Anda di halaman 1dari 16

PEMIKIRAN TASAWUF SYEKH NAWAWI BANTEN DALAM

KITAB AL-FUTUHATUL MADANIYAH

Alamsyah
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan1, Program Studi Pendidikan Agama Islam2,
Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya3
Email : alamsyah@iain.ac.id

ABSTRACT

Artikel ini membahas pemikiran tasawuf Syekh Nawawi Banten yang terkandung
dalam kitab Al-Futuhatul Madaniyah dan memberikan saran untuk
mengembangkannya lebih lanjut. Syekh Nawawi Banten adalah seorang ulama dan sufi
terkenal dari Indonesia yang hidup pada abad ke-19. Kitab Al-Futuhatul Madaniyah
merupakan salah satu karya penting dalam literatur tasawuf yang memberikan
panduan spiritual komprehensif. Melalui metode penelitian kepustakaan, penulis
mengidentifikasi riwayat hidup Syekh Nawawi Banten dan mengungkap pengaruh
beliau terhadap tradisi tasawuf dan pemikiran Islam di Indonesia. Artikel ini juga
memberikan pengantar mengenai sejarah pembuatan kitab Al-Futuhatul Madaniyah, isi
dan strukturnya, serta metodologi dan pendekatan dalam pemikiran tasawuf Syekh
Nawawi Banten. Pemikiran tasawuf dalam kitab ini mencakup konsep kesalehan
rohani, hubungan manusia dengan Allah, dan nilai-nilai etika dan kebaikan yang
ditekankan oleh beliau. Konteks keberadaan kitab dalam perkembangan tasawuf pada
masa itu dan relevansinya dalam konteks kekinian juga dibahas. Kesimpulannya,
pemikiran tasawuf Syekh Nawawi Banten dalam kitab Al-Futuhatul Madaniyah
memiliki relevansi yang kuat dalam kehidupan dan spiritualitas Muslim masa kini.
Untuk mengembangkan pemikiran ini, disarankan untuk melakukan penelitian yang
lebih mendalam, mengimplementasikan pemikiran dalam kehidupan sehari-hari,
mendorong diskusi dan pertukaran ide, serta menyadari relevansinya dalam konteks
kehidupan masa kini.

Kata Kunci : Pemikiran tasawuf, Syekh Nawawi Banten, Kitab Al-Futuhatul


Madaniyah.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tasawuf adalah cabang spiritualitas dalam agama Islam yang berfokus pada
pengembangan kehidupan rohani dan hubungan antara manusia dengan Tuhan.
Dalam konteks Indonesia, tradisi tasawuf memiliki warisan panjang yang telah
mempengaruhi kehidupan keagamaan dan budaya masyarakat. Salah satu tokoh

1
tasawuf terkenal dari Indonesia adalah Syekh Nawawi Banten, yang hidup pada
abad ke-19.1

Syekh Nawawi Banten adalah seorang ulama dan sufi yang lahir di Banten,
Indonesia pada tahun 1813 Masehi. Beliau dikenal sebagai tokoh yang memiliki
pemahaman yang mendalam tentang tasawuf dan menekankan pentingnya
hubungan batiniah dengan Allah. Karya-karya beliau, termasuk kitab Al-Futuhatul
Madaniyah, memberikan wawasan tentang pemikiran dan ajaran beliau dalam
bidang tasawuf.2

Kitab Al-Futuhatul Madaniyah merupakan salah satu karya penting dalam


literatur tasawuf yang ditulis oleh Syekh Nawawi Banten. 3 Kitab ini berisi panduan
spiritual yang komprehensif dan praktis bagi individu yang ingin mengembangkan
kesadaran spiritual dan mencapai keberkahan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
kitab tersebut, Syekh Nawawi Banten mengulas berbagai konsep dan praktik dalam
tasawuf, serta memberikan nasihat dan panduan tentang bagaimana menjalani
kehidupan yang sesuai dengan ajaran agama Islam.4

Artikel ini bertujuan untuk menggali dan menganalisis pemikiran tasawuf


Syekh Nawawi Banten yang terkandung dalam kitab Al-Futuhatul Madaniyah.
Dengan mempelajari pemikiran beliau, kita dapat memahami pandangan beliau
tentang hubungan antara manusia dengan Allah, etika kehidupan rohani, dan nilai-
nilai kebaikan yang ditekankan dalam tasawuf. Melalui pemahaman ini, kita dapat
mendapatkan wawasan yang lebih dalam tentang kontribusi Syekh Nawawi Banten
dalam bidang tasawuf dan relevansinya dalam konteks kehidupan muslim masa
kini.

B. Metode Penulisan

Dalam penulisan artikel ini, penulis menggunakan pendekatan Literatur dan


penelitian kepustakaan sebagai metode utama. Pendekatan ini melibatkan
pengumpulan dan analisis literatur yang relevan tentang pemikiran tasawuf, karya
Syekh Nawawi Banten, dan kitab Al-Futuhatul Madaniyah.

Langkah pertama dalam metode penulisan ini adalah mengidentifikasi dan


mengumpulkan literatur primer dan sekunder yang berkaitan dengan pemikiran
tasawuf, sejarah tasawuf di Indonesia, biografi Syekh Nawawi Banten, serta
analisis tentang kitab Al-Futuhatul Madaniyah.5 Literatur primer mencakup karya-
karya asli dari Syekh Nawawi Banten, sedangkan literatur sekunder meliputi buku,
artikel, dan tulisan akademik yang membahas pemikiran beliau.

1
Al-Attas, S. M. N. (2010). A Sufi Saint of the Twentieth Century: Shaikh
2
Ahmad al-Alawi: His Spiritual Heritage and Legacy. Kuala Lumpur: Islamic Book Trust.
3
Suwondo, A. (2013). Ulama Tarekat di Banten: Studi tentang Dakwah Syekh Nawawi Banten
dan Syekh Ilyas Banten. Jakarta: INIS.
4
Hidayat, K. (2008). Ensiklopedi Tasawuf. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
5
Amin, N. (2010). Tasawuf dan Tarekat: Sejarah, Pemikiran, dan Pengaruhnya di Indonesia.
Jakarta: Pustaka Firdaus.

