Anda di halaman 1dari 128

TUGAS BAHASA INDONESIA

KELOMPOK DURIAN

Astri Tamara
Iskandar Agung M.P

Nurzena Aprillia

Sicylia Laurenttina
Pelajaran 4
PETA KONSEP Membangun Opini Publik
dengan Bergaya Jurnalistik

Kegiatan 1 Kegiatan 2 Kegiatan 3


Pembangunan Konteks Kerja Bersama Kerja Mandiri
dan Pemodelan Teks Membangun Teks Membangun Teks
Opini/Editorial Opini/Editorial Opini/Editorial
Tugas 1 Tugas 1 Tugas 1
Memahami Struktur Mengevaluasi Struktur Menyunting dan
dan Ciri Kebahasaan Teks Opini/Editorial Mengabstraksi Teks
Teks Opini/Editorial Tugas 2 Opini/Editorial
Tugas 2 Menginterpretasi Tugas 2
Membandingkan Teks Fungsi Sosial Teks Memproduksi Teks
Opini/Editorial Opini/Editorial Opini/Editorial secara
Tugas 3 Tugas 3 Mandiri
Menganalisis Teks Memproduksi Teks Tugas 3
Opini/Editorial Opini/Editorial secara Mengonversi Teks
Bersama Opini/Editorial
Kompetensi dasar
3.1 memahami struktur dan kaidah
Indikator :
3.1.1 menentukan struktur teks editorial atau opini
3.1.2 mengidentifikasi kaidah / ciri bahasa teks / opini
3.2.1 menjelaskan persamaan struktur teks editorial / opini
3.2.2 menjelaskan perbedaan struktur teks editorial / opini
3.2.3menjelaskan perbedaan ciri / kaidah bahasa teks
3.2.3menjelaskan persamaan ciri / kaidah bahasa teks
3.3.1 menjelaskan struktur teks opini / editorial
3.3.2 menemukan kaidah / ciri bahasa teks editorial / opini
4.1.1 menentukan topik teks editorial / opini yang di baca
4.1.2 menemukan kalimat utama tiap paragraf dalam teks opini / editorial
4.1.3 menjelaskan masalah yang terdapat dalam teks opini
4.1.4 menjelaskan fakta yang terdapat dalam teks opini
4.1.5 menjelaskan opini / pandanganpenulisan dalam teks opini / editorial
4.1.6 menjelaskan tujuan penulis dalam teks editorial / opini
4.1.7 menjelaskan pihak yang dituju dalam teks editorial / opini
4.1.8 menjelaskan saran yang diungkapkan dalam teks editorial / opini
4.1.9 mengungkapkan isi teks editorial / opini secara singkat dan lengkap
Kegiatan 1

Pembangunan Konteks dan

Pemodelan Teks Opini/Editorial


Menjual Sembari Menjaga Nirwana
 Indonesia adalah surga sekaligus kisah nyata, bukan isapan jempol
belaka atau romantisme dari masa lalu. Ada begitu banyak tempat indah
yang tersembunyi dan masih perawan. Sayangnya, tempattempat itu
belum digarap serius sebagai tujuan wisata. Jangankan membuat
program wisata yang kreatif, membangun prasarananya saja kerap tidak
dilakukan pemerintah.
 Dalam beberapa tahun terakhir, bahkan keindahan sejumlah tempat
terancam oleh eksploitasi alam yang salah dan serakah. Padahal,dengan
pariwisata, daerah bisa mendapatkan penghasilan sekaligus memelihara
alam selingkungannya.
 Di kepulauan Togean, Sulawesi Tengah, ironi itu terpampang nyata.
Kepulauan itu memiliki pantai-pantai molek, laut yang bening dan
tenang, serta ikan berwarna-warni yang menyelinap di antara terumbu
karang indah. Menjelang senja, matahari menjadi bola merah yang
ditelan laut jingga. Namun, di sana juga berlangsung perusakan alam
yang kerap didukung para politikus. Mereka datang hanya pada saat
kampanye untuk memancing suara, bahkan mempersilakan para nelayan
mengebom terumbu karang. Keinginan pemerintah pusat menjadikannya
sebagai taman nasional ditentang justru oleh pemerintah daerah.
 Di Mentawai, Sumatera Barat, lain lagi yang terjadi. Kepulauan ini memiliki
ombak terbaik untuk berselancar. Di dunia ini hanya ada tiga tempat yang
memiliki barrel—ombak berbentuk terowongan— yang dapat ditemui sepanjang
waktu: Hawaii, Haiti, dan Mentawai. Namun, pemerintah daerah seolah-olah
tidak berdaya di sana. Resor tumbuh menjamur, tetapi kontribusi mereka
kepada ekonomi daerah amat minimal. Mungkin ini merupakan bentuk “protes”
mereka kepada pemerintah daerah yang tidak serius membangun prasarana
wisata di sana.
 Dengan ribuan “surga yang tersembunyi” itu, pemerintah seharusnya bisa
menaikkan jumlah wisatawan asing yang datang ke negeri ini. Tahun lalu,
menurut catatan Badan Pusat Statistik, hanya ada 8 juta wisatawan asing yang
datang berkunjung ke Indonesia. Jangankan dibandingkan dengan Prancis yang
mampu mendatangkan 83 juta turis tahun lalu, jumlah wisatawan asing ke
Indonesia masih jauh dari Malaysia, yang menurut United Nations World
Tourism Organization kedatangan 25 juta pelancong pada 2012. Ini
menempatkan Malaysia pada peringkat ke-10 negara dengan jumlah wisatawan
asing terbanyak.
 Problem utama dari tidak berkembangnya pariwisata di Indonesia adalah
ceteknya kesadaran akan potensi yang kita miliki. Pemerintah pusat ataupun
daerah masih lebih senang mendapatkan uang dengan cara mengeksploitasi
sumber daya alam.
 Mereka lebih suka membabat hutan untuk mengambil kayunya, menggali
buminya untuk mengeduk mineral di dalamnya, atau menggantikan pepohonan
hutan dengan kelapa sawit. Pariwisata dianggap tidak terlalu menguntungkan—
terutama untuk pejabat yang korup. Tidak ada resor atau pengelola wisata yang
bisa membayar setoran ke pejabat korup sebesar yang disetor pejabat hutan
atau pemilik tambang.
 Kesadaran menjaga alam dan mengembangkan potensi wisata justru datang
dari operator wisata. Di Togean, seorang pemilik resor harus membayar nelayan
secara berkala agar mereka tidak memburu ikan dengan bom. Ia berupaya
menyadarkan masyarakat tentang arti penting keindahan alam di halaman
rumah mereka. Di Hulu Bahau, Kalimantan Utara, seorang ketua adat besar
berhasil menyadarkan masyarakat untuk menjaga hutan. Bersama lembaga
seperti WWF, masyarakat di sana mengembangkan wisata sungai dan rimba.
 Selain membangun infrastruktur—seperti akses ke tempat itu—dan sarana
semisal transportasi dan penginapan, pemerintah harus lebih serius memikirkan
program-program untuk membungkus potensi ini agar lebih menarik. Singapura,
misalnya, pulau kecil yang penuh beton itu mampu membuat banyak atraksi
wisata—meski sebagian besar artifisial dan terlihat lebih indah di iklan—yang
mampu menarik 15 juta wisatawan asing. Hampir dua kali lipat dari yang ke
Indonesia.
 Selama ini pemerintah hanya menjual Bali dan Bali, atau—kalau mau
dikatakan agak berpandangan luas sedikit—bergesernya pun paling-
paling hanya ke Yogyakarta dan Danau Toba. Padahal tempat-
tempat itu tidak perlu “dijual” lagi dan sebaiknya dibiarkan jalan
sendiri. Berapa banyak peminat wisata yang tahu, misalnya, bahwa
Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, di pertemuan
antara Selat Malaka, Laut Cina Selatan, dan arus surut Sungai
Kampar, terdapat “bono”, tidal bore yang dirindukan para selancar
sungai, dan diakui sebagai yang terbaik di dunia.
 Indonesia memang surga sekaligus kisah nyata. Di tangan para
pemangku kepentingan terletak tanggung jawab merayakannya.
Memahami Struktur dan Kaidah
Kebahasaan Teks Opini/Editorial

TUGAS 1
 Teks opini merupakan salah satu media atau wadah
mengemukakan pendapat atau mengeluarkan pikiran tersebut.
(1) Setujukah kalian bahwa penulis teks tersebut ingin
mengemukakan pendapatnya?

 Saya setuju bahwa penulis mengemukakan pendapatnya.


Karena, Mengemukakan pendapat merupakan hak setiap
individu, kemerdekaan berpendapat akan mendorong
seseorang untuk menghargai perbedaan pendapat.
Kemerdekaan berpendapat juga akan menciptakan masyarakat
yang demokratis. Budaya demokrasi akan tumbuh jika rakyat
bebas mengemukakan pendapatnya. Kebebasan berpendapat
harus dilakukan dengan bertanggung jawab.
(2) Apakah penulis sekadar ingin menjelaskan pandangannya mengenai
persoalan yang diangkatnya, atau juga bermaksud memengaruhi pembaca
agar menyetujui pemikirannya?

 Teks opini/editorial pada umumnya bersifat aktual yang berisi


analisis subjektif berdasarkan fakta dan data. Dengan
serentetan argumentasi yang disajikan, penulis berusaha
memengaruhi dan meyakinkan orang lain. Teks opini/editorial
ini juga kerap mengungkapkan penilaian atau saran terhadap
sesuatu, atau kebijakan subjek dalam memutuskan sesuatu.
(3) Sebutkan alasan kalian mengapa teks “Menjual
Sembari Menjaga Nirwana” ini bisa disebut teks
opini/editorial.
 Karena, dapat kita amati bahwa teks opini disusun dengan struktur pernyataan
pendapat, diikuti oleh argumentasi, dan ditutup oleh pernyataan ulang pendapat.
Struktur teks ini dapat dituliskan seperti berikut: pernyataan pendapat^
argumentasi^ pernyataan ulang pendapat.
 Pernyataan pendapat (thesis statement). Pernyataan pendapat berisikan topik tentang
sebuah permasalahan yang akan dibahas.
 Argumentasi merupakan pendukung yang akan memperkuat opini yang hendak
disampaikan. Pendukung berupa fakta-fakta tentang topik yang diangkat sehingga
memberi nilai objektivitas pada tulisan daripada sekadar opini belaka. Pada bagian ini
penulis berusaha meyakinkan pembaca bahwa apa yang dikemukakan itu benar.
 Pernyataan ulang pendapat (reiteration) merupakan bagaian akhir teks opini yang
berisi penegasan kembali pendapat yang telah dikemukakan agar pembaca atau
pendengar semakin yakin dengan pandangan kalian tersebut.
(4) Argumentasi apa saja yang dikemukakan oleh
penulis dalam teks “Menjual Sembari Menjaga
Nirwana”?
 Argumentasi
 Keindahan sejumlah tempat terancam oleh eksploitasi alam yang salah dan serakah
 Di kepulauan Togean, Sulawesi Tengah, berlangsung perusakan alam yang kerap
didukung para politikus.
 Di Mentawai, Sumatera Barat, Resor tumbuh menjamur, tetapi kontribusi mereka
kepada ekonomi daerah amat minimal.
 Seharusnya pemerintah bisa menaikkan jumlah wisatawan asing yang datang ke negeri
ini.
 Problem utama dari pariwisata di Indonesia adalah ceteknya kesadaran akan potensi
yang kita miliki.
 Kesadaran menjaga alam dan mengembangkan potensi wisata datang dari operator
wisata.
 Pemerintah harus lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus
potensi ini agar lebih menarik.
 Selama ini pemerintah hanya menjual Bali, Yogyakarta dan Danau Toba.
(5) Tentukanlah apakah kalian setuju atau tidak pada pendapat tersebut dengan
membubuhkan tanda centang (ѵ) pada kolom (S) jika setuju dan pada kolom (TS)
jika tidak setuju.

No. Argumentasi S TS
1. Keindahan sejumlah tempat terancam oleh eksploitasi alam √ -
yang salah dan serakah.
2. Dengan ribuan “surga yang tersembunyi” itu, pemerintah √ -
seharusnya bisa menaikkan jumlah wisatawan asing yang
datang ke negeri ini.
3. Problem utama dari tidak berkembangnya pariwisata di √ -
Indonesia adalah ceteknya kesadaran akan potensi yang kita
miliki.
4. Selain membangun infrastruktur-seperti akses ke tempat itu-dan √ -
sarana semisal transportasi dan penginapan, pemerintah harus
lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus
potensi ini agar lebih menarik.
5. Selama ini pemerintah hanya menjual Bali dan Bali, atau-kalau - √
mau dikatakan agak berpandangan luas sedikit-bergesernya pun
paling-paling hanya ke Yogyakarta dan Danau Toba. Padahal
tempat-tempat itu tidak perlu “dijual” lagi dan sebaiknya
dibiarkan jalan sendiri.
(6) a. Dengan pariwisata, daerah bisa mendapatkan penghasilan sekaligus
memelihara alam selingkungannya. Apa yang dimaksud dengan
pernyataan tersebut?

 Maksudnya adalah dengan pariwisata daerah dapat


memperoleh penghasilan dari pengunjung obyek wisata yang
ada sekaligus juga memelihara kelestarian sumber daya alam
yang menjadi obyek wisata tersebut.
(6) b. Setujukah kalian dengan pernyataan: Resor tumbuh
menjamur, tetapi kontribusi mereka kepada ekonomi daerah
amat minimal.

 Saya setuju karena pertumbuhan resort seharusnya dapat


menambah pendapatan daerah. Dengan meningkatnya
pendapatan daerah mengakibatkan ekonomi daerah juga
meningkat.
(6) c. Mungkin ini merupakan bentuk “protes” mereka kepada pemerintah
daerah yang tidak serius membangun prasarana wisata di sana. Apa yang
dimaksudkan pengarang dengan kata “protes” pada pernyataan ini?

