Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TOKOH INTELEKTUAL PESANTREN NAWAWI AL BANTANI DAN


MAHFUDZ AT-TIRMISI

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

STUDI KEPESANTRENAN

Dosen Pengampu :

Rohmad Muzakki, M.Pd

Disusun oleh:

1. Novi Dwi Anugerah (2231384510185)


2. Nurhayati Fathurohmah (2231384510188)
3. Alfiana Dwi Nur Hanifah ( 2231384510154)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM FAQIH ASY’ARI

SUMBERSARI KENCONG KEPUNG KEDIRI

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt atas segala rahmat serta hidayahnya sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “TOKOH INTELEKTUAL PESANTREN
NAWAWI AL BANTANI DAN MAHFUDZ AT-TIRMISI”. Makalah ini saya susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, sehingga bisa memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Penyusun menyadari makalah ini masih
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharap kritik dan saran yang membangun
agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata penyusun berharap makalah ini dapat
memberikan wawasan kepada para pembaca dan penyusun.

Kediri, 26 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Biografi Syeikh Nawawi Al Bantani 2


B. Karya Ilmiah Syeikh Nawawi Al Bantani 4
C. Biografi Syeikh Mahfudz At-Tirmisi 6
D. Karya Ilmiah Syeikh Mahfudz At-Tirmisi 8

BAB III PENUTUP 10

A. Kesimpulan 10

DAFTAR PUSTAKA 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nama Syekh Nawawi Banten sudah tidak asing lagi bagi umat Islam Indonesia.
Bahkan sering terdengar disamakan kebesarannya dengan tokoh ulama klasik madzhab Syafi'i
Imam Nawawi (w.676 H/l277 M). Melalui karya-karyanya yang tersebar di pesantren-
pesantren tradisional yang sampai sekarang masih banyak dikaji, nama Syekhasal Banten ini
seakan masih hidup dan terus menyertai umat memberikan wejangan ajaran Islam yang
menyejukkan. Di setiap majlis ta'lim karyanya selalu dijadikan rujukan utama dalam berbagai
ilmu; dari ilmu tauhid, fiqh, tasawuf sampai tafsir. Karya-karyanya sangat berjasa dalam
mengarahkan mainstrim keilmuan yang dikembangkan di lembaga-Iembaga pesantren yang
berada di bawah naungan NU.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Syeikh Nawawi Al Bantani?
2. Apa saja Karya Ilmiah Syeikh Nawawi Al Bantani?
3. Bagaimana Biografi Syeikh Mahfudz At-Tirmisi?
4. Apa saja Karya Ilmiah Syeikh Mahfudz At-Tirmisi?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Biografi Syeikh Nawawi Al Bantani.
2. Mengetahui apa saja Karya Ilmiah Syeikh Nawawi Al Bantani.
3. Mengetahui Biografi Syeikh Mahfudz At-Tirmisi.
4. Mengetahui apa saja Karya Ilmiah Syeikh Mahfudz At-Tirmisi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Syeikh Nawawi Al Bantani

Syekh Nawawi Banten memiliki nama lengkap Abu Abd al-Mu'ti Muhammad Nawawi
ibn Umar al- Tanara al-Jawi al-Bantani. Ia lebih dikenal dengan sebutan Muhammad Nawawi
al-Jawi al-Bantani. Dilahirkan di Kampung Tanara, Serang, Banten pada tahun 1815 M/1230
H. Pada tanggal 25 Syawal 1314 H/1897 M. Nawawi menghembuskan nafasnya yang terakhir
di usia 84 tahun. Ia dimakamkan di Ma'la dekat makam Siti Khadijah, Ummul Mukminin istri
Nabi. Sebagai tokoh kebanggaan umat Islam di Jawa khususnya di Banten, Umat Islam di desa
Tanara, Tirtayasa Banten setiap tahun di hari Jum'at terakhir bulan Syawwal selalu diadakan
acara khol untuk memperingati jejak peninggalan Syekh Nawawi Banten.