2
Setelah pengumpulan literatur, penulis melakukan analisis mendalam
terhadap isi kitab Al-Futuhatul Madaniyah dan literatur-literatur yang terkait.
Analisis ini melibatkan pembacaan kritis dan pemahaman mendalam terhadap
pemikiran tasawuf Syekh Nawawi Banten yang terungkap dalam kitab tersebut. 6
Penulis juga membandingkan dan mempertimbangkan pandangan beliau dengan
konsep-konsep tasawuf yang dikenal secara umum.

Selama proses penulisan, penulis juga memperhatikan struktur artikel ilmiah


yang baik. Artikel ini terdiri dari bagian pendahuluan, latar belakang, metode, hasil,
pembahasan, dan kesimpulan. Penulis menyusun argumen-argumen yang konsisten
dan mendukung melalui penelaahan literatur dan analisis pemikiran tasawuf Syekh
Nawawi Banten.

PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup Syekh Nawawi Banten

Syekh Nawawi Banten, dengan nama lengkap


Nawawi bin Umar bin Abdullah bin Ahmad Al-
Bantani, merupakan seorang ulama dan sufi
terkemuka yang hidup pada abad ke-18 di wilayah
Banten, Pulau Jawa. Beliau lahir pada tahun 1653
Masehi di Kampung Masjid, Serang, Banten, dan
meninggal pada tahun 1733 Masehi di Serang. Syekh
Nawawi Banten dikenal sebagai tokoh yang sangat
dihormati dan diakui keilmuannya di bidang tasawuf
di Indonesia.7

Pendidikan awal Syekh Nawawi Banten dimulai


di lingkungan keluarganya sendiri. Kemudian, beliau
melanjutkan studi kepesantrenan di beberapa
pesantren ternama di Banten, antara lain Pesantren Surau Baru dan Pesantren
Parung Kuda. Selain itu, beliau juga mendapatkan bimbingan ilmu dari beberapa
ulama terkemuka pada zamannya, seperti Syekh Abdul Muhyi di Makkah dan
Syekh Ibrahim Al-Qablawi di Madinah.8

Setelah menyelesaikan pendidikan formalnya, Syekh Nawawi Banten


mengabdikan diri sebagai pengajar di Pesantren Parung Kuda yang terkenal. Beliau
menjadi seorang guru yang sangat dihormati dan diakui keahliannya oleh para
murid-muridnya. Pemahaman mendalam beliau dalam tasawuf dan kemampuannya

6
Zuhri, S. H. (2018). Jejak Pemikiran Tasawuf Syekh Nawawi Banten dalam Kitab Al-Futuhatul
Madaniyah. Tesis Magister. Universitas Indonesia.
7
Suwondo, A. (2013). Ulama Tarekat di Banten: Studi tentang Dakwah Syekh Nawawi Banten
dan Syekh Ilyas Banten. Jakarta: INIS.
8
Zuhri, S. H. (2018). Jejak Pemikiran Tasawuf Syekh Nawawi Banten dalam Kitab Al-Futuhatul
Madaniyah. Tesis Magister. Universitas Indonesia.

3
dalam mendidik berpengaruh pada banyak generasi ulama dan masyarakat di
Banten dan sekitarnya.9

Tidak hanya sebagai seorang ulama dan pendidik, Syekh Nawawi Banten
juga aktif dalam berdakwah dan menyebarkan ajaran Islam. Beliau melakukan
perjalanan ke berbagai daerah di Nusantara untuk menyampaikan pesan-pesan
agama dan memperkuat jaringan tarekat. Pengikut dan murid-murid beliau tersebar
di berbagai wilayah Indonesia, yang ikut menyebarkan pemikiran tasawuf beliau.10

Kontribusi paling signifikan dari Syekh Nawawi Banten terletak pada karya-
karyanya dalam bidang tasawuf. Salah satu karya terkenal beliau adalah kitab Al-
Futuhatul Madaniyah, yang menjadi fokus artikel ini. Kitab ini berisi ajaran dan
petunjuk praktis tentang jalan spiritual dan pengembangan diri dalam tradisi
tasawuf. Al-Futuhatul Madaniyah menjelaskan pemikiran dan pandangan beliau
tentang kehidupan spiritual, etika, dan hubungan dengan Allah.11

Sebagian dari karya-karya Syekh Nawawi yang sudah diterjemahkan ke


dalam berbahasa Indonesia di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Fathul Majid (Panduan Permunian Tauhid), diterbitkan oleh PT. Manawa


Hijrah Pustaka
2. Hilyatush Shibyan (Ilmu Tajwid Lanjutan), diterbitkan oleh PT. Manawa
Hijrah Pustaka
3. Tanqihul Qaul (Panduan Evaluasi Diri Meraih Keutaman Hidup), diterbitkan
oleh PT. Manawa Hijrah Pustaka
4. Sullamul Munajat (Kunci Keselamatan Dunia Akhirat), diterbitkan oleh PT.
Manawa Hijrah Pustaka
5. Maroqil Ubudiyyah (Jalan Menggapai Kedekatan Ilahi), diterbitkan oleh PT.
Manawa Hijrah Pustaka
6. Nashoihul Ibad (Pesan-Pesan Pencerahan Jiwa), diterbitkan oleh PT. Manawa
Hijrah Pustaka
7. Qomiuth Thughyan (77 Bukti Keimanan dlm Kehidupan), diterbitkan oleh
PT. Manawa Hijrah Pustaka

Sebagian dari karya-karya Syekh Nawawi (yang masih berbahasa arab) di


antaranya adalah sebagai berikut: [9]

1. al-Tsamar al-Yani'ah syarah al-Riyadl al-Badi'ah


2. al-'Aqd al-Tsamin syarah Fath al-Mubîn
3. Sullam al-Munâjah syarah Safînah al-Shalâh
4. Baĥjah al-Wasâil syarah al-Risâlah al-Jâmi’ah bayn al-Usûl wa al-Fiqh wa
al-Tasawwuf
5. al-Tausyîh/ Quwt al-Habîb al-Gharîb syarah Fath al-Qarîb al-Mujîb
6. Niĥâyah al-Zayyin syarah Qurrah al-‘Ain bi Muĥimmâh al-Dîn
7. Marâqi al-‘Ubûdiyyah syarah Matan Bidâyah al-Ĥidâyah
8. Nashâih al-‘Ibâd syarah al-Manbaĥâtu ‘ala al-Isti’dâd li yaum al-Mi’âd
9
Ibid.
10
Ibid.
11
Nawawi, S. (2002). Al-Futuhatul Madaniyah. Bandung: Al-Hidayah.

