pemikiran Pendidikan Burhanuddin Az-Zarnuji dan Pemikiran Pendidikan Ahmad Dahlan........3
C. Implikasi Pemikiran Burhanuddin Az-Zarnuji dalam Pendidikan Analisis Pemikiran Pendidikan
Para Tokoh Islam Indonesia KH. Ahmad Dahlan..........................................................................4
D. Analisis Pemikiran Pendidikan Para Tokoh Islam Indonesia KH. Ahmad Dahlan.........................5
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................7
A. KESIMPULAN...............................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sarana strategis untuk meningkatkankualitas suatu bangsa, oleh
karenanya kemajuan suatu bangsa dankemajuan pendidikan adalah suatu determinasi,
kemajuan beberapanegara di dunia ini merupakan akibat perhatian mereka yang besar
dalammengelolah sektor pendidikan. Namun tidak jarang pendidikan itu sendirisenantiasa
diwarnai oleh berbagai permasalahan yang tentunya tidakhabis-habisnya, hal ini disamping
karena adanya perubahan orientasi dantuntutan kehidupan umat manusia juga karena
kemajuan teknologi.
Ketika masalah pendidikan telah dipecahkan atau diselasaikan,maka akan timbul lagi
masalah pendidikan yang baru dengan bobot danvolume yang berbeda dengan masalah yang
sebelumnya.
Dengan kondisi tersebut maka muncul pemerhati atau pecintapendidikan untuk
menawarkan solusinya yang dianggap paling tepat.Solusi tersebut terkadang menunjukkan
hasil yang membanggakan, danterkadang hanya berjalan di tempat, atau semakin menambah
bebanpermasalahan.
Dalam dunia pendidikan Islam, kosep-konsep pendidikan yangdikemukakan oleh para
ahli pendidikan akan banyak ditemukan, mulaidari konsep-konsep yang klasik sampai
sifatnya kontemporer, mulai daritingkatan kegiatan pendidikan yang dasar sampai tingkat
perguruantinggi, semua itu dilakukan karena ingin melihat masyarakat Islam itutumbuh dan
berkembang secara sempurnah (menjadi insan kamil). Islamsebagai salah satu agama yang
memberikan spirit bagi persolan inimenjadi pemicu kenapa tokoh-tokoh pendidikan
memberikan koseptentang pendidikan, khususnya pendidikan agam Islam, sehingga apa yang
di tetapkannya itu baik berupa kurikulum, tujuan, guru, metodemaupun yang lainnya selalu
berdasar dan selalu disandarkan pada misiajaran agama tersebut.Kalau kita melirik sejarah
peradaban ummat Islam maka akanditemukan bahwa memang betul bahwa pendidikan Islam
pernahmengalami kemajuan pada masa kejayaan Islam, namun hal itu bukanberarti bahwa
pendidikan Islam itu terhenti pada masa itu saja,pendidikan Islam akan mengalami regenerasi
yang di harapkan mampumenandingi lagi kemajuan pendidikan yang pernah dicapai
sebelumnya.Walaupun sekarang dunia pendidikan Islam mengalami kemundurun
jikadibandingkan dengan dunia pendidikan non Islam.
Tapi bukan berartibahwa kejayaan dunia pendidikan tidak bisa lagi dicapai, yang
terpentingsekarang adalah kemauan, bukankah Islam memiliki kosep tetangpendidikan yang
sangat menggelobal.
Dengan demikian bertolak dari persolan tersebut maka dalamtulisan ini akan
diuraikan kembali konsep-konsep pendidikan yang dikemukakan oleh tokoh pendidikan
Islam, Salah satunya yaitu SeykhBurhanuddin Az-Zarnuji (Pengarang Kitab Ta‟lim
almuta‟allim). Tulisan ini lebih jelasnya menguraikan konsep pendidikan Az-Zarnuji secara

1
global kemudian di analisis dan pendekatan kontempotersehingga di harap dapat memberikan
sumbangsih dalam dunia pendidian .
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah biografi Burhanuddin az Zarnuji dan Ahmad Dahlan ?
2. Bagaimanakah Pemikiran Pendidikan Burhanuddin Az-Zarnuji dan Pemikiran Pendidikan
Ahmad Dahlan?
3. Implikasi Pemikiran Burhanuddin Az-Zarnuji dalam Pendidikan Analisis Pemikiran
Pendidikan Para Tokoh Islam Indonesia KH. Ahmad Dahlan?
4. Apa Analisis Pemikiran Pendidikan Para Tokoh Islam Indonesia KH. Ahmad Dahlan

