Alamsyah
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan1, Program Studi Pendidikan Agama Islam2,
Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya3
Email : alamsyah@iain.ac.id
ABSTRACT
Artikel ini membahas pemikiran tasawuf Syekh Nawawi Banten yang terkandung
dalam kitab Al-Futuhatul Madaniyah dan memberikan saran untuk
mengembangkannya lebih lanjut. Syekh Nawawi Banten adalah seorang ulama dan sufi
terkenal dari Indonesia yang hidup pada abad ke-19. Kitab Al-Futuhatul Madaniyah
merupakan salah satu karya penting dalam literatur tasawuf yang memberikan
panduan spiritual komprehensif. Melalui metode penelitian kepustakaan, penulis
mengidentifikasi riwayat hidup Syekh Nawawi Banten dan mengungkap pengaruh
beliau terhadap tradisi tasawuf dan pemikiran Islam di Indonesia. Artikel ini juga
memberikan pengantar mengenai sejarah pembuatan kitab Al-Futuhatul Madaniyah, isi
dan strukturnya, serta metodologi dan pendekatan dalam pemikiran tasawuf Syekh
Nawawi Banten. Pemikiran tasawuf dalam kitab ini mencakup konsep kesalehan
rohani, hubungan manusia dengan Allah, dan nilai-nilai etika dan kebaikan yang
ditekankan oleh beliau. Konteks keberadaan kitab dalam perkembangan tasawuf pada
masa itu dan relevansinya dalam konteks kekinian juga dibahas. Kesimpulannya,
pemikiran tasawuf Syekh Nawawi Banten dalam kitab Al-Futuhatul Madaniyah
memiliki relevansi yang kuat dalam kehidupan dan spiritualitas Muslim masa kini.
Untuk mengembangkan pemikiran ini, disarankan untuk melakukan penelitian yang
lebih mendalam, mengimplementasikan pemikiran dalam kehidupan sehari-hari,
mendorong diskusi dan pertukaran ide, serta menyadari relevansinya dalam konteks
kehidupan masa kini.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tasawuf adalah cabang spiritualitas dalam agama Islam yang berfokus pada
pengembangan kehidupan rohani dan hubungan antara manusia dengan Tuhan.
Dalam konteks Indonesia, tradisi tasawuf memiliki warisan panjang yang telah
mempengaruhi kehidupan keagamaan dan budaya masyarakat. Salah satu tokoh
1
tasawuf terkenal dari Indonesia adalah Syekh Nawawi Banten, yang hidup pada
abad ke-19.1
Syekh Nawawi Banten adalah seorang ulama dan sufi yang lahir di Banten,
Indonesia pada tahun 1813 Masehi. Beliau dikenal sebagai tokoh yang memiliki
pemahaman yang mendalam tentang tasawuf dan menekankan pentingnya
hubungan batiniah dengan Allah. Karya-karya beliau, termasuk kitab Al-Futuhatul
Madaniyah, memberikan wawasan tentang pemikiran dan ajaran beliau dalam
bidang tasawuf.2
B. Metode Penulisan
1
Al-Attas, S. M. N. (2010). A Sufi Saint of the Twentieth Century: Shaikh
2
Ahmad al-Alawi: His Spiritual Heritage and Legacy. Kuala Lumpur: Islamic Book Trust.
3
Suwondo, A. (2013). Ulama Tarekat di Banten: Studi tentang Dakwah Syekh Nawawi Banten
dan Syekh Ilyas Banten. Jakarta: INIS.
4
Hidayat, K. (2008). Ensiklopedi Tasawuf. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
5
Amin, N. (2010). Tasawuf dan Tarekat: Sejarah, Pemikiran, dan Pengaruhnya di Indonesia.
Jakarta: Pustaka Firdaus.
2
Setelah pengumpulan literatur, penulis melakukan analisis mendalam
terhadap isi kitab Al-Futuhatul Madaniyah dan literatur-literatur yang terkait.
Analisis ini melibatkan pembacaan kritis dan pemahaman mendalam terhadap
pemikiran tasawuf Syekh Nawawi Banten yang terungkap dalam kitab tersebut. 6
Penulis juga membandingkan dan mempertimbangkan pandangan beliau dengan
konsep-konsep tasawuf yang dikenal secara umum.
