PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan zaman yang terus berkembang, tantangan dan permasalahan yang timbul
dalam lingkungan masyarakat akan semakin rumit. Untuk itu setiap masyarakat dituntut dapat
menjawab segala permasalahan yang timbul, terutama dalam pendidikan. Pendidikan adalah
hal yang tidak mungkin lepas dari kehidupan masyarakat. Setiap individu harus mempunyai
bekal pendidikan yang cukup kompeten agar mampu menjawab permasalahan tersebut. Dalam
hal ini yang perlu diperhatikan adalah kualitas lulusan siswa dari lembaga pendidikan formal
yang selama ini dirasa masih belum mampu mewujudkan sumber daya manusia yang sesuai
harapan, yakni mampu menjawab tantangan zaman. Pendidikan nasional sebagai upaya
mencerdaskan bangsa mempunyai visi mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial
yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan warga negara Indonesia menjadi masyarakat
yang berkembang dan berkualitas sehingga proaktif dalam menjawab tantangan zaman yang
tentunya akan berubah dari waktu ke waktu (Kemendiknas, 2012).
Kurikulum 2013 diterapkan agar peserta didik dapat mempunyai kesempatan yang lebih
untuk mengembangkan serta meningkatkan potensi siswa dalam aspek sikap, pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup bermasyarakat dan turut berkontribusi pada
kesejahteraan hidup manusia. Permendiknas
No.
23 Tahun
2013,
menjelaskan bahwa
pada metode
ilmiah. Metode ilmiah didasarkan pada keterampilan proses yang melatihkan keterampilan
untuk melakukan kerja ilmiah. Keterampilan yang termasuk dalam pendekatan saintifik
yang ditekankan
pada kurikulum
informasi,
Pendekatan keterampilan proses selain melatihkan kerja ilmiah, juga tetap menekankan
pada pentingnya penguasaan konsep.
Akan tetapi realita pendidikan saat ini seringkali pembelajaran cenderung berpusat pada
guru dan mengacu pada buku. Pendidikan di sekolah cenderung hanya menyalurkan
pengetahuan kepada peserta didik melalui kemampuan verbal dan berorientasi pada
penguasaan mata pelajaran. Kemudian hasil belajar dievaluasi melalui penilaian soal-soal
secara kognitif tanpa melihat aspek keterkaitan materi pelajaran dengan aplikasinya pada
1
kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik tidak mengetahui manfaat dari pelajaran yang
telah dipelajari bahkan sampai lulus seringkali tidak tahu bagaimana menerapkan ilmu yang
telah dimiliki pada kehidupan sehari-hari.
Melihat permasalahan tersebut, pendidikan formal harus mempunyai solusi yang tepat
untuk mengatasinya. Salah satu solusi yang dapat digunakan adalah dengan melatihkan
kecakapan hidup (life skill) pada peserta didik. Kecakapan hidup (life skill) merupakan
kecakapan yang dimiliki seseorang dalam menjalani hidup dalam statusnya sebagai makhluk
individu dalam konteks alam sekitar (Rudiyanto, 2003). Tujuan utama pendidikan kecakapan
hidup adalah untuk mempersiapkan serta meningkatkan kemampuan peserta didik agar
memiliki kemampuan, kesanggupan, dan keterampilan yang diperlukan dalam menjaga
kelangsungan hidup dan mengembangkan dirinya. Life skill dibagi menjadi beberapa macam,
akan tetapi hanya kecakapan berpikir (thinking skill) dan kecakapan akademik (academic
skill) saja yang dilatihkan. Kecakapan berpikir meliputi kecakapan menggali informasi,
mengolah informasi, mengambil keputusan, memecahkan masalah. Sedangkan keterampilan
akademik meliputi mengidentifikasi variabel, menjelaskan hubungan antar variabel,
merumuskan hipotesis serta merancang percobaan. Kedua kecakapan life skill tersebut erat
kaitannya dengan keterampilan proses pada kurikulum 2013. Kecakapan hidup atau life skill
lebih melatihkan peserta didik agar mampu menerapkan ilmu dalam kehidupan nyata sehingga
saat lulus dari jenjang pendidikan peserta didik diharapkan siap terjun langsung dalam
kehidupan masyarakat. Atas dasar pentingnya melatihkan kecakapan hidup (life skill) maka
life skill harus diberikan dalam pembelajaran terutama dalam pembelajaran biologi.
