2. Sifat Tuhan.
Nawawi al-Bantani berpandangan bahwa Tuhan memiliki sifat dan dapat diketahui dari
perbuatanNya. Hal ini sejalan dengan konsep yang dikemukakan oleh Imam Abu Hasan al-
Asyari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi. Selain itu, Nawawi al-Bantani juga menggolongkan
sifat Tuhan menjadi tiga, yaitu:
1. Sifat wajib, sifat yang pasti melekat pada Tuhan dan mustahil tidak ada;
2. Sifat mustahil, yaitu sifat yang pasti tidak melekat pada Tuhan dan wajib tidak ada;
3. Sifat mumkin, yaitu sifat yang boleh ada dan tidak ada pada Allah;
Meskipun Nawawi bukan orang pertama yang membahas konsep sifatiyah Allah, namun
dalam konteks Indonesia Nawawi dinilai orang yang berhasil memperkenalkan teologi Asyari
sebagai sistem teologi yang kuat di negeri ini
3. Iman.
Tashdiq ditetapkan oleh Nawawi sebagai hal utama dan ditempatkan menjadi penentu
keimanan dan kekafiran manusia, dibanding ma’rifat dan amal. Nawawi menambahkan bahwa
manusia tetap menjadi mukmin walau tidak melaksanakan ketaatan, tetapi hatinya membenarkan
dan mengakui eksistensi ajaran yang dibawa nabi Muhammad Saw. Sedangkan yang menolak
atau tidak mengakui ajaran tersebut adalah kafir.
6. Kalamullah.
Nawawi membedakan kalamullah dan al-Quran, walaupun memiliki persamaan pada
makna yang ditunjuknya. Kalamullah bersifat qadim yang melekat dengan zat Tuhan, dan tidak
terdiri dari huruf, kata, suara, ayat, dan sebagainya. Sedangkan al Quran tidak qadim dan terdiri
dari huruf, kata, suara, ayat, dan sebagainya.
A. Tauhid
1) Tîjan ad-Darâri Syarh „alâ Risâlat Bîjûrî
2) Fath al-Majîd fî Syarh ad-Dâr al-Majîd
3) Qâmi‟ at-Tughyân „alâ Manzhûmat Syu‟b al-Îmân
4) Qathr al-Gaits fî Syarh Masâil Abi Laits
5) An-Nahzat al-Jaiyyidat li Hilli Naqâwah al-„Aqîdah
6) Ar-Risâlat al-Jâmi‟at baina Ushûl ad-Dîn wa al-Fiqh wa atTasawwuf
7) Syarh „alâ Manzhûmat asy-Syekh Muhammad al-Dimyatî fî at Tasawwuf bi Asmâi Allâh
al-Husnâ
8) Dzarî‟at al-Yaqîn „alâ Ummî al-Barâhun
9) Nûr azh-Zhalam‟alâ Manzhûmat „Aqîdah al-Awwâm
B. Tasawuf
1) Mishbâh azh-Zhalam „alâ al-Manhaj al-Umam fî Tabwîb al-Hikam
2) Marâqil „Ubûdiyah
3) Sulam al-Fudhalâ „alâ al-Musammah Hidâyat al-Adzkiyâ ilâ Tabwîb
al-Hikam
4) Ats-Tsamat al-Yani„ath fî ar-Riyâdh al-Badî‟ah
5) Mirqat Shu‟ûd at-Tashdîq 6) Nashâih al-„Ibâd
C. Fiqh
1) Bahjat al-Wasâil bi Syarh al-Masâil
2) Tausyîh a‟lâ Ibn al-Qâsim
3) Uqûd al. Lujain fî Haqûq az-Zaujain
4) Kasyîfat asy-Syajâ fî Syarh Safînat an-Najâ
5) Fath al Mujîb fî Syarh Mukhtashar al-Khatîb 6) Nihâyat az-Zain fî Irsyâd al-Mubtadî bi
Syarh Qurrat al-„Ain
D. Tafsir
1) Marâh Labîd li al-Kasyf Ma‟nâ Qur‟ân Majîd
F. Lughah
1) Lubâb al-Bayân
2) Al-Fushûs al-Yaqûthiyyah
3) Kasyf al-Marwathiah an-Satar al-Jurûmiah
4) Fath al-Ghâfir Khatiyyah „alâ al-Kawâkib
G. Tajwid
1) Hilyat ash-Shibyân
H. Maulid al-Rasul
1) Al-Ibrîz ad-Dânî fî Maulid Sayyidinâ Muhammad al-Sayyid al-Adnân Baghiyyat al-Awwâm
2) Ad-Darâr al-Bahiyyah
Kesimpulan
Imam nawawi adalah sosok ulama’ yang sangat tersohor karena kecerdasanya, beliau
berasal dari banten, beliau belajar agama pada ayahnya kemuian kepada ulama’-ulama’ besar di
Indonesia lalu belajar lagi di mekah.
Karya-karya imam nawawi sangatlah banyak dan sangatlah memberikan dampak yang
besar bagi kemajuan islam di Indonesia. Karya-karyanya meliputi bidang tafsir, tauhid, fiqh,
tasawuf, sejarah nabi, bahasa dan retorika.
Imam nawawi adalah sosok yang sangat mencintai ilmu pengetahuan sejak kecil, beliau
tidak puas dengan ilmu yang di dapatnya, untuk itu beliau selalu mencari ilmu kesana kemari
untuk menambah pengetahuanya, dan ahirnya beliau bisa menjadi sosok yang sangat
berpengaruh dalam kemajuan islam di Indonesia.