PEMBAHASAN
6
Zuhri, S. H. (2018). Jejak Pemikiran Tasawuf Syekh Nawawi Banten dalam Kitab Al-Futuhatul
Madaniyah. Tesis Magister. Universitas Indonesia.
7
Suwondo, A. (2013). Ulama Tarekat di Banten: Studi tentang Dakwah Syekh Nawawi Banten
dan Syekh Ilyas Banten. Jakarta: INIS.
8
Zuhri, S. H. (2018). Jejak Pemikiran Tasawuf Syekh Nawawi Banten dalam Kitab Al-Futuhatul
Madaniyah. Tesis Magister. Universitas Indonesia.
3
dalam mendidik berpengaruh pada banyak generasi ulama dan masyarakat di
Banten dan sekitarnya.9
Tidak hanya sebagai seorang ulama dan pendidik, Syekh Nawawi Banten
juga aktif dalam berdakwah dan menyebarkan ajaran Islam. Beliau melakukan
perjalanan ke berbagai daerah di Nusantara untuk menyampaikan pesan-pesan
agama dan memperkuat jaringan tarekat. Pengikut dan murid-murid beliau tersebar
di berbagai wilayah Indonesia, yang ikut menyebarkan pemikiran tasawuf beliau.10
Kontribusi paling signifikan dari Syekh Nawawi Banten terletak pada karya-
karyanya dalam bidang tasawuf. Salah satu karya terkenal beliau adalah kitab Al-
Futuhatul Madaniyah, yang menjadi fokus artikel ini. Kitab ini berisi ajaran dan
petunjuk praktis tentang jalan spiritual dan pengembangan diri dalam tradisi
tasawuf. Al-Futuhatul Madaniyah menjelaskan pemikiran dan pandangan beliau
tentang kehidupan spiritual, etika, dan hubungan dengan Allah.11
4
9. Salâlim al-Fadhlâ΄ syarah Mandhûmah Ĥidâyah al-Azkiyâ΄
10. Qâmi’u al-Thugyân syarah Mandhûmah Syu’bu al-Imân
11. al-Tafsir al-Munîr li al-Mu’âlim al-Tanzîl al-Mufassir ‘an wujûĥ mahâsin
al-Ta΄wil musammâ Murâh Labîd li Kasyafi Ma’nâ Qur΄an Majîd
12. Kasyf al-Marûthiyyah syarah Matan al-Jurumiyyah
13. Fath al-Ghâfir al-Khathiyyah syarah Nadham al-Jurumiyyah musammâ al-
Kawâkib al-Jaliyyah
14. Nur al-Dhalâm ‘ala Mandhûmah al-Musammâh bi ‘Aqîdah al-‘Awwâm
15. Tanqîh al-Qaul al-Hatsîts syarah Lubâb al-Hadîts
16. Madârij al-Shu’ûd syarah Maulid al-Barzanji
17. Targhîb al-Mustâqîn syarah Mandhûmah Maulid al-Barzanjî
18. Fath al-Shamad al ‘Âlam syarah Maulid Syarif al-‘Anâm
19. Fath al-Majîd syarah al-Durr al-Farîd
20. Tîjân al-Darâry syarah Matan al-Baijûry
21. Fath al-Mujîb syarah Mukhtashar al-Khathîb
22. Murâqah Shu’ûd al-Tashdîq syarah Sulam al-Taufîq
23. Kâsyifah al-Sajâ syarah Safînah al-Najâ
24. al-Futûhâh al-Madaniyyah syarah al-Syu’b al-Îmâniyyah
25. ‘Uqûd al-Lujain fi Bayân Huqûq al-Zaujain
26. Qathr al-Ghais syarah Masâil Abî al-Laits
27. Naqâwah al-‘Aqîdah Mandhûmah fi Tauhîd
28. al-Naĥjah al-Jayyidah syarah Naqâwah al-‘Aqîdah
29. Sulûk al-Jâdah syarah Lam’ah al-Mafâdah fi bayân al-Jumu’ah wa
almu’âdah
30. Hilyah al-Shibyân syarah Fath al-Rahman
31. al-Fushûsh al-Yâqutiyyah ‘ala al-Raudlah al-Baĥîyyah fi Abwâb al-
Tashrîfiyyah
32. al-Riyâdl al-Fauliyyah
