Anda di halaman 1dari 7

 Biografi Syekh Nawawi Al-Bantani

Abu Abdul Mu‟ti Muhammad bin Umar bin Ali al-Tanara


al-Jawi al-Bantani asy-Syafi‟i alAsy‟ari.
Ulama yang lahir di Kampung Tanara, sebuah desa kecil
di kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Propinsi
Banten. Lahir dengan nama Abû Abdul Mu’ti Muhammad
Nawawi bin ‘Umar bin ‘Arabi.1230 H atau 1813 M, wafat
di Mekah pada tanggal 25 syawal 1314 H/ 1897 M. Tapi
ada pula yang mencatat tahun wafatnya pada tahun 1316
H/ 1899 M. Makamnya terletak di pekuburan Ma'la di
Mekah. Makam beliau bersebelahan dengan makam anak
perempuan dari Sayyidina Abu Bakar al-Siddiq, Asma
binti Abû Bakar al-Siddîq. Menurut pelacakan geneologi, Syekh Nawawi adalah keturunan yang
ke 12 dari Maulana Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati Cirebon), yaitu keturunan dari
putera Maulana Hasanuddin (Sultan Banten I) yang bernama Sunyararas (Tajul ‘Arsy).
Nasabnya bersambung dengan Nabi Muhammad SAW melalui Imam Ja‟far ash-Shiddiq,
Imam Muhammad al-Baqir Imam „Ali Zainal Abidin, Sayyidina Husain, Fatimah
AzZahra.Ibunya adalah Jubaidah asal Tanara. Syekh Nawawi merupakan anak tertua dari empat
bersaudara laki-laki yaitu Ahmad, Said, Tamin, Abdullah, dan dua saudara perempuan, Syakila
dan Syahriya.
Saat Syekh Nawawi lahir, kesultanan Cirebon yang didirikan Sunan Gunung Jati pada
tahun 1527 M sedang berada dalam periode terakhir, di ambang keruntuhan. Raja saat itu, Sultan
Rafiudin, dipaksa oleh Gubernur Raffles untuk menyerahkan tahta kekuasaan kepada Sultan
Mahmud Syafiudin, dengan alasan tidak dapat mengamankan negara.

 Pendidikan Syekh Nawawi Al Bantani


Awal perjalanan intelektual Syekh Nawawi dimulai saat dia berumur 5 tahun yang
langsung belajar dibawah asuhan ayahandanya Bersama-sama saudara kandungnya, Syekh
Nawawi mempelajari tentang pengetahuan dasar bahasa Arab, fiqih, tauhid, al-Quran dan tafsir.
Ketika berumur 8 tahun dimulailah pengembaraannya untuk mencari ilmu di Jawa Timur,
setelah 3 tahun belajar di Jawa Timur dia melanjutkan ke salah satu pondok di daerah Cikampek
(Jawa Barat) untuk mendalami Lughoh (bahasa). Tidak lama belajar disana dia dipercaya untuk
mengasuh pondok yang telah dirintis oleh ayahnya, di usianya yang masih relatif muda.
Di usia beliau yang belum lagi mencapai 15 tahun, Syaikh Nawawi telah mengajar
banyak orang. Sampai kemudian karena karamahnya yang telah mengkilap sebelia itu, beliau
mencari tempat di pinggir pantai agar lebih leluasa mengajar murid-muridnya yang kian hari
bertambah banyak. Pada usia 15 tahun beliau menunaikan haji dan berguru kepada sejumlah