 Protes di sini adalah pernyataan tidak setuju terhadap


kebijakan pemerintah yang tidak membangun prasarana
wisata.
(7) Judul teks tersebut adalah “Menjual Sembari
Menjaga Nirwana”. Apa yang hendak dijual di sini?

 Yang dimaksud dijual di sini adalah menawarkan keindahan


obyek wisata kepada para wisatawan. Dengan datangnya
wisatawan mendatangkan pendapatan daerah.
(8) Kalimat utama pada setiap paragraf
 (a) Kalimat utama paragraf kedua adalah dalam beberapa tahun
terakhir, bahkan keindahan sejumlah tempat terancam oleh eksploitasi
alam yang salah dan serakah.
 (b) Kalimat utama paragraf ketiga adalah di kepulauan Togean,
Sulawesi Tengah, ironi itu terpampang nyata
 (c) Kalimat utama paragraf keeempat adalah di Mentawai, Sumatera
Barat, lain lagi yang terjadi.
 (d) Kalimat utama paragraf kelima adalah dengan ribuan “surga yang
tersembunyi” itu, pemerintah seharusnya bisa menaikkan jumlah
wisatawan asing yang datang ke negeri ini.
 (e) Kalimat utama paragraf keenam adalah problem utama dari tidak
berkembangnya pariwisata di Indonesia adalah ceteknya kesadaran
akan potensi yang kita miliki.
 (f) Kalimat utama paragraf ketujuh adalah Kesadaran menjaga alam
dan mengembangkan potensi wisata justru datang dari operator
wisata.
 (g) Kalimat utama paragraf kedelapan adalah pemerintah harus lebih
serius memikirkan program-program untuk membungkus potensi ini
agar lebih menarik.
 (h) Kalimat utama paragraf kesembilan adalah selama ini pemerintah
hanya menjual Bali dan Bali, atau-kalau mau dikatakan agak
berpandangan luas sedikit-bergesernya pun paling-paling hanya ke
Yogyakarta dan Danau Toba.
 (i) Kalimat utama paragraf kesepuluh adalah Indonesia memang
surga sekaligus kisah nyata. Di tangan para pemangku kepentingan
terletak tanggung jawab merayakannya.
(9) Bagaimana cara penulis teks mengungkapkan
tujuannya melalui teks opini/editorial

 Penulis menjelaskan kejadian-kejadian penting kepada para pembaca. Penulis


menerangkan bagaimana suatu kejadian tertentu berlangsung, faktor-faktor apa
yang diperhitungkan untuk menghasilkan perubahan dalam kebijakan pemerintah,
dengan cara bagaimana kebijakan baru akan mempengaruhi kehidupan sosial dan
ekonomi suatu masyarakat.
 Untuk memperlihatkan kelanjutan suatu peristiwa penting, penulis teks opini
menggambarkan kejadian tersebut dengan latar belakang sejarah, yaitu
menghubungkannya dengan sesuatu yang telah terjadi sebelumnya.
 Suatu teks opini kadang kadang menyajikan analisis yang melewati batas berbagai
peristiwa sekarang dengan tujuan meramalkan sesuatu yang akan terjadi pada
masa datang.
 Para penulis editorial mempertahankan kata hati masyarakat. Mereka
mempertahankan isu-isu moral dan mempertahankan posisi mereka. Merek berkata
kepada pembacanya tentang sesuatu yang benar dan salah.
Adverbia frekuentatif
 Adverbia frekuentatif adalah adverbia yang menggambarkan
makna berhubungan dengan tingkat kekerapan terjadinya
sesuatu yang diterangkan adverbia itu.
 a) Kadang-kadang adek tertidou saat belajar di bilik
(Kadang-kadang adik tertidur saat belajar di kamar).
 b) Jarang ade siswa yang telat masuk kelas (Jarang ada
siswa yang terlambat masuk kelas)
 c) Kami sering makan di umah nita (Kami sering makan di
rumah Nita).
(10) mencari adverbia frekuentatif
tersebut dalam teks yang ada.
No. Kalimat Adverbia Frekuensi
1. Jangankan membuat program wisata yang Kerap
kreatif, membangun prasarananya saja
kerap tidak dilakukan pemerintah
2. Namun, di sana juga berlangsung perusakan kerap
alam yang kerap didukung para politikus.
Konjungsi
 Konjungsi atau kata sambung adalah
kata untuk menghubungkan kata-kata,
ungkapan-ungkapan, atau kalimat-kalimat
dan sebagainya, dan tidak untuk tujuan
atau maksud lain.
(11) mencari berbagai konjungsi yang terdapat dalam
teks “Menjual Sembari Menjaga Nirwana”, lalu bubuhkan fungsi konjungsi
tersebut pada kolom yang tersedia.

No. Kalimat Konjungsi Fungsi Konjungsi


1. Kesadaran menjaga alam dan Justru Untuk memperkuat
mengembangkan potensi argumentasi
wisata justru datang dari operator
wisata.
2. Selain membangun infrastruktur dan Agar Untuk menyatakan
sarana semisal transportasi dan harapan
penginapan, pemerintah harus lebih
serius memikirkan program-program
untuk membungkus potensi
ini agar lebih menarik..
3. Keinginan pemerintah pusat Justru Untuk memperkuat
menjadikannya sebagai taman argumentasi
nasional ditentang justru oleh
pemerintah daerah.
4. Dalam beberapa tahun terakhir, Bahkan Untuk memperkuat
bahkan keindahan sejumlah tempat argumentasi
terancam oleh eksploitasi alam yang
salah dan serakah.
5. Mereka datang hanya pada saat Bahkan Untuk memperkuat
kampanye untuk memancing argumentasi
suara, bahkanmempersilakan para
nelayan mengeb*m terumbu karang.
6. Namun, di sana juga berlangsung Juga Untuk memperkuat
perusakan alam yang kerap didukung argumentasi
para politikus.
7. Singapura, misalnya, pulau kecil Misalnya Untuk memperkuat
yang penuh beton itu mampu argumentasi
membuat banyak atraksi wisata-
meski sebagian besar artifisial dan
terlihat lebih indah di iklan-yang
mampu menarik 15 juta wisatawan
asing.
8. Berapa banyak peminat wisata yang Misalnya Untuk memperkuat
tahu,misalnya, bahwa Teluk argumentasi
Meranti, Kabupaten Pelalawan,
Provinsi Riau, di pertemuan antara
Selat Malaka, Laut Cina Selatan, dan
arus surut Sungai Kampar, terdapat
“bono”, tidal bore yang dirindukan
para selancar sungai, dan diakui
sebagai yang terbaik di dunia.
9. Padahal, dengan pariwisata, daerah Padahal Untuk memperkuat
bisa mendapatkan penghasilan argumentasi
sekaligus memelihara alam
selingkungannya.
10. Padahal tempat-tempat itu tidak Padahal Untuk memperkuat
perlu “dijual” lagi dan sebaiknya argumentasi
dibiarkan jalan sendiri.
11. Di Togean, seorang pemilik resor Agar Untuk menyatakan
harus membayar nelayan secara harapan
berkala agarmereka tidak memburu
ikan dengan b*m.
Verba
 adalah kata yang menunjukkan aksi , peristiwa atau keadaan. Verba terbagi dalam enam jenis
yaitu ; verba material, verba mental, verba relasional, verba verbal, verba perilaku, dan verba
eksistensial.
 Verba material adalah kata kerja yang menunjukkan perbuatan fisik atau peristiwa, misalnya
membaca, menulis, menari, memukul, memikul, menyisir, menyanyi, menendang,
menjahit,melempar,memakai, memijat, melakukan dan lain-lain. Pada verba material terdapat
partisipan yang melakukan sesuatu yang disebut aktor dan partisipan yang lain yang dituju oleh
verba yang di sebut sasaran.
Contoh : Nike menyisir rambut.
Pada kalimat di atas, Nike ( aktor ), menyisir (verba material) rambut (sasaran ) .
 Verba mental adalah verba yang menerapkan presepsi (misalnya: melihat, merasa), afeksi
(misalnya: suka, khawatir), dan kognisi (misalnya: berpikir, mengerti). Pada verba mental
terdapat partisipan pengindera (senser) dan fenomena. Contoh: Ayah (pengindera) mendengar
(verba: mental) kabar itu (fenomena).
 Verba Relasional adalah verba yang menunjukkan hubungan intensitas (yang mengandung
pengertian A adalah B), sirkumstansi (yang mengandung pengertian A pada/di dalam B), dan milik
(yang mengandung pengertian A mempunyai B). Verba yang pertama tergolong kedalam verba
rasional identifikatif, sedangkan verba yang kedua dan ketiga tergolong ke dalam verba rasional
atributif. Pada verba relasional identifikatif terdapat partisipan token (token) atau teridentifikasi
(identified) dan nilai (value) atau pengidentifikasi (identifier). Contoh: Ayah (token) adalah (verba
relasional identifikatif) pelindung keluarga (nilai). Pada verba relasional atributif terdapat partisipan
penyandang (carrier) dan sandangan (attribute). Contoh: ayah (penyandang) mempunyai (verba
relasional atributif) mobil baru (sandangan).
(12) mencari kalimat yang mengandung
verba di dalam teks tersebut
No. Kalimat Verba Jenis Verba
1. Indonesia adalah surga sekaligus Adalah Verba Relasional
kisah nyata, bukan isapan jempol Identifikatif
belaka atau romantisme dari masa
lalu.
2. Selain membangun infrastruktur dan Membangun, Verba Material
sarana semisal transportasi dan Membungkus
penginapan, pemerintah harus lebih
serius memikirkan program-program
untuk membungkus potensi ini agar
lebih menarik..
3. Di kepulauan Togean, Sulawesi Menyelinap Verba Material
Tengah, ironi itu terpampang nyata.
Kepulauan itu memiliki pantai-pantai
indah, laut yang bening dan tenang,
serta ikan berwarna-warni
yang menyelinap di antara terumbu
karang indah
4. Problem utama dari tidak Adalah Verba Relasional
berkembangnya pariwisata di Identifikatif
Indonesiaadalah ceteknya kesadaran
akan potensi yang kita miliki.
5. Mungkin ini merupakan bentuk Merupakan Verba relasional
“protes” mereka kepada pemerintah atributif
daerah yang tidak serius membangun
prasarana wisata di sana.
6. Mereka datang hanya pada saat Mempersilahkan Verba Material
kampanye untuk memancing suara,
bahkan mempersilakan para nelayan
mengeb*m terumbu karang.
7. Mereka lebih suka membabat hutan Membabat, Mengeduk Verba Material
untuk mengambil kayunya, menggali
buminya untuk mengeduk mineral di
dalamnya, atau menggantikan
pepohonan hutan dengan kelapa sawit
8. Jangankan membuat program Membuat, Verba Material
wisata yang Membangun
kreatif, membangun prasarananya
saja kerap tidak dilakukan
pemerintah.
9. Berapa banyak peminat wisata yang Terdapat Verba Relasional
tahu, misalnya, bahwa Teluk atributif
Meranti, Kabupaten Pelalawan,
Provinsi Riau, di pertemuan antara
Selat Malaka, Laut Cina Selatan, dan
arus surut Sungai
Kampar, terdapat “bono”, tidal bore
yang dirindukan para selancar
sungai, dan diakui sebagai yang
terbaik di dunia.
10. Pemerintah harus lebih Memikirkan Verba Mental
seriusmemikirkan program-
program untuk membungkus potensi
ini agar lebih menarik.
(13) mencaritahu arti kata baru yang kalian
temukan dalam teks “Menjual Sembari Menjaga
Nirwana”
No. Kosakata Arti Kosakata
1. terumbu Dangkalan di laut (yang tidak terlalu luas), terjadi
dari gundukan batuan, seperti gamping atau koral,
sering kelihatan apabila air surut
2. cetek Tidak mendalam (tentang pengetahuan dan
sebagainya)
3. nirwana Tempat kebebasan (kesempurnaan); surga
4. mengeduk Mengeruk; mengorek; menggali;
5. membabat Menebas; merambah (pohon-pohon, semak belukar,
rerumputan, dan sebagainya);
6. resor Daerah kecil; daerah kuasa:
7. artifisial Tidak alami, buatan
8. kreatif Memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk
menciptakan; bersifat (mengandung) daya cipta:
9. eksploitasi Pengusahaan; pendayagunaan:
10. kontribusi Uang iuran (kepada perkumpulan dan sebagainya); sumbangan
11. statistik Catatan angka-angka (bilangan); perangkaan; data yang berupa
angka yang dikumpulkan, ditabulasi, digolong-golongkan
sehingga dapat memberi informasi yang berarti mengenai suatu
masalah atau gejala
12. wisata Bepergian bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan,
bersenang-senang, dan sebagainya); bertamasya;
13. wisatawan Orang yang berwisata; pelancong; turis:
14. pelancong Bepergian untuk bersenang-senang; bertamasya; pesiar:
15. potensi Kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk
dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya;
16. infrastruktur Prasarana
17. akses Jalan masuk
18. atraksi Sesuatu yang menarik perhatian; daya tarik;
19. selancar Olahraga yang dilakukan di atas air dengan cara berdiri di atas
sebilah papan, meluncur sambil melenggok-lenggok seirama dan
lajunya ombak;
20. pemangku Pengelola; penyelenggara (pemerintahan dan sebagainya)
(14) Struktur Teks Opini

Pernyataan Pendapat

Stuktur Teks Opini


“Menjual Sembari Argumentasi
Menjaga Nirwana”

Pernyataan Ulang Pendapat


15. Menguraikan berbagai argumentasi yang ada dalam
teks opini/editorial di atas untuk meyakinkan pembaca
agar menerima pendapat tersebut

a) Pandangan penulis dalam pernyataan pendapat:


 Indonesia adalah surga sekaligus kisah nyata, bukan isapan jempol belaka atau romantisme dari masa lalu.
b) Argumentasi 1:
 Keindahan sejumlah tempat terancam oleh eksploitasi alam yang salah dan serakah
c) Argumentasi 2:
 Di kepulauan Togean, Sulawesi Tengah, berlangsung perusakan alam yang kerap didukung para politikus.
d) Argumentasi 3:
 Di Mentawai, Sumatera Barat, Resor tumbuh menjamur, tetapi kontribusi mereka kepada ekonomi daerah amat
minimal.
e) Argumentasi 4:
 Seharusnya pemerintah bisa menaikkan jumlah wisatawan asing yang datang ke negeri ini.
f) Argumentasi 5:
 Problem utama dari pariwisata di Indonesia adalah ceteknya kesadaran akan potensi yang kita miliki.
g) Argumentasi 6:
 Kesadaran menjaga alam dan mengembangkan potensi wisata datang dari operator wisata.

h) Argumentasi 7:
 Pemerintah harus lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus potensi ini
agar lebih menarik.

i) Argumentasi 8:
 Selama ini pemerintah hanya menjual Bali, Yogyakarta dan Danau Toba.

j) Pernyataan ulang pendapat penulis:


 Indonesia memang surga sekaligus kisah nyata. Di tangan para pemangku kepentingan terletak
tanggung jawab merayakannya.
MEMBANDINGKAN
TEKSOPINI/EDITORIAL
Tugas 2
(1) Menurut kalian, bagaimanakah berbahasa yang baik dan
benar itu?