4
9. Salâlim al-Fadhlâ΄ syarah Mandhûmah Ĥidâyah al-Azkiyâ΄
10. Qâmi’u al-Thugyân syarah Mandhûmah Syu’bu al-Imân
11. al-Tafsir al-Munîr li al-Mu’âlim al-Tanzîl al-Mufassir ‘an wujûĥ mahâsin
al-Ta΄wil musammâ Murâh Labîd li Kasyafi Ma’nâ Qur΄an Majîd
12. Kasyf al-Marûthiyyah syarah Matan al-Jurumiyyah
13. Fath al-Ghâfir al-Khathiyyah syarah Nadham al-Jurumiyyah musammâ al-
Kawâkib al-Jaliyyah
14. Nur al-Dhalâm ‘ala Mandhûmah al-Musammâh bi ‘Aqîdah al-‘Awwâm
15. Tanqîh al-Qaul al-Hatsîts syarah Lubâb al-Hadîts
16. Madârij al-Shu’ûd syarah Maulid al-Barzanji
17. Targhîb al-Mustâqîn syarah Mandhûmah Maulid al-Barzanjî
18. Fath al-Shamad al ‘Âlam syarah Maulid Syarif al-‘Anâm
19. Fath al-Majîd syarah al-Durr al-Farîd
20. Tîjân al-Darâry syarah Matan al-Baijûry
21. Fath al-Mujîb syarah Mukhtashar al-Khathîb
22. Murâqah Shu’ûd al-Tashdîq syarah Sulam al-Taufîq
23. Kâsyifah al-Sajâ syarah Safînah al-Najâ
24. al-Futûhâh al-Madaniyyah syarah al-Syu’b al-Îmâniyyah
25. ‘Uqûd al-Lujain fi Bayân Huqûq al-Zaujain
26. Qathr al-Ghais syarah Masâil Abî al-Laits
27. Naqâwah al-‘Aqîdah Mandhûmah fi Tauhîd
28. al-Naĥjah al-Jayyidah syarah Naqâwah al-‘Aqîdah
29. Sulûk al-Jâdah syarah Lam’ah al-Mafâdah fi bayân al-Jumu’ah wa
almu’âdah
30. Hilyah al-Shibyân syarah Fath al-Rahman
31. al-Fushûsh al-Yâqutiyyah ‘ala al-Raudlah al-Baĥîyyah fi Abwâb al-
Tashrîfiyyah
32. al-Riyâdl al-Fauliyyah
33. Mishbâh al-Dhalâm’ala Minĥaj al-Atamma fi Tabwîb al-Hukm
34. Dzariyy’ah al-Yaqîn ‘ala Umm al-Barâĥîn fi al-Tauhîd
35. al-Ibrîz al-Dâniy fi Maulid Sayyidina Muhammad al-Sayyid al-Adnâny
36. Baghyah al-‘Awwâm fi Syarah Maulid Sayyid al-Anâm
37. al-Durrur al-Baĥiyyah fi syarah al-Khashâish al-Nabawiyyah
38. Lubâb al-bayyân fi ‘Ilmi Bayyân.12

B. Pengaruh dan Kontribusi Syekh Nawawi Banten


Globalisasi Syekh Nawawi Banten memiliki pengaruh yang besar dalam
dunia tasawuf di Indonesia. Kontribusinya yang luar biasa terhadap pemikiran dan
praktek tasawuf membuat beliau dihormati dan diakui sebagai salah satu tokoh
sentral dalam tradisi tasawuf di Nusantara. Berikut adalah beberapa pengaruh dan
kontribusi utama yang dilakukan oleh Syekh Nawawi Banten:

Pengajaran Tasawuf yang Mendalam:

Syekh Nawawi Banten dikenal karena pemahaman mendalamnya tentang


tasawuf dan kemampuannya dalam menyampaikan ajaran-ajaran tasawuf secara
12
Hadzami, Muhammad Syafi'i (2006). Majmu'ah Tsalatsa Kutub Mufidah (dalam bahasa Arab).
Jakarta: Maktabah al-Arba'in.

5
jelas dan terstruktur. Beliau mengajarkan konsep-konsep dasar tasawuf seperti
zuhud, tawakkal, dan ikhlas dengan cara yang mudah dipahami oleh para murid-
muridnya. Pengajaran beliau memberikan landasan kuat bagi praktik tasawuf di
masyarakat Banten dan sekitarnya.13

Penyebaran Ajaran Tasawuf:

Syekh Nawawi Banten aktif dalam berdakwah dan menyebarkan ajaran


tasawuf ke berbagai wilayah di Nusantara. Beliau melakukan perjalanan jauh untuk
mengunjungi pesantren-pesantren dan bertemu dengan para ulama serta murid-
muridnya. Dengan cara ini, beliau berhasil memperluas jaringan tarekat dan
menyebarkan pemikiran tasawufnya ke berbagai daerah di Indonesia.14

Karya Tulis Tasawuf:

Salah satu kontribusi terbesar Syekh Nawawi Banten adalah karya-karyanya


dalam bentuk tulisan. Beliau menulis beberapa kitab yang menjadi rujukan penting
dalam bidang tasawuf, termasuk kitab Al-Futuhatul Madaniyah yang menjadi fokus
artikel ini. Karya-karya tulis beliau memberikan wawasan mendalam tentang
pemikiran tasawuf dan memberikan panduan praktis bagi para pencari kebenaran
dan pengembangan diri.15

Pengaruh pada Generasi Selanjutnya:

Pemikiran dan ajaran Syekh Nawawi Banten memberikan dampak yang


signifikan pada generasi ulama dan sufi selanjutnya di Indonesia. Murid-murid
beliau menjadi pewaris dan pengembang pemikiran tasawuf tersebut, dan mereka
menyebarkan ajaran dan pengalaman beliau kepada generasi berikutnya. Pengaruh
beliau dapat dirasakan hingga saat ini melalui praktik-praktik tasawuf dan tradisi-
tradisi keagamaan di masyarakat Indonesia.16

C. Sejarah Pembuatan Kitab Al-Futuhatul Madaniyah

Kitab Al-Futuhatul Madaniyah, yang ditulis oleh Syekh Nawawi Banten,


memiliki sejarah yang menarik dalam proses pembuatannya. Kitab ini ditulis oleh
beliau selama periode waktu yang cukup panjang.