Pembelajaran biologi erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari terutama dalam materi
bioteknologi. Bioteknologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk
hidup (bakteri, fungi, virus dan lainnya) maupun produk dari makhluk hidup (enzim) dalam
proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Perkembangan bioteknologi pada masa
sekarang tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan
murni seperti biokimia, komputer, biologi molekuler, mikrobiologi, dan genetika sehingga
untuk mendapatkan pemahaman pada materi bioteknologi cukup sulit karena perlu
pengintegrasian terhadap ilmu-ilmu yang mendukung bioteknologi tersebut. Hal ini
menyebabkan bioteknologi merupakan materi yang dianggap cukup sulit bagi peserta didik
maupun guru. Pada KD 4.10. bioteknologi, siswa merencanakan dan melakukan percobaan
2
2.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
1. Bagi Sekolah:
Dapat digunakan sebagai salah satu panduan pembelajaran materi dan praktikum
pada pokok bahasan bioteknologi konvensional untuk melatihkan life skill di SMAN 1
Wates, Kediri kelas XII dengan harapan sekolah mampu mencetak lulusan yang memiliki
keterampilan kecakapan hidup agar siap terjun dalam kehidupan masyarakat.
2. Bagi Pendidik:
a. Dapat digunakan sebagai alternatif dalam menggunakan LKS praktikum yang
dapat meningkatkan pemahaman siswa pada pokok bahasan bioteknologi
konvensional.
b. Dapat
memotivasi
pendidik
untuk
lebih
kreatif
dan
inovatif
dalam
E. Batasan Penelitian
Berdasarkan cakupan masalah yang akan diuji dalam penelitian ini, terdapat pembatasan
masalah, antara lain:
1. Penelitian ini hanya dikembangkan hingga tahap develop dengan rancangan penelitian
menggunakan 4-D model.
2. Uji coba terbatas LKS dilakukan pada siswa kelas XII SMAN 1 Wates, Kediri pada 1
kelas dengan 15 peserta didik.
3. Materi bioteknologi yang akan dibahas adalah konsep penting bioteknologi yang
menitikberatkan pada implikasi bioteknologi konvensional dalam produksi pangan
melalui kegiatan praktikum pembuatan Nata de Pina.
4. Life Skill atau kecakapan hidup yang dilatihkan pada penelitian ini hanya meliputi 2 life
skill yakni kecakapan berpikir rasional (thinking skill) yang terdiri dari kemampuan
menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan, memecahkan masalah
serta kecakapan akademik (academic skill) yang terdiri dari serangkaian kegiatan
melakukan eksperimen dimulai dari merumuskan masalah, menyusun hipotesis,
mengidentifikasi
variabel
percobaan,
mendefinisikan
variabel
percobaan,
menginventarisasi alat dan bahan, mengumpulkan data, menganalisis data dan menarik
kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan.
F. Asumsi Penelitian
Penelitian ini didasarkan pada masalah yang sering dijumpai pada proses pembelajaran
yakni pembelajaran pada materi bioteknologi hanya terfokus pada penguasaan materi dan
penugasan semata sedangkan keterkaitan manfaat materi yang dipelajari dengan penerapan
dalam kehidupan sehari-hari dalam memecahkan masalah kurang mendapat perhatian. Siswa
tidak diberi kesempatan untuk menerapkan secara langsung produk yang dihasilkan pada
bioteknologi konvensional. Sehingga siswa tidak mendapatkan keterampilan life skill yang
berdampak
pada
kehidupan
sehari-harinya.