Ayahnya bernama Syekh Umar, seorang pejabat penghulu yang memimpin Masjid.Dari
silsilahnya, Nawawi merupakan keturunan kesultanan yang ke-12 dari Maulana Syarif
Hidayatullah (Sunan Gunung Jati, Cirebon), yaitu keturunan dari putra Maulana Hasanuddin
(Sultan Banten I) yang bemama Sunyararas (Tajul 'Arsy). Nasabnya bersambung dengan Nabi
Muhammad melalui Imam Ja'far As- Shodiq, Imam Muhammad al Baqir, Imam Ali Zainal
Abidin, Sayyidina Husen, Fatimah al-Zahra.

Pada usia 15 tahun, ia mendapat kesempatan untuk pergi ke Mekkah menunaikan


ibadah haji. Di sana ia memanfaatkannya untuk belajar ilmu kalam, bahasa dan sastra Arab,
ilmu hadis, tafsir dan terutama ilmu fiqh. Setelah tiga tahun belajar di Mekkah ia kembali ke
daerahnya tahun 1833 dengan khazanah ilmu keagamaan yang relatif cukup lengkap untuk
membantu ayahnya mengajar para santri. Nawawi yang sejak kecil telah menunjukkan
kecerdasannya langsung mendapat simpati dari masyarakat Kedatangannya membuat
pesantren yang dibina ayahnya membludak didatangi oleh santri yang datang dari berbagai
pelosok. Namun hanya beberapa tahun kemudian ia memutuskan berangkat lagi ke Mekkah
sesuai dengan impiannya untuk mukim dan menetap di sana.

Di Mekkah ia melanjutkan belajar ke guru-gurunya yang terkenal, pertama kali ia


mengikuti bimbingan dari Syeikh Ahmad Khatib Sambas (Penyatu Thariqat Qodiriyah-
Naqsyabandiyah di Indonesia) dan SyekhAbdul Gani Duma, ulama asal Indonesia yang
bermukim di sana. Setelah itu belajar pada Sayid Ahmad Dimyati, Ahmad Zaini Dahlan yang
2
keduanya di Mekkah.Sedang di Madinah, ia belajar pada Muhammad Khatib al-Hanbali.
Kemudian ia melanjutkan pelajarannya pada ulama-ulama besar di Mesir dan Syam (Syiria).
Menurut penuturan Abdul Jabbar bahwa Nawawi juga pemah melakukan perjalanan menuntut
ilmunya ke Mesir. Salah satu Guru utamanya pun berasal dari Mesir seperti SyekhYusuf
Sumbulawini dan SyekhAhmad Nahrawi.

Setelah ia memutuskan untuk memilih hidup di Mekkah dan meninggalkan kampung


halamannya ia menimba ilmu lebih dalam lagi di Mekkah selama 30 tahun. Kemudian pada
tahun 1860 Nawawi mulai mengajar di lingkungan Masjid al-Haram. Prestasi mengajarnya
cukup memuaskan karena dengan kedalaman pengetahuan agamanya, ia tercatat sebagai
Ulama di sana. Pada tahun 1870 kesibukannya bertambah karena ia harus banyak menulis
kitab. Inisiatif menulis banyak datang dari desakan sebagian koleganya yang meminta untuk
menuliskan beberapa kitab.Kebanyakan permintaan itu datang dari sahabatnya yang berasal
dari Jawi, karena dibutuhkan untuk dibacakan kembali di daerah asalnya.Desakan itu dapat
terlihat dalam setiap karyanya yang sering ditulis atas permohonan sahabatnya.Kitab-kitab
yang ditulisnya sebagian besar adalah kitab-kitab komentar (Syarh) dari karya-karya ulama
sebelumnya yang populer dan dianggap sulit dipahami. Alasan menulis Syarh selain karena
permintaan orang lain, Nawawi juga berkeinginan untuk melestarikan karya pendahulunya
yang sering mengalami perubahan (ta’rif) dan pengurangan.