 Bahasa yang baik adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan situasi
pemakaiannya,
 sedangkan bahasa yang benar adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan
kaidah (aturan) bahasa.
 Karena ditentukan oleh banyak hal (seperti tempat, topik, dan tujuan
pembicaraan serta kawan/lawan bicara), yang dapat memunculkan banyak
ragam bahasa, ukuran bahasa yang baik (sesuai dengan situasi pemakaian
bahasa) sering dipahami secara salah oleh banyak orang.
 Jadi bahasa yang baik dan benar itu adalah bahasa yang bisa dimengerti oleh
orang lain dan sesuai dengan aturan- aturan bahasa
 Berbahasa yang baik dan benar menurut saya adalah menggunakan bahasa
sesuai dengan situasi pemakaiannya (resmi atau tidak resmi) dan sesuai dengan
kaidah (aturan) bahasa.
(2) Teks opini berisi gagasan pribadi atau usulan mengenai sesuatu. Menurut kalian,
pada teks “Tentang Baik dan Benar”, gagasan apa yang hendak diungkapkan
penulis?

 Penulis ingin menyampaikan tentang berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
 Dan ingin menjelaskan bahwa berbahasa dengan baik dan benar
ternyata tidak hanya dapat memperlancar komunikasi, tetapi juga dapat
meluruskan
 cara berpikir (berlogika) dan sekaligus mengajarkan cara
 bertanggung jawab.
(3) Baca dan cermati kembali teks tersebut. Argumentasi apa saja yang diutarakan
penulis untuk mendukung gagasannya? Tuliskanlah argumentasi yang kalian
temukan ke dalam kolom berikut

Argumentasi

1) Pada umumnya, orang cenderung menyederhanakan cakupan pengertian situasi pemakaian


bahasa itu, misalnya, hanya terbatas pada tempat saja.
2) Banyak orang yang menganggap bahwa bahasa Indonesia hanya memiliki satu warna/ ragam
3) Atas dasar itu, sesungguhnya orang tidak perlu berbahasa baku saat tawar-menawar di pasar
atau sedang mengobrol dengan tetangga saat ronda
4) Dalam batas-batas tertentu, pelanggaran atas penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar mungkin masih dapat dimaklumi
5) Tidak berbeda dengan ragam bahasa yang lain, ukuran baik dan benar tetap dapat diterapkan
pada dua ragam (iklan dan sastra) itu.
6) pelanggaran atas penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
mungkin masih dapat dimaklumi. Penghilangan imbuhan (awalan) pada
judul tulisan di surat kabar, misalnya, masih dapat dimaklumi karena surat
kabar memiliki keterbatasan ruang.
7) “Keanehan” berbahasa dalam iklan dan sastra (kalau memang ada)
harus dipandang sebagai kreativitas berbahasa pembuat/pengarang selama
tidak bertentangan dengan kaidah bahasa yang berlaku
8) Keanehan berbahasa, karena sudah berlangsung lama dan berterima,
sering tidak dianggap sebagai kesalahan.
9) berbahasa dengan baik dan benar ternyata tidak hanya
dapat memperlancar komunikasi, tetapi juga dapat meluruskan
cara berpikir (berlogika) dan sekaligus mengajarkan cara
bertanggung jawab.
 (4) Teks opini memuat argumentasi satu sisi, dan
jumlah argumentasi tidak ditentukan. Selain merupakan
milik pencipta teks, argumentasi dapat dikembangkan
dari pendapat umum yang diambil dari sumber lain,
sepanjang sumber itu disebutkan sebagai referensi.
Bacalah kembali kedua teks opini di muka, kemudian
carilah argumentasi yang dikembangkan dari pendapat
lain.
No. Argumentasi Referensi

1. Pada umumnya, orang cenderung Sudah menjadi rahasia umum bahwa masyarakat
menyederhanakan cakupan pengertian situasi (Indonesia) gemar melanggar aturan, tak
pemakaian bahasa itu, misalnya, hanya terbatas terkecuali aturan bahasa yang meliputi tata
pada tempat saja. bunyi/lafal, tatatulis/ejaan, tatakata, tatakalimat,
dan tatamakna itu.

2. Banyak orang yang menganggap bahwa bahasa Mereka tidak (mau) menyadari bahwa bahasa
Indonesia hanya memiliki satu warna/ ragam. Indonesia memiliki banyak ragam, identik dengan
keanekaragaman masyarakat penggunanya.

3. Atas dasar itu, sesungguhnya orang tidak perlu Dalam situasi tidak resmi seperti itu, bentuk-
berbahasa baku saat tawar-menawar di pasar atau bentuk tidak baku, seperti duit alih-alih uang;
sedang mengobrol dengan tetangga saat ronda. awak/aku/ane/gue alih-alih saya; dan biarin alih-
alih biarkan, justru layak digunakan
4. Dalam batas-batas tertentu, pelanggaran atas Penghilangan imbuhan (awalan) pada judul
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan tulisan di surat kabar, misalnya, masih dapat
benar mungkin masih dapat dimaklumi. dimaklumi karena surat kabar memiliki
keterbatasan ruang.

5. Tidak berbeda dengan ragam bahasa yang lain, “Keanehan” berbahasa dalam iklan dan sastra (kalau
ukuran baik dan benar tetap dapat diterapkan pada memang ada) harus dipandang sebagai kreativitas
dua ragam (iklan dan sastra) itu. berbahasa pembuat/pengarang selama tidak
bertentangan dengan kaidah bahasa yang berlaku.

6. Keanehan berbahasa, karena sudah berlangsung Dalam surat-menyurat atau dalam pidato-pidato,
lama dan berterima, sering tidak dianggap sebagai misalnya, kalimat yang berbunyi Atas perhatiannya,
kesalahan. diucapkan terima kasih seolah-olah sudah menjadi
baku dan dianggap benar.
 Terdapat dua macam teks opini, yaitu opini
analitis dan opini hortatoris.
1. Opini analitis berkenaan dengan konsep

atau teori tentang sesuatu,


2. sedangkan opini hortatoris berkenaan

dengan tindakan yang perlu dilakukan


atau kebijakan yang perlu dibuat.
 (5) Ada dua macam opini, yaitu opini analitis dan opini hortatoris. membandingkan teks “Menjual
Sembari Menjaga Nirwana”
 dan “Tentang Baik dan Benar”.
 apakah masing-masing teks tersebut termasuk teks opini analitis atau
 hortatoris? Sebutkanlan alasan kalian.
 a) Teks “Menjual Sembari Menjaga Nirwana” termasuk jenis teks opini hotatoris
 Alasannya adalah_
 Teks "Menjual Sembari Menjaga Nirwana" merupakan opini hotatoris karena teks
tersebut berhubungan dengan tindakan yang perlu dilakukan untuk menjaga
kelestarian alam di Indonesia.

 b) Teks “Tentang Baik dan Benar” termasuk jenis teks opini analitis
 Alasannya adalah_ Teks "Tentang Baik dan Benar" merupakan opini analitis karena
teks tersebut berhubungan dengan konsep berbahasa Indonesia yanga baik dan
benar.
 (6) Teks opini mencakup penggunaan verba material, relasional, dan mental sekaligus. Cari dan identifikasikanlah
verba yang ada dalam teks “Tentang Baik dan Benar”, lalu tuliskan verba yang kalian temukan ke dalam kolom
berikut.
a) Verba relasional adalah verba yang menunjukkan hubungan intensitas (yang mengandung pengertian A adalah B),
sirkumstansi (yang mengandung pengertian A pada/di dalam B), dan milik (yang mengandung pengertian A
mempunyai B).
b) Verba yang pertama tergolong ke dalam verba relasional identifikatif,
c) sedangkan verba yang kedua dan ketiga tergolong ke dalam verba relasional atributif.
d) Pada verba relasional identifikatif terdapat partisipan token (token) atau teridentifikasi (identified) dan nilai (value)
atau pengidentifikasi (identifier). Misal: Ayah (token) adalah (verba relasional identifikasi) pelindung keluarga
(nilai).
e) Pada verba relasional atributif terdapat partisipan penyandang (carrier) dan sandangan (attribute). Misal: Ayah
(penyandang) mempunyai (verba relasional atributif) mobil baru (sandangan).
f) Verba mental, pada umumnya digunakan untuk mengajukan klaim. Verba ini menerangkan persepsi (misalnya:
melihat, merasa), afeksi (misalnya: suka, khawatir), dan kognisi (misalnya: berpikir, mengerti). Pada verba mental
ini terdapat partisipan pengindera (senser) dan fenomena. Contohnya dalam klausa: Saya mempercayai bahwa...,
Menurut saya..., Saya berpendapat.... Contoh lain dalam kalimat: Ayah (pengindera) mendengar (verba mental)
kabar itu (fenomena).
Verba adalah kata yang menunjukkan aksi , peristiwa atau keadaan. Verba terbagi dalam
enam jenis yaitu ; verba material, verba mental, verba relasional, verba verbal, verba
perilaku, dan verba eksistensial.
1. Verba material adalah kata kerja yang menunjukkan perbuatan fisik atau peristiwa,
misalnya membaca, menulis, menari, memukul, memikul, menyisir, menyanyi, menendang,
menjahit,melempar,memakai, memijat, melakukan dan lain-lain. Pada verba material
terdapat partisipan yang melakukan sesuatu yang disebut aktor dan partisipan yang lain yang
dituju oleh verba yang di sebut sasaran.
Contoh : Nike menyisir rambut.
Pada kalimat di atas, Nike ( aktor ), menyisir (verba material) rambut (sasaran ) .
2. Verba mental adalah verba yang menerapkan presepsi (misalnya: melihat, merasa), afeksi
(misalnya: suka, khawatir), dan kognisi (misalnya: berpikir, mengerti). Pada verba mental
terdapat partisipan pengindera (senser) dan fenomena. Contoh: Ayah (pengindera)
mendengar (verba: mental) kabar itu (fenomena).
3. Verba Relasional adalah verba yang menunjukkan hubungan intensitas (yang mengandung
pengertian A adalah B), sirkumstansi (yang mengandung pengertian A pada/di dalam B), dan
milik (yang mengandung pengertian A mempunyai B). Verba yang pertama tergolong
kedalam verba rasional identifikatif, sedangkan verba yang kedua dan ketiga tergolong ke
dalam verba rasional atributif. Pada verba relasional identifikatif terdapat partisipan token
(token) atau teridentifikasi (identified) dan nilai (value) atau pengidentifikasi (identifier).
Contoh: Ayah (token) adalah (verba relasional identifikatif) pelindung keluarga (nilai). Pada
verba relasional atributif terdapat partisipan penyandang (carrier) dan sandangan (attribute).
Contoh: ayah (penyandang) mempunyai (verba relasional atributif) mobil baru (sandangan).
No. Kalimat Verba Jenis Verba
1. Sebagai akibatnya, tidak jarang orang (Indonesia) Merasa Verba Mental
merasa tidak memiliki kemampuan untuk berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar.

2. Bahkan, banyak pula orang yang kemudian berantipati Merasa Verba Mental
pada slogan itu karena merasa telah dibelenggunya.

3. Begitulah, berbahasa dengan baik dan benar ternyata Berpikir Verba Mental
tidak hanya dapat memperlancar komunikasi, tetapi
juga dapat meluruskan cara berpikir (berlogika) dan
sekaligus mengajarkan cara bertanggung jawab.

4. Menganggap bahasa Indonesia yang baik dan benar Adalah Verba Relasional
sama dengan bahasa Indonesia baku adalah sebuah Identifikatif
kekeliruan.

5. Bahasa yang baik adalah bahasa yang digunakan sesuai Adalah Verba relasional
dengan situasi pemakaiannya, sedangkan bahasa yang Identitikatif
benar adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan
kaidah (aturan) bahasa.
5. Sebagai akibatnya, tidak jarang orang (Indonesia) merasa tidak Memiliki Verba Relasional Atributif
memiliki kemampuan untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar.

6. Penghilangan imbuhan (awalan) pada judul tulisan di surat kabar, Memiliki Verba Relasional Atributif
misalnya, masih dapat dimaklumi karena surat kabar memiliki
keterbatasan ruang.

7. Karena penyiar tidak terikat oleh ruang. Kalaupun penyiar terikat oleh Memiliki Verba Relasional Atributif
waktu, sesungguhnya ia tetap memiliki kebebasan untuk menyiasatinya:
dengan mempercepat tempo, misalnya.

8. Rupanya, di sinilah letak persoalannya. Banyak orang yang menganggap Memiliki Verba Relasional Atributif
bahwa bahasa Indonesia hanya memiliki satu warna/ ragam.

