Anda di halaman 1dari 20

PENGEMBANGAN DESAIN PRAKTIKUM

BERBASIS SCIENCE TECHNOLOGY ENGINEERING MATHEMATICS (STEM)


MELALUI PEMBUATAN ES KRIM PROBIOTIK DARI LIMBAH KULIT NANAS
UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA PADA MATERI KOLOID

Draft Proposal

Oleh:
Maulana Baharsyah
1707048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2018
Pengembangan desain praktikum
berbasis science technology engineering mathematics (STEM)
Melalui pembuatan es krim probiotik dari limbah kulit nanas
untuk membangun literasi sains siswa pada materi koloid

A. LATAR BELAKANG
Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi kunci penting
dalam menghadapi tantangan di masa depan. Berbagai tantangan yang muncul antara lain
berkaitan dengan peningkatan kualitas hidup, pemerataan pembangunan, dan kemampuan
untuk mengembangkan sumber daya manusia. Untuk itu, pendidikan Sains/IPA sebagai bagian
dari pendidikan berperan penting untuk menyiapkan peserta didik yang memiliki literasi sains,
yaitu yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis, dan berinisiatif dalam menanggapi isu di
masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan IPA dan teknologi (Prayekti, 2006).
Perubahan yang pesat dalam bidang sains dan teknologi telah banyak meningkatkan kualitas
hidup manusia. Namun, perkembangan tersebut seringkali dibarengi dengan permasalahan-
permasalahan baru yang terkait etika, moral dan isu-isu global yang justru dapat mengancam
martabat dan kelangsungan hidup manusia. Untuk memecahkan berbagai persoalan tersebut
diperlukan masyarakat yang memiliki literasi sains (Rahayu, 2014).
Berdasarkan hasil PISA, Penguasaan sains dan literasi sains Indonesia masih pada
posisi yang memprihatinkan yang berdampak pada rendahnya daya saing bangsa. Indonesia
sejak tahun 2000 menjadi salah satu partisipan PISA, dimana hasil dari studi PISA untuk
literasi sains siswa Indonesia tahun 2000 berada diurutan ke 38 dari 41 negara, tahun 2003
urutan ke 38 dari 40 negara, tahun 2006 urutan ke 53 dari 57 negara, tahun 2009 urutan ke 38
dari 40 negara dan tahun 2012 urutan ke 64 dari 65 negara (OECD, 2012). Berdasarkan data
tersebut diketahui bahwa siswa Indonesia memiliki literasi sains yang sangat rendah, yaitu
peringkat 2 sampai 4 dari peringkat terbawah.Untuk dapat mengembangkan literasi sains
bergantung pada guru dalam mengembangkan metode pembelajaran (Bayindir & Inan, 2008).
Kebanyakan guru masih menerapkan pembelajaran yang bersifat konvensional, dimana proses
pembelajaran pada umumnya hanya melatih proses berpikir konvergen, sehingga bila
dihadapkan suatu permasalahan, siswa akan kesulitan memecahkan masalah tersebut
(Munandar, 2001). Seorang guru perlu menggunakan suatu pendekatan pembelajaran yang
dapat melatih literasi sains siswa. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan
untuk melatih literasi sains siswa adalah pendekatan pembelajaran STEM (Beers, 2011)
Science, Technology, Engineering, and Mathtematics (STEM) merupakan isu penting
dalam pendidikan saat ini (Becker & Park, 2011; Kuenzi, 2008). Pembelajaran STEM
merupakan integrasi dari pembelajaran sains, teknologi teknik, dan matematika yang
disarankan untuk membantu kesuksesan keterampilan abad ke-21 (Beers, 2011). STEM dapat
berkembang apabila dikaitkan dengan lingkungan, sehingga terwujud sebuah pembelajaran
yang menghadirkan dunia nyata yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari
(Subramaniam et al, 2012). Hal ini berarti melalui pendekatan STEM siswa tidak hanya
sekedar menghafal konsep saja, tetapi lebih kepada bagaimana siswa mengerti dan memahami
konsep-konsep sains dan kaitanya dalam kehidupan sehari-hari. Pembejaran praktikum
merupakan salah satu metode yang akan menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran
kimia karena siswa akan lebih mudah memahami kimia apabila diberi kesempata untuk aktif
dalam belajar sambil bekerja dalam mengamati fenomena yang terjadi melalui kegiatan
praktikum (karsli, 2009).
Menurut Vindri Catur, dkk, (2014) praktikum merupakan sarana terbaik untuk
mengembangkan proses ilmiah siswa, karena dalam praktikum siswa dilatih untuk
mengembangkan semua indera serta mengembangkan keterampilan psikomotorik, kognitif dan
afektif. Namun pembelajaran praktikum disekolah belum memberikan kesempatan pada siswa
untuk berpartisifasi secara aktif dalam melakukan eksperimen untuk memahami ataupun
menemukan konsep sendiri (Susiwi, 2009). Disamping itu berdasarkan hasil survey lapangan
yang dilakukan juniar afrida dkk (2015) bahan ajar berupa LKS praktikum yang biasa
digunakan sekolah-sekolah memuat prosedur praktikum model cook book (buku resep
masakan). Melalui eksperimen dengan menggunakan LKS konvensional siswa sama sekali
tidak dibina untuk melakukan langkah-langkah keterampilan ilmiah sehingga pembelajaran
yang dilakukan tidak bermakna bagi siswa.
Materi koloid kuang aplikatif pada pembelajaran praktikum karena praktikum hanya
menggunakan alat dan bahan yang ada dilaborotarium. Oleh karena itu, diperlukan sebuah
desain praktikum yang inovatif dan kreatif sehingga siswa dapat memahami konsep-konsep
sains dan kaitannya dengan kehidupan sehari. Salah satu aplikasi yang dapat diterapkan pada
materi koloid yaitu pemanfaatan limbah kulit nanas menjadi es krim probiotik, yang pada
kenyataanya masyarakat mengabaikan kualitas dari kulit nanas sehingga jarang diolah menjadi
sesuatu yang bermanfaat (Ita, 2012). Kulit nanas berpotensi untuk diolah menjadi minuman
probiotik, karena komponen terbesar limbah kulit nanas selain air adalah karbohidrat sehingga
kulit nanas dapat menjadi substrat yang baik untuk pertumbuhan mikroba, probiotik
merupakan istilah untuk bakteri baik yang mampu hidup dalam saluran pencernaan manusia
Artinya, bakteri tersebut sudah terbukti tahan terhadap asam lambung, tahan terhadap garam
empedu, dan mampu menempel pada saluran usus sehingga bias memberikan manfaat
bagimanusia (Rizal, 2015). Potensi minumaan probiotik dari limbah kulit nanas ini bisa di
modifikasi menjadi es krim probiotik
Es krim merupakan salah satu produk olahan susu yang sangat digemari oleh banyak
orang dan merupakan makanan beku yang paling populer di dunia. Modifikasi es krim
diperlukan untuk meningkatkan cita rasa dan juga kesukaan oleh konsumen. Oleh karena itu
dilakukan penambahan susu fermentasi pada bahan adonan es krim dengan bantuan bakteri
probiotik. Kelebihan es krim probiotik yaitu dapat membantu memperlancar pencernaan
karena adanya bakteri probiotik yang baik untuk saluran pencernaan (Rizal, 2015). Platt
(1990) menyatakan ada empat manfaat yang diperoleh dari susu fermentasi yaitu sebagai
pengawet alami, meningkatkan nilai gizi, mendapatkan rasa dan tekstur yang disukai serta
meningkatkan variasi makanan. Dengan demikian metode praktikum diharapkan dapat
meningkat keterampilan ilmiah siswa (Lati, 2012) oleh karenanya pelaksanaan kegiatan
praktikum akan berjalan efektif dan terarah apabila ditunjang dengan adanya rancangan desain
praktikum yang kreatif dan inovatif (Endang, 2006). Berdasarkan latar belakang diatas maka
diperlukan pengembangan desain praktikum berbasis stem melalui pemanfaatan limbah kulit
nanas menjadi es krim probiotik untuk membangun literasi sains siswa pada materi koloid