Oleh
karena
itu,
peneliti
berusaha
mengembangkan solusi berupa pengembangan LKS Nata de Pina dengan harapan dapat
meningkatkan keterampilan kecakapan hidup (life skill) pada peserta didik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kecakapan Hidup (Life Skill)
Life skill atau dalam bahasa Indonesia diartikan kecakapan hidup. Istilah hidup pada life
skill, tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentu saja (vocational job), namun harus
memiliki kemampuan dasar pendukungnya secara fungsional seperti membaca, menulis,
menghitung, merumuskan, dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja
dalam tim, terus belajar di tempat kerja, mempergunakan teknologi (Satori, 2002).
Kecakapan hidup (life skill) merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang dalam
menjalani kehidupannya sebagai mahkluk individu dalam konteks alam sekitar (Rudiyanto,
2003). Indikator seseorang telah memiliki kecakapan hidup adalah yang mampu bertahan
dengan segala permasalahan dalam lingkungan masyarakat serta mampu secara produktif
untuk mencapai kesuksesan (Ibrahim, 2003).
Pendidikan kecakapan hidup (life skill) lebih luas dari sekedar keterampilan bekerja,
apalagi sekedar keterampilan manual. Pendidikan kecakapan hidup merupakan konsep
pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki keberanian
menghadapi masalah dan menemukan solusi untuk mengatasinya.
Kecakapan hidup sebagai inti dari kompetensi dan hasil pendidikan merupakan kecakapan
yang harus dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problem kehidupan dengan wajar
tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi
sehingga mampu mengatasinya. Tujuan utama pendidikan kecakapan hidup adalah untuk
mempersiapkan serta meningkatkan kemampuan peserta didik agar memiliki kemampuan,
kesanggupan, dan keterampilan yang diperlukan dalam menjaga kelangsungan hidup dan
mengembangkan dirinya. Pendidikan harus dapat mensinergikan berbagai bidang studi
menjadi kecakapan hidup yang diperlukan seseorang. Dengan bekal kecakapan hidup
diharapkan para lulusan mampu menyelesaikan masalah dalam kehidupannya, termasuk
mencari atau menciptakan pekerjaan (Anwar, 2012).
1. Macam-Macam Kecakapan Hidup (Life Skills)
Menurut Direktorat Pendidikan Menengah Umum (2002) kecakapan hidup (life
skill) terdiri atas dua macam yaitu :
1. Kecakapan Hidup Generik (General life skill, GLS)
7
Kecakapan hidup generik atau kecakapan yang bersifat umum, adalah kecakapan
untuk menguasai dan memiliki konsep dasar keilmuan. Kecakapan hidup generik
berfungsi sebagai landasan untuk belajar lebih lanjut sehingga memungkinkan untuk
mempelajari kecakapan hidup lainnya. Kecakapan hidup generik terdiri dari:
a. Kecakapan Personal (Personal Skill), yang terdiri dari :
1) Kecakapan Mengenal Diri (Self-Awarness Skill)
Kecakapan mengenal diri meliputi kesadaran sebagai makhluk Tuhan,
kesadaran akan eksistensi diri, dan kesadaran akan potensi diri. Kecakapan
mengenal diri pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makhluk
Tuhan, makhluk sosial, bagian dari lingkungan, serta menyadari dan mensyukuri
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus meningkatkan diri agar
bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.
Mengenal diri akan mendorong seseorang untuk beribadah sesuai
agamanya, berlaku jujur, bekerja keras, disiplin, terpercaya, toleran terhadap
sesama, suka menolong serta memelihara lingkungan. Sikap-sikap tersebut tidak
hanya dapat dikembangkan melalui pelajaran agama dan kewarganegaraan saja,
tetapi dapat pula dikembangkan pada pelajaran lainnya.