9. Semua orang mungkin sepakat bahwa iklan yang berbunyi: Terus terang, Adalah Verba Relasional
… terang terus, misalnya, adalah contoh kreativitas berbahasa yang Identifikatif
berestetika tinggi.

10. Rupanya, di sinilah letak persoalannya. Banyak orang yang menganggap Menganggap Verba Mental
bahwa bahasa Indonesia hanya memiliki satu warna/ ragam.
 (7) Konjungsi apa saja yang kalian temukan dalam teks “Tentang Baik
dan
 Benar”? Tuliskan jawaban kalian ke dalam kolom berikut.

 Konjungsi

A. Konjungsi yang banyak dijumpai pada teks opini adalah konjungsi

yang digunakan untuk menata argumentasi, seperti pertama, kedua,


berikutnya, dan sebagainya;
B. atau konjungsi yang digunakan untuk memperkuat argumentasi,

seperti bahkan, juga, selain itu, lagi pula, sebagai contoh, misalnya,
padahal, justru dan lain-lain;
C. atau konjungsi yang menyatakan hubungan sebab akibat, seperti

sejak, sebelumnya, dan sebagainya; konjungsi yang menyatakan


harapan, seperti agar, supaya, dan sebagainya.
No. Kalimat Konjungsi Fungsi Konjungsi
1. Bahkan, banyak pula orang yang kemudian Bahkan Untuk memperkuat
berantipati pada slogan itu karena merasa telah argumentasi
dibelenggunya.
2. Betapa tidak, seandainya tangan konsumen Bahkan Untuk menyatakan
tiba-tiba gatal-gatal atau bahkan melepuh harapan
setelah menggunakan produk yang diiklankan
itu, perusahaan pembuat produk itu pun akan
dapat lepas tanggung jawab atas tuntutan
konsumen karena bunyi iklannya memang tidak
menjanjikan dapat melindungi apa pun, apalagi
tangan konsumen.
3. Karena bunyi iklan yang terakhir itu, di samping Juga Untuk memperkuat
tidak mengajari orang berlogika dengan baik, argumentasi
juga dapat mengecoh dan membodohi
konsumen.
4. Begitulah, berbahasa dengan baik dan benar Juga Untuk memperkuat
ternyata tidak hanya dapat memperlancar argumentasi
komunikasi, tetapi juga dapat meluruskan cara
berpikir (berlogika) dan sekaligus mengajarkan
cara bertanggung jawab.
5. Sebagai contoh yang baikkah bunyi iklan itu? Sebagai contoh Untuk memperkuat
Tentu tidak. Mengapa? Karena bunyi iklan yang argumentasi
terakhir itu, di samping tidak mengajari orang
berlogika dengan baik, juga dapat mengecoh
dan membodohi konsumen.
6. Namun, di sana juga berlangsung perusakan Juga Untuk memperkuat
alam yang kerap didukung para politikus. argumentasi
7. Pada umumnya, orang cenderung Misalnya Untuk memperkuat
menyederhanakan cakupan pengertian situasi argumentasi
pemakaian bahasa itu, misalnya, hanya terbatas
pada tempat saja.
8. Penghilangan imbuhan (awalan) pada judul tulisan Misalnya Untuk memperkuat
di surat kabar, misalnya, masih dapat dimaklumi argumentasi
karena surat kabar memiliki keterbatasan ruang.

9. Dalam surat-menyurat atau dalam pidato-pidato, Misalnya Untuk memperkuat


misalnya, kalimat yang berbunyi Atas argumentasi
perhatiannya, diucapkan terima kasih seolah-olah
sudah menjadi baku dan dianggap benar.
10. Padahal, dalam kehidupan sehari-hari, Padahal Untuk memperkuat
kebanyakan orang lebih sering berada dalam argumentasi
situasi tidak resmi sehingga tuntutan untuk selalu
berbahasa Indonesia ragam baku itu memang
tidak ada.
11. Padahal, jika ditanya siapa yang memberi Padahal Untuk memperkuat
perhatian dan siapa yang memberi ucapan, pasti argumentasi
tidak ditemukan jawaban yang benar karena -nya
dan di mengacu kepada orang ketiga: bukan
orang pertama dan kedua
Modalitas merupakan cara seseorang menyatakan sikap dalam sebuah komunikasi.
Beberapa bentuk modalitas antara lain:
a. memang, niscaya, pasti, sungguh, tentu, tidak, bukan, bukannya, dan sebagainya
(untuk menyatakan kepastian);
b. iya, benar, betul, sebenarnya, malahan, dan sebagainya (untuk menyatakan
pengakuan);
c. agaknya, barangkali, entah, mungkin, rasanya, rupanya, dan sebagainya (untuk
menyatakan kesangsian);
d. semoga, mudah-mudahan, dan sebagainya (untuk menyatakan keinginan);
e. baik, mari, hendaknya, kiranya, dan sebagainya (untuk menyatakan ajakan);
f. jangan (untuk menyatakan larangan);
g. serta mustahil, tidak masuk akal,
h. dan sebagainya (untuk menyatakan keheranan).
8. Cari dan identifikasilah modalitas yang ada pada
kedua teks tersebut, lalu
tentukan fungsi masing-masing modalitas itu.
No. Kalimat dalam Teks Modalitas Fungsi Modalitas
1. Padahal, dalam kehidupan sehari-hari, Memang Untuk menyatakan kepastian
kebanyakan orang lebih sering berada dalam
situasi tidak resmi sehingga tuntutan untuk
selalu berbahasa Indonesia ragam baku itu
memang tidak ada.
2. Padahal, jika ditanya siapa yang memberi Pasti Untuk menyatakan kepastian
perhatian dan siapa yang memberi ucapan,
pasti tidak ditemukan jawaban yang benar
karena -nya dan di mengacu kepada orang
ketiga: bukan orang pertama dan kedua
3. Tentu tidak. Mengapa? Karena bunyi iklan Tentu Untuk menyatakan kepastian
yang terakhir itu, di samping tidak mengajari
orang berlogika dengan baik, juga dapat
mengecoh dan membodohi konsumen.
4. Sebagai akibatnya, tidak jarang orang Tidak Untuk menyatakan kepastian
(Indonesia) merasa tidak memiliki
kemampuan untuk berbahasa Indonesia
dengan baik dan benar.
5. Padahal, jika ditanya siapa yang memberi Bukan Untuk menyatakan kepastian
perhatian dan siapa yang memberi ucapan,
pasti tidak ditemukan jawaban yang benar
karena -nya dan di mengacu kepada orang
ketiga: bukan orang pertama dan kedua
5. Dalam batas-batas tertentu, pelanggaran Mungkin Untuk menyatakan
atas penggunaan bahasa Indonesia yang kesangsian
baik dan benar mungkin masih dapat
dimaklumi.
6. Semua orang mungkin sepakat bahwa iklan Mungkin Untuk menyatakan
yang berbunyi: Terus terang, … terang terus, kesangsian
misalnya, adalah contoh kreativitas berbahasa
yang berestetika tinggi.
7. Rupanya, di sinilah letak persoalannya. Rupanya Untuk menyatakan
Banyak orang yang menganggap bahwa kesangsian
bahasa Indonesia hanya memiliki satu warna/
ragam.
8. Padahal, jika ditanya siapa yang memberi Baik Untuk menyatakan ajakan
perhatian dan siapa yang memberi ucapan,
pasti tidak ditemukan jawaban yang benar
karena -nya dan di mengacu kepada orang
ketiga: bukan orang pertama dan kedua yang
sedang berdialog, baik dalam surat maupun
pidato.
9. Betapa tidak, seandainya tangan konsumen Memang Untuk menyatakan kepastian
tiba-tiba gatal-gatal atau bahkan melepuh
setelah menggunakan produk yang diiklankan
itu, perusahaan pembuat produk itu pun akan
dapat lepas tanggung jawab atas tuntutan
konsumen karena bunyi iklannya memang
tidak menjanjikan dapat melindungi apa pun,
apalagi tangan konsumen.
10. Sebagai akibatnya, tidak jarang orang Tidak Untuk menyatakan kepastian
(Indonesia) merasa tidak memiliki
kemampuan untuk berbahasa Indonesia
dengan baik dan benar.
 Teks opini memuat pendapat atau pandangan penulis yang biasanya
 diterbitkan pada media cetak.
 Dalam sebuah teks opini terkandung subjektivitas, tidak hanya fakta belaka. Dalam sebuah
media cetak, artikel opini, surat pembaca, dan tajuk rencana merupakan jenis teks opini.
 Artikel opini dan surat pembaca merupakan pendapat pembaca terhadap
 suatu masalah, peristiwa, atau kejadian tertentu.
 Sedangkan tajuk rencana, atau dikenal juga dengan istilah editorial merupakan opini atau
pendapat redaksi media cetak tersebut terhadap persoalan aktual, fenomenal,
ataukontroversial yang berkembang di masyarakat.
 Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan
pendapat dan sikap media yang bersangkutan.
 Berbeda dengan artikel opiniyang ditulis pembaca, sebuah tajuk rencana tidak
mencantumkan nama penulisnya karena merupakan suara lembaga.
 9. Perhatikan secara saksama teks “Menjual Sembari
Menjaga Nirwana” dan “Tentang Baik dan Benar”. Apakah
kedua teks tersebut adalah artikel opini yang ditulis
seorang pembaca atau editorial yang ditulis oleh redaksi
media cetak?
 (a) Teks “Menjual Sembari Menjaga Nirwana” adalah teks
editorial karena karena tidak mencantumkan nama penulis
(Sumber: Tempo, 18—24 November 2013).

 (b) Teks “Tentang Baik dan Benar” adalah opini


 karena ditulis oleh: Agus Sri Danardana.
Sebuah teks editorial isinya menyikapi situasi yang berkembang di masyarakat
luas, baik itu aspek sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, pemerintahan,
olah raga, maupun hiburan.

 (10) Satu dari kedua teks tersebut adalah teks editorial. Diskusikanlah dengan
teman sekelas kalian
 bagaimana media cetak yang memuat editorial tersebut menyikapi
 situasi aktual yang berkembang dalam masyarakat berkaitan dengan
 persoalan yang diangkat dalam teks!

 Jika diperhatikan secara saksama teks “Menjual Sembari Menjaga Nirwana” dan
“Tentang Baik dan Benar”. Teks "Menjual Sembari Menjaga Nirwana"
merupakan teks editorial karena tidak mencantumkan nama penulis (Sumber:
Tempo, 18—24 November 2013). Sedangkan teks "Tentang Baik dan Benar"
merupakan opini karena ditulis oleh: Agus Sri Danardana.

MENGANALISIS TEKS
OPINI/EDITORIAL
Tugas 3
Informasi yang diperoleh dari teks “Menjual Sembari Menjaga Nirwana” antara lain sebagai
berikut.
1. Ternyata Indonesia memiliki banyak tempat indah.
2. Tempat-tempat indah itu masih terbengkalai dan belum digarap.
3. Pembangunan prasarananya kerap tidak dilakukan pemerintah.
4. Keindahan sejumlah tempat terancam oleh eksploitasi alam yang salah dan serakah.
5. Dengan pariwisata, daerah bisa mendapatkan penghasilan sekaligus memelihara alam
selingkungannya.
6. Di Mentawai, Sumatera Barat, kepulauan ini memiliki ombak terbaik untuk berselancar.
7. Pemerintah seharusnya bisa menaikkan jumlah wisatawan asing yang datang ke negeri
ini.
8. Tahun lalu, hanya ada 8 juta wisatawan asing yang datang berkunjung ke Indonesia.
9. Problem utama dari tidak berkembangnya pariwisata di Indonesia adalah ceteknya
kesadaran akan potensi yang kita miliki.
10. Pemerintah harus lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus
potensi ini agar lebih menarik.
11.Selama ini pemerintah hanya menjual Bali, Yogyakarta dan Danau Toba.
 (2) Dari teks “Menjual Sembari Menjaga Nirwana”,
kalian mengetahui berbagai informasi tentang objek
wisata yang masih tersembunyi di negeri tercinta ini.
Uraikanlah pendapat kalian apakah kalian setuju
dengan hal yang disampaikan penulis tersebut.