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah umum dalam penelitian ini adalah “Bagaimana hasil uji kelayakan
format desain praktikum berbasis STEM melalui pembuatan es krim probiotik dari limbah
kulit nanas untuk membangun literasi sains siswa pada konsep koloid”. Rumusan masalah
tersebut diturunkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik desain praktikum berbasis STEM melalui pembuatan es krim
probiotik dari limbah kulit nanas pada materi fermentasi terhadap konsep koloid untuk
meningkatkan literasi sains siswa?
2. Bagaimana kualitas desain praktikum yang dituangkan dalam bentuk LKS berbasis STEM
terhadap ketercapaian penguasaan konsep yang dikembangkan jika dilihat dari tingkat
keterlaksanaan tahapan STEM serta respon siswa dan guru terhadap LKS
3. Bagaimana efektifitas pembelajaran praktikum berbasis STEM pada pembuatan es krim
probiotik dari limbah kulit nanas?
C. TUJUAN PENELITIAN
Secara umum, penelitian bertujuan untuk menghasilkan desain praktikum berbasis STEM
pada pembelajaran kimia dalam membangun literasi sains siswa pada konsep koloid.

D. MANFAAT PENELITIAN
Beberapa manfaat yang diambil dari penelitian ini yaitu:
1. Penelitian ini memberikan pengalaman secara langsung kepada peneliti dalam
mendesain model praktikum berbasis Science Technology Engineering
Mathematics (STEM) pada pembuatan es krim probiotik dari limbah kulit nanas
2. Sebagai media praktikum alternatif bagi guru dalam rangka meningkatkan kegiatan
belajar di kelas.
3. Sebagai media belajar bagi siswa dalam membangun literasi sains siswa terkait aspek
konten dan proses terkait isu-isu pemanfaatan limbah lingkungan.