C. Tujuan Penulisan
1. Memaparkan biografi Burhanuddin az Zarnuji dan Ahmad Dahlan.
2. Memaparkan pemikiran Burhanuddin az-Zarnuji. dan Ahmad Dahlan.
3. Menjelaskan konsep pemikiran Burhanuddin az zarnuji mengenai pendidikan. dan Ahmad
Dahlan.
4. Menjelaskan Analisis Pemikiran Pendidikan Para Tokoh Islam Indonesia KH. Ahmad Dahlan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Burhanuddin az-Zarnuji Dan Ahmad Dahlan


Nama lengkapnya adalah Burhanuddin al-Islam az-Zarnuji. Di kalangan ulama belum
ada kepastian mengenai tanggal kelahirannya. Adapun mengenai kewafatannya, setidaknya
ada dua pendapat yang dikemukakan disini. Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa
BUrhanuddin az zarnuji wafat pada tahun 591 H/1195 M. sedangkan pendapat yang kedua
mengatakan bahwa ia wafat pada tahun 840 H/1243 M. sementara itu ada pula pendapat yang
mengatakan bahwa Burhanuddin hidup semasa dengan Rida ad Din an-Naisaburi yang hidup
antara tahun 500-600 H.1
Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah seorang ulama’, tokoh pendidikan, dan juga
merupakan pahlawan perjuangan sebelum kemerdekaan. Beliau adalah seorang revolusioner
pada saat itu dalam bidang agama dan pendidikan. Meskipun dia bukan berasal dari kalangan
terpelajar tapi ide-ide cemerlangnya mampu membawa rakyat Indonesia ke arah perubahan.
Sebagai salah satu contoh, beliau merubah sistem pendidikan di Indonesia, yang semula
hanya ada pendidikan gubernemen milik pemerintah Hindia-Belanda dan pendidikan agama
di madrasah-madrasah. Kemudian dia mempunyai gagasan untuk memadukan antara
pendidikan agama dengan sistem pendidikan gubernemen.2
B. Pemikiran Pendidikan Burhanuddin Az-Zarnuji dan Pemikiran Pendidikan Ahmad
Dahlan
Pemikiran Pendidikan Az-Zarnuji Pendidikan dalam Islam memiliki makna sentral
dan berarti prosespencerdasan secara utuh, as a whole, dalam rangkamencapai
Sa’adatuddarain, kebagiaan dunia akhirat, atau keimbanganmeteri dan religiuous-spiritual.
Salah satu ajaran dasar Nabi adalahintelektualisasi total, yakni proses penyadaran kepada
umat dalamberbagai dimensi kehidupan (Wajadilhum billati hia ahsan :Qur‟an, 16: 125 )Di
dalam karangan Az-Zarnuji yang terkenal “Ta’lim al-muta’allim

1. Pengklasifikasian Ilmu

Sesuai dengan hadis Nabi SAW yang mengatakanbahwa

”Menuntut ilmu itu wajib hukumnya bagi setiap muslim danmuslimah”

maka secara garis besar syekh Az-Zarnuji menganjurkan agarkiranya setiap individu selalu
dan senantiasa menuntut ilmu tanpaterkecuali, akan tetapi walaupun demikian Az-Zarnuji
secara garis besarmengklasifikasikan hukum mempelajari ilmu tersebut, sehingga dalamhal
ini ada 2 penjelasan Az-Zarnuji tentang persolan ini, dan tentunyahal tersebut di lihatnya
dalam berbagai aspek.

Pertama

1 Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam; Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2003), hlm. 103.
2 Karel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah: Pendidikan Sekolah dalam Kurun Moderen (Jakarta:
LP3ES, 1996), hal. 54.

3
, ilmu yang sifatnya fardu „Ain,

yaitu ilmu-ilmu yangsetiap muslim-muslimah secara individu wajib mempelajarinya


danmenguasainya, dan tidak dapat diperwakilkan oleh siapa pun jugakecuali dirinya sendiri,
dalam kaitannya dengan hal ini maka barangsiapa yang tidak mengerjakanya atau
mempelajarinya berarti telahberdosa pada sang pencipta tuhan yang maha esa. Ilmu-ilmu
yang

dianggap fardu „Ain tersebut oleh Az-Zarnuji adalah seperti Ilmu fiqhdan ilmu ushul (dasar-
dasar agama). Atau dengan kata lain seluruhyang ada hubungannya dengan ihwal manusia
dan kewajiban-kewajiban dalam kesehariannya maka wajib hukumnya
mempelajarinya,mislanya, sholat, teori-teori bekerja dan bermasyarakat dan lainsebagainya.
Sebagaimana dikatakan bahwa ilmu yang lebih utamaadalah ilmu yang akan di amlkan.