 Dari teks “Menjual Sembari Menjaga Nirwana”, diketahui


berbagai informasi tentang objek wisata yang masih
tersembunyi di negeri tercinta ini. Saya sangat setuju
dengan tulisan di atas. Meski Indonesia memiliki objek
wisata dan budaya yang lebih beragam dibanding
Malaysia, Thailand dan Brunei, peluang tersebut tidak
bisa diambil begitu saja karena Indonesia belum memiliki
dukungan regulasi yang kondusif, proteksi terhadap
lingkungan, kebersihan, serta kepastian usaha dan
dukungan infrastruktur yang masih terbatas.
 (3) Salah satu unsur yang menentukan
berkembangnya industri pariwisata adalah objek
wisata. Semua hal yang menarik untuk dilihat dan
dirasakan oleh wisatawan itulah yang disebut objek
wisata atau tempat wisata. Tempat wisata ini dapat
berupa objek wisata alam, seperti gunung, danau,
sungai, pantai, ataupun laut, sedangkan objek
wisata bangunan dapat
 berupa museum, benteng, situs peninggalan
sejarah, dan sebagainya.
 (a) Menurut kalian, apakah masih banyak tempat wisata
yang memang
 belum terjamah, baik oleh pemerintah maupun penduduk
setempat?
 Ada begitu banyak pesona alam, maupun buatan yang
belum dikenal tapi sangat indah dan luar biasa menawan.
Misalnya saja di Minahasa Selatan memiliki berbagai
objek wisata yang seakan belum terjamah, ada air terjun,
ada pantai yang luar biasa indah, ada hutan wisata, ada
peninggalan-peninggalan bersejarah, dan masih banyak
lagi lainnya.
 (b) Coba kalian sebutkan tempat apa saja yang seharusnya bisa dijadikan objek wisata di daerah
kalian, tetapi masih terabaikan dan belum dimanfaatkan

 Jawab : ada banyak wisata di kepahiang yang masih terabaikan, contohnya air terjun seperti air
terjun curug embun, curug pinang, curug curam.
 (c) Menurut kalian, apa penyebab tempat di daerah kalian itu masih belum digarap atau
dimanfaatkan (belum terjamah)?
 Jawab : karena infrastruktur yang belum memadai sehingga sulit untuk menjangkaunya dengan
transportasi umum
 (d) Tempat wisata apa sajakah yang ada di daerah kalian?
 Jawab : Air terjun, danau suro, kebun teh, perkebunan strawberry, PLTA, bukit itam, taman kota ,
kawasan kantor bupati, Bukit Jupi, dan Peternakan sapi perah.
 (e) Apakah objek wisata di daerah kalian sering dikunjungi oleh wisatawan?
 Jawab : Air terjun , kebun teh , taman kota , kawasan kantor bupati , dan danau
 (f) Dari mana saja wisatawan itu berasal?
 Jawab : Dari dalam kota dan dari luar kota
KEGIATAN 2
KERJA BERSAMA MEMBANGUN TEKS
OPINI/EDITORIAL
Sastra Facebook, Sebuah Alternatif
Pengembangan Proses Kreatif
Sastra erat kaitannya dengan dunia imajinasi. Sastra lahir oleh dorongan
manusia untuk mengungkapkan masalah manusia, kemanusiaan, dan semesta
melalui imajinasi tersebut. Sastra juga merupakan karya kreatif yang
dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual dan emosional. Sastra yang telah
dilahirkan oleh sastrawan diharapkan dapat memberi kepuasaan estetika dan
intelektual bagi pembaca. Siapa pun itu berhak mengekspresikan imajinasinya
dan bebas menyampaikan pesan moral yang dibawanya melalui karya yang
diciptakannya. Namun, sering karya sastra tidak mampu dinikmati oleh setiap
orang karena berbagai keterbatasan. Salah satu faktor penyebabnya adalah
kurangnya wahana pemublikasian karya sastra tersebut, sehingga kerap karya
yang telah dilahirkan akhirnya harus mengendap di laci sang penulis, terutama
bagi penulis pemula.
Sebuah karya sastra, apabila tidak dipublikasikan, akan menguap begitu
saja tanpa makna. Untuk memublikasikan sebuah karya sastra itulah
diperlukan wahana. Selama ini, wahana yang tersedia adalah media cetak, baik
itu buku, koran, majalah, serta tabloid. Dengan berbagai keterbatasan, seperti
jumlah halaman pada buku atau jumlah kata pada rubrik sastra di koran,
menyebabkan karya sastra yang dimuat harus melalui proses penyeleksian.
Tentu saja kesempatan terbesar untuk dapat dimuat dalam media cetak tersebut ada
pada para sastrawan yang telah memiliki nama besar. Bagi penulis pemula, apabila
karyanya tidak spektakuler, atau belum memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh
redaktur, harus mencoba dan mencoba lagi. Hal inilah yang kadang membuat banyak
penulis pemula putus asa dan bahkan memutuskan untuk tidak akan mencoba menulis
lagi, dan mencamkan dalam dirinya bahwa ternyata ia tidak berbakat.
Padahal untuk memunculkan kreativitas dibutuhkan proses, yakni proses kreatif.
Dengan berputus asa seperti itu, berarti penulis pemula itu telah pula menghambat
proses kreatif yang ada dalam dirinya. Ide-ide imajinatif yang masih bercokol dalam
otak manusia itu, apabila diperlakukan dengan maksimal akan memunculkan sebuah
proses kreatif. Menciptakan suasana yang dapat mengalirkan gagasan dengan bebas
merupakan salah satu unsur proses kreatif itu sendiri. Berbagai kecenderungan yang
dapat memengaruhi daya kreasi, pengembangan, dan pelaksanaan gagasan sudah
selayaknya tidak diberi peran, sehingga pemunculan kreativitas tak tersumbat.
Cybersastra, sebagai sebuah wahana, muncul menjawab kegelisahan para penulis atau
sastrawan pemula. Wahana ini muncul sekitar awal tahun 2001 seiring dengan
merebaknya internet di Indonesia (http://andarosita.blog.uns. ac.id/2012/04/29/
membumikan-kata-lewat-cyber-sastra/). Cybersastra ini dapat menyalurkan segala
bentuk inspirasi bagi penulis pemula yang menjadi tonggak baru kehadiran dunia
sastra yang bersifat bebas. Dalam hal ini, karya sastra tidak mengenal ruang, waktu,
bahasa, dan mendobrak sekatsekat negara, karena dengan beberapa detik tulisan
yang dimuat akan terekspos ke seluruh belahan negara.
Setiap penulis yang memuat karyanya di wahana ini tidak perlu melewati serentetan
aturan yang diciptakan para redaktur seperti pada media cetak. Harus diakui bahwa koran
dan media cetak lainnya telah punya andil dalam membesarkan nama para sastrawan,
tetapi terlalu naif apabila menganggap koran atau media cetak menjadi satusatunya
sumber untuk membuat seseorang menjadi sastrawan, terutama pada era keterbukaan
dan era digital ini.
Kehadiran Cybersastra membawa suatu inovasi baru dalam menduniakan karya sastra.
Theora Aghata dalam esainya “Sastra Cyber: Beberapa Catatan”, terangkum dalam Sastra
Pembebasan Antologi Puisi-Cerpen-Esai (2004), mengungkapkan bahwa keberadaan
Cybersastra telah menjadi wahana dan wacana sangat penting, justru karena fleksibilitas
dan kemampuannya untuk menjadi sebuah barometer baru bagi kemajuan sastra kita
(Indonesia) di masa depan. Peranan strategis Cybersastra merupakan wahana berkreasi
yang mampu meng-update karya secara singkat sehingga menunjang produktivitas dan
mendorong perkembangan sastra. Selain itu wahana ini juga mengembangkan wacana
kritis dan mengasah kemampuan maupun pemikiran. Kegiatan-kegiatan sastra dalam
beberapa tahun terakhir marak berkembang melalui internet, termasuk karya sastra di
berbagai situs jejaring sosial, seperti Facebook, Twitter, dan sebagainya.
Facebook, sebuah situs web jejaring sosial populer yang diluncurkan pada 4 Februari 2004
ini, kerap dijadikan media pengekspresian imajinasi bagi banyak orang. Sebagai media
sosial terbuka, Facebook telah mampu mendapat tempat bagi pelaku sastra. Siapa saja
bebas menyiarkan karya-karyanya lewat media ini, dan setiap orang pun bebas
memberikan komentar atau sekadar mengacungkan jempol sebagai bentuk apresiasi
terhadap karya tersebut.
Melalui jejaring sosial yang didirikan oleh Mark Zuckerberg, seorang mahasiswa
Harvard kelahiran 14 Mei 1984 ini, siapa saja memiliki keleluasaan mengembangkan
ide dan gagasan secara bebas. Pemunculan ide kreatif yang terkait erat dengan
kemampuan mentransformasikan serangkaian gagasan. Bahkan beberapa komunitas
sastra yang bergerak di sini, seperti “Kopi Sastra”, “Rumah Sastra”, “Dunia Sastra”,
dan banyak lagi membentuk kelompok sendiri. Dengan menggunakan fasilitas yang
disediakan Facebook, mereka saling berbagi karya, mengomentari satu sama lain, dan
mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan sastra.
Media ini memiliki peranan penting dalam menghidupkan karya sastra. Bagi para
penulis pemula, media ini bisa dijadikan sebagai sebuah bentuk pencarian jati diri di
tengah masyarakat dalam memasarkan karya-karyanya. Bagi para sastrawan yang
karyakaryanya telah dipublikasikan di media cetak, boleh saja ikut memasarkan karya-
karya tersebut melalui media ini. Barangkali, melalui media cetak, karya yang
dihasilkannya itu tidak bisa dinikmati oleh semua sasaran, tetapi melalui Facebook,
karyanya akan dengan cepat dan mudah diketahui banyak orang. Selain itu, pemilik
akun Facebook bisa saling berkomentar seputar dunia sastra dan karya-karya yang
dipublikasikan, tanpa harus mengeluarkan biaya banyak. Si pemilik karya pun bisa
melihat sejauh mana apresiasi masyarakat terhadap karyanya.
Tidak adanya batasan kreativitas pada Facebook ini, seperti halnya media cetak,
menyebabkan kebebasan berimajinasi penulis cenderung menciptakan hal-hal baru,
yang terkadang bersifat sesuka hati. Akibatnya, karya-karya sastra yang lahir pun
semakin liar dan kadang tak terkendali.
Oleh sebab itu, kualitas sastra Facebook layak pula ditinjau lebih jauh.
Meskipun persoalan mutu bersifat relatif, hendaknya karya-karya yang lahir
melalui media ini tetap berbasis teori sastra secara lazim. Jangan sampai
kehadiran sastra Facebook mementahkan kreativitas, hanya mementingkan
kuantitas karya-karya yang berdesakan ingin dipublikasikan tanpa
memedulikan kualitas. Tanpa adanya seleksi seperti pada sastra koran dan
sastra buku, tentu menjadi peluang sangat besar akan terjadinya hal semacam
ini. Dan jika masalah ini berlarut-larut tanpa adanya kritik melalui penelitian
sastra secara signifikan dan konsisten, maka justru akan menjadi titik
degradasi sastra secara besar-besaran.
 Tugas 1
 Mengevaluasi Struktur Teks Opini/Editorial

(1) Apakah yang disampaikan pada bagian pernyataan


pendapat
 Sastra lahir oleh dorongan manusia untuk mengungkapkan
masalah manusia. Siapa pun itu berhak mengekspresikan
imajinasinya dan bebas menyampaikan pesan moral yang
dibawanya melalui karya yang diciptakannya.
 (2) Apa pula informasi yang ada pada bagian argumentasi?
 1. Sebuah karya sastra, apabila tidak dipublikasikan akan
menguap begitu saja tanpa makna. Untuk memublikasikan
sebuah karya sastra diperlukan wahana yaitu media cetak, baik
itu buku, koran, majalah, serta tabloid.
 2. Untuk memunculkan kreativitas diperlukan proses, yakni
proses kreatif. Dengan berputus asa penulis pemula itu telah pula
menghambat proses kreatif yang ada dalam dirinya.
 3. Cybersastra, sebagai sebuah wahana, muncul menjawab
kegelisahan para penulis atau sastrawan pemula. Cybersastra ini
dapat menyalurkan segala bentuk inspirasi bagi penulis pemula
yang menjadi tonggak baru kehadiran dunia sastra yang bersifat
bebas.
 4. Kehadiran Cybersastra membawa suatu inovasi baru dalam
menduniakan karya sastra. Cybersastra telah menjadi wahana dan
wacana sangat penting, justru karena fleksibilitas dan
kemampuannya untuk menjadi sebuah barometer baru bagi
kemajuan sastra kita (Indonesia) di masa depan.
 5. acebook sebuah situs web jejaring sosial populer kerap dijadikan
media pengekspresian imajinasi bagi banyak orang. Sebagai media
sosial terbuka, Facebook telah mampu mendapat tempat bagi pelaku
sastra. Siapa saja bebas menyiarkan karya-karyanya lewat media ini.
 6. Media ini memiliki peranan penting dalam menghidupkan karya
sastra. Bagi para penulis pemula, media ini bisa dijadikan sebagai
sebuah bentuk pencarian jati diri di tengah masyarakat dalam
memasarkan karya-karyanya.
 4) Identifikasikanlah argumentasi yang ada, apakah
 merupakan pendapat penulis atau fakta yang mendukung pendapat

 penulis.

(a) Pendapat penulis

 1. Sebuah karya sastra, apabila tidak dipublikasikan, maka akan menguap begitu saja

tanpa makna.
 2. Bagi penulis pemula, apabila karyanya tidak spektakuler, atau belum memenuhi

kriteria yang telah ditetapkan redaktur, harus mencoba dan mencoba lagi.
 3. Hal inilah yang kadang membuat banyak penulis pemula putus asa dan bahkan

memutuskan untuk tidak akan mencoba menulis lagi, dan mencamkan dalam dirinya
bahwa ternyata ia tidak berbakat.
 4. Dengan berputus asa seperti itu, berarti penulis pemula itu telah pula menghambat

proses kreatif yang ada dalam dirinya.