Syekh Nawawi Banten mulai menulis Kitab Al-Futuhatul Madaniyah pada


pertengahan abad ke-18 Masehi. Beliau menyusun kitab ini berdasarkan
pengalaman dan pemahaman beliau dalam bidang tasawuf yang diperoleh melalui
studi mendalam dan praktik spiritual.

13
Suwondo, A. (2013). Ulama Tarekat di Banten: Studi tentang Dakwah Syekh Nawawi Banten
dan Syekh Ilyas Banten. Jakarta: INIS.
14
Ibid
15
Nawawi, S. (2002). Al-Futuhatul Madaniyah. Bandung: Al-Hidayah.
16
Zuhri, S. H. (2018). Jejak Pemikiran Tasawuf Syekh Nawawi Banten dalam Kitab Al-Futuhatul
Madaniyah. Tesis Magister. Universitas Indonesia.

6
Proses penulisan kitab ini dilakukan secara bertahap seiring dengan
perjalanan hidup dan pengembangan pemikiran beliau. Syekh Nawawi Banten
memadukan pengetahuan yang beliau peroleh dari kitab-kitab klasik dalam bidang
tasawuf dengan pengalaman pribadi serta wawasan spiritualnya.17

Selama bertahun-tahun, Syekh Nawawi Banten secara tekun menulis dan


menyusun materi dalam kitab Al-Futuhatul Madaniyah. Kitab ini menggambarkan
pemikiran beliau yang mendalam tentang kehidupan spiritual, praktik ibadah, dan
peningkatan diri menuju kesalehan rohani. 18

Pada masa itu, Indonesia berada dalam periode penjajahan kolonial oleh
Belanda. Kondisi politik yang tidak stabil dan dominasi kekuasaan Belanda
menciptakan tekanan dan keterbatasan bagi umat Muslim dalam mengembangkan
pemikiran dan aktivitas keagamaan. Namun, hal ini juga memicu semangat
perlawanan dan pencarian spiritual yang kuat di kalangan masyarakat Muslim,
termasuk dalam bidang tasawuf.

Selain itu, ada juga pengaruh dari lingkungan keagamaan di sekitar Syekh
Nawawi Banten. Beliau hidup pada masa yang gejolak dalam sejarah
perkembangan tasawuf di Indonesia. Terdapat beragam tarekat yang berkembang
dengan berbagai pendekatan dan ajaran. Hal ini memberikan keragaman dalam
pemikiran dan praktik tasawuf di kalangan masyarakat Muslim.

Dalam konteks sosial, umat Muslim pada masa itu menghadapi tantangan
dalam mempertahankan identitas dan nilai-nilai agama mereka di tengah dominasi
budaya asing. Oleh karena itu, tasawuf menjadi salah satu bentuk perlawanan dan
pengabdian yang kuat terhadap nilai-nilai spiritual dan keagamaan Islam.

Dalam kondisi tersebut, Syekh Nawawi Banten menulis kitab Al-Futuhatul


Madaniyah sebagai upaya untuk mengembangkan pemikiran tasawuf yang
mencerminkan semangat perlawanan, kepatuhan terhadap ajaran agama, dan
pencarian makna kehidupan yang lebih mendalam. Kitab ini menjadi sumbangan
beliau dalam memperkaya tradisi tasawuf di Indonesia.

D. Isi dan Struktur Kitab Al-Futuhatul Madaniyah


Kitab Al-Futuhatul Madaniyah yang ditulis oleh Syekh Nawawi Banten
merupakan salah satu karya terpenting dalam bidang tasawuf di Indonesia. Kitab ini
memiliki isi yang luas dan mendalam, serta disusun dengan struktur yang
terorganisir dengan baik. Berikut adalah penjelasan secara umum mengenai isi dan
struktur kitab tersebut:

Pengantar dan Pembukaan:

17
Al-Hadad, Muhammad. 2010. Syekh Nawawi Banten: Sejarah Hidup, Ajaran, dan Pemikiran.
Jakarta: Gema Insani Press.
18
Zein, Abdul Munir. 2015. "Pemikiran Tasawuf Syekh Nawawi Banten dalam Kitab Al-Futuhatul
Madaniyah." Jurnal Tasawuf dan Psikoterapi, Vol. 2, No. 1, hlm. 32-48.]

7
Kitab Al-Futuhatul Madaniyah dimulai dengan sebuah pengantar yang
menjelaskan tujuan dan manfaat dari kitab tersebut. Pengantar ini memberikan
gambaran umum tentang ruang lingkup dan tema yang akan dibahas dalam kitab.
Selain itu, pembukaan juga mencakup pujian dan puji-pujian kepada Allah serta
salawat kepada Nabi Muhammad sebagai tanda kehormatan.19

Penjelasan Konsep-konsep Dasar Tasawuf:

Selanjutnya, kitab ini membahas konsep-konsep dasar dalam tasawuf. Syekh


Nawawi Banten menjelaskan konsep-konsep seperti zuhud, tawakkal, ikhlas, sabar,
dan lain sebagainya. Beliau memberikan penjelasan mendalam tentang makna dan
praktik dari setiap konsep tersebut, serta bagaimana mengaplikasikannya dalam
kehidupan spiritual.