Kedua

ilmu yang sifatnya fardu kifayah, yaitu ilmu-ilmu yangstiap Islam tidak di wajibkan secara
individu, jika suda ada seseorangyang mempelajarinya berarti kewajiban bagi muslim dan
muslimahyang lain telah gugur, akan tetapi jika tidak ada yang mempelajarinyaatau
menguasainya berarti seluruh muslimin dan muslimah dalamwilayah (komunitas)
tersebuttelah melalaikan kewajiban. Ilmu-ilmutersebut diantaranya adalah ilmu pengobatan,
ilmu astronomni danGeorafis dan sebagainya

C. Implikasi Pemikiran Burhanuddin Az-Zarnuji dalam Pendidikan Analisis Pemikiran


Pendidikan Para Tokoh Islam Indonesia KH. Ahmad Dahlan
Konsep pendidikan Islam Syaikh Burhanuddin Az-Zarnuji yang tertuang dalam kitab
Ta’limul Muta’allim tercermin paradigma pendidikan zaman klasik yang menampakkan
perbedaan agak mencolok dengan Muhammadiyah, ini dapat dilihat dari pemikiran-
pemikiran Syaikh Burhanuddin Az-Zarnuji sebagai berikut Pertama, menurut Syaikh
Burhanuddin Az-Zarnuji ilmu adalah media untuk mencapai derajat takwa kepada Allah
SWT. Hal ini diperkuat oleh pernyataan imam Abu Hanifah bahwa belajar ilmu fiqih
dimaksudkan untuk memahami hakikat diri sendiri sehingga mempelajari ilmu sekaligus
berarti mengamalkannya. Pengetahuan seseorang akan ketentuan hukum-hukum yang
menjelaskan sesuatu itu benar atau dengan demikian menjadi sangat penting. Sebagai
konsekuensinya ia harus konsisten dengan apa yang dianggap sebagai kebenaran dalam
perilaku kehidupannya. Kedua, berkaitan dengan klasifikasi mata pelajaran, menurut Syaikh
Burhanuddin Az-Zarnuji sesuai dengan madzhab Hanafiyah, mata pelajran terbagi kedalam
dua kategori, yaitu wajib (fardhu ‘ain), dan pilihan (fardhu kifayah). Sementara dalam
pandangan syafi’iyah mata pelajaran itu diklasifikasikan kedalam mata pelajaran keagamaan
(syar’i) dan mata pelajaran keagamaan (ghair syar’i), mata pelajaran golongan kedua ini
meliputi mata pelajaran yang dilarang (haram), yang dibenci (makruh), dan yang
diperbolehkan (mubah). Dalam pada itu mata pelajaran keagamaan terdiri dari yang
diharuskan (fardu ‘ain), yang pilihan (fardu kifayah), dan yang disarankan. Ketiga,
Berkenaan dengan metode belajar bagi Syaikh Burhanuddin Az-Zarnuji belajar dimaksudkan
untuk mengembangkan kemampuan, mental, memori dan intelek, ia mendudukan
kepentingan menghafal secara gradual, disatu pihak juga menekankan perlunya diskusi
4
(munakosah) dan dialog (muhawarah), dimana metode-metode tersebut dapat dipraktekan
sesuai dengan karakter materi pelajaran sehingga mencapai pemahaman yang baik dilain
pihak. Baginya memahami dua kata lebih baik daripada menghafal dua buku bacaan,
sebaliknya dikalangan syafi’iyah dalam hal ini diwakili oleh Ibn Jam’ah sistem pengulangan
lebih ditekankan daripada pemahaman. Sangat terbiasa seorang murid menghafal sejumlah
materi yang sangat banyak tetapi kurang memahaminya. Demikianlah pemikiran Syaikh
Burhanuddin Al-Zarnuji mengenai pendidikan yang dituangkan dalam ke- 13 pasal yang
tertuang dalam kitab ta’limul muta’allim. Sementara pemikiran pendidikan Islam K.H.
Ahmad Dahlan dengan menawarkan konsep baru yang bertolak pada pemahaman hakikat
manusia secara utuh. Pendidikan seyogyanya melahirkan manusia-manusia tangguh yang siap
menghadapi problema masa depan. Untuk itulah, K.H. Ahmad Dahlan membuat alternatif
baru yaitu dengan memadukan sistem pendidikan pribumi atau pesantren dengan sistem
pendidikan kolonial yang sesuai dengan ajaran Islam. Hasilnya, terbentuk sistem
pembelajaran yang tidak hanya mencekoki peserta didik dengan satu cabang ilmu melainkan
mengombinasikan ilmu umum dan ilmu agama. Pendidikan Islam yang bercorak integralistik
adalah suatu sistem pendidikan yang melatih perasaan murid-murid dengan cara sebegitu
rupa sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan dan pendekatan mereka terhadap
segala jenis pengetahuan, merek dipengaruhi sekali oleh nilai spiritual dan sangat sadar akan
nilai etis Islam. Meski ide ini telah klasik namun tetap menarik perhatian, sebab
merealisasikan ke tataran praksis selalu tidak mudah. Setelah pembaharuan pendidikan
berlangsung hampir satu abad pendidikan Islam (juga Muhammadiyah) masih tampak
menonjol. Suatu dualitas budaya muncul di mana-mana di dunia Muslim, suatu dualitas
dalam masyarakat yang berasal dari sistem pendidikan ganda; sistem pendidikan Islam
tradisional, dan sistem pendidikan sekuler modern melahirkan tokohtokoh sekuler. Dengan
demikian, proses pencarian sistem pendidikan integralistik harus dilakukan secara terus-
menerus sebangun dengan akselerasi perubahan sosial dan temuantemuan inovatif
pendidikan. Di Muhammadiyah, langkah ke arah itu masih terus berlangsung yaitu dengan
membangun sekolah-sekolah alternatif atau kemudian dikenal dengan sekolah unggulan. Satu
dekade terakhir ini virus sekolah unggul benar-benar menjangkiti seluruh warga
Muhammadiyah. Lembaga pendidikan Muhammadiyah mulai Taman Kanak-kanak,hingga
Perguruan Tinggi berpacu dan berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas pendidikan
untuk menuju pada kualifikasi sekolah unggul. Sekarang ini hampir di semua daerah
kabupaten atau kota terdapat sekolah unggul Muhammadiyah, terutama untuk tingkat TK dan
Sekolah Dasar. Sekolah yang dianggap unggul oleh masyarakat sehingga mereka
menyekolahkan anak-anak di Muhammadiyah pada umumnya ada dua tipe; sekolah model
konvensional tetapi memiliki mutu akademik yang tinggi, atau sekolah model baru dengan
menawarkan metode pembelajaran mutakhir yang lebih interaktif sehingga memiliki daya
panggil luas.
D. Analisis Pemikiran Pendidikan Para Tokoh Islam Indonesia KH. Ahmad Dahlan
Pendidikan merupakan suatu bagian terpenting dalam proses perkembangan suatu
bangsa. Munculnya tokoh pemikir yang peduli terhadap pendidikan bangsa Indonesia
menjadi faktor pendorong pergerakan nasional di Indonesia. Ahmad Dahlan salah satu tokoh
yang peduli terhadap pendidikan bangsa Indonesia. Dia melihat terdapat perbedaan antara