 5. Oleh sebab itu, kualitas sastra Facebook layak pula ditinjau lebih jauh. Meskipun

persoalan mutu bersifat relatif, tetapi hendaknya karya-karya yang lahir melalui media ini
tetap berbasis teori sastra secara lazim.
 (b) Fakta
 1. Untuk memublikasikan sebuah karya sastra itulah diperlukan wahana. Selama ini, wahana
yang tersedia adalah media cetak, baik itu buku, koran, majalah, serta tabloid.
 2. Menciptakan suasana yang dapat mengalirkan gagasan dengan bebas merupakan salah
satu unsur proses kreatif itu sendiri.
 3.Kegiatan-kegiatan sastra dalam beberapa tahun terakhir marak berkembang melalui
internet, termasuk karya-karya sastra di situs-situs jejaring sosial, seperti Facebook, Twitter
dan sebagainya.
 4. Kehadiran Cybersastra membawa suatu inovasi baru dalam menduniakan karya sastra.
 5. Theora Aghata dalam esainya “Sastra Cyber: Beberapa Catatan”, terangkum dalam Sastra
Pembebasan Antologi Puisi-Cerpen-Esai (2004), mengungkapkan bahwa keberadaan
Cybersastra telah menjadi wahana dan wacana sangat penting, justru karena fleksibilitas dan
kemampuannya untuk menjadi sebuah barometer baru bagi kemajuan sastra kita (Indonesia)
di masa depan.
 6.Cybersastra, sebagai sebuah wahana, muncul menjawab kegelisahan para penulis atau
sastrawan pemula.
 7. Facebook sebuah situs web jejaring sosial populer yang diluncurkan pada 4 Februari 2004
ini, kerap dijadikan media pengekspresian imajinasi bagi banyak orang.
 8. Melalui jejaring sosial yang didirikan oleh Mark Zuckerberg, seorang mahasiswa Harvard
kelahiran 14 Mei 1984 ini, siapa saja memiliki keleluasaan mengembangkan ide-ide dan
gagasan secara bebas.
 (5) Nyatakan pendapat kalian dengan menjawab
pertanyaan berikut ini!
 (a) Apakah kalian memiliki akun Facebook? Iya saya
memiliki akun facebook
 (b) Aktivitas apa yang bisa kalian lakukan dengan
media sosial ini? Bisa berkomunikasi dengan teman,
saudara dengan biaya yang murah
 (c) Berikanlah pendapat kalian tentang kelebihan dan
kekurangan Facebook.
 Kelebihan facebook :
 Kelebihan facebook:
 1.FB itu gratis dan salah satu media terbaik untuk komunikasi.
 2. Dengan FB anda dapat terhubung kesemua jenis orang-orang dari mana
saja didunia karna hampir setiap orang di sekuruh dunia menggunakan FB.
 3. FB adalah media terbaik untuk menemukan teman-teman lama.
 4.Kita dapat berbagi perasaan kita dan apa yang terjadi di dalam kehidupan
kita sehari-hari.
 5.FB memiliki pengaturan privasi yang baik,dll.
 Kelemahan dari facebook:
 1.FB itu membuat kecanduan
 2.Profil palsu
 3.Ada banyak fanfage diluar sana yang dibuat untuk penyalahgunakan atau
melanggar agama,kepribadian,bangsa,dll.
TUGAS 2
MENGINTERPRETASI FUNGSI SOSIAL
TEKS OPINI/EDITORIAL
 1) Apa yang kalian ketahui tentang akronim? Ceritakanlah pendapat kalian
kepada teman sekelas. Mintalah tanggapan mereka.
 Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku

kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang di
perlukan sebagai kata.
 2) Nyatakan pendapat kalian dengan menjawab pertanyaan berikut ini!

(a) Apakah kamu setuju dengan pernyataan bahwa pemilihan umum bukan

hanya pesta demokrasi, tetapi juga pesta akronim?


 Setuju karena pada saat pemilihan umum banyak sekali akronim yang

digunakan seperti caleg, dapil, cagub, pileg, TPS, panwaslu, gastarlih, pilpres
dan masih banyak yang lainnya.
 (b) Apakah kalian setuju dengan pernyataan bahwa penyebab
utama pembuatan akronim adalah keinginan akan keringkasan
dalam berkomunikasi?
 Setuju karena secara umum, akronim-akronim tersebut dibuat
untuk mempersingkat jumlah kata agar menghemat waktu dalam
pengucapan. Selain itu, sebagian akronim sengaja diplesetkan
agar terkesan lucu, untuk menciptakan keakraban komunikasi
sehari-hari.

 (c) Apakah kalian setuju adanya pesta akronim saat atau jelang
pemilu?
 Tidak setuju
 (d) Setujukah kalian bahwa akronim, pada titik tertentu, terasa
mengotori bahasa Indonesia?
 Setuju karena saat ini, terdapat banyak akronim berkembang di
masyarakat. Namun, tidak sedikit yang menerjang kaidah kebahasaaan.
Pada salah satu media cetak ditemukan penulisan akronim markus
(kasus Anggodo-Bank Century). Akronim markus yang berarti ‘makelar
kasus’ tersebut membingungkan masyarakat umum karena kombinasi
vokal dan konsonannya terkesan aneh. Kebanyakan masyarakat akan
mengira bahwa markus adalah nama orang yang ditunjuk Anggodo
dalam kasus Bank Century. Lalu, begitu dinamiskah bahasa sehingga
seringkali dibuat seenaknya dan terkadang memunculkan makna baru
yang belum tentu berterima di masyarakat.
 (e) Perhatikan akronim “KarSa” (Soekarwo-Saifullah
Yusuf) dan “balon” (bakal calon). Kemukakanlah
pendapat kalian tentang kedua akronim tersebut.
 . Pada akronim KarSa suku kata yang diambil adalah
pada bagian tengah (Su-kar-wo Sai-ful-lah Yu-suf),
menyaran pada Karsa yang berarti daya (kekuatan) jiwa
yang mendorong makhluk hidup untuk berkehendak.
Pada akronim balon bagian yang diambil adalah bagian
depan dan bagian belakang (ba-kal ca-lon). Menyaran
pada kemerduan bunyi jika dibandingkan apabila
menggunakan akronim baca (ba-kal ca-lon)
Kita menggunakan akronim sebagai salah satu jalan keluar agar
kalimat yang kita ungkapkan terasa ringkas, mudah diucapkan dan
diingat oleh lawan bicara kita, bangsa yang beringatan pendek ini.

Menurut kalian, apa sebenarnya yang ingin


disampaikan penulis opini “Pil Pilu Pemilu” ini?
Kata lain untuk ‘bangsa pelupa’ adalah ‘bangsa pendek
ingatan’. Ambiguitas pengertian serta merta timbul
dari ungkapan ‘bangsa pendek ingatan’, sebab kata-
kata ini dapat bernuansa negatif, sepadan dengan
kelompok manusia yang bertindak emosional dan
tidak sanggup berpikir jauh ke depan. Atau, setelah
bertindak baru mulai berpikir, sehingga segala
konsekuensi yang mengikutinya bukan lagi menjadi
tanggung jawab si penutur.
 (g) “Akronim bukanlah kata. Akronim hanyalah kata semu yang
proses morfologisnya menimbulkan prinsip semau gue”.
Kemukakanlah pendapat kalian tentang hal ini? Satuan terkecil
akronim adalah huruf atau suku kata dari sejumlah kata yang
dipadatkan. Namun, tidak ada kesepakatan dalam pemadatan itu.
Huruf atau suku kata manakah dari sebuah kata yang mesti
dicomot: yang pertama, yang tengah, yang akhir, atau kombinasi
ketiganya. Apakah yang mesti dikutip adalah unsur kata dasar atau
kata turunan. Pembuat akronim terkadang hanya mementingkan
kemerduan bunyi saja tanpa memperhatikan proses pembentukan
katanya.

 (h) Bagaimana kalian menyikapi akronim yang
berkembang dalam bahasa Indonesia?
 Bahasa merupakan ungkapan dan cerminan kehidupan
budaya dalam arti yang luas. Dapat juga dikatakan
bahwa perubahan bahasa mencerminkan perubahan
budaya dalam berbagai segi. Bahasa memberikan
gambaran orang yang memakai bahasa itu. Akronim
cenderung hanya dimengerti oleh kalangan tertentu,
akronim itu cenderung membingungkan, bahkan
pembaca atau pendengar bisa terkecoh atau tertipu.
(i) Menurut kalian, apakah akronim dapat memperkaya atau malah
merusak bahasa Indonesia?
 Menurut saya akronim dapat merusak bahasa Indonesia. Menyingkat-
nyingkat tulisan memang mudah saja, tapi bahayanya adalah merusak
bahasa. Misalnya akronim murmer kepanjangannya yaitu murah meriah
yang tujuannya tentu saja untuk menarik perhatian
pembaca/pelanggannya dalam rangka promosi. Menurut saya tidak
perlulah menambah, mengurangi, bahasa kita yang justru malah
merusak bahasa kita Indonesia. Bukankah cinta tanah air termasuk di
dalamnya cinta bahasa Indonesia? Hal ini yang perlu kita tanamkan
kembali pada generasi-generasi muda Indonesia untuk lebih cerdas
dengan berbahasa yang baik.
No. Akronim Kepanjangan Contoh dalam Kalimat

1. Puskesmas Pusat kesehatan Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
masyarakat Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu atau
sebagian wilayah kecamatan.

2. Tilang Bukti Pelanggarang Kalau anda ingin menghadiri sidang, datanglah sesuai
tanggal sidang yang tertera di surat tilang ke PN yg
ditunjuk.

3. Rudal Peluru kendali Sebelum tahun 2012, boleh dibilang lini sista rudal udara
ke udara yang dimiliki TNI AU cukupinferior bila
dibandingkan AU Singapura dan AU Malaysia.

4. Pemkot Pemerintah Kota Menjelang Lebaran, tim gabungan Pemkot Malang


mengadakan inspeksi mendadak makanan dan minuman
di sejumlah toko dan swalayan

5. Gepeng Gelandangan dan Dua gepeng yang biasa mangkal di Simpang Siti Hajar
pengemis Jalan Jamin Ginting Medan, berlari kencang saat Satuan
Polisi Pamong Praja hendak menangkap mereka.
No. Akronim Kepanjangan Contoh dalam Kalimat

6. Siskamling Sistem Dalam pelaksanaan kegiatan ataupun aktivitas


keamanan siskamling, dilakukan dengan ronda. Ronda adalah
lingkungan berjalan berkeliling (patroli) untuk menjaga
keamanan di kampung / desa setempat baik
dengan jalan kaki ataupun menggunakan
kendaraan bermotor.
7. Posyandu Pos pelayanan Menurut Effendy (1998), Posyandu merupakan
terpadu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan
kesehatan masyarakat, dari oleh dan untuk
masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk
pengembangan sumber daya manusia sejak dini.
8. Toga Tanaman Obat Pemanfaatan TOGA yang digunakan untuk
keluarGA pengobatan gangguan kesehatan keluarga menurut
gejala umum adalah: Demam panas, Batuk, Sakit
perut, dan Gatal-gatal.
9. Sinetron sinema elektronik RCTI kembali mendobrak dunia persinetronan
tanah air dengan mengeluarkan salah satu sinetron
yang bergenre remaja, cinta dan sedikit keren
berbau jalanan dimana para pemainya sekelas
aktor Ganteng Stefean William dalam sinetron ini
mengendari motor Sport dengan para ganknya.

10. Curanmor Pencurian Kapolsek Serpong Kompol Heribetrus Ompusunggu


kendaraan memperlihatkan tersangka dan barang bukti
bermotor curanmor saat di Mapolsek Serpong,
MEMPRODUKSI TEKS
OPINI/EDITORIAL SECARA BERSAMA

Tugas 3
Pada Suatu Hari
Maukah kau dengar kisahku, bisik Buldozer
sambil mengisap pipa pada hamparan sawah dan pematang.
Tidak!
jawab sawah sambil tergopoh. Kami sibuk dan harus pergi
sebelum fajar pagi.
Maukah kau dengar kisahku, ucap Buldozer
sambil mengunyah pizza pada sungai dan batu-batu. Tidak!
Kami sibuk. Kami harus berangkat sebelum malam
jadi pekat. Tempat ini sudah bukan
milik kami lagi.
Maukah kau dengar kisahku, rengek Buldozer
sambil mencekal jalur-jalur pematang dan jemari sungai. Tidak!
meskipun kami ingin. Kami sibuk. Lihatlah
traktor-traktor dan surat keputusan dan pidato pengarahan
telah tiba. Kami mesti berangkat sebelum terlambat
dan air mata menjadi jerat.
Buldozer itupun tersedu tercabik sunyi. Ia ingin bercerita
Ia ingin ada yang bersedia mendengarnya.
1991
Agus R. Sarjono
Sumber: http://www.mongabay.co.id
 1) Mengapa sajak ini diberi judul “Pada Suatu Hari”?
 2) Apakah, melalui sajak ini, penyair mengisahkan sesuatu?
 3) Mengapakah buldozer berada pada hamparan sawah dan pematang?
 4) Apakah kata “buldozer” dalam sajak tersebut melambangkan sesuatu?
 5) Interpretasikanlah sajak tersebut. Diskusikan hasil interpretasi kalian di
 dalam kelas.
 Jawabban :
 1.Karna penulis mengalami kejadian dihari itu sehingga membuat penulis
terkenang dengan kejadian di hari itu.
 2.Iya
 3.Karna buldozer merasa tidak ada lagi yang ingin mendengar keluh kesalnya
selain hamparan sawah dan pematang.
 4.Kata buldozer melambangkan orang yang ingin menceritakan keluh kesahnya.
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan atau
diikuti dalam memproduksi atau membuat teks
opini/editorial
 Untuk dapat memproduksi teks opini/editorial
1. Langkah pertama dalam menulis adalah menentukan tema. Untuk memilih tema dalam menulis
teks opini, ikutilah isu aktual yang berkembang. Isu tersebut bisa diperoleh dari membaca
media cetak atau berbagai media lainnya, menonton televisi, diskusi, atau melakukan
wawancara. Banyak sekali isu-isu yang sedang berkembang di masyarakat saat ini, salah
satunya adalah mengnai bencana kabut asap yang melanda beberapa daerah di Indonesia. Jika
kita memperhatikan isu-isu tersebut maka tema yang kita pilih adalah kabut asap.
 2. Setelah memilih isu yang akan dijadikan tema tulisan, tindakan selanjutnya adalah
mengumpulkan data sebanyak mungkin. Data bisa kalian dapatkan dari buku, media cetak,
internet, dan sebagainya. Misalnya data yang kita peroleh adalah sebagai berikut.
Kita tidak boleh larut dalam kegembiraan yang berlebihan karena kita baru saja mengalami
bencana.
 Jangan sampai kasus hukum ikut lesap bersamaan dengan perginya kabut-asap.

 Ada hal-hal yang merisaukan dari pemberitaan yang kita baca terkait penanganan secara hukum

kasus kabut asap ini.


 Sudah seharusnya "pertimbangan ekonomi" dikesampingkan mengingat akibat yang ditimbulkan

oleh kabut asap.


 Upaya penegakan hukum terhadap sejumlah perusahaan yang terlibat pembakaran hutan

diragukan efektivitasnya oleh para pegiat lingkungan.