Dalam menyusun karyanya Nawawi selalu berkonsultasi dengan ulama-ulama besar


lainnya, sebelum naik cetak naskahnya terlebih dahulu dibaca oleh mereka. Dilihat dari
berbagai tempat kota penerbitan dan seringnya mengalami cetak ulang sebagaimana terlihat di
atas maka dapat dipastikan bahwa karya tulisnya cepat tersiar ke berbagai penjuru dunia sampai
ke daerah Mesir dan Syiria. Karena karyanya yang tersebar luas dengan menggunakan bahasa
yang mudah dipahami dan padat isinya ini, nama Nawawi bahkan termasuk dalam kategori
salah satu ulama besar di abad ke 14 H/19 M. Karena kemasyhurannya ia mendapat gelar: A
'yan 'Ulama' al-Qarn aI-Ra M' 'Asyar Li al-Hijrah,. AI-Imam al-Mul1aqqiq wa al-Fahhamah
al-Mudaqqiq, dan Sayyid 'Ulama al-Hijaz.

Kesibukannya dalam menulis membuat Nawawi kesulitan dalam mengorganisir waktu


sehingga tidak jarang untuk mengajar para pemula ia sering mendelegasikan siswa-siswa
seniornya untuk membantunya. Cara ini kelak ditiru sebagai metode pembelajaran di beberapa
pesantren di pulau Jawa. Di sana santri pemula dianjurkan harus menguasai beberapa ilmu

3
dasar terlebih dahulu sebelum belajar langsung pada Syekhagar proses pembelajaran dengan
Syekhtidak mengalami kesulitan.1

B. Karya Ilmiah Syeikh Nawawi Al Bantani

Karya-karya besar Nawawi yang gagasan pemikiran pembaharuannya berangkat dari


Mesir, sesungguhnya terbagi dalam tujuh kategorisasi bidang; yakni bidang tafsir, tauhid, fiqh,
tasawuf, sejarah nabi, bahasa dan retorika. Hampir semua bidang ditulis dalam beberapa kitab
kecuali bidang tafsir yang ditulisnya hanya satu kitab.Dari banyaknya karya yang ditulisnya
ini dapat jadikan bukti bahwa memang Syeikh Nawawi adalah seorang penulis produktif
multidisiplin, beliau banyak mengetahui semua bidang keilmuan Islam.Luasnya wawasan
pengetahuan Nawawi yang tersebar membuat kesulitan bagi pengamat untuk menjelajah
seluruh pemikirannya secara konprehenshif-utuh.

Dalam beberapa tulisannya seringkali Nawawi mengaku dirinya sebagai penganut


teologi Asy'ari (al-Asyari al-I'tiqodiy). Karya-karyanya yang banyak dikaji di Indonesia di
bidang ini dianranya Fath ai-Majid, Tijan al-Durari, Nur al Dzulam, al-Futuhat al-Madaniyah,
al-Tsumar al-Yaniah, Bahjat al-Wasail, Kasyifat as-Suja dan Mirqat al-Su'ud.

Sementara di bidang fikih tidak berlebihan jika Syeikh Nawawi dikatakan sebagai
"obor" mazhab imam Syafi'i untuk konteks Indonesia. Melalui karya-karya fiqhnya seperti
Syarh Safinat a/-Naja, Syarh Sullam a/-Taufiq, Nihayat a/-Zain fi Irsyad a/-Mubtadi'in dan
Tasyrih a/a Fathul Qarib,sehingga Syekh Nawawi berhasil memperkenalkan madzhab Syafi'i
secara sempurna Dan, atas dedikasi Syekh Nawawi yang mencurahkan hidupnya hanya untuk
mengajar dan menulis mendapat apresiasi luas dari berbagai kalangan.

Hasil tulisannya yang sudah tersebar luas setelah diterbitkan di berbagai daerah
memberi kesan tersendiri bagi para pembacanya.Pada tahun 1870 para ulama Universitas
alAzhar Mesir pemah mengundangnya untuk memberikan kuliah singkat di suatu forum
diskusi ilmiyah. Mereka tertarik untuk mengundangnya karena nama Syekh Nawawi sudah
dikenal melalui karya-karyanya yang telah banyak tersebar di Mesir.