E. PEMBATASAN MASALAH
Agar penelitian ini lebih terarah maka penelitian ini dibatasi pada
1. Uji validasi ahli terhadap Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis Science Technology
Engineering Mathematics (STEM) pada pembuatan es krim probiotik dari limbah kulit
nanas
2. Desain prosedur praktikum merupakan modifikasi dari buku kimia industry yang
dirancang oleh siti suryaningsih

F. DEVINISI ISTILAH
1. Desain praktikum
Desain praktikum merupakan suatu perancangan kegiatan laborotarium yang
menekankan kepada siswa untuk belajar secara ilmiah
2. Desain praktikum berbasis STEM
Desain praktikum digunakan pada penelitian ini yaitu mengacu pada pendekatan STEM
yang mempelajari berbagai konsep akademik yang disandingkan dengan dunia nyata
dengan menerapkan prinsip-prinsip sains, matematika, rekayasa dan teknologi.
3. Literasi sains
Literasi Sains dalam penelitian ini berdasarkan framework PISA (2012) meliputi
pengetahuan sains dan proses sains yang dibingkai oleh konteks, dan sikap sains. Alat
ukur untuk menggali literasi sains adalah soal pretespostes berbentuk pilihan ganda
untuk domain pengetahuan sains dan proses sains serta skala sikap ilmiah.
4. Koloid pada fermentasi pembuatan es krim probiotik
Proses fermentasi pada konsep koloid dalam bentuk minuman, yang dibuat berdasarkan
sifat koagulasi (Partikel-partikel suatu koloid dapat mengalami penggumpalan
membentuk zat semi-padat. Partikel-partikel koloid tersebut bersifat stabil karena
memiliki muatan listrik sejenis. Apabila muatan listrik itu hilang, maka partikel koloid
tersebut akan bergabung membentuk gumpalan.

G. DASAR TEORI
1. Desain Praktikuk
Praktikum merupakan bagian dari pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapat
kesempatan untuk menguji dan melaksanakan dalam keadaan nyata apa yang diperoleh
dalam teori (Setiawan, 2014). Berdasarkan uraian ini, maka desain praktikum kimia
merupakan suatu pedoman pelaksanaan kegiatan praktikum kimia yang berisi tata cara
persiapan sebelum dilaksanakannya praktikum kimia seperti persiapan alat dan bahan kimia
yang diperlukan, pelaksanaan praktikum kimia yang meliputi adanya kegiatan mereaksikan
zat-zat kimia dengan berbagai cara dan kondisi yang diperlukan, serta lembar isian untuk
analisis data siswa yang selanjutnya dapat digunakan sebagai data pelengkap dalam
penulisan laporan hasil kegaiatan praktikum.
Desain praktikum mutlak diperlukan oleh setiap sekolah yang memiliki fasilitas
laboratorium agar kegiatan praktikum dapat berlangsung dengan tertib, dimana penuntun
praktikum dapat diperoleh dengan cara mengadopsi penuntun praktikum dari buku paket
yang telah ada atau menyusun sendiri praktikum yang sederhana yang lebih mudah
dipahami (Rismawati, 2012).