2) Kecakapan Berpikir (Thinking Skill)
Kecakapan berpikir merupakan kecakapan menggunakan pikiran atau
rasio secara optimal. Kecakapan berpikir meliputi:
a) Kecakapan Menggali dan Menemukan Informasi (Information Searching)
Kecakapan
menggali
dan
menemukan
informasi
memerlukan
Mengidentifikasi variabel
Merumuskan hipotesis
Berdasarkan uraian macam-macam life skill, dalam penelitian yang dilakukan tidak
semua macam life skill dilatihkan. Kecakapan hidup (life skill) yang dilatihkan meliputi
kecakapan berpikir (thinking skill) dan kecakapan akademik (academic skill). Kecakapan
berpikir terdiri atas kecakapan menggali dan menemukan informasi, kecakapan mengolah
informasi, kecakapan mengambil keputusan, serta kecakapan memecahkan masalah.
Kecakapan akademik (academic skill) mencakup keterampilan dasar dalam melakukan
eksperimen, yaitu mengidentifikasi variabel, menjelaskan hubungan antar variabel,
merumuskan hipotesis serta merancang dan melakukan percobaan.
Diharapkan dengan melatih kecakapan berpikir (thinking skill), peserta didik terlatih
untuk menghadapi dan memecahkan masalah yang ada di sekitarnya serta dapat
mengembangkan potensi yang telah didapatkan selama proses pembelajaran sehingga peserta
didik telah siap nantinya untuk terjun ke masyarakat. Selain itu, dengan melatihkan kecakapan
akademik (academic skill) diharapkan peserta didik memiliki keterampilan dasar dalam
melakukan eksperimen atau kegiatan praktikum sehingga mereka akan mempunyai
pengalaman secara kontekstual bukan hanya teoritis semata.
C. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
1. Pengertian Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah panduan siswa yang digunakan untuk
melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. LKS dapat berupa panduan
untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua
aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demontrasi. LKS merupakan
lembar kegiatan yang memberikan petunjuk-petunjuk belajar tentang topik atau materi
pelajaran tertentu dan disertai dengan pertanyaan atau latihan sehingga dalam lembar
kegiatan siswa (LKS) memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh
siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar
sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh.
Selain itu, LKS dapat diartikan sebagai materi ajar yang sudah dikemas
sedemikaan rupa, sehingga siswa diharapkan mempelajari materi ajar tersebut secara
mandiri (Prastowo, 2010). LKS dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran oleh guru
meningkatkan keterlibatan siswa atau aktivitas dalam proses belajar mengajar. Diharapkan
dengan menggunakan LKS, peserta didik dapat melatih kemampuan secara mandiri, saling
11
Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan
materi yang diajarkan.
Menurut Prastowo (2010), berdasarkan maksud dan tujuan pengemasan materi pada LKS,
terdapat lima macam bentuk LKS, yakni:
a) LKS yang membantu peserta didik menemukan suatu konsep
LKS jenis ini sesuai dengan prinsip konstruktivisme yang menyatakan bahwa
seseorang akan belajar aktif dengan mengkonstruksi pengetahuan di dalam otaknya.
LKS ini memiliki ciri-ciri menggambarka suatu fenomena yang bersifat konkret,
sederhana, dan berkaitan dengan konsep yang dipelajari. Melalui pengamatan, siswa
akan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dengan pengalaman belajar yang
dialaminya. LKS ini memuat apa yang harus dilakukan siswa meliputi melakukan,
mengamati, dan menganalisis.
b) LKS yang membantu peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep
yang telah ditemukan.
Jenis LKS ini diberikan saat siswa telah memperoleh konsep dan melatihkan
peserta didik untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari dan dipraktekkan di
kehidupan sehari-hari.
c) LKS yang berfungsi sebagai penuntun siswa belajar.
LKS jenis ini memuat pertanyaan atau isian yang jawabannya terdapat dalam
buku. Fungsi LKS ini adalah membantu siswa menghapal dan memahami materi
pelajaran yang terdapat dalam buku. LKS jenis ini juga digunakan untuk remidiasi.
d) LKS yang berfungsi sebagai penguatan.
LKS jenis ini diberikan setelah siswa mempelajari materi tertentu. Tujuan LKS ini
adalah sebagai pendalaman dan penerapan materi yang didapatkan atau disebut juga
bahan pengayaan.
e) LKS yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum.