Sejauh itu dalam bidang tasawuf, Nawawi dengan aktivitas intelektualnya


mencerminkan ia bersemangat menghidupkan disiplin ilmu-ilmu agama. Dalam bidang ini ia
memiliki konsep yang identik dengan tasawuf. Dari karyanya saja Nawawi menunjukkan
seorang sufi brilian, ia banyak memiliki tulisan di bidang tasawuf yang dapat dijadikan sebagai

1
Abdurahman Masud.Jejak Intelektual Arsitek Pesantren, Jakarta:Penada Media. 2006.

4
rujukan standar bagi seorang sufi. Brockleman, seorang penulis dari Belanda mencatat ada 3
karya Nawawi yang dapat merepresentasikan pandangan tasawufnya : yaitu Misbah al-Zulam,
Qami' al-Thugyan dan Salalim al Fudala. Di sana Nawawi banyak sekali merujuk kitab Ihya
'Ulumuddin alGazali. Bahkan kitab ini merupakan rujukan penting bagi setiap tarekat.

Setelah karyanya banyak masuk di Indonesia wacana keIslaman yang dikembangkan


di pesantren mulai berkembang..Misalkan dalam laporan penelitian Van Brunessen dikatakan
bahwa sejak tahun 1888 M, bertahap kurikulum pesantren mulai acta perubahan mencolok.Bila
sebelumnya seperti dalam catatan Van Den Berg dikatakatan tidak ditemukan sumber referensi
di bidang Tafsir, Ushl al-Fiqh dan Hadits, sejak saat itu bidang keilmuan yang bersifat
epistemologis tersebut mulai dikaji. Menurutnya perubahan tiga bidang di atas tidak terlepas
dari jasa tiga orang alim Indonesia yang sangat berpengaruh: Syekh Nawawi Banten sendiri
yang telah berjasa dalam menyemarakkan bidang tafsir, Syekh Ahmad Khatib (w. 1915) yang
telah berjasa mengembangkan bidang Ushul Fiqh dengan kitabnya al-Nafahat 'Ala Syarh al-
Waraqat, dan Syekh Mahfuz Termas (1919 M) yang telah berjasa dalam bidang Ilmu Hadis.

Sebenarnya karya-karya Nawawi tidak hanya banyak dikaji dan dipelajari di seluruh
pesantren di Indonesia tetapi bahkan di seluruh wilayah Asia Tenggara. Tulisan-tulisan Nawawi
dikaji di lembaga-Iembaga pondok tradisional di Malaysia, Filipina dan Thailand.Karya
Nawawi diajarkan di sekolah-sekolah agama di Mindanao (Filipina Selatan), dan Thailand.
Menurut Ray Salam T. Mangondanan, peneliti di Institut Studi Islam, University of Philippines,
pada sekitar 40 sekolah agama di Filipina Selatan yang masih menggunakan kurikulum
tradisional. Selain itu Sulaiman Yasin, seorang dosen di Fakultas Studi Islam, Universitas
Kebangsaan di Malaysia, mengajar karya-karya Nawawi sejak periode 1950-1958 di Johor dan
di beberapa sekolah agama di Malaysia. Di kawasan Indonesia menurut Martin Van Bruinessen
yang sudah meneliti kurikulum kitab-kitab rujukan di 46 Pondok Pesantren Klasik 42 yang
tersebar di Indonesia mencatat bahwa karya-karya Nawawi memang mendominasi kurikulum
Pesantren. Sampai saat ia melakukan penelitian pada tahun 1990 diperkirakan pada 22 judul
tulisan Nawawi yang masih dipelajari di sana. Dari 100 karya populer yang dijadikan contoh
penelitiannya yang banyak dikaji di pesantren-pesantren terdapat 11 judul populer di antaranya
adalah karya Nawawi.

Penyebaran karya Nawawi tidak lepas dari peran murid-muridnya.Di Indonesia murid-
murid Nawawi termasuk tokoh-tokoh nasional Islam yang cukup banyak berperan selain dalam
pendidikan Islam juga dalam perjuangan nasional. Di antaranya adalah : K.H Hasyim Asyari

5
dari Tebuireng Jombang, Jawa Timur. (Pendiri organisasi Nahdlatul Ulama), K.H Kholil dari
Bangkalan, Madura, Jawa Timur, K.H Asyari dari Bawean, yang menikah dengan putri Syekh
Nawawi, Nyi Maryam, K.H Najihun dari Kampung Gunung, Mauk, Tangerang yang menikahi
cucu perempuan Syekh Nawawi, Nyi Salmah bint Rukayah bint Nawawi, K.H Tubagus
Muhammad Asnawi dari Caringin Labuan, Pandeglang Banten, K.H Ilyas dari Kampung Teras,
Tanjung Kragilan, Serang , Banten, K.H Abd Gaffar dari Kampung Lampung, Kec. Tirtayasa,
Serang Banten, K.H Tubagus Bakri dari Sempur, Purwakarta, KH. Jahari Ceger Cibitung
Bekasi Jawa Barat. Penyebaran karyanya di sejumlah pesantren yang tersebar di seluruh
wilayah nusantara ini memperkokoh pengaruh ajaran Nawawi.2