Pemikiran Kalam Syekh Nawawi Al Bantani Hal. 1


ulama terkenal dan yang paling berpengaruh adalah Syaikh Sayyid Ahmad Nahrawi, Syaikh
Junaid Al-Betawi dan Syaikh Ahmad Dimyati, ulama terkemuka di Mekah. Lewat ketiga Syaikh
inilah karakter beliau terbentuk. Selain itu juga ada dua ulama lain yang berperan besar
mengubah dalam pikirannya, yaitu Syaikh Muhammad Khâtib dan Syaikh Ahmad Zaini Dahlan,
ulama besar di Madinah.
Puncak hubungan Indonesia (orang-orang Melayu) dengan Mekkah terjadi pada abad 19
M. Karena, pada saat itu banyak sekali orang Indonesia yang belajar di Mekkah. Bahkan, tidak
sedikit diantara mereka diberi kesempatan mengajar di Masjidil Haram, seperti Syekh Nawawi
Al-Bantani, Syekh Mahfuzh Al-Turmusi asal Tremas Pacitan, Syekh Ahmad Khatib Al-
Minankabawi asal Minangkabau, Syekh Muhtaram asal Banyumas, Syekh Bakir asal Banyumas,
Syekh Asyari asal Bawean, dan Syekh Abdul Hamid asal Kudus.
Adapun yang mewarnai pemikiran pendidikan Syekh Nawawi yakni,
pertama, latar belakang pendidikan agama seperti pesantren, pengetahuan agama beliau selalu
mengutip al-Qur‟an dan as-Sunnah, dan riwayat-riwayat lain beserta perawinya serta terdapat
ulama terkemuka.
Kedua, peran guru-gurunya juga mewarnai pemikiran dan kepribadiannya. Dari sekian banyak
guru, yang sangat berpengaruh dalam pemikirannya adalah Syekh Sayyid Ahmad Dimyati.
Ketiga, madzhab Syafi‟i dan tarekat Qadiriyah.
Keempat, perkembangan pemikiran pada saat Syekh Nawawi berkecimpung dalam dunia
akademik, hal ini terlihat dari seringnya beliau mengutip pendapat pemikir abad klasik dan
pertengahan, namun beliau juga dipengaruhi abad modern (1800 M.) seperti konsep pendidikan
adalah sebagai ibadah sebagai reformasi sosial.
Syekh Nawawi Albantani mempunyai beberapa karomah antara lain saat beliau menulis
syarah kitab bidayatul hidayah (karya imam ghozali) lampu minyak beliau padam, padahal saat
itu sedang dalam perjalanan daengan unta dijalan pun beliau tetap menulis. Beliau berdoa, bila
kitab ini dianggap penting dan bermanfaat untuk kaum muslimin, mohon kepada Allah SWT
memberikan sinar agar bisa untuk melanjutkan menulis. Tiba-tiba jempol kaki beliau
mengeluarkan api, bersinar terang dan beliau meneruskan menulis syarah tersebut hingga selesai.
bekas api itupun membekas pada jempol beliau, dan ketika pemerintah hijaz memanggil beliau
untuk dijadikan tentara ternyata beliau ditolak karena ada bekas api pada jempol beliau.

 Pengaruh Pemikiran Syekh Nawawi Al-Bantani


Nama Syekh Nawawi Al-Bantani sudah tidak asing lagi di kalangan umat Islam
Indonesia. Bahkan kebanyakan orang-orang menjulukinya sebagai Imam Nawawi kedua.
Melalui karya-karyanya yang tersebar di pesantren-pesantren tradisional yang sampai sekarang
masih banyak dikaji, nama kyai asal Banten ini seakan-akan masih hidup dan terus menyertai
umat memberi wejangan ajaran Islam yang menyejukkan.