2. Pendekatan Berbasis Stem


Istilah STEM dikenalkan oleh NSF (National Science Foundation) Amerika Serikat
pada tahun 1990-an sebagai singkatan untuk “Science, Technology, Engineering, &
Mathematics”(Sanders, 2009). Jadi dalam konteks Indonesia, STEM merujuk kepada empat
bidang ilmu pengetahuan, yaitu sains, teknologi, teknik, dan matematika. Pendidikan
STEM merupakan suatu pendekatan pengajaran dan pembelajaran antara dua atau lebih
dalam komponen STEM atau antara satu komponen STEM dengan disiplin ilmu lain
(Becker & Park, 2011). Pengintegrasian pendidikan STEM dalam pengajaran dan
pembelajaran boleh dijalankan pada semua tingkatan pendidikan, mulai dari sekolah dasar
sampai universitas, karena aspek pelaksanaan STEM seperti kecerdasan, kreatifitas, dan
kemampuan desain tidak tergantung kepada usia (Sanders et al, 2011).
Selain mengembangkan konten pengetahuan di bidang sains, teknologi, teknik dan
matematika, pendidikan integrasi STEM juga berupaya untuk menumbuhkan keterampilan
seperti penyelidikan ilmiah dan kemampuan memecahkan masalah. Melatih keterampilan
pemecahan masalah yang didukung dengan perilaku ilmiah, maka pendidikan integrasi
STEM berusaha untuk membangun masyarakat yang sadar pentingnya literasi STEM.
Literasi STEM mengacu pada kemampuan individu untuk menerapkan pemahaman tentang
bagaimana ketatnya persaingan bekerja di dunia nyata yang membutuhkan empat domain
yang saling terkait. Tabel 2 mendefinisikan literasi STEM menurut masing-masing dari
empat bidang studi yang saling terkait. EM yang merupakan singkatan dari ilmu
pengetahuan, teknologi, teknik, dan matematika, namun masing-masing kategori ini dapat
mencakup instruksi dalam beberapa bidang studi. Tabel 2.1. berikut menguraikan pelajaran
STEM umum dalam pendidikan.
Tabel 2.1. Sintak pendekata STEM
Science (Sains) Literasi Ilmiah : Kemampuan dalam
menggunakan pengetahuan ilmiah dan
proses untuk memahami dunia alam serta
kemampuan untuk berpartisipasi dalam
mengambil keputusan untuk
mempengaruhinya.
Technology (Teknologi) Literasi Teknologi : Pengetahuan bagaimana
menggunakan teknologi baru, memahami
bagaimana teknologi baru dikembangkan,
dan memiliki kemampuan untuk
menganalisis bagaimana teknologi baru
mempengaruhi individu, dan masyarakat.
Engineering (Teknik) Literasi Desain : Pemahaman tentang
bagaimana teknologi dapat dikembangkan
melalui proses desain menggunakan tema
pembelajaran berbasis proyek dengan cara
mengintegrasikan dari beberapa mata
pelajaran berbeda (interdisipliner).
Mathematic (Matematika) Literasi Matematika : Kemampuan dalam
menganalisis, alasan, dan
mengkomunikasikan ide secara efektif dan
dari cara bersikap, merumuskan,
memecahkan, dan menafsirkan solusi untuk
masalah matematika dalam penerapannya
(Asmuniv, 2015)
3. Literasi Sains
Literasi ilmiah (scientific literacy) menurut NSES 1996 adalah pengetahuan dan
pemahaman tentang konsep-konsep ilmiah dan proses yang diperlukan untuk pengambilan
keputusan pribadi, partisipasi dalam hal kenegaraan dan budaya, dan produktivitas
ekonomi. Literasi ilmiah berarti bahwa seseorang dapat bertanya, menemukan, atau
menentukan jawaban atas pertanyaan yang berasal dari rasa ingin tahu tentang pengalaman
sehari-hari. Ini berarti bahwa seseorang memiliki kemampuan untuk menggambarkan,
menjelaskan, dan memprediksi fenomena alam dari argumen tersebut dengan tepat.
Sains memiliki 3 pandangan yaitu konten (produk), proses dan konteks. Sains
sebagai konten artinya dalam sains terdapat fakta-fakta, hukum-hukum, prinsipprinsip dan
teori-teori yang sudah diterima kebenarnnya. Sains sebagai proses artinya bahwa sains
merupakan suatu proses atau metode untuk mendapatkan pengetahuan dan sains sebagai
kontek artinya aplikasi pengetahuan dan ketrampilan proses sains dalam kehidupan nyata
(Rustaman, 2003:11). Hal ini senada dengan PISA (2010:135- 138) yang menetapkan tiga
dimensi besar literasi sains dalam pengukurannya, yakni kompetensi/proses sains,
konten/pengetahuan sains dan konteks aplikasi sains.

4. Koloid pada proses Fermentasi


Fermentasi dibuat dengan memasukkan bakteri spesifik ke dalam susu di bawah
temperatur yang dikontrol dan kondisi lingkungan. Bakteri erombak gula susu alami dan
melepaskan asam laktat sebagai produk sisa. Keasaman meningkat menyebabkan protein
susu untuk membuatnya padat. keasaman meningkat (pH 4-5) juga menghindari proliferasi
bakteri patogen yang potensial. Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada
jenis gula yang digunakan dan produk yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6)
yang merupakan gula paling sederhana , melalui fermentasi akan menghasilkan etanol
(2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi
makanan
Persamaan Reaksi Kimia
C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (Energi yang dilepaskan:118 kJ per mol)
Dijabarkan sebagai Gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) → Alkohol (etanol) + Karbon
dioksida + Energi (ATP). Jalur biokimia yang terjadi, sebenarnya bervariasi tergantung
jenis gula yang terlibat, tetapi umumnya melibatkan jalur glikolisis, yang merupakan
bagian dari tahap awal respirasi aerobik pada sebagian besar organisme. Jalur terakhiran
bervariasi tergantung produk akhir yang dihasilkan.
Dua jenis bakteri yang digunakan dalam pembuatan yogurt adalah Streptococcus
thermopilus dan Lactobacillus Bulgaricus. Kedua bakteri inilah yang dapat memberikan
rasa asam pada yogurt menggunakan kultur campuran antara bakteri adalah Streptococcus
thermopilus dan Lactobacillus Bulgaricus sebagai starter. Kultur ini dapat menghasilkan
enzim yang menjadikan susu memiliki tingkat keasaman yang rendah. Kerja dari kulter ini
adalah salin melengkapi antara bakteri Streptococcus thermopilus dengan Lactobacillus
Bulgaricus.
Fermentasi merupakan salah satu bentuk pengaplikasian dari konsep koloid dalam
bentuk minuman, yang dibuat berdasarkan sifat koagulasi (Partikel-partikel suatu koloid
dapat mengalami penggumpalan membentuk zat semi-padat. Partikel-partikel koloid
tersebut bersifat stabil karena memiliki muatan listrik sejenis. Apabila muatan listrik itu
hilang, maka partikel koloid tersebut akan bergabung membentuk gumpalan).

H. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan
pengembangan (research and development). Proses pengembangan LKS ini mengacu pada
model pengembangan pembelajaran Thiagarajan (1974) yaitu model four-D yang meliputi
tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan
(development), dan tahap penyebaran (disseminate). Adapun metode penelitian yang
digunakan dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini:

Studi kepustakaan Analisis awal-akhir

Analisis tugas Analisis materi Analisis siswa

Spesifikasi tujuan pembelajaran


Define
Gambar 1. Metode Penelitian

I. PROSEDUR PENELITIAN
Model pengembangan four-D dari Thiagarajan (1974) memiliki beberapa tahap
pengembangan yaitu tahap pendefinisian, tahap perancangan, tahap pengembangan, dan
tahap penyebaran. Namun pada penelitian ini hanya dilakukan sampai tahap
pengembangan.
Tahap-tahap pengembangan desain praktikum berbasis STEM tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut
1. Tahap Pendefinisian (Define)
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat
penyusunan desain praktikum berbasis STEM. Dalam menentukan dan menetapkan syarat-
syarat penyusunan desain praktikum berbasis STEM diawali dengan analisis tujuan dari
batasan materi yang dikembangkan yaitu hanya fermentasi pada konsep koloid. Tahap ini
meliputi enam langkah pokok yaitu:
a. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan untuk mengetahui langkah-langkah yang tepat dalam
pengembangan suatu produk. Pada tahp ini peneliti melakukan kajian prosedur pembuatan
es krim probiotik yang ada pada buku petunjuk praktikum kimia industri yang sebelumnya
telah dibuat oleh siti suryaningsh (2013). Dalam tahap ini juga dilakukan kajian
keberadaan LKS praktikum pada topik koloid dan indentifikasi LKS praktikum yang
terdapat dalam bahan ajar kimia SMA/MA kelas XI. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik desain praktikum yang dituangkan dalam LKS. Identifikasi dilakukan
terhadap komponen LKS seperti alat, bahan, prosedur dan jenis komponen LKS serta RPP
yang ada saat ini.
b. Analisis Awal-Akhir
Analisis awal-akhir bertujuan untuk menentukan masalah mendasar yang dihadapi
dan perlu diangkat dalam pengembangan desain praktikum. Pada tahap ini dilakukan
observasi beberapa desain praktikum dalam LKS yang beredar disekolah-sekolah.
c. Analisis siswa
Analisis siswa bertujuan untuk menelaah karakteristik siswa SMA pada proses
pembelajaran sebagai gambaran untuk mengembangkan materi koloid dengan cara
observasi langsung.
d. Analisis Materi pokok
Analisis materi bertujuan untuk mengidentifikasi, merinci, dan menyusun secara
sistematis bagian-bagian utama yang relevan yang akan dipelajari siswa berdasarkan
analisis awal-akhir. Untuk pengembangan desain praktikum, materi yang dipilih adalah
fermentasi pada konsep koloid. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi
tujuan pembelajaran, langkah kedua adalah merinci sub materi sebagai rincian materi yang
terdapat dalam LKS, dan langkah ketiga adalah membuat susunan sub materi yang
nantinya akan menjadi isi materi dalam RPP dan LKS.
e. Analisis Tugas
Analisis tugas mencakup pemahaman terhadap materi dan tujuan pembelajaran. Hal
tersebut merupakan dasar untuk merumuskan indikator pembelajaran dan keterampilan
proses sains yang akan dikembangkan dalam RPP dan LKS praktikum berbasis STEM
pada materi fermentasi terhadap konsep koloid.
f. Spesifikasi Tujuan pembelajaran
Spesifikasi tujuan pembelajaran ditujukan untuk mengkonversikan tujuan dari
analisis materi dan analisis tugas menjadi tujuan-tujuan pembelajaran khusus. Tujuan
pembelajaran dirumuskan berdasarkan tujuan umum yang tercantum dalam kurikulum
2013.
2. Tahap Perancangan (Design)
Tujuan dari tahap ini adalah untuk merancang RPP dan desain LKS praktikum
berbasis STEM. Tahap ini terdiri dari tiga langkah yaitu:
a. Merancang kegiatan laborotarium
Kegiatan laborotarium yang dirancang berupa prosedur praktikum pembuatan es
krim probiotik dari limbah kulit nanas. Percobaan yang akan dilakukan yaitu menerapkan
materi fermentasi terhadap konsep koloid pada proses pembuatan es krim probiotik.
b. Studi penelitian kegiatan laborotarium
Sebelum dilakukan pengembangan desain praktikum yang dituangkan dalam LKS, terlebih
dahulu dilakukan optimasi percobaan dilaborotarium. Kegiatan ini bertujuan untuk
menguji dan mendapatkan kondisi yang optimum pada prosedur percobaan yang nantinya
akan dirancang dalam LKS. Prosedur percobaan yang dirancang dapat dilihat pada gambar
1. dibawah ini: Adonan 1 : kuli nanas (yang sudah dihaluskan) + susu murni + kefir Prima
(probiotik)