C. Biografi Syeikh Mahfudz At-Tirmisi

Nama lengkapnya Muhammad Mahfudz bin Abdullah At-Tarmasi. Populer disebut


Syekh Mahfudz Tremas.Dialah ulama Jawa paling berpengaruh pada zamannya. Syaikh
Muhammad Mahfuz Termas lahir di Termas, Pacitan, Jawa Timur, pada 12 Jumadil Ula 1285
H/31 Agustus 1868 M, dan bermukim di Mekah sampai beliau wafat pada 1 Rajab 1338 H/ 20
Mei 1920 M. Mahfudz amat berjasa dalam memperluas cakupan ilmu-ilmu yang di pelajari di
pesantren-pesantren di Jawa, termasuk hadis dan ushul fiqh.

Untuk mengetahui sejarah pendidikannya, guru dan ilmu-ilmu yang dipelajari oleh
Syaikh Muhammad Mahfuz Termas tidaklah terlalu sulit, karena sejarah hidup beliau dapat
ditemukan dalam karya-karya beliau. Dalam Kitab Muhibah zil Fadhli jilid ke-4 yang
merupakan salah satu karya beliau, dikatakan bahwa beliau pada masa mudanya banyak
menimba ilmu kepada ayahnya sendiri, Syaikh Abdullah bin Abdul Mannan at-Tarmasi. Dari
ayahnya beliau mempelajari Syarh al-Ghayah li Ibni Qasim al-Ghuzza, al-Manhaj al-Qawim,
Fat-h al-Mu’in, Fath al-Wahhab, Syarh Syarqawi `ala al-Hikam dan sebagianTafsir al-Jalalain
hingga sampai Surah Yunus.

Merasa haus akan ilmu dan setelah banyak belajar kepada ayahnya, Syeikh Muhammad
Mahfuz Termas kemudian memilih merantau ke Semarang untuk belajar kepada Kyai
Muhammad Saleh Darat. Di bawah bimbingan Kyai Saleh Darat ini, beliau mempelajari Syarh
al-Hikam (dua kali khatam), Tafsir al-Jalalain (dua kali hatam), Syarh al-Mardini dan Wasilah
ath-Thullab (falak).

2
Samsul Munir, Karomah Para Kyai.Yogyakarta:PT LKS Printing Cemerlang. 2012.

6
Setelah beberapa tahun dalam bimbingan Kyai Saleh Darat.Syaikh Muhammad Mahfuz
Termas meneruskan pengembaraan ilmunya ke Mekah.Di negara kelahiran Nabi Muhammad
ini, beliau berguru kepada para ulama terkemuka, diantaranya adalah Syaikh Ahmad al-
Minsyawi, dari ulama’ ini, beliau belajar Qira'ah Ashim dan tajwid, sebagian Syarh Ibni al-
Qashih ala asy-Syathibiyah.

Dalam waktu yang bersamaan, beliau juga belajar kepada Syeikh Umar bin Barakat
asy-Syami, dengan mempelajari Syarh Syuzur az-Zahab li Ibni Hisyam. Juga kepada Syaikh
Mustafa al-’Afifi, dengan mengkaji kitab Syarh Jam’il Jawami’ lil Mahalli dan Mughni al-
Labib. Sahih al-Bukhari kepada Sayid Husein bin Sayid Muhammad al-Habsyi. Sunan Abi
Daud, Sunan Tirmizi dan Sunan Nasai kepada Syeikh Muhammad Sa’id Ba Bashail. Syarh
`Uqud al- Juman, dan sebagian kitab asy-Syifa’ lil Qadhi al-’Iyadh kepada Sayid Ahmad az-
Zawawi. Syarh Ibni al-Qashih, Syarh ad-Durrah al-Mudhi-ah, Syarh Thaibah an-Nasyr fi al-
Qiraat al-’Asyar, ar-Raudh an-Nadhir lil Mutawalli, Syarh ar-Ra-iyah, Ithaf al-Basyar fi al-
Qiraat al-Arba’ah al-’Asyar, dan Tafsir al-Baidhawi bi Hasyiyatihi kepada Syeikh Muhammad
asy-Syarbaini ad-Dimyathi.Dalail al-Khairat, al-Ahzab, al-Burdah, al-Awwaliyat al-’Ajluni
dan Muwaththa’ Imam Malik kepada Sayid Muhammad Amin bin Ahmad Ridhwan al-Madani
serta ulama’-ulama’ terkemuka lainnya.