Pemikiran Kalam Syekh Nawawi Al Bantani Hal. 2


Di setiap majlis ta’lim karyanya selalu dijadikan rujukan utama dalam berbagai ilmu, dari
ilmu tauhid, fiqih, tasawuf sampai tafsir. Dikalangan komunitas pesantren Syekh Nawawi tidak
hanya dikenal sebagai penulis kitab, akan tetapi sebagai mahaguru sejati (The Great Scholar).
Nawawi telah banyak berjasa meletakkan landasan theologis dan batasan-batasan etis tradisi
keilmuan di lembaga pendidikan pesantren. Ia turut banyak membentuk keintelektualan tokoh-
tokoh para pendiri pesantren.
Diungkapkan oleh Azumardi Azra yang dikutip oleh Maragustam bahwa Syekh Nawawi
sebagai ulama yang tidak saja mumpuni dalam bidangnya, tapi juga disegani baik dikalangan
dunia intelektualisme Indonesia maupun di kalangan dunia Timur Tengah dan Internasional
umumnya.
Disebutkan dalam buku tersebut bahwa Syekh Nawawi mempunyai tiga posisi utama
yang membuat namanya diperhitungkan banyak kalangan.
Pertama, sebagai ulama yang sangat produktif dalam menulis dan mempunyai banyak karya,
bahkan ada yang bilang sampai ratusan judulnya bukunya.
Kedua, Syekh Nawawi merupakan salah satu pusat jaringan ulama dan pesantren. Ini dapat
dilihat dari sejarahnya dia belajar di Mekkah kemudian tidak sedikit orang yang berguru
kepadanya, Di sinilah dia menjadi semacam puncak dari sumber tradisi pesantren.
Ketiga, Syekh Nawawi adalah ulama jawi yang bermukim di Mekah dan mendapatkan banyak
ilmu serta pengakuan dari dunia internasional.
Ada sekitar 200 orang yang hadir setiap kali Syekh Nawawi Al-Bantani mengajar di
Masjidil Haram. Ketika itu Masjidil Haram menjadi satu-satunya tempat favorit, semacam
kampus favorit dalam istilah sekarang, di Tanah Suci. Yang menjadi murid Syekh Nawawi tidak
hanya orang Indonesia, namun para pelajar dari berbagai negara.
Selama mengajar, Syekh Nawawi dikenal sebagai seorang guru yang komunikatif,
simpatik, mudah dipahami penjelasannya dan sangat mendalam keilmuan yang dimiliki. Dia
mengajar ilmu fiqih, ilmu kalam, tashawuf, tafsir, hadits dan bahasa Arab. Di antara muridnya di
Arab Saudi yang kemudian menjadi tokoh pergerakan setelah kembali ke tanah air adalah KH.
Hasyim Asyari (pendiri NU), KH. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), Thahir
Jamalauddin (Singapura), Abdulkarim Amrullah (Sumatera Barat), Syekhana Chalil
(Bangkalan), KH. Asyari (Bawean), KH. Tb. Asnawi (Caringin Banten), KH. Ilyas (Kragilan
Banten), KH. Saleh Darat (Semarang), KH. Najihun (Tangerang), KH. Abdul Ghaffar (Tirtayasa
Serang), KH. Tb. Bakri (Sempur Purwakarta), KH. Dawud (Perak Malaysia) dan sebagainya.

Pemikiran Kalam Syekh Nawawi Al Bantani Hal. 3


Syekh Nawawi adalah ulama Indonesia paling produktif yang bermukim di Haramain.
Selama hidup, karya Syekh Nawawi tidak kurang dari 99 buku maupun risalah. Bahkan ada yang
mengatakan lebih dari 115 buah. Semua tulisan itu membahas berbagai disiplin kajian Islam.
Nama Syekh Nawawi tidak hanya terkenal di daerah Arab Saudi, tetapi juga di Syiria,
Mesir, Turki dan Hindustan. Penguasaan yang mendalam terhadap ilmu agama dan banyaknya
kitab karyanya yang sampai sekarang masih menjadi rujukan di mayoritas pesantren di
Indonesia, menjadikan nama Syekh Nawawi dijuluki sebagai Bapak Kitab Kuning Indonesia.

 Pemikiran Kalam Syekh Nawawi Al-Bantani.


1. Wahyu dan Akal
mengenai dalil wahyu dan akal, menurutnya harus digunakan bersama-sama, tetapi
terkadang bila terjadi pertentangan di antara keduanya maka wahyu harus didahulukan.
Kewajiban seseorang untuk meyakini segala hal yang terkait dengan keimanan terhadap
keberadaan Allah hanya dapat diketahui oleh wahyu, bukan dari akal.

2. Sifat Tuhan.
Nawawi al-Bantani berpandangan bahwa Tuhan memiliki sifat dan dapat diketahui dari
perbuatanNya. Hal ini sejalan dengan konsep yang dikemukakan oleh Imam Abu Hasan al-
Asyari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi. Selain itu, Nawawi al-Bantani juga menggolongkan
sifat Tuhan menjadi tiga, yaitu:
1. Sifat wajib, sifat yang pasti melekat pada Tuhan dan mustahil tidak ada;
2. Sifat mustahil, yaitu sifat yang pasti tidak melekat pada Tuhan dan wajib tidak ada;
3. Sifat mumkin, yaitu sifat yang boleh ada dan tidak ada pada Allah;
Meskipun Nawawi bukan orang pertama yang membahas konsep sifatiyah Allah, namun
dalam konteks Indonesia Nawawi dinilai orang yang berhasil memperkenalkan teologi Asyari
sebagai sistem teologi yang kuat di negeri ini

3. Iman.
Tashdiq ditetapkan oleh Nawawi sebagai hal utama dan ditempatkan menjadi penentu
keimanan dan kekafiran manusia, dibanding ma’rifat dan amal. Nawawi menambahkan bahwa
manusia tetap menjadi mukmin walau tidak melaksanakan ketaatan, tetapi hatinya membenarkan
dan mengakui eksistensi ajaran yang dibawa nabi Muhammad Saw. Sedangkan yang menolak
atau tidak mengakui ajaran tersebut adalah kafir.