LKS jenis ini dapat menggabungkan petunjuk praktikum ke dalam kumpulan
LKS, sehingga tidak memisahkan petunjuk praktikum ke dalam buku sendiri. LKS ini
berisi prosedur kerja yang sistematis untuk melakukan kegiatan tertentu sesuai dengan
materi ajar yang diberikan.
5.
Syarat didaktik lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep dan yang
terpenting dalam LKS terdapat variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa.
LKS diharapkan mengutamakan pada pengembangan kemampuan komunikasi sosial,
emosional, moral, dan estetika. Pengalaman belajar yang dialami siswa ditentukan oleh
tujuan pengembangan pribadi siswa. Syarat konstruksi berhubungan dengan penggunaan
bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKS.
Sedangkan syarat teknis menekankan penyajian LKS, yaitu berupa tulisan, gambar dan
penampilannya dalam LKS (Widjajanti, 2008).
Oleh karena itu, agar LKS memenuhi syarat dan tujuan yang telah ditetapkan maka
format penyusunan LKS haruslah tepat dan sesuai dengan tingkat kemampuan dan
penalaran siswa. Kesesuaian format LKS sangatlah penting, sebab hal ini dapat
mempengaruhi minat dan motivasi belajar siswa.
Menurut Depdiknas (2004), syarat atau kriteria dalam memilih LKS adalah sebagai
berikut:
a. Substansi materi memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang
harus dikuasai peserta didik serta disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku.
b. Dilengkapi dengan petunjuk buku bagi guru maupun siswa.
c. Memiliki daya pikat terutama dari segi penyajian tulisan, tugas-tugas, dan
penulisannya.
d. Dilengkapi
dengan
petunjuk-petunjuk
yang
memudahkan
siswa
dalam
mengajar/belajar.
e. Lembar kegiatan siswa seharusnya memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber
belajar, hal ini harus tertuang dalam petunjuk.
f. Kalimat yang disajikan singkat dan jelas.
g. Substansi materi dapat mengembangkan pengetahuan dan wawasan siswa.
D. Bioteknologi
Bioteknologi berasal dari kata bios (hidup), teuchos (alat) dan logos (ilmu). Bioteknologi
dapat diartikan sebagai cabang ilmu biologi yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup
(bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (protein bioaktif,
enzim, vitamin, asam basa organik, alkohol, dan lain lain) dalam proses produksi untuk
menghasilkan barang dan jasa (Gaffar, 2007). Bioteknologi pada dasarnya merupakan prinsip
14
prinsip ilmiah dan teknologi dengan menggunakan agen biologi untuk menghasilkan barang
dan jasa sehingga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Ciri utama dari bioteknologi
adalah penggunaan makhluk hidup yang hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop, yaitu
bakteri maupun sel yang diambil dari jaringan tumbuhan, hewan, mikroba, jamur, dan lainlain. Selain itu, ciri utama biologi adalah adanya agen biologi berupa mikroorganisme,
tumbuhan dan hewan, adanya pendayagunaan secara teknologi dan industri maupun produk
yang dihasilkan adalah hasil ekstraksi dan pemurnian (Nurcahyo, 2011).
Perkembangan bioteknologi saat ini tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga
didasari pada ilmu-ilmu terapan dan murni yang lain, seperti biokimia, komputer, biologi
molekuler, mikrobiologi, dan genetika. Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan
yang menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa.
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Pada
bidang medis, penerapan bioteknologi ditandai dengan adanya vaksin, antibiotik dan insulin
meskipun dalam jumlah yang terbatas. Pada bidang pangan, telah ada pembuatan bir, roti,
yoghurt maupun keju yang telah dikenal sejak abad ke -19. Hal ini membuktikan bahwa
penerapan bioteknologi dengan kebutuhan hidup masyarakat sangatlah erat.
Bioteknologi terdiri atas bioteknologi konvensional dan bioteknologi modern.
Bioteknologi konvensional merupakan bioteknologi yang memanfaatkan mikroorganisme.