33. Mishbâh al-Dhalâm’ala Minĥaj al-Atamma fi Tabwîb al-Hukm
34. Dzariyy’ah al-Yaqîn ‘ala Umm al-Barâĥîn fi al-Tauhîd
35. al-Ibrîz al-Dâniy fi Maulid Sayyidina Muhammad al-Sayyid al-Adnâny
36. Baghyah al-‘Awwâm fi Syarah Maulid Sayyid al-Anâm
37. al-Durrur al-Baĥiyyah fi syarah al-Khashâish al-Nabawiyyah
38. Lubâb al-bayyân fi ‘Ilmi Bayyân.12
5
jelas dan terstruktur. Beliau mengajarkan konsep-konsep dasar tasawuf seperti
zuhud, tawakkal, dan ikhlas dengan cara yang mudah dipahami oleh para murid-
muridnya. Pengajaran beliau memberikan landasan kuat bagi praktik tasawuf di
masyarakat Banten dan sekitarnya.13
13
Suwondo, A. (2013). Ulama Tarekat di Banten: Studi tentang Dakwah Syekh Nawawi Banten
dan Syekh Ilyas Banten. Jakarta: INIS.
14
Ibid
15
Nawawi, S. (2002). Al-Futuhatul Madaniyah. Bandung: Al-Hidayah.
16
Zuhri, S. H. (2018). Jejak Pemikiran Tasawuf Syekh Nawawi Banten dalam Kitab Al-Futuhatul
Madaniyah. Tesis Magister. Universitas Indonesia.
6
Proses penulisan kitab ini dilakukan secara bertahap seiring dengan
perjalanan hidup dan pengembangan pemikiran beliau. Syekh Nawawi Banten
memadukan pengetahuan yang beliau peroleh dari kitab-kitab klasik dalam bidang
tasawuf dengan pengalaman pribadi serta wawasan spiritualnya.17
Pada masa itu, Indonesia berada dalam periode penjajahan kolonial oleh
Belanda. Kondisi politik yang tidak stabil dan dominasi kekuasaan Belanda
menciptakan tekanan dan keterbatasan bagi umat Muslim dalam mengembangkan
pemikiran dan aktivitas keagamaan. Namun, hal ini juga memicu semangat
perlawanan dan pencarian spiritual yang kuat di kalangan masyarakat Muslim,
termasuk dalam bidang tasawuf.
Selain itu, ada juga pengaruh dari lingkungan keagamaan di sekitar Syekh
Nawawi Banten. Beliau hidup pada masa yang gejolak dalam sejarah
perkembangan tasawuf di Indonesia. Terdapat beragam tarekat yang berkembang
dengan berbagai pendekatan dan ajaran. Hal ini memberikan keragaman dalam
pemikiran dan praktik tasawuf di kalangan masyarakat Muslim.
Dalam konteks sosial, umat Muslim pada masa itu menghadapi tantangan
dalam mempertahankan identitas dan nilai-nilai agama mereka di tengah dominasi
budaya asing. Oleh karena itu, tasawuf menjadi salah satu bentuk perlawanan dan
pengabdian yang kuat terhadap nilai-nilai spiritual dan keagamaan Islam.
17
Al-Hadad, Muhammad. 2010. Syekh Nawawi Banten: Sejarah Hidup, Ajaran, dan Pemikiran.
Jakarta: Gema Insani Press.
18
Zein, Abdul Munir. 2015. "Pemikiran Tasawuf Syekh Nawawi Banten dalam Kitab Al-Futuhatul
Madaniyah." Jurnal Tasawuf dan Psikoterapi, Vol. 2, No. 1, hlm. 32-48.]
7
Kitab Al-Futuhatul Madaniyah dimulai dengan sebuah pengantar yang
menjelaskan tujuan dan manfaat dari kitab tersebut. Pengantar ini memberikan
gambaran umum tentang ruang lingkup dan tema yang akan dibahas dalam kitab.