4. Perbuatan Tuhan dan Perbuatan Manusia.


Syekh nawawi mengakui Kemahakuasaan Tuhan tetapi konsepnya ini tidak sampai pada
konsep jabariyah yang meyakini bahwa sebenamya semua perbuatan manusia itu dinisbatkan
pada Allah dan tidak disandarkan pada daya manusia, manusia tidak memiliki kekuatan apa-apa.

Pemikiran Kalam Syekh Nawawi Al Bantani Hal. 4


Untuk hal ini dalam konteks Indonesia sebenarnya Nawawi telah berhasil membangkitkan dan
menyegarkan kembali ajaran Agama dalam bidang teologi dan berhasil mengeliminir
kecenderungan meluasnya konsep absolutisme Jabbariyah di Indonesia dengan konsep tawakkal
bi Allah.
Perbuatan manusia berasal dari manusia itu sendiri dengan dibantu dan daya yang
diberikan Tuhan dalam dirinya dan alam sekitarnya. Artinya bukan sesuatu yang mustahil bahwa
perbuatan manusia, dismping perbuatan Tuhan, yang melakukan suatu perbuatan karena kedua
perbuatan tersebut memiliki masingmasing pelakunya. Perbuatan Tuhan kembali (berhubungan,
ta’alluq) kepada Tuhan, sedangkan perbuatan manusia kembali (ta’alluq) kepada manusia.
Sehingga adanya pahala untuk yang berbua taat dan siksa bagi yang maksiat.

5. Pelaku Dosa Besar.


Pelaku dosa besar menurut pandangan Nawawi al-Bantani dikatakan jika bertaubat akan
masuk surga, dan ketika tidak bertaubat diserahkan kepada Tuhan. Karena kehendak memberi
ampunan atau tidak hanya Tuhan. Akan tetapi pendosa besar masih sebagai golongan mukmin.
Ketika taubatnya seorang muslim tidak diterima maka akan disiksa sesuai kadar dosanya dan
ketika sudah menjalankan siksaan atas dosanya, akan dimasukkan ke surga.

6. Kalamullah.
Nawawi membedakan kalamullah dan al-Quran, walaupun memiliki persamaan pada
makna yang ditunjuknya. Kalamullah bersifat qadim yang melekat dengan zat Tuhan, dan tidak
terdiri dari huruf, kata, suara, ayat, dan sebagainya. Sedangkan al Quran tidak qadim dan terdiri
dari huruf, kata, suara, ayat, dan sebagainya.

 Karya – karya Syekh Nawawi Al-Bantani


Syekh Nawawi termasuk penulis yang banyak melahirkan karya. Ia banyak menulis kitab
tentang persoalan agama. Paling tidak, 34 karya Syekh Nawawi tercatat dalam Dictionary of
Arabic Printed Books karya Yusuf.
Beberapa kalangan bahkan menyebutkan bahwa Nawawi telah menulis lebih dari 100
judul buku dari berbagai disiplin ilmu. Sebagian karya Syekh Nawawi diterbitkan di Timur
Tengah. Dengan karya-karyanya ini, ia ditempatkan sebagai Sayyid Ulama Hijaz hingga kini.
Selanjutnya, kitab-kitabnya itu menjadi bagian dari kurikulum pendidikan agama di seluruh
pesantren di Indonesia, bahkan di Malaysia, Filipina, Thailand, dan juga di Timur Tengah.
Karya-karya besar Nawawi yang gagasan pemikiran pembaharuannya berangkat dari
Mesir, sesungguhnya terbagi dalam tujuh kategorisasi bidang; yakni bidang tafsir, tauhid, fiqh,
tasawuf, sejarah nabi, bahasa dan retorika. Hampir semua bidang ditulis dalam beberapa kitab
kecuali bidang tafsir yang ditulisnya hanya satu kitab.

