NIM : 18210140
KELAS :E
Pertemuan Pertama
Ruang lingkup hukum perdata itu sendiri ada empat diantaranya adalah:5
1
Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW) (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), 5.
2
Djoko Imbawani Atmadjadja, Hukum Perdata (Malang: Setara Press, 2016), 1.
3
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata (Jakarta: Intermasa, 2010), 9.
4
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989),
5
Djoko Imbawani Atmadjadja, Hukum Perdata (Malang: Setara Press, 2016), 4.
1. Hukum Diri Seseorang, hal ini mengatur tentang bagaimana kecakapan
seseorang dalam bertindak, mengatur masalah sebagai subjek hukum.
2. Hukum Manusia dalam Keluarga, seperti halnya mengatur tentang hubungan
Orang tua dengan Anak, suami dengan Istri dan lain sebagainya.
3. Hukum tentang Kekayaan, dalam konteks hal ini termasuk semua hak dan
kewajiban seseoran gyang jika dilihat dapat dinilai dengan uang.
4. Hukum Kewarisan, Hal ini mengatur hampir sama dengan kekeluargaan
namun dalam hal ini penyebabnya adalah adanya kematian seseorang yang
berakibat dalam hubungan keluarga.
6
Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW) (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), 8.
7
Atmadjadja, Hukum Perdata, 1-2.
8
Djoko Imbawani Atmadjadja, Hukum Perdata (Malang: Setara Press, 2016), 5.
D. Sejarah Hukum Perdata di Indonesia
Telah sedikit disinggung pada keadaan hukum perdata di Indonesia bahwa Hukum
perdata yang ada di Indonesia merupakan peninggalan ketentuan produk dari dulu yakni
pemerintah Hindia Belanda, hal ini diberlakukan atas dasar asas Konkordansi. Yang
berarti ketentuan hukum yang berada pada negara jajahan berlaku sama dengan ketentuan
hukum yang berada di Belanda.
Pada tahun 1814 terdapat panitia yang dirancang dan dibentuk untuk membuat
hukum perdata, kepanitiaan ini diketuai oleh J.M Kemper.yang kemudian mengajukan
rancangannya tersebut berdasarkan hukum belanda kuno, akan tetapi rancangannya ini
ditolak oleh P.Th Nicolai yang merupakan anggota parlemen berkebangsaan Belgia dan
Presiden Pengadilan di Belgia. Setelah J.M Kemper meninggal pada tahun 1824
kepanitiaan dipindahtangan kepada P.Th Nicolai. Setelah dipegang oleh Nicolai maka
emudian untuk rancangan Hukum perdata diganti Berdasarkan Code Civil Prancis yang
kemudian juga mengadaptasi dari hukum romawi, dan yang lain. Bisa dimpulkan bahwa
hukum perdata yang ada merupakan perpaduan antara hukum kebiasaan dengan code
civil prancis. Dan setelah selesainya rancangan hukum perdata maka pada tahun 1848
Kodifikasi hukum perdata diberlakukan di Indonesia.9
E. Penggolongan Penduduk
Jika dilihat pada zaman Hundia Belanda sendiri penduduk di Indonesia dibagi
menjadi tiga golongan yang mempunyai Hukum Perdata tersendiri hal tersebut
menyebabkan dijumpainya pluralisme hukum. Tiga golongan tersebut diatur dalam Pasal
163 ayat (1) I.S (Indische Staatsregeling) yakni 10:
1. Golongan Eropa, didalam pasal 163 ayat (2) I.S disebutkan bahwa yang
termasuk dari golongan eropa adalah ; Semua warga Belanda. Orang Eropa,
Warga Negara Jepang, Orang-orang yang berasal dari negara asing yang
didalam hukum kekeluargaannya sama dengan hukum yang berlaku di
keluarga Belanda, terutama azas monogami, Keturunan mereka yang tersebut
di atas.
2. Golongan Pribumi, hal ini terletak pada pasal 163 ayat (3) I.S menyebutkan
bahwa termasuk didalamnya yakni Orang Indonesia asli, dan Orang yang
sebelumnya masuk dalam golongan lain akan tetapi membaurkan dirinya
kedalam orang Indonesia asli.
3. Golongan Timur Asing, didalam pasal 163 ayat (4) I.S golongan ini terdiri dari
Golongan timur asing Tionghoa (Cina), dan Golongan timur asing bukan
Tionghoa (seperti : Arab, India, Pakistan, dan Negara timur lain sebagainya).