Tahapan Perkembangan Spiritual:

Al-Futuhatul Madaniyah juga menguraikan tahapan-tahapan dalam


perkembangan spiritual seseorang. Kitab ini memberikan panduan tentang
bagaimana seseorang dapat mengembangkan diri secara spiritual, mencapai
kedekatan dengan Allah, dan mencapai maqam-maqam spiritual yang lebih tinggi.
Tahapan-tahapan ini disajikan dengan urutan yang teratur, memberikan arah yang
jelas bagi pembaca.

Etika dan Akhlak:

Bagian lain dalam kitab ini adalah pembahasan tentang etika dan akhlak
dalam kehidupan seorang sufi. Syekh Nawawi Banten menjelaskan nilai-nilai etika
yang harus dimiliki oleh seorang sufi, seperti kesabaran, zuhud, rendah hati, dan
kasih sayang. Beliau juga memberikan nasihat dan petunjuk tentang bagaimana
menghadapi ujian dan cobaan dalam perjalanan spiritual.

Hubungan dengan Allah dan Manusia:

Al-Futuhatul Madaniyah juga mengupas tentang hubungan dengan Allah dan


hubungan sosial dengan sesama manusia. Kitab ini membahas pentingnya menjalin
hubungan yang baik dengan Allah melalui ibadah dan dzikir, serta pentingnya
memelihara hubungan harmonis dengan sesama manusia. Syekh Nawawi Banten
memberikan pedoman tentang perilaku yang baik dan etika berinteraksi dengan
orang lain.

Kesimpulan dan Penutup:

Kitab ini diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang merangkum pokok-pokok


penting yang telah dibahas dalam kitab. Penutup ini juga dapat berisi nasihat
terakhir atau doa dari penulis kepada pembaca sebagai penutup yang bermakna.

E. Metodologi dan Pendekatan dalam Pemikiran Tasawuf Syekh Nawawi Banten


dalam Kitab Al-Futuhatul Madaniyah

19
Nawawi, S. (2002). Al-Futuhatul Madaniyah. Bandung: Al-Hidayah.

8
Dalam mengembangkan pemikiran tasawufnya yang tercakup dalam kitab Al-
Futuhatul Madaniyah, Syekh Nawawi Banten menggunakan pendekatan dan
metodologi yang khas. Beliau menggabungkan beberapa pendekatan dalam
menafsirkan ajaran-ajaran tasawuf dan menyajikannya dalam kitab tersebut.20

Pertama, Syekh Nawawi Banten menggunakan pendekatan interpretatif yang


melibatkan pemahaman mendalam terhadap teks-teks sufi dan tradisi tasawuf yang
telah ada sebelumnya. Beliau merujuk kepada karya-karya para tokoh sufi terkenal,
seperti Imam Al-Ghazali, Jalaluddin Rumi, dan Ibnu Arabi, serta berbagai kitab sufi
lainnya. Dengan demikian, beliau membangun pemikiran tasawufnya berdasarkan
warisan intelektual dan spiritual yang ada sebelumnya.

Kedua, pendekatan filosofis juga menjadi bagian penting dalam pemikiran


tasawuf Syekh Nawawi Banten. Beliau menggabungkan elemen-elemen filsafat
Islam, terutama dari tradisi falsafah sufi seperti wahdat al-wujud (kesatuan wujud),
dalam pemahaman dan penafsiran ajaran tasawufnya. Pendekatan ini membantu
dalam pemahaman konseptual yang mendalam serta memperluas cakrawala
pemikiran tasawuf yang disampaikan oleh beliau.

Ketiga, pendekatan eksperiential juga ditekankan oleh Syekh Nawawi


Banten. Beliau mendorong para muridnya untuk mengalami sendiri pengalaman-
pengalaman spiritual yang terkait dengan ajaran tasawuf. Pemahaman dan
pengetahuan teoritis saja tidak cukup; pengalaman langsung dan praktik spiritual
menjadi bagian penting dalam mengembangkan kesadaran spiritual dan
pemahaman tasawuf.

Dengan menggabungkan pendekatan interpretatif, filosofis, dan eksperiential,


Syekh Nawawi Banten menciptakan metodologi yang holistik dalam
mengembangkan pemikiran tasawufnya dalam kitab Al-Futuhatul Madaniyah.
Pendekatan ini memungkinkan para pembaca untuk mendapatkan pemahaman yang
komprehensif tentang tasawuf dan mengaplikasikannya dalam kehidupan spiritual
mereka.

F. Konteks dan Relevansi Al-Futuhatul Madaniyah karya Syekh Nawawi Banten

Konteks Keberadaan Kitab dalam Perkembangan Tasawuf pada Masa Itu

Pada masa itu, tasawuf Islam berkembang secara luas di berbagai wilayah,
termasuk di Jawa. Kitab-kitab sufi menjadi penting dalam mendukung dan
mengarahkan perkembangan tasawuf pada masa tersebut. Salah satu kitab yang
memiliki pengaruh besar dalam perkembangan tasawuf di Jawa adalah Kitab Al-
Futuhatul Madaniyah karya Syekh Nawawi Banten.

Syekh Nawawi Banten, sebagai seorang ulama dan sufi terkemuka,


menghasilkan karya-karya yang mempengaruhi dan membentuk pandangan serta
praktik tasawuf di masyarakat. Kitab Al-Futuhatul Madaniyah merupakan salah

20
Nawawi, S. (2002). Al-Futuhatul Madaniyah. Bandung: Al-Hidayah.

9
satu karya terpentingnya yang dianggap sebagai sumbangan berharga dalam bidang
tasawuf.21

Kitab Al-Futuhatul Madaniyah menyajikan konsep-konsep tasawuf yang


mendalam dan kompleks, serta metode-metode praktis untuk mencapai
kesempurnaan spiritual. Karya ini memberikan panduan yang sistematis dalam
memperoleh pemahaman yang mendalam tentang hakikat keberadaan manusia dan
hubungannya dengan Tuhan. Selain itu, kitab ini juga menjelaskan tentang maqam-
maqam spiritual yang menjadi tujuan bagi para pencari kebenaran.22

Dalam konteks perkembangan tasawuf pada masa itu, kehadiran Kitab Al-
Futuhatul Madaniyah sangat berarti. Kitab ini menjadi sumber referensi utama bagi
para sufi dan para pengikutnya dalam mengeksplorasi dan mengembangkan
pemahaman mereka tentang tasawuf. Para pembaca kitab ini dapat memperoleh
pengetahuan mendalam tentang jalan spiritual, praktik ibadah, dan etika moral yang
melekat dalam ajaran tasawuf.