Dalam kaitannya dengan penimbaan ilmu, Syaikh Mahfudz memiliki karya khusus
yang mencatat semua sanad dari setiap ilmu yang beliau pelajari, beliau kumpulkan dalam
karyanya yang berjudul Kifayatul Mustafid

Mahfudz tidak kembali ke Nusantara, memilih berkarier di Makkah, tempat dia menjadi
guru yang ulung. Sewaktu Abdullah wafat pada tahun 1894, adiknya, Dimyati, yang menjadi
kiai di Tremas.Anak-anak Abdullah lainnya adalah Kiai Haji Dahlan yang juga pernah belajar
di Makkah. Sekembali dari Tanah Suci dia diambil menantu oleh Kiai Shaleh Darat Semarang;
Kiai Haji Muhammad Bakri yang ahli qira’ah, dan Kiai Haji Abdur Razaq, ahli thariqah dan
mursyid yang punya murid di mana-mana.

Kiai Dimyati memang punya andil besar dalam memajukan pesantren Tremas. Tapi,
berkat reputasi Mahfudz-lah Tremas menjadi dikenal lebih luas, meskipun, itu tadi, beliau tidak
pernah mengajar di sana. Di antara murid-muridnya yang berasal dari Indonesia adalah Kiai
Haji Hasyim Asy’ari, Kiai Haji Bishri Syansuri dan Kiai Abdul Wahhab Hasbullah, yang kelak
mendirikan Nahdhatul Ulama di tahun 1926. Kita ketahui, ketiga kiai ini merupakan murid
Syekh Mahfud yang paling terkenal dan diakui berkat kegiatan politik mereka di Tanah Air.

7
Dia juga mengajar sejumlah murid, dan beberapa di antaranya menjadi ulama yang
berpengaruh, sebut misalnya Ali al-Banjari, penduduk Makkah asal Kalimantan Selatan),
Muhammad Baqir al-Jugjawi, wong Yogya yang juga bermukim di Makkah, Kiai Haji
Muhammad Ma`shum al-Lasami, pendiri pesantren Lasem, Jawa Tengah, Abdul Muhit dari
Panji Sidarjo, pesantren penting lainnya dekat near Surabaya. Memang banyak di antara murid
Syekh Mahfudz yang mendirikan pesantren.Kiai Hasyim sendiri adalah pendiri Pesantren
Tebuireng, dan kiai pertama yang menjarkan kumpulan hadis Bukhari.Sedangkan Kiai Bishri,
menantunya, pendiri pesantren Tambakberas, yang juga pernah menjadi rais ‘aam PB NU.
Kedua kiai besar ini, kita ketahui, adalah engkongnya Abdurrahman Wahid, mantan presiden
kita itu.3

D. Karya Ilmiah Syeikh Mahfudz At-Tirmisi

Diantara karangan-karang beliau adalah :

