LATAR BELAKANG
1. SITUASI INDONESIA
2. SITUASI MADIUN
Pada pukul 03.00 dini hari 18 asaeptember 1948, tangsi polisi Gorang
Gareng diserang eribu ribu lascar FDR/PKI, mereka membawa senjata pistol,
tetapi ada juga yang bersenjata kelewang dan bambu runcing. Orang orang
PKI menangkap para polisi dan melucuti, orang yang ditangkap dan dilucuti
kemudian digiring beramai ramai ke kawasan pabrik Gula Rejosari diGorang
Gareng. Pembantaian ini dilakukan di Pabrik oleh algojo algojo FDR/PLI.
Malam hari sebelum dibunuh mereka disuruh berpuasa dan setelah pukul
09.00- 11.00 mereka yang berada di kamar kamar loji diberondong dengan
tembakan dari luar melalui celah ruji ruji jendela, korban pembantaian massal
ini 23 orang
1. MUSSO
a. RIWAYAT HIDUP SINGKAT
Musso atau Paul Mussotte bernama lengkap Muso Manowar atau
Munawar Muso lahir pada 12 Agustus 1898 di Pagu dekat Gurah, sekitar
15 kilometer di timur laut Kediri, Jawa Timur, dari pasangan Datar dan
Kasanah. Ia lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya adalah seorang petani,
sedangkan ibunya adalah pembatik. Musso adalah anak dari tujuh
bersaudara. Fakta menariknya yaitu ternyata Muso adalah keturunan
pendiri Pondok Pesantren Kapurejo, Pagu, Kediri. Ia adalah anak dari KH
Hasan Muhyi alias Rono Wijoyo, seorang pelarian pasukan
Diponegoro yang menikah dengan Nyai Juru. Sebagai anak seorang kyai
dan berada di lingkungan pesantren, sejak kecil tentu saja Muso kecil rajin
nyantri. Cerita ini disampaikan oleh KH Mohammad Hamdan Ibiq,
pengasuh Ponpes Kapurejo, Pagu, Kediri. Menurut Gus Ibiq, Muso selain
masih keluarganya, juga pernah nyantri layaknya putra para kyai,
penuturan ini berdasarkan cerita dari para leluhurnya
Pada usia 16 tahun Musso melanjutkan pendidikan ke sekolah guru di
Batavia. Di Batavia Musso diangkat anak oleh G.A.J. Hazeu. Musso juga
bertemu Alimin Prawirodirdjo yang nantinya menjadi pentolan PKI.
Setamatnya sekolah guru Mussso kuliah di kampus pertanian di Buitenzorg
( Bogor ). Versi lain menyebut Musso bersekolah di Hogere Burger School.
Sewaktu berada di Surabaya, Musso kos di rumah Tjokroaminoto, guru
sekaligus bapak kosnya, di jl. Peneleh VII No. 29-31 dan bertemu dengan
H.J.F.M. Sneevliet. Selain Musso, di rumah kos itu juga ada insinyur
soekarno, Alimin, Semaun, dan Kartosuwiryo. Musso, Alimin, dan Semaun
dikenal sebagai tokoh kiri Indonesia. Sedangkan nama yang terakhir,
menjelma menjadi tokoh Darul Islam, ekstrem kanan. Mereka dicatat
dalam sejarah perjalanan revolusi di Indonesia.
Saat kos itu, Musso menjadi salah seorang sumber ilmu Bung Karno dalam
setiap percakapan. Seperti misalnya saat Musso menyoal penjajahan
Belanda, " Penjajahan ini membuat kita menjadi bangsa kuli dan kuli di
antara bangsa-bangsa. "
Ketika Tjokroaminoto mendirikan Sarekat Islam pada 1912, Musso
aktif di dalamnya. Musso juga aktif di ISDV bentukan Sneevliet yang
menjadi cikal bakal Partai Komunis Indonesia. Selama di Surabaya
Sneevliet sering berdiskusi dengan murid murid Haji Oemar Said
Tjokroamino termasuk Muso. Muso bersama Alimin, Semaoen, Darsono,
Mas Marco Kartodikromo, dan Haji Misbach menjadi kade Sneevliet.
Setahun kemudian Sneevliet mendirikan sekolah yang bernama Indische
Sociael Democratische Vereeniging ( ISDV ) yang berhaluan Marxisme.