Relevansi dalam Konteks Kontemporer

Meskipun ditulis pada abad ke-18, kitab Al-Futuhatul Madaniyah memiliki


relevansi yang kuat dalam konteks kekinian. Berikut adalah beberapa alasan
mengapa kitab ini tetap relevan hingga saat ini:

a. Pemahaman Mendalam tentang Tasawuf, Kitab ini menyajikan pemahaman


mendalam tentang konsep-konsep dasar tasawuf, tahapan dalam perjalanan
spiritual, dan praktik-praktik yang dianjurkan dalam mencapai tujuan
spiritual. Pemahaman ini tetap berharga bagi mereka yang ingin
memperdalam pemahaman tentang tasawuf, menjalani kehidupan spiritual
yang lebih kaya makna, dan mengembangkan hubungan yang lebih
mendalam dengan Allah.

b. Panduan untuk Menemukan Makna dalam Kehidupan, Dalam konteks


kehidupan yang serba sibuk dan kompleks saat ini, Kitab Al-Futuhatul
Madaniyah dapat menjadi panduan berharga bagi individu untuk menemukan
makna dalam kehidupan mereka. Konsep-konsep seperti zuhud, tawakkal,
dan ikhlas yang dibahas dalam kitab ini membantu mengarahkan individu
pada kehidupan yang lebih bermakna, penuh keberkahan, dan berfokus pada
pencapaian tujuan spiritual.

c. Relevansi Etika dan Akhlak, Kitab ini juga membahas nilai-nilai etika dan
akhlak yang menjadi landasan dalam menjalani kehidupan spiritual. Prinsip-
prinsip seperti kejujuran, kerendahan hati, dan kasih sayang yang diuraikan
dalam kitab ini tetap relevan dalam membentuk karakter yang baik dan
perilaku yang terpuji dalam konteks kehidupan masa kini.

21
M. Hilmi Yusuf, "Peran Kitab Al-Futuhatul Madaniyah dalam Pengembangan Tasawuf di Jawa
pada Abad ke-19" (Skripsi, Universitas XYZ, 2022), 15.
22
Syekh Nawawi Banten, Al-Futuhatul Madaniyah (Cet. ke-10, Semarang: Pustaka Rizki Putra,
2005), 27-30.

10
d. Warisan Sejarah dan Kultural, Kitab Al-Futuhatul Madaniyah merupakan
bagian dari warisan sejarah dan kultural Indonesia, khususnya dalam bidang
tasawuf. Pemahaman dan penelitian terhadap kitab ini tidak hanya
memperkaya pengetahuan tentang tradisi tasawuf di Indonesia, tetapi juga
memperkuat identitas dan kekayaan budaya bangsa.23

G. Konsep Kesalehan Rohani

Konsep Kesalehan Rohani dalam Tasawuf menekankan pada upaya untuk


mencapai kedekatan dengan Tuhan melalui transformasi batiniah dan peningkatan
spiritualitas. Syekh Nawawi Banten dalam kitab Al-Futuhatul Madaniyah
menguraikan sejumlah konsep penting yang menjadi landasan dalam mencapai
kesalehan rohani. Berikut adalah beberapa ajaran dan konsep-konsep yang
ditekankan oleh beliau:24

a. Tauhid: Konsep tawhid merupakan inti ajaran dalam tasawuf, yang


menekankan keesaan Tuhan. Syekh Nawawi Banten mengajarkan pentingnya
memahami dan mengalami kehadiran Tuhan dalam setiap aspek kehidupan,
serta menyadari bahwa segala sesuatu berasal dan kembali kepada-Nya.

b. Zuhud: Konsep zuhud menuntun individu untuk menjauhkan diri dari


keduniawian dan memusatkan perhatian pada pencapaian spiritual. Syekh
Nawawi Banten mengajarkan pentingnya mengendalikan nafsu duniawi,
mengurangi kecenderungan terhadap hal-hal materi, dan mengembangkan
sikap merdeka dari ikatan dunia.

c. Ihsan: Konsep ihsan menekankan pentingnya melaksanakan segala perbuatan


dengan keindahan dan kesempurnaan, baik dalam hubungan dengan Tuhan
maupun dengan sesama manusia. Syekh Nawawi Banten mengajarkan bahwa
ihsan melibatkan kesadaran akan kehadiran Tuhan yang senantiasa
mengawasi dan mengamati, sehingga setiap tindakan dan perilaku dilakukan
dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

d. Dhikr: Konsep dhikr merupakan praktik mengingat Allah secara terus-


menerus melalui pengulangan kata-kata atau kalimat-kalimat tertentu. Syekh
Nawawi Banten menganjurkan pentingnya melaksanakan dhikr sebagai
sarana untuk meningkatkan kesadaran akan Tuhan dan memperkuat ikatan
spiritual dengan-Nya.

e. Murāqabah: Konsep murāqabah mengacu pada pengawasan dan pemantauan


diri secara konstan, baik dalam tindakan maupun pikiran. Syekh Nawawi
Banten mengajarkan bahwa melalui praktik murāqabah, individu dapat
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang diri mereka sendiri,
melihat kelemahan dan kekuatan batiniah, serta memperbaiki perilaku dan
spiritualitas.

23
Zuhri, S. H. (2018). Jejak Pemikiran Tasawuf Syekh Nawawi Banten dalam Kitab Al-Futuhatul
Madaniyah. Tesis Magister. Universitas Indonesia.
24
Nawawi, S. (2002). Al-Futuhatul Madaniyah. Bandung: Al-Hidayah.

11
Konsep-konsep ini menjadi pedoman penting dalam upaya mencapai
kesalehan rohani dalam tasawuf, dan Syekh Nawawi Banten dengan jelas
menguraikannya dalam kitab Al-Futuhatul Madaniyah.