1. As-Siqayatul Mardhiyah fi Asamil Kutubil Fiqhiyah li Ashabinas Syafi’iyah,


Selesai penulisan pada hari Jum’at, Sya’ban 1313 H. Dicetak oleh Mathba’ah at-
Taraqqil Majidiyah al-’Utsmaniyah, Mekah (tanpa tahun).
2. Manhaj Zawin Nazhar fi Syarhi Manzhumati `Ilmil Atsar, Kitab fiqh empat jilid ini
merupakan syarah atau komentar atas karya Abdullah Ba Fadhl ”Al-Muqaddimah
Al-Hadhramiyyah”. Kitab ini boleh dibilang jarang diajarkan di pesantren, lebih
banyak digunakan oleh kiai senior sebagai rujukan dan sering dikutip sebagai salah
satu sumber yang otoritatif dalam penyusunan fatwa oleh para ulama di Jawa.Kitab
ini terdiri dari empat jilid. Jilid pertama diselesaikan pada 25 Safar 1315 H,. Jilid
kedua diselesaikan pada hari Jum’at, 27 Rabiulakhir 1316 H. Jilid ketiga
diselesaikan pada malam Ahad, 7 Rejab 1317 H. Jilid keempat, diselesaikan pada
malam Rabu, 19 Jamadilakhir 1319 H. Dicetak oleh Mathba’ah al-’Amirah asy-
Syarfiyah, Mesir, 1326 H.
3. Kifayatul Mustafid lima ala minal Asanid, diselesaikan pada hari Selasa, 19 Safar
1320 H. Kandungannya membicarakan pelbagai sanad keilmuan Muhammad
Mahfuz bin Abdullah at-Tarmasi/at-Tirmisi. Dicetak oleh Mathba’ah al-Masyhad
al-Husaini, No. 18 Syari’ al-Masyhad al-Husaini, Mesir (tanpa tahun). Kitab ini

3
Sunanto Musyrifah, Sejarah Peradapan Indonesia, Jakarta:Rajawali Pres. 2010.

8
ditashhih dan ditahqiq oleh Syeikh Muhammad Yasin bin Isa al-Fadani al-Makki,
al-Mudarris Daril `Ulumid Diniyah, Mekah
4. Manhaj Zawin Nazhar fi Syarhi Manzhumati `Ilmil Atsar, diselesaikan pada tahun
1329 H/1911 M. Kandungannya membicarakan Ilmu Mushthalah Hadits
merupakan Syarh Manzhumah `Ilmil Atsar karangan Imam Jalaluddin as-Suyuthi.
Kitab ini merupakan bukti bahwa ulama nusantara mampu menulis ilmu hadis yang
demikian tinggi nilainya. Kitab ini menjadi rujukan para ulama di belahan duni
terutama ulama-ulama hadis. Dicetak oleh Mathba’ah Mushthafa al-Baby al-
Halaby wa Auladuhu, Mesir, 1352 H/1934 M. Cetakan dibiayai oleh Syeikh Salim
bin Sa’ad bin Nabhan wa Akhihi Ahmad, pemilik Al-Maktabah An-Nabhaniyah Al-
Kubra, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
5. Dua kitabnya di bidang ushul adalah ”Nailul Ma’mul”, syarah atas karya Zakariyya
Anshari ”Lubb Al-Ushul” dan syarahnya ”Ghayat al-wushul”, ”Is’af al Muthali”,
syarah atas berbagai versi karya Subki ”Jam’ al-Jawami’.
6. Sebuah kitab lainnya mengenai fiqh yaitu ”Takmilat al-Minhaj al-Qawim”, berupa
catatan tambahan atas karya Ibn Hajar al-Haitami “Al-Minhaj al-Qawim”.
7. Al-Khil’atul Fikriyah fi Syarhil Minhatil Khairiyah, belum diketahui tarikh
penulisan. Kandungannya juga membicarakan hadits merupakan Syarh Hadits
Arba’in.
8. Al- Badrul Munir fi Qira-ati Ibni Katsir.
9. Tanwirus Shadr fi Qira-ati Ibni Amr
10. Insyirahul Fawaid fi Qira-ati Hamzah
11. Ta’mimul Manafi’ fi Qira-ati Nafi’.
12. Al-Fuad fi Qiraat al Imam Hamzah
13. Tamim al Manafi fi Qiraat al-Imam Nafi’,
14. Aniyah ath Thalabah bi Syarah Nadzam ath Tayyibah fi Qiraat al Asy’ariyah
15. As-Saqayah al-Mardhiyyah fi Asma’i Kutub Ashhabina al- Syafiiyah, kajian atas
karya-karya fiqih mazhab Syafi’i dan riwayat para pengarangny.
16. Al-Fawaidut Tarmasiyah fi Asamil Qira-ati `Asyariyah, Syeikh Yasin Padang
menyebut bahawa kitab ini pernah diterbitkan oleh Mathba’ah al-Majidiyah,
Mekah, tahun 1330 H.
17. Is’aful Mathali’ Syarhul Badril Lami’.
18. Al-Minhah al-Khairiyya
19. Tsulasiyat al-Bukhor