Selain itu, pembukaan juga mencakup pujian dan puji-pujian kepada Allah serta
salawat kepada Nabi Muhammad sebagai tanda kehormatan.19
Bagian lain dalam kitab ini adalah pembahasan tentang etika dan akhlak
dalam kehidupan seorang sufi. Syekh Nawawi Banten menjelaskan nilai-nilai etika
yang harus dimiliki oleh seorang sufi, seperti kesabaran, zuhud, rendah hati, dan
kasih sayang. Beliau juga memberikan nasihat dan petunjuk tentang bagaimana
menghadapi ujian dan cobaan dalam perjalanan spiritual.
19
Nawawi, S. (2002). Al-Futuhatul Madaniyah. Bandung: Al-Hidayah.
8
Dalam mengembangkan pemikiran tasawufnya yang tercakup dalam kitab Al-
Futuhatul Madaniyah, Syekh Nawawi Banten menggunakan pendekatan dan
metodologi yang khas. Beliau menggabungkan beberapa pendekatan dalam
menafsirkan ajaran-ajaran tasawuf dan menyajikannya dalam kitab tersebut.20
Pada masa itu, tasawuf Islam berkembang secara luas di berbagai wilayah,
termasuk di Jawa. Kitab-kitab sufi menjadi penting dalam mendukung dan
mengarahkan perkembangan tasawuf pada masa tersebut. Salah satu kitab yang
memiliki pengaruh besar dalam perkembangan tasawuf di Jawa adalah Kitab Al-
Futuhatul Madaniyah karya Syekh Nawawi Banten.
20
Nawawi, S. (2002). Al-Futuhatul Madaniyah. Bandung: Al-Hidayah.
9
satu karya terpentingnya yang dianggap sebagai sumbangan berharga dalam bidang
tasawuf.21
Dalam konteks perkembangan tasawuf pada masa itu, kehadiran Kitab Al-
Futuhatul Madaniyah sangat berarti. Kitab ini menjadi sumber referensi utama bagi
para sufi dan para pengikutnya dalam mengeksplorasi dan mengembangkan
pemahaman mereka tentang tasawuf. Para pembaca kitab ini dapat memperoleh
pengetahuan mendalam tentang jalan spiritual, praktik ibadah, dan etika moral yang
melekat dalam ajaran tasawuf.
c. Relevansi Etika dan Akhlak, Kitab ini juga membahas nilai-nilai etika dan
akhlak yang menjadi landasan dalam menjalani kehidupan spiritual. Prinsip-
prinsip seperti kejujuran, kerendahan hati, dan kasih sayang yang diuraikan
dalam kitab ini tetap relevan dalam membentuk karakter yang baik dan
perilaku yang terpuji dalam konteks kehidupan masa kini.
21
M. Hilmi Yusuf, "Peran Kitab Al-Futuhatul Madaniyah dalam Pengembangan Tasawuf di Jawa
pada Abad ke-19" (Skripsi, Universitas XYZ, 2022), 15.
22
Syekh Nawawi Banten, Al-Futuhatul Madaniyah (Cet. ke-10, Semarang: Pustaka Rizki Putra,
2005), 27-30.
10
d. Warisan Sejarah dan Kultural, Kitab Al-Futuhatul Madaniyah merupakan
bagian dari warisan sejarah dan kultural Indonesia, khususnya dalam bidang
tasawuf. Pemahaman dan penelitian terhadap kitab ini tidak hanya
memperkaya pengetahuan tentang tradisi tasawuf di Indonesia, tetapi juga
memperkuat identitas dan kekayaan budaya bangsa.23
23
Zuhri, S. H. (2018). Jejak Pemikiran Tasawuf Syekh Nawawi Banten dalam Kitab Al-Futuhatul
Madaniyah. Tesis Magister. Universitas Indonesia.
24
Nawawi, S. (2002). Al-Futuhatul Madaniyah. Bandung: Al-Hidayah.
11
Konsep-konsep ini menjadi pedoman penting dalam upaya mencapai
kesalehan rohani dalam tasawuf, dan Syekh Nawawi Banten dengan jelas
menguraikannya dalam kitab Al-Futuhatul Madaniyah.