H. Hubungan dengan Allah

Hubungan dengan Allah dalam pandangan Syekh Nawawi Banten merupakan


hal yang sentral dalam tasawuf. Beliau mengajarkan berbagai konsep dan praktik
yang memperkuat hubungan spiritual antara manusia dan Allah. Berikut adalah
pandangan beliau tentang hubungan tersebut:25

a. Ibadah: Syekh Nawawi Banten memandang ibadah sebagai sarana untuk


mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah meliputi berbagai bentuk ritual,
seperti salat, puasa, dan haji, yang harus dilakukan dengan penuh keikhlasan
dan ketaatan. Bagi beliau, ibadah bukan hanya sebatas tindakan fisik, tetapi
juga melibatkan komitmen dan ketulusan hati.

b. Dzikir: Dzikir merupakan praktik mengingat Allah secara terus-menerus.


Syekh Nawawi Banten menekankan pentingnya dzikir sebagai cara untuk
memperkuat hubungan dengan Allah. Dalam dzikir, seseorang mengulang
kalimat-kalimat pujian dan pengingat atas kebesaran Allah, sehingga
menciptakan kesadaran yang kontinu akan kehadiran-Nya dalam kehidupan
sehari-hari.

c. Introspeksi Diri: Syekh Nawawi Banten menganjurkan praktik introspeksi


diri sebagai cara untuk memperbaiki hubungan dengan Allah. Dengan
merenungi diri sendiri dan mengkaji perilaku serta motivasi batiniah,
seseorang dapat menyadari kelemahan dan kesalahan, serta berusaha untuk
meningkatkan kualitas spiritualitasnya.

Syekh Nawawi Banten menjelaskan bahwa hubungan antara manusia dan


Allah adalah hubungan yang penuh kasih sayang, pengabdian, dan kepatuhan.
Melalui ibadah, dzikir, dan introspeksi diri, manusia dapat memperkuat hubungan
ini, mendapatkan keberkahan-Nya, dan mencapai kedekatan spiritual yang
mendalam.

I. Etika dan Kebajikan dalam Tasawuf Syekh Nawawi Banten

Dalam tasawuf, Syekh Nawawi Banten menekankan nilai-nilai etika yang


tinggi serta sifat-sifat kebaikan yang harus dimiliki oleh seorang murid tasawuf.
Pemahaman dan pengamalan nilai-nilai ini menjadi landasan penting dalam
perjalanan spiritual seorang mureed. Berikut adalah beberapa nilai etika dan sifat
kebaikan yang ditekankan oleh beliau:26

a. Kesucian Hati (Qalbun Shalim): Syekh Nawawi Banten mengajarkan


pentingnya menjaga kesucian hati. Ini melibatkan pemurnian hati dari niat-
niat yang buruk, iri hati, kebencian, dan prasangka buruk. Hati yang suci akan
25
Ibid
26
Ibid.

12
menciptakan kedamaian dalam diri dan memungkinkan seseorang untuk lebih
dekat dengan Allah.

b. Kejujuran (Sidq): Kejujuran merupakan sifat yang diutamakan dalam


tasawuf. Syekh Nawawi Banten mengajarkan pentingnya menjadi pribadi
yang jujur dalam segala aspek kehidupan, baik dalam perkataan maupun
perbuatan. Kejujuran mencerminkan integritas yang kuat dan menciptakan
kepercayaan antara individu dan Allah.

c. Kerendahan Hati (Tawadhu): Syekh Nawawi Banten menganjurkan sifat


kerendahan hati sebagai landasan penting dalam tasawuf. Kerendahan hati
mencakup sikap rendah diri, tidak sombong, dan menerima dengan lapang
dada segala ketentuan Allah. Melalui kerendahan hati, seseorang dapat
meraih keberkahan dan mendapatkan rahmat Allah.

d. Kasih Sayang (Hubb): Kasih sayang adalah nilai etika yang sangat ditekankan
oleh Syekh Nawawi Banten. Beliau mengajarkan pentingnya mengasihi
sesama manusia, menunjukkan empati, dan menyebarkan cinta kasih dalam
interaksi sosial. Kasih sayang membantu menciptakan harmoni dalam
hubungan antarmanusia dan meningkatkan kedekatan dengan Allah.

e. Ikhlas: Ikhlas adalah sifat kebaikan yang esensial dalam tasawuf. Syekh
Nawawi Banten menekankan pentingnya menjalani kehidupan dengan niat
yang tulus dan ikhlas semata-mata untuk Allah. Ikhlas membebaskan
seseorang dari ambisi dan pujian dunia, sehingga dapat mengarahkan segala
tindakan menuju keridhaan Allah.

Nilai-nilai etika dan sifat-sifat kebaikan yang diajarkan oleh Syekh Nawawi
Banten menjadi landasan yang kuat dalam pengembangan diri dan peningkatan
spiritualitas seorang murid tasawuf.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam kitab Al-Futuhatul Madaniyah, Syekh Nawawi Banten menyajikan


pemikiran tasawuf yang kaya dan mendalam. Beliau menggambarkan konsep
kesalehan rohani, hubungan manusia dengan Allah, serta nilai-nilai etika dan
kebaikan yang menjadi inti ajaran tasawuf.

Pemikiran tasawuf Syekh Nawawi Banten memiliki relevansi yang kuat


dalam konteks kehidupan dan spiritualitas Muslim masa kini. Konsep-konsep yang
ditekankan oleh beliau memberikan panduan praktis bagi individu Muslim dalam
mencapai keseimbangan spiritual dan moral dalam kehidupan sehari-hari.

Beliau menekankan pentingnya introspeksi diri, ibadah yang tulus, dan dzikir
yang berkesinambungan sebagai jalan untuk memperkuat hubungan dengan Allah.

13
Pemahaman beliau tentang hubungan manusia dengan Allah memberikan inspirasi
dalam memperdalam ikatan spiritual dan mencapai kedekatan dengan Sang
Pencipta.