Proses yang dibantu mikroorganisme, misalnya dengan fermentasi, hasilnya antara lain tempe,
tape, kecap, dan sebagainya termasuk keju dan yoghurt. Sedangkan bioteknologi modern
adalah bioteknologi yang menggunakan teknik rekayasa genetika, seperti DNA rekombinan.
Salah satu manfaat penerapan bioteknologi konvensional adalah di bidang pangan. Proses
bioteknologi konvensional pada bidang pangan meliputi proses fermentasi. Secara garis besar
bioteknologi dalam bidang pangan meliputi teknologi sel mikroba untuk produksi pangan
yang mengalami fermentasi. Tujuan dari teknologi sel mikroba ini adalah untuk menghasilkan
pengawetan pangan yang menghasilkan berbagai jenis pangan diantaranya yoghurt, tauco,
tape, nata dan sebagainya.
E. Nata de Pina
15
Nanas (Ananas comosus) merupakan salah satu tanaman yang banyak diusahakan oleh
petani di Indonesia, terutama di daerah Sumatera dan Jawa. Selama ini nanas hanya 53%
bagian saja yang dikonsumsi sedangkan sisanya dibuang sebagai limbah. Limbah nanas
semakin lama semakin menumpuk dan terbuang sia-sia. Padahal jika kita ketahui limbah
nanas berupa kulit, empulur, dan mata buah nanas memiliki kandungan nutrisi yang cukup
tinggi dan jika diolah akan menjadi produk yang bermanfaat. Kandungan komposisi limbah
kulit nanas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1. Hasil Analisis Limbah Kulit Nanas Berdasarkan Berat Basah (Kusumanto, 2013).
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Komposisi
Air
Protein
Lemak
Abu
Serat basah
Karbohidrat
Salah satu alternatif pengolahan invovasi limbah nanas yang dapat dilakukan adalah
melalui fermentasi dengan bakteri Acetobacter xylinum menjadi produk nata (Nata de Pina)
sebagai bahan makanan.
Nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti krim (cream). Sedangkan pina diambil dari
kata pineapple yaitu nanas. Nata merupakan jenis makanan penyegar atau pencuci mulut
(food dessert). Nata adalah kumpulan serat selulosa terbentuk dari proses fermentasi yang
bersifat anabolik pada media cair untuk menghasilkan senyawa kompleks selulosa dari
pembentukan senyawa sederhana (gula). Pada proses fermentasi tersebut, bakteri Acetobacter
xylinum berperan penting untuk pembentukan selulosa (Sutanto, 2012).
Acetobacter xylinum memproduksi nata apabila tumbuh di media yang mengandung
karbon dan nitrogen. Untuk memperkaya kandungan nitrogen, pada pembuatan Nata de pina
dapat ditambahkan larutan ammonium phospat 10 gram per 5 liter pada media. Acetobacter
xylinum bekerja pada lingkungan dengan kondisi asam. Pada kondisi ini, Acetobacter xylinum
memproduksi enzim ekstraseluler yang dapat mengubah glukosa menjadi selulosa. Nata yang
16
terbentuk memiliki kualitas yang berbeda tergantung dari substrat yang digunakan (Sutanto,
2012).
Lapisan kental dan transparan pada permukaan media terbentuk pertama kali pada hari
ke-2 dan ke-3 fermentasi. Pada hari ke-3 hingga ke-5 terdapat gelembung udara pada
permukaan media. Kemudian gelembung udara akan menjadi lapisan tipis berwarna putih
secara bertahap. Selanjutnya kira-kira 14 hari fermentasi lapisan polimer bakteria padat
setebal 2-3 cm terbentuk pada cairan media. Lapisan ini kemudian diambil dan dipotong
menjadi ukuran lebih kecil, dicuci, dan didihkan hingga asam asetat hilang (Pambayun, 2002).
Produk nata merupakan bahan makanan yang banyak digunakan sebagai pencampur es
teller, es buah, sirup dan jelly. Kandungan gizi yang terdapat pada nata cukup tinggi.