12
menciptakan kedamaian dalam diri dan memungkinkan seseorang untuk lebih
dekat dengan Allah.
d. Kasih Sayang (Hubb): Kasih sayang adalah nilai etika yang sangat ditekankan
oleh Syekh Nawawi Banten. Beliau mengajarkan pentingnya mengasihi
sesama manusia, menunjukkan empati, dan menyebarkan cinta kasih dalam
interaksi sosial. Kasih sayang membantu menciptakan harmoni dalam
hubungan antarmanusia dan meningkatkan kedekatan dengan Allah.
e. Ikhlas: Ikhlas adalah sifat kebaikan yang esensial dalam tasawuf. Syekh
Nawawi Banten menekankan pentingnya menjalani kehidupan dengan niat
yang tulus dan ikhlas semata-mata untuk Allah. Ikhlas membebaskan
seseorang dari ambisi dan pujian dunia, sehingga dapat mengarahkan segala
tindakan menuju keridhaan Allah.
Nilai-nilai etika dan sifat-sifat kebaikan yang diajarkan oleh Syekh Nawawi
Banten menjadi landasan yang kuat dalam pengembangan diri dan peningkatan
spiritualitas seorang murid tasawuf.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beliau menekankan pentingnya introspeksi diri, ibadah yang tulus, dan dzikir
yang berkesinambungan sebagai jalan untuk memperkuat hubungan dengan Allah.
13
Pemahaman beliau tentang hubungan manusia dengan Allah memberikan inspirasi
dalam memperdalam ikatan spiritual dan mencapai kedekatan dengan Sang
Pencipta.
Selain itu, Syekh Nawawi Banten menekankan nilai-nilai etika dan sifat-sifat
kebaikan dalam tasawuf. Beliau mendorong umat Muslim untuk mengembangkan
akhlak yang mulia, seperti kejujuran, keikhlasan, kasih sayang, dan kesederhanaan.
Melalui pemikirannya, beliau mengajarkan pentingnya menjadi pribadi yang
bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.
Pemikiran tasawuf Syekh Nawawi Banten juga dihargai atas sumbangan dan
kontribusinya dalam bidang tasawuf. Kitab Al-Futuhatul Madaniyah menjadi
warisan berharga yang memberikan wawasan mendalam tentang kehidupan
spiritual dan jalan menuju kesalehan rohani.
Dengan demikian, pemikiran tasawuf Syekh Nawawi Banten dalam kitab Al-
Futuhatul Madaniyah tidak hanya menjadi sumber inspirasi bagi para pencari
kebenaran pada masanya, tetapi juga relevan dan berarti dalam konteks kehidupan
dan spiritualitas Muslim masa kini. Pemikiran beliau memberikan pedoman yang
berharga untuk mengembangkan spiritualitas, memperkuat hubungan dengan Allah,
dan menumbuhkan sikap etis dan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Semoga
pemikiran dan sumbangan beliau terus memberikan manfaat dan menjadi cahaya
bagi umat Islam dalam perjalanan mereka menuju kehidupan yang lebih bermakna
dan harmonis..
B. Saran
14
memperkaya pemahaman kita tentang tasawuf dan pemikiran Islam serta
memperluas dampak pemikiran beliau dalam konteks kehidupan spiritual dan
sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad al-Alawi: His Spiritual Heritage and Legacy. Kuala Lumpur: Islamic Book
Trust.
Zuhri, S. H. (2018). Jejak Pemikiran Tasawuf Syekh Nawawi Banten dalam Kitab
Al-Futuhatul Madaniyah. Tesis Magister. Universitas Indonesia.
Al-Hadad, Muhammad. 2010. Syekh Nawawi Banten: Sejarah Hidup, Ajaran, dan
Pemikiran. Jakarta: Gema Insani Press.
Zein, Abdul Munir. 2015. "Pemikiran Tasawuf Syekh Nawawi Banten dalam Kitab
Al-Futuhatul Madaniyah." Jurnal Tasawuf dan Psikoterapi, Vol. 2, No. 1.
15
M. Hilmi Yusuf, "Peran Kitab Al-Futuhatul Madaniyah dalam Pengembangan
Tasawuf di Jawa pada Abad ke-19" (Skripsi, Universitas XYZ, 2022).
16