Di fermentasi selama 48 jam

Minuman probiotik dari kulit nanas

Minuman probiotik kulit nanas + susu krim + cairan susu skim


Adonan 2 : Telur (kuning telut + putihnya)
+ gula + vanili
Pateurisasi, sambil diasuk terus sampai mengental
Pengocokan sambil diaduk terus, sampai mengental

pencampuran

Homogenisasi (10 menit) sampai mengental

Pendinginan cepat (40C) , 3-4 jam

Pembekuan dalam Freezer, setiap 1 jam diaduk sebanyak


3 kali pengadukan

ES krim probiotik dari kulit


nanas

Gambar 2. Prosedur percobaan pembuata Es krim probiotik


c. Desain Awal
Desain awal merupakan desain LKS yang dirancang, yang akan melibatkan aktivitas
guru dan siswa. Desain awal yang dimaksud adalah LKS berbasis STEM yang telah
dikembangkan dan disebut dengan Draf I. Adapun profil desain LKS berbasis STEM
adalah sebagai berikut:
1. Cover depan LKS, berupa:
a. judul LKS
b. kolom jenjang, kelas dan semester
c. kolom nama
2. bagian pendahuluan, berupa:
a. prakata
b. daftar isi
c. standar kompetensi
d. kompetensi dasar
e. indikator
f. tujuan pembelajaran
3. lembar kegiatan, berupa:
a. kegiatan percobaan sains
b. mengamati berbagai aplikasi teknologi terkait materi
c. siswa mendesain atau merancang sendiri kegiatan percobaan yang akan dilakukan
d. tabel pengamatan
e. pernyataan diskusi
4. daftar pustaka

3. Tahap Pengembangan (Develop)


Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan desain praktikum yang optimal pada
LKS. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah
a. Validasi perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS
Validasi adalah kegiatan untuk mengetahui valid tidaknya suatu LKS dengan
kriteria-kriteria tertentu. Dalam hal ini, validasi dilakukan oleh para pakar yaitu dosen
kimia yang berpengalaman dalam mengajar kimia. Validasi merupakan evaluasi oleh
dosen kimia terhadap bentuk dan isi LKS.
b. Uji Coba Produk
Uji coba awal merupakan uji validitas dari draft I yang dilakukan oleh ahli. Uji ahli
terdiri dari uji ahli isi dan uji ahli desain konstruk. Uji ahli dilakukan untuk mengetahui
validitas dan kelayakan produk yang telah dikembangan dengan berpedoman pada
instrumen uji yang telah dibuat. Uji ahli terdiri dari dosen ahli dan praktisi ahli.
c. Revisi Produk
Setelah dilakukan uji coba awal, maka draft I mendapat saran-saran perbaikan dari
ahli desain dan ahli isi. Hasil perbaikan draft I inilah kemudian menjadi draft II.

4. Tahap Penyebaran (Disseminate)


Pada tahap ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan pembelajaran,
adapun tahapnya yaitu sebagai berikut
a. Uji coba lapangan
Uji coba lapangan ini dilakukan untuk mengetahui keterbacaan, respon, dan
keefektifan LKS yang telah dikembangkan. Uji keterbacaan dilakukan terhadap siswa
meliputi uji satu lawan satu dengan pemberian angket keterbacaan. Uji keefektifan LKS
dilakukan pada dua sampel kelas yang akan di uji, yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Kelas kontrol adalah kelas dengan menggunakan LKS yang biasa siswa gunakan,
sedangkan kelas eksperimen adalah kelas dengan menggunakan LKS yang telah
dikembangkan. Uji efektifitas ini dilakukan dengan pemberian soal. Sedangkan untuk
mengetahui pendapat siswa terhadap penggunaan LKS maka siswa diberikan angket
respon terhadap produk kepada siswa pada kelas eksperimen.
b. Naskah final
Hasil akhir dari pengembangan ini adalah berupa produk desain praktikum dalam
LKS dengan pendekatan STEM untuk meningkatkan literasi sains siswa yang telah
tervalidasi dan siap digunakan sebagai media pembelajaran
Modifikasi pengembangan LKS menurut Thiagarajan (dalam Endang, 2011) dapat
dilihat pada Gambar 3.2. berikut ini.
J. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar analisis LKS praktikum,
kuesioner/angket terhadap penilaian LKS oleh validator dan angket respon siswa terhadap
LKS, dan lembar observasi prosedur percobaan. Berikut penjabaran dari masing-masing
instrumen
1. Lembar analisis LKS Praktikum
Lembar analisis LKS praktikum digunakan untuk mengetahui karakteristik LKS
praktikum yang dikembangkan dan bentuk LKS tersebut. Pada lembar analisis LKS praktikum
ini terdapat komponen aspek yang diukur mulai dari struktur LKS secara umum, komponen
LKS percobaan.
2. Lembar kuesioner/angket
Lembar angket yang digunakan adalah lembar angket validasi dan lembar angket
respon guru dan siswa. di bawah ini penjabaran setiap angket yang digunakan:
a. Lembar angket validasi
Lembar validasi ini berisi tahapan model inkuiri terbimbing beserta ketercapaian pada
tahapan STEM serta tingkat literasi sains yang digunakan untuk mendapatkan penilaian dan
pertimbangan dari pada ahli bidang studi yaitu dosen kimia terhadap isi dari LKS yang
dikembangkan dan akan menjadi acuan dalam revisi.
b. Lembar angket respon guru dan siswa
Data respon siswa menggunakan angket respon siswa dengan skala likert untuk
mengukur respon siswa terhadap LKS yang dikembangkan.
c. Lembar observasi prosedur percobaan pembuatan es krim probiotik dari limbah kulit nanas
Lembar observasi prosedur percobaan kembang api kimia ini digunakan untuk
mengetahui hasil optimasi prosedur praktikum pembuatan es krim probiotik dari limbah kulit
nanas.
3. Tes
Data mengenai keefektivan produk digunakanlah instrument tes berupa soal-soal yang
ditujukan kepada siswa pada kelas ekperimen maupun kelas kontrol.

K. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian,
karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Adapun jenis data, teknik
pengumpulan data dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
1. Dibawah ini.
Tabel 1. Jenis data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian

Teknik
No Jenis data Instrumen Sumber data
pengumpulan data
A B C D E
karakteristik desain praktikum LKS Lembar Validator
berbasis STEM pada analisi LKS
pembuatan es krim probiotik praktikum
1.
dari limbah kulit nanas pada
materi fermentasi terhadap
konsep koloid
kualitas desain praktikum Validasi Ahli Kuisioner/an Validator
berbasis STEM pada gket validasi yaitu dosen
2.
pembuatan es krim probiotik LKS ahli
dari limbah kulit nanas pada Guru dan Siswa Kuisioner/an Guru dan
Teknik
No Jenis data Instrumen Sumber data
pengumpulan data
A B C D E
materi fermentasi terhadap gket respon Siswa
konsep koloid untuk guru dan
meningkatkan literasi sains siswa
siswa terhadap
desain
praktikum
pada LKS
efektifitas dan perbedaan Soal Soal pretest Siswa
peningkatan literasi sains dan post test
antara siswa laki-laki dan
perempuan setelah
3.
pembelajaran praktikum
berbasis STEM pada
pembuatan es krim probiotik
dari limbah kulit nanas

L. TEKNIK ANALISIS DATA


Data yang diperoleh menggunakan instrumen penelitian kemudia dianalisis untuk
memperoleh hasil penelitian. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah
1. Pengolahan data dari lembar analisis LKS Praktikum pembuatan es krim probiotik dari
limbah kulit nanas
LKS praktikum yang dikembangkan, komponen-komponenya dianalisis seperti alat dan
bahan dan juga jenis LKS tersebut apakah berbentuk cookbook atau inkuiri. Data dari hasil
analisis lembar kerja kemudian ditabulasi dan dicari presentasinya. Rumus yang digunakan
untuk menghitung presentase adalah sebagai berikut
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = x 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑚𝑎𝑙
(Riduwan, 2010)
Kemudian peneliti menentukan kategori penilaian untuk menentukan kriterian
pencapaian kualitas Lembar kerja yang bisa dilihat pada Tabel 2. berikut ini
Tabel 2. Konversi tingkat pencapaian LKS dengan skala 5
Tingkat Pencapaian
Kualitas
(%)
90-100 Sangat baik
75-89 Baik
65-79 Cukup
55- 64 Kurang
0-54 Sangat kurang
(Tegeh dan Kirna, 2010)

2. Uji kelayakan desain praktikum pada LKS berbasis STEM


Analisis data dilakukan dengan menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah
dibaca dan diinterprestasikan agar data yang diperoleh dapat dianalisis dan diambil
kesimpulan. Data dari hasil lembar validasi LKS kemudian ditabulasi dan dicari presentasinya.
Rumus yang digunakan untuk menghitung presentase adalah sebagai berikut
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = x 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑚𝑎𝑙
(Riduwan, 2010)
Kemudian untuk dapat memberikan makna dan pengambilan keputusan digunakan
ketetapan yang dapat dilihat pada Tabel 2 di atas.
3. Analisis Instrumen Penilian Keefektivan Produk
Instrumen uji tes digunakan untuk mengetahui keefektifan produk yang telah dikembangkan.
Kegiatan analisis data dari kegiatan uji efektivitas dilakukan selain menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif, juga menggunakan analisis statistic kuantitatif. Untuk analisis statistik
kuantitatif terhadap data hasil penelitian dilakukan uji dibawah ini:
a. Penilaian Peningkatan Antara Pre Test Dengan Post Test
Mengetahui terdapat peningkatan antara pre test dengan post test atau Gain. Besarnya
peningkatan dihitung dengan rumus gain ternormalisasi yaitu:
𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡−𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
(g) = normalized gain = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚−𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡

Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi seperti


pada Tabel 3.3

Tabel 3. perhitungan gain


Rata-rata gain
Klasifikasi
ternormalisasi
(g) ≥ 0,70 Tinggi
0,30 ≤ (g) > 0,70 Sedang
(g) < 0,30 Rendah
(Meltzer, 2002)
Mengetahui terdapat peningkatan antara pre test dengan post test juga dapat menggunakan uji
statistik yang diformulasikan sebagai berikut :
H0 : μ1 ≤ μ2
H1 : μ1 > μ2
Keterangan: H0 : secara signifikan skor post-test lebih kecil atau sama dengan skor pre-test H1
: secara signifikan skor post-test lebih tinggi dari skor pre-test Uji hipotesis menggunakan
paired sample t-test. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas, dimana jika
sig > 0,05 maka diterima. Akan tetapi, jika sig < 0,05 maka ditolak
b. Penilaian Perbedaan Rata-Rata Nilai Antara Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol
Mengetahui adanya perbedaan rata-rata nilai antara kelas eksperimen yang menggunakan LKS
dengan pendekatan STEM dan kelas kontrol yang menggunakan LKS konvensional dapat
diformulasikan sebagai berikut:
H0 : μ1 ≤ μ2
H1 : μ1 > μ2
Keterangan: H0 : secara signifikan skor siswa kelas eksperimen lebih kecil atau sama dengan
skor siswa kelas control
H1 : secara signifikan skor siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari skor siswa kelas control
Uji hipotesis menggunakan Independent Sample t Test.
Dasar pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas, dimana jika sig 36 > 0,05 maka
diterima. Akan tetapi, jika sig < 0,05 maka H0 ditolak.
c. Penilaian hasil tes literasi sains
Penilaian yang digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif siswa dapat
menggunakan persamaan :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑘𝑎𝑛
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛 = 𝑥 100 %
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
Hasil perhitungan kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi penilaian
seperti pada Tabel 3.2 di atas.

DAFTAR PUSTAKA

Bayindir, N., & Inan, H. Z. (2008). Theory into practice: Examination of teacher practices in
supporting children's creativity and creative thinking. Ozean Journal of Social
Science, 1(1).
Becker, K., & Park, K. (2011). Effects of integrative approaches 18 among science,
technology, engineering, and mathematics (STEM) subjects on students' learning: A
preliminary meta-analysis. Journal of STEM Education: Innovations and Research,
12(5/6), 23
Beers, S. (2011). 21st Century Skills : Preparing Students For Their
Future.[Online]http://www.yinghuaaca demy. org/wpcontent/uploads/2014/10/
21st_century_skills.pdf), diakses 04 Oktober 2015.
Endang WLFX, Eli Rohaeti, dan Regina Tutuk P. (2006). Pengembangan Lembar Kerja Siswa
(LKS) Mata Pelajaran Sains Kimia untuk SMP Kelas VII, VIII, dan IX. Laporan
Penelitian. Yogyakarta : UNY.
Juniar Afrida, Adlim, dan A. Halim, (2015), Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS)
Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Keterampilan Proses
Sains dan Minat Siswa pada Pembelajaran Fluida Statis di SMA Negeri 11 Banda
Aceh, Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, 3(1), 94-107, 2338-4379.
Meltzer, D. E. 2002. The Relationship Between Mathematics Preparation And Conceptual
Learning Gains In Physic: A Possible Hidden Variable In Diagnostic Pre-Test Score.
Journal of am J Phys, 70 (12), 1260.
Munandar, Utami. (2001). Mengembangakan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah. Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana
OECD. 2014. PISA (2012) Results in Focus: What 15-year-olds know and what they can do
with what they know. [Online] http:// www.oecd.org/pisa/ keyfindings/pisa-2012-
results overview.pdf), diakses 28 Februari 2016
Prayekti. (2006). Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat pada Pembelajaran IPA
di SD. Jurdik & Hum, 9, 1-7.
Rahayu, Sri. (2014). Menuju Masyarakat Berliterasi Sains : Harapan dan Tantangan
Kurikulum 2013. kimia.um.ac.id (2 Desember 2014 ).
Riduwan & Sunarto. (2010). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta
Rizal, S., Marniza, & Nurainy, F. (2015). Pemanfaatan Kulit Nanas Pada Pembuatan Minuman
Probiotik Dengan Jenis Bakteri Asam Laktat Berbeda, (November), 459–473.
https://doi.org/10.7498/aps.64.114211
Rustaman, N.Y, dkk. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Jurusan Pendidikan Biologi
UPI. Bandung
Subramaniam, M. M., Ahn, J., Fleischmann, K. R., & Druin, A. (2012). Reimagining the role
of school libraries in STEM education: Creating hybrid spaces for exploration. The
Library Quarterly, 82(2), 161-182.
Susiwi. (2009). Alternative Worksheet for enhancing students’s formal thinking in chemistry
laboratory activities. The 2nd International Conference on Lesson Study, 2 (2), 1-13.
Tegeh, I Made & I Made Kirna. (2010). Metode Pengembangan Penelitian Pendidikan.
Singaraja: Undiksha.

Vlassi, M., & Karaliota, A. (2013). The Comparison between Guided Inquiry and Traditional
Teaching Method. A Case Study for the Teaching of the Structure of Matter to 8th
Grade Greek Students. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 93, 494–497.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.09.226

Anda mungkin juga menyukai