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Syekh Nawawi Banten memiliki nama lengkap Abu Abd al-Mu'ti Muhammad Nawawi
ibn Umar al- Tanara al-Jawi al-Bantani. Ia lebih dikenal dengan sebutan Muhammad
Nawawi al-Jawi al-Bantani. Dilahirkan di Kampung Tanara, Serang, Banten pada tahun
1815 M/1230 H. Pada tanggal 25 Syawal 1314 H/1897 M. Nawawi menghembuskan
nafasnya yang terakhir di usia 84 tahun. Ia dimakamkan di Ma'la dekat makam Siti
Khadijah, Ummul Mukminin istri Nabi.
2. Karya-karya besar Nawawi yang gagasan pemikiran pembaharuannya berangkat dari
Mesir, sesungguhnya terbagi dalam tujuh kategorisasi bidang; yakni bidang tafsir,
tauhid, fiqh, tasawuf, sejarah nabi, bahasa dan retorika.
3. Nama lengkapnya Muhammad Mahfudz bin Abdullah At-Tarmasi. Populer disebut
Syekh Mahfudz Tremas.Dialah ulama Jawa paling berpengaruh pada zamannya. Syaikh
Muhammad Mahfuz Termas lahir di Termas, Pacitan, Jawa Timur, pada 12 Jumadil Ula
1285 H/31 Agustus 1868 M, dan bermukim di Mekah sampai beliau wafat pada 1 Rajab
1338 H/ 20 Mei 1920 M. Mahfudz amat berjasa dalam memperluas cakupan ilmu-ilmu
yang di pelajari di pesantren-pesantren di Jawa, termasuk hadis dan ushul fiqh.
4. Diantara karangan-karangan Syeikh Mahfudz At-Tirmisi :
a. As-Siqayatul Mardhiyah fi Asamil Kutubil Fiqhiyah li Ashabinas Syafi’iyah,
b. Manhaj Zawin Nazhar fi Syarhi Manzhumati `Ilmil Atsar.
c. Kifayatul Mustafid lima ala minal Asanid.
d. Manhaj Zawin Nazhar fi Syarhi Manzhumati `Ilmil Atsar.
e. Dua kitabnya di bidang ushul adalah ”Nailul Ma’mul”, syarah atas karya
Zakariyya Anshari.
f. Sebuah kitab lainnya mengenai fiqh yaitu ”Takmilat al-Minhaj al-Qawim”.
g. Al-Khil’atul Fikriyah fi Syarhil Minhatil Khairiyah.
h. Al- Badrul Munir fi Qira-ati Ibni Katsir.
i. Tanwirus Shadr fi Qira-ati Ibni Amr
j. Insyirahul Fawaid fi Qira-ati Hamzah
k. Ta’mimul Manafi’ fi Qira-ati Nafi’.
l. Al-Fuad fi Qiraat al Imam Hamzah

10
m. Tamim al Manafi fi Qiraat al-Imam Nafi’,
n. Aniyah ath Thalabah bi Syarah Nadzam ath Tayyibah fi Qiraat al Asy’ariyah
o. As-Saqayah al-Mardhiyyah fi Asma’i Kutub Ashhabina al- Syafiiyah.
p. Al-Fawaidut Tarmasiyah fi Asamil Qira-ati `Asyariyah.
q. Is’aful Mathali’ Syarhul Badril Lami’.
r. Al-Minhah al-Khairiyya
s. Tsulasiyat al-Bukhor

11
DAFTAR PUSTAKA

Masud,Abdurahman.2006.Jejak Intelektual Arsitek Pesantren, Jakarta:Penada Media.

Munir ,Samsul.2012, Karomah Para Kyai.Yogyakarta:PT LKS Printing Cemerlang.

Musyrifah,Sunanto.2010, Sejarah Peradapan Indonesia, Jakarta:Rajawali Pres.

12

Anda mungkin juga menyukai