5
sistem pendidikan kolonial Belanda dan sistem pendidikan Islam tradisional yang
berpusatkan di pondok pesantren sehingga berkembang dualisme dalam sistem pendidikan di
Indonesia. Melihat perbedaan pendidikan yang terjadi pada saat itu maka timbulah ide dari
Ahmad Dahlan untuk melakukan pembaharuan. Dalam melakukan pembaruan Ahmad
Dahlan tidak hanya mendirikan sekolah, tetapi ikut membantu mengajar ilmu keagamaan di
sekolah lain.

Merasa prihatin terhadap perilaku masyarakat Islam di Indonesia yang masih mencampur-
baurkan adat istiadat yang jelas-jelas bertentangan dengan ajaran umat islam, inilah yang
menjadi latar belakang pemikiran Ahmad Dahlan untuk melakukan pembaruan, yang juga
melatar belakangi lahirnya Muhammadiyah. Pemikiran Ahmad Dahlan tentang pendidikan
Islam dapat dikatakan sebagai awal kebangkitan pendidikan Islam di Indonesia. Gagasan
pembaruannya sempat mendapat tantangan dari masyarakat waktu itu, terutama dari
lingkunagan pendidikan tradisional. Kendati demikian, bagi Dahlan, tantangan tersebut bukan
merupakan hambatan, melainkan tantangan yang perlu dihadapi secara bijaksana. Arus
dinamika pembaharuan terus mengalir dan bergerak menuju kepada berbagai persoalan
kehidupan yang semakin kompleks. Dengan demikian, peranan pendidikan Islam menjadi
semakin penting dan strategis untuk senantiasa mendapat perhatian yang serius. Hal ini
disebabkan, karena pendidikan merupakan media yang sangat strategis untuk mencerdaskan
umat.