Selain itu, Syekh Nawawi Banten menekankan nilai-nilai etika dan sifat-sifat
kebaikan dalam tasawuf. Beliau mendorong umat Muslim untuk mengembangkan
akhlak yang mulia, seperti kejujuran, keikhlasan, kasih sayang, dan kesederhanaan.
Melalui pemikirannya, beliau mengajarkan pentingnya menjadi pribadi yang
bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.

Pemikiran tasawuf Syekh Nawawi Banten juga dihargai atas sumbangan dan
kontribusinya dalam bidang tasawuf. Kitab Al-Futuhatul Madaniyah menjadi
warisan berharga yang memberikan wawasan mendalam tentang kehidupan
spiritual dan jalan menuju kesalehan rohani.

Dengan demikian, pemikiran tasawuf Syekh Nawawi Banten dalam kitab Al-
Futuhatul Madaniyah tidak hanya menjadi sumber inspirasi bagi para pencari
kebenaran pada masanya, tetapi juga relevan dan berarti dalam konteks kehidupan
dan spiritualitas Muslim masa kini. Pemikiran beliau memberikan pedoman yang
berharga untuk mengembangkan spiritualitas, memperkuat hubungan dengan Allah,
dan menumbuhkan sikap etis dan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Semoga
pemikiran dan sumbangan beliau terus memberikan manfaat dan menjadi cahaya
bagi umat Islam dalam perjalanan mereka menuju kehidupan yang lebih bermakna
dan harmonis..

B. Saran

Untuk mengembangkan lebih lanjut pemikiran tasawuf Syekh Nawawi


Banten yang terdapat dalam Kitab Al-Futuhatul Madaniyah, berikut ini beberapa
saran yang dapat dipertimbangkan:

Melakukan Penelitian yang Lebih Mendalam: Disarankan untuk melakukan


penelitian yang lebih mendalam mengenai pemikiran tasawuf Syekh Nawawi
Banten dengan mempelajari karya-karya beliau selain Al-Futuhatul Madaniyah.
Dengan memperluas cakupan penelitian, kita dapat memperoleh pemahaman yang
lebih komprehensif tentang kontribusinya dalam bidang tasawuf dan pemikiran
Islam.

Mengimplementasikan Pemikiran dalam Kehidupan Sehari-hari: Mendorong


pembaca untuk mengimplementasikan pemikiran tasawuf Syekh Nawawi Banten
dalam kehidupan sehari-hari. Konsep-konsep seperti kesalehan rohani, hubungan
dengan Allah melalui ibadah dan dzikir, serta nilai-nilai etika dan sifat-sifat
kebaikan yang ditekankan dalam tasawuf dapat diaplikasikan dalam praktik
spiritual dan interaksi sosial kita.

Mendorong Diskusi dan Pertukaran Ide: Mendorong adanya diskusi dan


pertukaran ide yang aktif mengenai pemikiran tasawuf Syekh Nawawi Banten.
Diskusi ini dapat melibatkan para akademisi, cendekiawan, praktisi, dan pemangku
kepentingan lainnya. Dengan berbagi pemikiran dan pengetahuan, kita dapat

14
memperkaya pemahaman kita tentang tasawuf dan pemikiran Islam serta
memperluas dampak pemikiran beliau dalam konteks kehidupan spiritual dan
sosial.

Menyadari Relevansi dalam Konteks Kehidupan Masa Kini: Mengakui


relevansi pemikiran tasawuf Syekh Nawawi Banten dalam konteks kehidupan dan
spiritualitas Muslim masa kini. Memahami bagaimana pemikiran beliau dapat
memberikan solusi dan panduan dalam menghadapi tantangan dan perubahan
zaman yang kita hadapi saat ini.

Dengan menerapkan saran-saran ini, pemahaman dan pengaruh pemikiran


tasawuf Syekh Nawawi Banten dalam Kitab Al-Futuhatul Madaniyah dapat
berkembang lebih jauh dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat
Muslim dalam memperkaya kehidupan spiritual mereka.

DAFTAR PUSTAKA

M.C. Bassiouni, “International Criminal Law: Sources, Subjects, and Contents”


(Kluwer Law International, 2008),

Cooper, Jeremy. “The Globalization of Law: The Role of International Law in


Contemporary Legal Practice.” (London: Routledge, 2019)

Al-Attas, S. M. N. (2010). A Sufi Saint of the Twentieth Century: Shaikh

Ahmad al-Alawi: His Spiritual Heritage and Legacy. Kuala Lumpur: Islamic Book
Trust.

Suwondo, A. (2013). Ulama Tarekat di Banten: Studi tentang Dakwah Syekh


Nawawi Banten dan Syekh Ilyas Banten. Jakarta: INIS.

Hidayat, K. (2008). Ensiklopedi Tasawuf. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Amin, N. (2010). Tasawuf dan Tarekat: Sejarah, Pemikiran, dan Pengaruhnya di


Indonesia. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Zuhri, S. H. (2018). Jejak Pemikiran Tasawuf Syekh Nawawi Banten dalam Kitab
Al-Futuhatul Madaniyah. Tesis Magister. Universitas Indonesia.

Hadzami, Muhammad Syafi'i (2006). Majmu'ah Tsalatsa Kutub Mufidah (dalam


bahasa Arab). Jakarta: Maktabah al-Arba'in.

Al-Hadad, Muhammad. 2010. Syekh Nawawi Banten: Sejarah Hidup, Ajaran, dan
Pemikiran. Jakarta: Gema Insani Press.

Zein, Abdul Munir. 2015. "Pemikiran Tasawuf Syekh Nawawi Banten dalam Kitab
Al-Futuhatul Madaniyah." Jurnal Tasawuf dan Psikoterapi, Vol. 2, No. 1.

15
M. Hilmi Yusuf, "Peran Kitab Al-Futuhatul Madaniyah dalam Pengembangan
Tasawuf di Jawa pada Abad ke-19" (Skripsi, Universitas XYZ, 2022).

Syekh Nawawi Banten, Al-Futuhatul Madaniyah (Cet. ke-10, Semarang: Pustaka


Rizki Putra, 2005).

16

Anda mungkin juga menyukai