Pemikiran Kalam Syekh Nawawi Al Bantani Hal. 5


Dari banyaknya karya yang ditulisnya ini dapat jadikan bukti bahwa memang Syeikh
Nawawi adalah seorang penulis produktif multidisiplin, beliau banyak mengetahui semua bidang
keilmuan Islam. Luasnya wawasan pengetahuan Nawawi yang tersebar membuat kesulitan bagi
pengamat untuk menjelajah seluruh pemikirannya secara komprehensif-utuh. Dalam beberapa
tulisannya seringkali Nawawi mengaku dirinya sebagai penganut teologi Asy’ari (al-Asyari al-
I’tiqodiy).
Diantara hasil Pemikiran Syekh Nawawi antara lain :

A. Tauhid
1) Tîjan ad-Darâri Syarh „alâ Risâlat Bîjûrî
2) Fath al-Majîd fî Syarh ad-Dâr al-Majîd
3) Qâmi‟ at-Tughyân „alâ Manzhûmat Syu‟b al-Îmân
4) Qathr al-Gaits fî Syarh Masâil Abi Laits
5) An-Nahzat al-Jaiyyidat li Hilli Naqâwah al-„Aqîdah
6) Ar-Risâlat al-Jâmi‟at baina Ushûl ad-Dîn wa al-Fiqh wa atTasawwuf
7) Syarh „alâ Manzhûmat asy-Syekh Muhammad al-Dimyatî fî at Tasawwuf bi Asmâi Allâh
al-Husnâ
8) Dzarî‟at al-Yaqîn „alâ Ummî al-Barâhun
9) Nûr azh-Zhalam‟alâ Manzhûmat „Aqîdah al-Awwâm

B. Tasawuf
1) Mishbâh azh-Zhalam „alâ al-Manhaj al-Umam fî Tabwîb al-Hikam
2) Marâqil „Ubûdiyah
3) Sulam al-Fudhalâ „alâ al-Musammah Hidâyat al-Adzkiyâ ilâ Tabwîb
al-Hikam
4) Ats-Tsamat al-Yani„ath fî ar-Riyâdh al-Badî‟ah
5) Mirqat Shu‟ûd at-Tashdîq 6) Nashâih al-„Ibâd

C. Fiqh
1) Bahjat al-Wasâil bi Syarh al-Masâil
2) Tausyîh a‟lâ Ibn al-Qâsim
3) Uqûd al. Lujain fî Haqûq az-Zaujain
4) Kasyîfat asy-Syajâ fî Syarh Safînat an-Najâ
5) Fath al Mujîb fî Syarh Mukhtashar al-Khatîb 6) Nihâyat az-Zain fî Irsyâd al-Mubtadî bi
Syarh Qurrat al-„Ain

D. Tafsir
1) Marâh Labîd li al-Kasyf Ma‟nâ Qur‟ân Majîd

Pemikiran Kalam Syekh Nawawi Al Bantani Hal. 6


E. Hadits
1) Tanqîh al-Qaul Syarh al-Lubâb al-Hadîts li as-Suyûthî

F. Lughah
1) Lubâb al-Bayân
2) Al-Fushûs al-Yaqûthiyyah
3) Kasyf al-Marwathiah an-Satar al-Jurûmiah
4) Fath al-Ghâfir Khatiyyah „alâ al-Kawâkib

G. Tajwid
1) Hilyat ash-Shibyân

H. Maulid al-Rasul
1) Al-Ibrîz ad-Dânî fî Maulid Sayyidinâ Muhammad al-Sayyid al-Adnân Baghiyyat al-Awwâm
2) Ad-Darâr al-Bahiyyah

 Kesimpulan
Imam nawawi adalah sosok ulama’ yang sangat tersohor karena kecerdasanya, beliau
berasal dari banten, beliau belajar agama pada ayahnya kemuian kepada ulama’-ulama’ besar di
Indonesia lalu belajar lagi di mekah.

Karya-karya imam nawawi sangatlah banyak dan sangatlah memberikan dampak yang
besar bagi kemajuan islam di Indonesia. Karya-karyanya meliputi bidang tafsir, tauhid, fiqh,
tasawuf, sejarah nabi, bahasa dan retorika.

Imam nawawi adalah sosok yang sangat mencintai ilmu pengetahuan sejak kecil, beliau
tidak puas dengan ilmu yang di dapatnya, untuk itu beliau selalu mencari ilmu kesana kemari
untuk menambah pengetahuanya, dan ahirnya beliau bisa menjadi sosok yang sangat
berpengaruh dalam kemajuan islam di Indonesia.

Secara umum, pemikiran Nawawi al-Bantani mengakui kemahakuasaan Tuhan tetapi


tidak sampai pada penisbatan Tuhan yang disandarkan pada manusia. Hal ini menempatkan
Nawawi al-Bantani pada posisi tengah-tengah antara teologi qadariyah dan jabariyah.

Pemikiran Kalam Syekh Nawawi Al Bantani Hal. 7

Anda mungkin juga menyukai