Untuk penggolongan Hukum Perdata sama berdasar dengan golongan penduduk
yang telah dijelaskan diatas, diantaranya adalah 11:
9
Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW) (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), 12.
10
Simanjuntak, P.N.H, Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta, Djambatan, 1999), 1-2.
11
Simanjuntak, P.N.H, Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta, Djambatan, 1999), 2.
1. Golongan Pribumi (Bumiputera), golongan ini memberlakukan hukum perdata
adat yang sudah berlaku sejak dulu dan hal ini pun tiap daerah bisa berbeda
untuk hukum adat yang berlaku, akan tetapi oleh pemerintah belanda ada
peraturan yang dibuat secara khusus untuk golongan Pribumi ini, yang
diantaranya adalah Ordonasi Perkawinan bangsa Indonesia Kristen (Stb 1933
No.74), Ordonasi tentang Maskapai Andie Indonesia atau disebut IMA (Stb
1939 No. 509 jo 717), dan Ordonasi tentang perkumpulan bangsa Indonesia
(Stb 1939 No 570 jo 717).
2. Golongan Eropa, untuk golongan eropa ini sendiri hukum perdata yang
digunakan merupakan kitab undang-undang Perdata dan dagang yang
diseleraskan dengan Burgelijk Wetbook dan Wetbook Van Koophandel yang
berlaku di negara Belanda itu sendiri.
3. Golongan Timur asing, dikarenakan untuk golongan Timur asing ini sendiri
dibagi menjadi dua maka hukum perdata yang dipakai juga berbeda antara dua
pembagian tersebut.
a. Golongan Tionghoa (Cina), pada golongan ini berlaku KUHPerdata dan
KUHD yang didalamnya terdapat pengecualian tentang pencatatan sipil,
cara perkawinan, dan adopsi anak.
b. Golongan Timur Asing kecuali Tionghoa, berlaku sebagian dari
KUHPerdata dan KUHD mengenai hukum harta kekayaan, dan untuk
Hukum waris, hukum kepribadian, dan hukum keluarga berlaku pada
negara mereka sendiri.
13
Rachmadi Usman, Aspek-aspek hukum perorangan & kekeluargaan di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2006),
29-30
14
Djoko Imbawani Atmadjadja, Hukum Perdata (Malang: Setara Press, 2016), 2.
15
Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW) (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), 9-10.
Kekeluargaan; (3) Hukum Harta Kekayaan; (Hukum Warisan).16 Sedangkan dalam
penulisan sistematika hukum perdata berdasarkan urutan pembagian kitab Undang-
undang adalah sebagai berikut.17
Buku I : tentang Orang.
Buku II : tentang Hukum Benda.
Buku III : tentang Perikatan.
Buku IV : tentang Pembuktian dan Daluwarsa.
Dalam Sistematika hukum Peradata berdasar pembagian Kitab Undang-Undang
tersebut terjadi perubahan, pada tanggal 3 Desember 1987 Stb. 590 sistematika hukum
perdata diundangkan dan diberlakukan mulai 1 April 1988 Hukum Perdata dibagi
menajdi lima buku dalam sistematikanya, yaitu sebagai berikut:
Buku I : tentang Orang dan Keluarga (Personen-en-Famili-erecht).
Buku II : tentang Badan Hukum (Rechtpersoon).
Buku III : tentang Hak Kebendaan (Van Zaken).
Buku IV : tentang Perikatan (Van Verbintenissen).
Buku V : tentang Daluwarsa (Van Verjaring).
20
Djoko Imbawani Atmadjadja, Hukum Perdata (Malang: Setara Press, 2016), 6.
21
Rachmadi Usman, Aspek-aspek hukum perorangan & kekeluargaan di Indonesia, 84.
22
Rachmadi Usman, Aspek-aspek hukum perorangan & kekeluargaan di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2006),
87.
1. Dalam keadaan dungu (onnozelheid).
2. Keadaan sakit jiwa ataupun kurang ingatan.
3. Seseorang yang terkadang cakap dalam menggunakan pikirannya;
4. Karena keborosannya.
25
Rachmadi Usman, Aspek-aspek hukum perorangan & kekeluargaan di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006
98-100.
Daftar Pustaka