Gerakan organisasi sosial keagamaan di Indonesia memiliki peran yang sangat penting. Salah
satu diantaranya adalah persyarikatan Muhammadiyah yang dibangun oleh Ahmad Dahlan.
Muhammadiyah memiliki tridimensi gerakan yakni keIslaman, dakwah dan pembaharuan.
Muhammadiyah terbukti mampu menyentuh semua bidang kehidupan, dan mendapat simpati
banyak orang, sehingga tidak heran jika ormas ini untuk selanjutnya mendulang jumlah
anggota yang selalu menunjukkan grafik naik pada tiap tahunnya.

Praktek keagamaan masyarakat saat itu yang dianggap menyimpang dari nilai-nilai Islam
seperti praktek takhayul, bid’ah dan khurafat,maka Ahmad Dahlan berusaha mendobrak dan
memerangi kemapanan tradisi yang sudah berurat akar dalam masyarakat tersebut dengan
meniscayakan adanya tajdid (pembaruan) sebagai soko guru gerakannya. Corak pemikiran
Islam dari Ahmad Dahlan pada umumnya berkisar pada penekanan praktik Islam salaf
sebagai kritik atas Islam tradisional (taqlid) yang bercorak sinkretis karena pengaruh adat
istiadat lokal. Dengan kata lain, singularitas Islam direkonstruksi lagi menjadi Islam
sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, pembaruan dalam Muhammadiyah berarti
memperbarui pemahaman (Islam) dengan kembali kepada keaslian Islam

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam proses belajar mengajar Burhanuddin al-Zarnuji menjelaskan bahwa;
hubungan seorang guru dengan muridnya harus memiliki kepribadian yang baik, memelihara
diri dari hal-hal yang syubhat, tidak banyak tertawa dan berbicara dalam hal yang tidak ada
faedahnya. Seorang guru kepada muridnya harus bersifat rendah hati (tawadu) dan menjauhi
sifat sombong yang arogan. Guru juga harus memiliki sifat lemah lembut dan kasih sayang
dalam mendidik anak didiknya. Langkah ini harus dilakukan guru agar anak tidak berpaling
darinya. Seorang guru harus memiliki strategi dalam mengajar, yaitu mengarahkan anak
kepada yang benar dan mereka dicegah dari hal-hal yang menyalahinya.
Mengingat pendidikan sebagai kerja yang memerlukan hubungan yang erat antara dua
pribadi, yaitu guru dan murid, maka Burhanuddin alZarnuji memandang pentingnya
hubungan guru dan murid, mengingat keberhasilan pendidikan itu sangat ditentukan oleh
hubungan tersebut. Menurutnya, hubungan guru dan murid haruslah hubungan kasih sayang,
dalam pengertian: kasih sayang dan lemah lembut dalam pergaulan serta kasih sayang dan
lembut dalam hubungannya dengan metode belajar.
Dalam telaah pembahasan ini, penulis menekkankan dua aspek, yaitu keseimbangan
antara pendidikan intelektual dan moral yang memungkinkan untuk diaplikasikan dalam
konteks sekarang. Penekanan Burhanuddin al-Zarnuji terhadap pendidikan intelektual dan
moral adalah bisa menjadi jawaban terhadap krisis yang dialami dunia Pendidikan modern
yang lebih menekankan aspek intelektual. Dengan penekanan pada dua aspek ini, berarti
pendidikan bagi beliau bukan sebuah proses yang akan menghasilkan spesialis, melainkan
proses yang akan menghasilkan individu yang baik, yang akan menguasai berbagai bidang
studi secara integral dan koheran yang mencerminkan pandangan hidup Islam.

7
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam; Seri Kajian Filsafat Pendidikan
Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003),
Karel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah: Pendidikan Sekolah dalam Kurun
Moderen (Jakarta: LP3ES, 1996),

Anda mungkin juga menyukai