 3. Baca dan perhatikan sekali lagi data yang telah diperoleh. Pilihlah
data yang sesuai dengan tujuan dan dapat mendukung kekuatan
tulisan.
 4. Berilah judul untuk tulisan kalian. Sebuah judul sangat
menentukan ketertarikan pembaca. Oleh sebab itu, pilihlah judul
yang bagus dengan mencari sudut pandang yang menarik. Pemberian
judul dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Sebagai contoh :
 5. Sebuah teks opini memiliki struktur pernyataan
pendapat^argumentasi^ pernyataan ulang pendapat. Nyatakanlah
pendapat sebagai pembuka teks opini yang dibangun. Untuk
memancing pembaca agar menuntaskan pembacaan terhadap tulisan,
berikanlah kalimat pembuka yang menarik. Bagian yang terpenting
dalam sebuah teks opini adalah argumentasi. Bagian ini dianggap
jantung sebuah teks opini. Argumentasi yang diberikan harus mampu
meyakinkan pembaca, tentu saja didukung oleh data yang telah
dikumpulkan.
Pernyataan Pendapat
 Kebakaran hutan dan lahan di wilayah Sumatra, seperti
Riau, Jambi, Sumatra Selatan serta sebagian
Kalimantan, telah menyebabkan kabut asap setidaknya
dalam tiga bulan terakhir. Di Riau dan Sumatra selatan,
kualitas udara di Kota Pekanbaru dan Palembang
sempat masuk kategori berbahaya seiring dengan
meningkatnya jumlah titik api di Pulau
Sumatera. Penyebab kebakaran hutan dan lahan yang
sering terjadi dan berulang setiap tahunnya di
Sumatera dan Kalimantan disebabkan karena lemahnya
penegakan hukum.
Argumentasi
 Setelah musim penghujan datang hampir sepekan ini kita sudah dapat kembali melihat langit yang biru dan udara yang mulai
cerah. Semoga kondisi udara terus membaik, normal seperti sediakala. Kondisi udara membaik yang kini disambut lega
hendaknya tidak membuat kita larut dalam kegembiraan yang berlebihan. Kita baru saja melewati masa-masa menyedihkan
yang sangat panjang akibat kabut asap hasil pembakaran hutan dan lahan.

Ketika peristiwa itu terjadi, kita juga mendengar bahwa akan ada tindakan hukum yang serius diterapkan terhadap mereka
yang terbukti sebagai penyebab timbulnya kabut asap, baik perorangan maupun korporasi. Sejauh ini kepolisian telah
menetapkan 132 tersangka dalam kasus kebakaran hutan yang sebagian besar pelakunya perorangan yaitu 127. Ini yang
hendaknya terus dikawal, jangan sampai ikut lesap bersamaan dengan perginya kabut-asap.

Mengingat ada hal-hal yang merisaukan dari pemberitaan yang kita baca terkait penanganan secara hukum kasus kabut asap
ini. Mulai dari dianulirnya status tersangka yang semula disematkan kepada sebuah korporasi besar. Kapolri Jenderal
Badrodin Haiti menyebut ada 10 perusahaan yang sudah masuk tahap penyidikan terkait kebakaran hutan di Sumatra.

Pernyataan Menko Polhukam Luhut Pandjaitan yang mengakui bahwa “pertimbangan ekonomi” membuat pemerintah belum
ingin mengumumkan perusahaan-perusahaan besar yang menjadi tersangka pembakar hutan. Apa pertimbangan ekonomi
yang dimaksud masih kurang jelas. Namun jika kita melihat akibat yang ditimbulkan oleh kabut asap tersebut yang telah
merugikan trilyunan rupiah serta mengakibatkan hilangnya jam belajar efektif, termasuk gangguan kesehatan hingga
jatuhnya korban jiwa. Sudah seharusnya "pertimbangan ekonomi" dikesampingkan.

Walaupun berhembus aroma pesimis dari perkembangan yang terbaca ini, ada bagian dari pernyataan Menko Polhukam yang
agaknya patut kita pegang, bahwa pemerintah sungguh-sungguh melancarkan penegakan hukum, khususnya atas
perusahaan perkebunan dan pengelolaan hutan. Upaya penegakan hukum terhadap sejumlah perusahaan yang terlibat
pembakaran hutan diragukan efektivitasnya oleh para pegiat lingkungan selama upaya itu bersifat tebang pilih.
Pernyataan Ulang Pendapat
 Kelemahan aparat hukum dalam menangani isu
lingkungan serta sanksi hukuman yang ringan
juga dirasakan sebagai penyebab berulangnya
kasus pembakaran hutan dari tahun ke tahun.
Kita catat dan pegang janji ini dengan serius
karena semua ini diperlukan agar kabut asap
tidak muncul lagi di masa mendatang. Semoga
kabut asap bukan merupakan bencana tahunan
seperti banjir di negara kita.
struktur teks opini
No. Struktur Kalimat
1. Pernyataan Pendapat Kebakaran hutan dan lahan di wilayah Sumatra, seperti Riau, Jambi,
Sumatra Selatan serta sebagian Kalimantan, telah menyebabkan kabut
asap setidaknya dalam tiga bulan terakhir. Di Riau dan Sumatra selatan,
kualitas udara di Kota Pekanbaru dan Palembang sempat masuk kategori
berbahaya seiring dengan meningkatnya jumlah titik api di Pulau
Sumatera. Penyebab kebakaran hutan dan lahan yang sering terjadi dan
berulang setiap tahunnya di Sumatera dan Kalimantan disebabkan karena
lemahnya penegakan hukum.

2. Argumentasi Setelah musim penghujan datang hampir sepekan ini kita sudah dapat
kembali melihat langit yang biru dan udara yang mulai cerah. Semoga
kondisi udara terus membaik, normal seperti sediakala. Kondisi udara
membaik yang kini disambut lega hendaknya tidak membuat kita larut
dalam kegembiraan yang berlebihan. Kita baru saja melewati masa-masa
menyedihkan yang sangat panjang akibat kabut asap hasil pembakaran
hutan dan lahan.

Ketika peristiwa itu terjadi, kita juga mendengar bahwa akan ada tindakan
hukum yang serius diterapkan terhadap mereka yang terbukti sebagai
penyebab timbulnya kabut asap, baik perorangan maupun korporasi.
Sejauh ini kepolisian telah menetapkan 132 tersangka dalam kasus
kebakaran hutan yang sebagian besar pelakunya perorangan yaitu 127.
Ini yang hendaknya terus dikawal, jangan sampai ikut lesap bersamaan
dengan perginya kabut-asap.
Mengingat ada hal-hal yang merisaukan dari pemberitaan yang
kita baca terkait penanganan secara hukum kasus kabut asap ini.
Mulai dari dianulirnya status tersangka yang semula disematkan
kepada sebuah korporasi besar. Kapolri Jenderal Badrodin Haiti
menyebut ada 10 perusahaan yang sudah masuk tahap
penyidikan terkait kebakaran hutan di Sumatra.

Pernyataan Menko Polhukam Luhut Pandjaitan yang mengakui


bahwa “pertimbangan ekonomi” membuat pemerintah belum
ingin mengumumkan perusahaan-perusahaan besar yang
menjadi tersangka pembakar hutan. Apa pertimbangan ekonomi
yang dimaksud masih kurang jelas. Namun jika kita melihat
akibat yang ditimbulkan oleh kabut asap tersebut yang telah
merugikan trilyunan rupiah serta mengakibatkan hilangnya jam
belajar efektif, termasuk gangguan kesehatan hingga jatuhnya
korban jiwa. Sudah seharusnya "pertimbangan ekonomi"
dikesampingkan.

Walaupun berhembus aroma pesimis dari perkembangan yang


terbaca ini, ada bagian dari pernyataan Menko Polhukam yang
agaknya patut kita pegang, bahwa pemerintah sungguh-sungguh
melancarkan penegakan hukum, khususnya atas perusahaan
perkebunan dan pengelolaan hutan. Upaya penegakan hukum
terhadap sejumlah perusahaan yang terlibat pembakaran hutan
diragukan efektivitasnya oleh para pegiat lingkungan selama
upaya itu bersifat tebang pilih.
3. Pernyataan Ulang Pendapat Kelemahan aparat hukum dalam menangani isu
lingkungan serta sanksi hukuman yang ringan juga
dirasakan sebagai penyebab berulangnya kasus
pembakaran hutan dari tahun ke tahun. Kita catat dan
pegang janji ini dengan serius karena semua ini
diperlukan agar kabut asap tidak muncul lagi di masa
mendatang. Semoga kabut asap bukan merupakan
bencana tahunan seperti banjir di negara kita.
KERJA MANDIRI MEMBANGUN
TEKS OPINI/EDITORIAL
Kegiatan 3
MENYUNTING DAN
MENGABSTRAKSI TEKS
OPINI/EDITORIAL
Tugas 1
1) mencari bentuk berimbuhan lainnya untuk melengkapi kolom yang
kosong.
No. Verbal Pelaku/Alat Proses Hasil

1. mengubah pengubah (yang mengubah) pengubahan (proses ubahan (hasil


mengubah) mengubah)

2. menyediakan penyedia penyediaan persediaan


(yang menyediakan) (proses menyediakan) (hasil menyediakan)

3. memberi pemberi memberikan pemberian


(yang memberikan) (proses memberikan) (hasil memberikan)

4. memasang pemasang pemasangan pasangan


(yang memasang) (proses memasang) (hasil memasang)

5. membangun pembangun pembangunan bangunan


(yang membangun) (proses membangun) (hasil membangun)
No. Verbal Pelaku/Alat Proses Hasil

6. membuat pembuat (yang membuat) pembuatan (proses membuat) buatan (hasil membuat)

7. membawa pembawa (yang membawa) pembawaan (proses membawa) bawaan (hasil membawa)

8. membantu pembantu (yang membantu) pembantuan (proses membantu) bantuan (hasil


membantu)

9. mencoba pencoba (yang mencoba) percobaan (proses mencoba) cobaan (hasil mencoba)

10. memperoleh pemeroleh (yang pemerolehan (proses memperoleh) perolehan (hasil


memperoleh) memperoleh)
 (2) Reduplikasi merupakan proses pengulangan. Dalam
reduplikasi terjadi perubahan makna gramatikal,
sehingga terjadi satuan yang berstatus kata.

 (a) Berikut ini diberikan bentuk reduplikasi. Tugas


kalian adalah memasangkan kata berulang berikut
dengan makna yang tersedia di
 kolom sebelahnya.
No. Reduplikasi Makna Contoh Kalimat

1. tidur-tiduran kurang sungguh-sungguh Dari tadi pagi si Bobi


(deintensif) kerjanya cuma tidur-
tiduran di sofa.

2. antar-mengantar berbalasan (resiprokal) Pada hari Natal para


kenalan antar-mengantar
hadiah.

3. beres-beres sungguh-sungguh (intensif) Sebaiknya beres-beres dari


sekarang.

4. keliling-keliling berkali-kali (iteratif) Kami cuma keliling-keliling


di kebun

5. rumah-rumah bentuk jamak Rumah-rumah di Jakarta


tidak diatur sedemikian
rupa sehingga kelihatan
semrawut.
No. Reduplikasi Makna Contoh Kalimat

6. warna-warni bermacam-macam Pelangi di langit berwarna-warni


sangat indah

7. lelaki tidak mengalami Lelaki sejati tak pandai


perubahan makna mengumbar janji karena setiap
janji bernilai dan merupakan
pertanda harga diri

8. tali-temali variasi Tali-temali diajarkan dalam


kepramukaan

9. ibu-ibu yang bertindak Ibu-ibu berkumpul di Posyandu


sebagai pada hari Sabtu.

10. mobil-mobilan yang mirip Ibunya sering membelikannya


mobil-mobilan.
 (3) Hubungan antarkalimat yang membentuk kalimat
majemuk selain ditandai oleh kata penghubung
(konjungsi) juga ditandai oleh koma (,) atau titik koma
(;). Jika hubungan ini menunjukkan ketidaklogisan,
salah satu penyebabnya adalah penggunaan konjungsi
yang tidak tepat. Berikut diberikan beberapa contoh
kalimat majemuk yang menggunakan konjungsi. Jika
pengggunaan konjungsi berikut sudah tepat, berilah
tanda (ѵ) pada kolom (B). Akan tetapi, jika penggunaan
konjungsi dalam kalimat berikut tidak logis, berilah
tanda (ѵ) pada kolom (S).
No. Reduplikasi B S

1. Resor tumbuh menjamur, oleh sebab itu kontribusi mereka kepada ekonomi - √
daerah amat minimal.
2. Karena secara terminologis kata baik dan benar sudah menyaran pada hal yang √ -
sempurna dan tanpa cacat, orang pun tidak segan-segan memaknai slogan
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar itu sama dengan bahasa
Indonesia baku. Sebagai akibatnya, tidak jarang orang (Indonesia) merasa
tidak memiliki kemampuan untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.

3. Dalam kehidupan sehari-hari, kebanyakan orang lebih sering berada dalam - √


situasi tidak resmi sehingga tuntutan untuk selalu berbahasa Indonesia ragam
baku itu pun tidak ada.
4. Bahasa yang baik adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan situasi - √
pemakaiannya, meskipun bahasa yang benar adalah bahasa yang digunakan
sesuai dengan kaidah (aturan) bahasa.

5. Berbahasa dengan baik dan benar ternyata tidak hanya dapat memperlancar - √
komunikasi, kemudian juga dapat meluruskan cara berpikir (berlogika) dan
sekaligus mengajarkan cara bertanggung jawab.
No Reduplikasi B S
.
6. Pemilihan umum (pemilu) bukan hanya pesta demokrasi, namun juga - √
pesta akronim (dan singkatan).

7. Dalam pembuatannya, akronim yang berpola kadang tidak menarik √ -


atau membingungkan, maka orang memilih yang melenceng tetapi
menghasilkan kemerduan bunyi

8. Meskipun saya tidak dapat menghadiri undangan tersebut tetapi saya - √


akan tetap mengirimkan kado.

9. Jepang telah menyiapkan teknologi tahan bencana dan membangun - √


sistem sosial yang tanggap bencana.