Musso menjadi anggota Politbiro CC PKI yang diumumka pada 1
September 1948, memimpin Sekretarit Umum bersama Maruto Darusman,
Tan Ling Djie, dan Ngadiman. Sesudah memberikan petunjuk-petunjuk
mengena Kongres ke-V PKI yang akan diselenggarakan akhir bulan
Oktober 1948, Musso memutuskan untuk mulai mengadakan rapat-rapat
propaganda di daerah. Dalam rapat-rapat yang direncanakan itu Musso
akan membeberkan tugas-tugas pokok PKI, terutama yag menyangkut
akan diadakannya kongres penggabungan tiga partai. Perjalanan
propaganda akan dilakukan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ia
meninggalkan Yogyakarta taggal 7 September 1948, dan menurut rencana
perjalanan akan diakhiri di Wonosobo, dimana ia akan disambut dengan
meriah. Musso adalah seorang pemimpin yang berpandagan jauh dan
banyak pengalaman. Ia tidak jemu-jemunya menjelaskan, bahwa revolusi
Indonesia adalah revolusi nasional di Negeri jajahan yang sudah menjadi
bagian dari revolusi proletar di seluruh dunia. Perspektifnya tidak boleh
tidak adalah sosialisme. Karena di Indonesia masih berlangsung agresi
bersenjata oleh imperialisme, maka tugas yang utama dari revolusi
Indonesia adalah mengusir kaum agresor. Muso juga menyetujui
pemberontakan di tahun 1976 sebagai konsekuensi Persetujuan
Prambanan. Untuk memperkuat PKI Muso dan Alimir bertolak menuju
Moskwa untuk meminta bantuan. Tetapi rencana pemberontakan yang di
rencanakan Muso sudah tercium oleh tentara indonesia lalu tentara
indonesia dapat menggagalkan rencana Muso saat Muso dan Alimir masih
berada dalam perjalanan ke Moskwa. Selanjutnya Muso dan Amilir tidak
dibenarkan untuk kembali ke Indonesia.
Setelah Madiun direbut tentara, Musso bersama Amir Sjarifoeddin dan
pentolan PKI lain melarikan diri ke Ponorogo. Musso berselisih dengan
Amir dan memisahkan diri ke arah selatan dengan hanya dikawal dua
orang, sementara Amir melanjutkan ke Pacitan. Musso dan pengawalnya
kabur dengan menaiki sebuah delman sementara tentara mengejarnya.
Dalam kejar-kejaran terjadi saling tembak hingga kuda delman tertembak.
Musso berlari dan bersembunyi di sebuah kamar mandi di sebuah
pemandian umum. Satu peleton tentara mengepung dan kembali terjadi
baku tembak. Ketika keluar kamar mandi, Musso tertembak dua kali.
Mayatnya sempat dibawa ke RS Ponorogo untuk diawetkan sebelum
kemudian dibakar secara diam-diam.
2. AMIR SYARIFUDDIN
a. RIWAYAT HIDUP SINGKAT
Amir Syarifuddin Harahap lahir di Medan, Sumatera Utara, pada
tanggal 27 April 1907. Ayahnya, Djamin Baginda Soripada Harahap, adalah
seorang kepala adat dari Pasar Matanggor, Padang Lawas dan seorang
jaksa di Medan. Ibunya bernama Basunu Siregar keturunan Batak-Melayu.
Pada saat itu orang batak pindah secara besar besarkan ke Deli untuk
bekerja di perkebunan.
Pada masa hidupnya Amir Syarifuddin bersekolah di ELS
(Europeesche Lagere School ) pada tahun 1914 dan lulus pada tahun 1921.
Selama di Leiden, Amir dan saudaranya tinggal di gurunya yang beragama
kristen yaitu Drik Smink. Selanjutnya Amir melanjutkan sekolahnya di
Indonesia yakni di Recht Hooge School 9 Sekolah Tinggi Hukum Batavia.
Pada saat sekolah di Recht Hooge School Amir Syarifuddin akrab dengan
seorang guru yang bernama Profesor J.M.J. Schepper.