10 Jika guru tidak hadir, maka para siswa akan berkeliaran di luar kelas. √ -
.
 Kesejajaran unsur kalimat pada kalimat majemuk
setara itu diperlukan.Kesejajaran itu meliputi jenis
kalimat ataupun urutan unsur kalimatnya. Sebagai
contoh, jika kalimat pertama yang menjadi unsur
kalimat majemuk setara itu berupa kalimat nomina,
pengisi predikatnya berupa nomina, kalimat kedua dan
kalimat selanjutnya juga harus berupa kalimat nominal.
Selanjutnya, jika kalimat pertama dalam kalimat
majemuk setara itu berupa kalimat transitif, kalimat
kedua dan selanjutnya juga harus berupa kalimat
transitif.
4) buatlah 5 contoh kalimat majemuk setara
lainnya.

 1. Jepang tergolong negara maju, tetapi Indonesia


tergolong negara berkembang.
 2. Juhariyah pergi ke pasar sedangkan Ragil berangkat ke
bengkel.
 3. Syifa telah mempelajari secara mendalam ilmu ekonomi
dan perbankan syariah, setelah itu ia mendirikan bank
sendiri.
 4. Aku sedang membaca buku dan Adikku sedang
mengerjakan PRnya di ruang tamu.
 5. Susanto terkenal akan kejujurannya tetapi kakaknya
terkenal karena ketidak jujurannya.
(5) Salah satu ciri yang membedakan induk kalimat dan anak kalimat adalah
kemandirian. Induk kalimat mempunyai kemandirian jika dibandingkan
dengan anak kalimat.

Kalimat Majemuk Induk Kalimat Anak Kalimat


No.

Adik sedang bermain di Adik sedang bermain Ibu menyiapkan


1.

kamarnya sedangkan ibu di kamarnya. makanan di dapur


menyiapkan makanan di
dapur.
Pekerjaan itu sudah selesai Pekerjaan itu sudah ayah datang dari
2.

ketika ayah datang dari selesai kantor


kantor
Nenek membaca majalah Nenek membaca kakek pergi ke pasar
3.

ketika kakek pergi ke pasar majalah


Hasil ujiannya yang bagus Hasil ujiannya yang dia anak rajin
4.

menunjukan bahwa dia anak bagus


rajin.
No. Kalimat Majemuk Induk Kalimat Anak Kalimat

5. Ani selalu menolong orang lain oleh karena Ani selalu menolong orang lain dia sangat disayangi
itu dia sangat disayangi.

6. Ajiz mendapatkan rangking 1, karena dia Ajiz mendapatkan rangking dia anak yang rajin
anak yang rajin pertama

7. Danis sengaja tidur siang agar dia bisa Danis sengaja tidur siang dia bisa bangun pagi buat
bangun pagi buat belajar belajar

8. Dia mendirikan perusahaan itu ketika dia Dia mendirikan perusahaan itu Dia masih kuliah tingkat tiga
masih kuliah tingkat tiga.

9. Ketika memberikan keterangan, saksi itu Saksi itu meneteskan air mata. ketika memberikan keterangan
meneteskan air mata.

10. Dengan menurunkan harga beberapa jenis Kita berharap kegiatan ekonomi Dengan menurunkan harga
BBM, kita berharap kegiatan ekonomi tidak tidak lesu lagi beberapa jenis BBM
lesu lagi.
 (6) Bacalah teks “Mitigasi Belum Optimal” berikut ini dengan saksama!
(1) Buatlah ringkasan teks “Mitigasi Belum Optimal” tersebut!
 Tanpa kebijakan permanen menghadapi bencana gunung, penyelamatan
morat-marit. Pemerintah terlihat kurang cekatan dalam menanggulangi
dampak erupsi. Operasi tanggap darurat yang dilakukan pemerintah terkesan
sebatas respons reaktif, spontan, dan sporadis. Dibutuhkan operasi dengan
persiapan koordinasi penyelamatan, penyediaan infrastruktur, sampai
pelatihan relawan yang dilakukan secara prabencana.
 Negara seperti Jepang, secara sistemik memiliki program kesiap-siagaan
menghadapai bencana. Sedangkan dalam alam pikir masyarakat kita, letusan
gunung masih dianggap sesuatu yang insidental.
 Kemampuan pemerintah memberikan informasi penting masih lemah. Korban
meninggal dan luka-luka justru karena dampak tak langsung. Beberapa orang
tewas karena keruntuhan atap rumah ketika membersihkan debu yang
menumpuk di bubungan.
Tatkala hujan turun, air membuat debu mengeras, atap pun ambruk
karena tak kuat menahan beban. Masih ada kemungkinan korban
bertambah akibat masyarakat melanggar zona bahaya. Kenyataaanya
banyak penduduk menerobos karena menganggap keadaan sudah
aman.
Kesimpang-siuran informasi hampir selalu terulang pada setiap
bencana. Erupsi tak mirip virus influenza. Setiap gunung memiliki
aktivitas vulkanis sendiri-sendiri, tidak bergantung gunung lain.
Seyogianya, pemerintah tangkas memberi informasi yang terang-
benderang. Pada kenyataannya, masyarakat lebih sering mempercayai
prediksi dari sumber tak jelas. Pemerintah harus mampu
menyinergikan deteksi bencana yang bertolak dari ilmu pengetahuan
dan pengalaman lokal.
Tugas mitigasi adalah meningkatkan pengetahuan mayarakat tentang
ciri-ciri letusan gunung secara ilmiah. Tugas mitigasi juga membangun
menajemen rasional penanggulangan berbasis masyarakat. Daripada
menghamburkan uang untuk hal-hal tak penting, lebih baik pemerintah
mulai menyiapkan infrastruktur mitigasi yang benar.
TUGAS 2
MEMPRODUKSI TEKS
OPINI/EDITORIAL SECARA MANDIRI
 tulislah menjadi sebuah teks opini yang
utuh secara mandiri.
 (1) Kalian bisa memulainya dengan
membuat struktur yang sesuai. Struktur
tersebut harus berisi pernyataan
pendapat^argumentasi^pernyataan ulang
pendapat (thesis statement^arguments^
reiteration).
No. Struktur Kalimat
1. Pernyataan Kebakaran hutan dan lahan di wilayah Sumatra, seperti Riau, Jambi,
Pendapat Sumatra Selatan serta sebagian Kalimantan, telah menyebabkan kabut asap
setidaknya dalam tiga bulan terakhir. Di Riau dan Sumatra selatan, kualitas
udara di Kota Pekanbaru dan Palembang sempat masuk kategori berbahaya
seiring dengan meningkatnya jumlah titik api di Pulau Sumatera. Penyebab
kebakaran hutan dan lahan yang sering terjadi dan berulang setiap tahunnya
di Sumatera dan Kalimantan disebabkan karena lemahnya penegakan
hukum.
2. Argumentasi Setelah musim penghujan datang hampir sepekan ini kita sudah dapat
kembali melihat langit yang biru dan udara yang mulai cerah. Semoga
kondisi udara terus membaik, normal seperti sediakala. Kondisi udara
membaik yang kini disambut lega hendaknya tidak membuat kita larut
dalam kegembiraan yang berlebihan. Kita baru saja melewati masa-masa
menyedihkan yang sangat panjang akibat kabut asap hasil pembakaran
hutan dan lahan.
ketika peristiwa itu terjadi, kita juga mendengar bahwa akan ada tindakan
hukum yang serius diterapkan terhadap mereka yang terbukti sebagai
penyebab timbulnya kabut asap, baik perorangan maupun korporasi. Sejauh
ini kepolisian telah menetapkan 132 tersangka dalam kasus kebakaran hutan
yang sebagian besar pelakunya perorangan yaitu 127. Ini yang hendaknya
terus dikawal, jangan sampai ikut lesap bersamaan dengan perginya kabut-
asap.
No. Struktur Kalimat
2. Argumentasi Mengingat ada hal-hal yang merisaukan dari pemberitaan yang kita baca terkait penanganan secara
hukum kasus kabut asap ini. Mulai dari dianulirnya status tersangka yang semula disematkan kepada
sebuah korporasi besar. Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menyebut ada 10 perusahaan yang sudah masuk
tahap penyidikan terkait kebakaran hutan di Sumatra.

Pernyataan Menko Polhukam Luhut Pandjaitan yang mengakui bahwa “pertimbangan ekonomi” membuat
pemerintah belum ingin mengumumkan perusahaan-perusahaan besar yang menjadi tersangka
pembakar hutan. Apa pertimbangan ekonomi yang dimaksud masih kurang jelas. Namun jika kita
melihat akibat yang ditimbulkan oleh kabut asap tersebut yang telah merugikan trilyunan rupiah serta
mengakibatkan hilangnya jam belajar efektif, termasuk gangguan kesehatan hingga jatuhnya korban
jiwa. Sudah seharusnya "pertimbangan ekonomi“ dikesampingkan.
Walaupun berhembus aroma pesimis dari perkembangan yang terbaca ini, ada bagian dari pernyataan
Menko Polhukam yang agaknya patut kita pegang, bahwa pemerintah sungguh-sungguh melancarkan
penegakan hukum, khususnya atas perusahaan perkebunan dan pengelolaan hutan. Upaya penegakan
hukum terhadap sejumlah perusahaan yang terlibat pembakaran hutan diragukan efektivitasnya oleh
para pegiat lingkungan selama upaya itu bersifat tebang pilih.

3. Pernyataan Kelemahan aparat hukum dalam menangani isu lingkungan serta sanksi hukuman yang ringan juga
Ulang dirasakan sebagai penyebab berulangnya kasus pembakaran hutan dari tahun ke tahun. Kita catat dan
Pendapat pegang janji ini dengan serius karena semua ini diperlukan agar kabut asap tidak muncul lagi di masa
mendatang. Semoga kabut asap bukan merupakan bencana tahunan seperti banjir di negara kita.
MENGONVERSI
TEKS
OPINI/EDITORIAL

Tugas 3
“Sepertiga Penduduk Indonesia Derita Hipertensi”
No. Struktur Kalimat
1. Pernyataan Di sebuah harian nasional, Selasa (22/5), Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Indonesian Society for
Pendapat Hypertension) memasang sebuah iklan dengan judul dalam bahasa Inggris: World Hypertension Day, May
17, 2012, sebuah momentum yang digalang World Hypertension Leage dengan tema “Healthy Life Style-
Healthy Blood Pressure”. Sebagai orang awam tentu banyak dari kita yang bertanya, apa penting dan
signifikansinya memperingati Hari Hipertensi Dunia, yang tepat jatuh pada pekan lalu itu?

2. Argumentasi Bagi masyarakat Indonesia yang belakangan ini dilanda berbagai persoalan sosial, mulai dari larangan
konser Lady Gaga hingga berbagai kasus korupsi yang tiada hentinya, persoalan hipertensi (penyakit
tekanan darah tinggi) seperti tenggelam tak ada gaungnya. Apakah karena dianggap kurang menarik
sehingga tidak ada yang mau peduli?

Padahal, kalau melihat angka penderita hipertensi di Indonesia, haruslah kita waspada dan sangat peduli.
Prevalensi penyakit ini di Indonesia mencapai 31,7 persen, artinya diperkirakan satu dari tiga penduduk
berusia di atas 18 tahun adalah penderita hipertensi. Hal ini berarti puluhan juta penduduk Indonesia
dipastikan menderita hipertensi.

Kalau hipertensi tanpa dampak, kita mungkin patut abai dan tenang-tenang saja. Persoalannya, hipertensi
dapat memicu berbagai penyakit lain sebagai akibat rusaknya berbagai organ tubuh, seperti otak, ginjal,
dan jantung kalau tidak ditangani dengan baik.

Secara global, penyakit hipertensi memiliki angka kematian yang cukup mencemaskan, yakni mencapai 7
juta orang meninggal per tahunnya di dunia. Hingga kini, diperkirakan lebih dari 1 milyar penduduk bumi
menderita hipertensi.
No. Struktur Kalimat
2. Argumentasi Pada keluarga yang anggotanya menderita gagal ginjal, tentu sudah merasakan betapa
beratnya biaya dan beban hidup yang harus ditanggung untuk cuci darah misalnya, meski
mungkin sudah dibantu asuransi. Salah satu penyebab gagal ginjal adalah hipertensi.
Penyakit lain yang juga bisa dipicu oleh hipertensi adalah stroke dan jantung koroner.
Berbeda dengan demam berdarah yang penderitanya bisa meninggal dunia seketika,
berbagai penyakit yang dipicu oleh hipertensi tersebut bisa berlangsung berkepanjangan
dan bahkan menguras biaya yang sangat besar. Bila hipertensi tidak diperhatikan, dirawat,
atau pun dicegah, dipastikan akan menimbulkan berbagai penyakit lain yang bakal
mengurangi kesejahteraan dan produktivitas. Dengan demikian, bermula dari masalah
kesehatan dalam keluarga akan dapat menimbulkan masalah lain, yaitu problem ekonomi
dan sosial. Maka, melalui tajuk rencana ini masyarakat diingatkan untuk tidak mengabaikan
kesehatan. Masyarakat diimbau untuk selalu menjaga gaya dan pola hidup yang sehat.
Imbauan ini harus pula dibarengi dengan berbagai kampanye dan penyuluhan untuk berbagi
pengetahuan tentang kesehatan. Hal ini dapat membangun dan menyadarkan masyarakat
mengenai perlunya gaya dan pola hidup yang sehat. Tujuannya agar warga terhindar dari
hipertensi dan berbagai penyakit turunannya.
3. Pernyataan Ulang Dengan demikian, kampanye dan penyuluhan seperti yang dilakukan Perhimpunan
Pendapat Hipertensi Indonesia ini harus dihargai, mengingat risiko dan kerugian yang ditimbulkan
penyakit ini sangat besar. Bukan saja menyebabkan beban bagi anggota keluarga penderita
hipertensi, tetapi juga bagi masyarakat. Risiko ini dapat dikurangi kalau masyarakat
memiliki pemahaman yang cukup baik mengenai hal itu.
(Sumber: Sinar Harapan, Rabu, 23 Mei 2012)
Sekian terima kasih 

Anda mungkin juga menyukai