Pada awalnya Amir Syarifuddin merupakan umat muslim yang taat
dengan agama islam. Tetapi ia bersahabat dengan Ferdinad yang beragama
kristen pada saat di Leiden. Amir Syarifiddin selalu melihat dan ikut
berdiskusi tentang masalah sosial, politik, fisafat, kapitalisme, dan
imperialisme. Sejak itu Amir Syarifuddin memutuskan untuk mendalami
agama kristen dan ia memutuskan untuk dibaptis di indonesia. Pada saat ia
mendalami agama kristen di Belanda, ia merupakan pengurus perhimpunan
siswa Gymnasium di Haarlem, Belanda. Ia merupakan orang yang
mempelopori lahirnya Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia ( GMKI ). Pada
tahun 1928-1930 dia menjadi pemimpin redaksi majalah perhimpinan
pemuda pelajar Indonesia ( PPPI ). Amir Syarifuddin pindah ke asrama
pelajar Indonesisch Clubgeboew. Ia ditampung oleh Muhammad Yamin,
pada tahun 1931 Amir Syarifuddin ikut mendirikan Partai Indonesia
( Partindo ). Amir juga mendirikan Gerakan Rakyat Indonesia ( Gerindo ).
Semenjak amir Syarifuddin mengenal banyak tokoh pejuang salah satunya
Mohammad Yamin, Amir Syarifuddin mempunyai semangat untuk semakin
berjuang. Amir Syarifuddin dikenal dengan tokoh yang radikal dan
kontroversial karena ia menolak dengan gigih untuk berkaloborasi dengan
jepang seperti rekan-rekan aktifis yang lain yang berharap Jepang dapat
memberikan kemerdekaan kepada Hindia Belanda setelah Belanda
dikalahkan. Pada saat itu Amir Syarifuddin melakukan gerakan rahasia untuk
menentang jepang. Tetapi pada usia muda 41 tahun karir politik Amir
Syarifuddin telah berakhir karena Amir Syarifuddin tertangkap oleh jepang
karena dituduh sebagai pemimpin gerakan fasis bawah tanah. Lalu Amir
Syarifuddin akan di hukum mati oleh Jepang tetapi dengan intervensi dari
Ir. Soekarno Amir Syarifuddin dapat bebas dan mendirikan jong batak, Amir
Syarifuddin merupakan politisi pergerakan nasional yang berwawasan
negarawan ia memiliki kemampuan untuk keluar dari Sekat.
Pada tanggal 3 Juli 1947, Amir Syarifuddin menjadi perdana
menteri menggantikan Sutan Syahrir sebelum kemerdekaan RI, ia
tercantum dalam kabinet presidensial sebagai menteri keamanan rakyat dan
menteri pertahanan. Pada saat perjanjian renville yang di tanda tanganinya
sendiri, kabinet Amir Syarifuddin jatuh dan di gantikan oleh Kabinet Hatta.
Karena kebencian dan kekecewaannya Amir Syarifuddin dengan Hatta ia
bertemu dengan Muso dan menjadi salah satu orang kepercayaan dan
dijadikan sebagai kepala pemerintahan Republik Soviet yang didiran PKI.
Setelah Peristiwa Madiun 1948, pada masa pemerintahan Hatta PKI
berupaya membentuk negara komunis di Madiun dan menyatakan perang
terhadap mereka. Amir Sjarifuddin, sebagai salah seorang tokoh PKI, yang
pada saat peristiwa Madiun meletus sedang berada di Yogyakarta dalam
rangka kongres Serikat Buruh Kereta Api ( SBKA ) turut ditangkap beserta
beberapa kawannya.
19 Desember 1948, sekitar tengah malam, di kompleks makam
desa Ngalihan, kepala Amir Sjarifuddin ditembak dengan pistol oleh seorang
letnan Polisi Militer, sebuah satuan khusus dalam Angkatan Bersenjata
Indonesia. Sebelum itu beberapa orang penduduk desa setempat
diperintahkan menggali sebuah lubang kubur besar. Dari rombongan
sebelas orang yang diangkut dengan truk dari penjara di Solo, Amir orang
pertama yang ditembak mati malam itu. Beberapa hari sebelumnya, ia dan
beberapa orang lainnya, secara diam-diam telah dipindah ke rumah penjara
Benteng Yogyakarta. Amir Dia tidak menerima tanda jasa dan keluarganya
juga tidak mendapat santunan apa pun. Kehidupan keluarga Amir sangat
memprihatinkan. Namun, 2 tahun setelah meninggal, tepatnya pada tanggal
15 November 1950, atas perintah Presiden Soekarno, pusaranya digali
kembali dan dilakukan proses identifikasi. Setelah itu, diadakan serah terima
kerangka kepada keluarga dan dimakamkan kembali.
2. MONUMEN MASTRIP