Kandungan terbesar adalah air sehingga produk makanan ini banyak digunakan sebagai
sumber makanan rendah energi untuk keperluan diet serta mengandung serat yang bermanfaat
untuk memperlancar proses pencernaan (Lathifah, 2013).
a. Cara Pembuatan Nata de Pina
Langkah-langkah pembuatan Nata de Pina menurut Tahir (2008) adalah sebagai berikut:
1) Pembuatan starter
Kupas nanas matang sebanyak satu buah, lalu cuci hingga bersih.
Pakai ampas nanas hasil saringan, lalu tambahkan gula pasir dan air
dengan perbandingan ampas nanas:gula pasir:air = 6:3:1
Bagian yang digunakan untuk membuat nata adalah air dari campuran
tersebut yang mengandung bakteri Acetobacter xylinum.
Untuk starter atau bibit nata dimasukkan ke dalam botol yang sudah
disterilkan.
17
Bahan yang digunakan adalah buah atau limbah nanas yang berupa kulit,
empulur dan mata nanas serta buah nanas masak optimum. Limbah nanas
dikupas dan dibersihkan mata serta empulurnya kemudian dicuci.
Limbah nanas yang sudah dicuci hingga bersih kemudian dibelah dan
dipotong kecil-kecil. Potongan-potongan ini dihancurkan dengan blender,
selanjutnya disaring dengan kain saring. Hasil saringan didiamkan selama
satu jam untuk mengendapkan padatan yang masih ada, kemudian filtrat
diambil.
Hasil saringan ditambah gula atau sukrosa 10 gram per liter dan sebagai
alternatif bisa ditambahkan ammonium phospat 10 gram per 5 liter untuk
memperkaya kandungan nitrogen dalam media, kemudian dididihkan lagi.
Sumber C dan N ini sebagai makanan untuk pertumbuhan A. xylinum
18
peras lagi dengan kain saring, lalu dimasak lagi. Pemasakan dilakukan
sampai bau asam hilang.
F. Kerangka Berpikir
LKS yang Baik:
Substansi materi relevan
dengan KD dan kurikulum
yang berlaku
Kalimat yang disajikan
singkat dan jelas
Dilengkapi dengan petunjuk
belajar
Memanfaatkan lingkungan
sekitar sebagai sumber
belajar
Nata de Pina:.
Merupakan inovasi dari produk
bioteknologi
konvensional
melalui
fermentasi
bakteri
Acetobacter xylinum. Produk
memanfaatkan limbah nanas
berupa kulit, empulur, mata
nanas yang selama ini hanya
dibuang sia-sia.
Life Skill:
Kecakapan yang harus dimiliki
siswa untuk berani menghadapi
tantangan
kehidupan
dan
menemukan solusi atas suatu
permasalahan. Kecakapan hidup
dibagi
menjadi
beberapa
macam.
Namun,
hanya
kecakapan berpikir (thinking
skill) dan kecakapan akademik
(academic skill) saja yang
dilatihkan.
19
G. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut:
H0 = Penggunaan LKS Nata de Pina dapat melatihkan keterampilan Life Skill siswa yaitu
keterampilan berpikir dan keterampilan akademik dalam proses pembelajaran pada
materi bioteknologi.
Ha = Penggunaan LKS Nata de Pina tidak dapat melatihkan keterampilan Life Skill siswa
yaitu keterampilan berpikir dan keterampilan akademik dalam proses pembelajaran
pada materi bioteknologi.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian pengembangan (Research and Development). Penelitian
pengembangan ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan desain penelitian
yang digunakan yaitu one shot case study.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya guna tahap persiapan,
pengembangan LKS, dan validasi. Sedangkan tahap uji coba pengembangan LKS akan
dilaksanakan di kelas XII SMAN 1 Wates, Kediri pada semester genap 2016/2017.
C. Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian adalah LKS (lembar kegiatan siswa) praktikum Nata de Pina untuk
melatihkan kecakapan hidup (life skill) pada materi implikasi bioteknologi konvensional. LKS
yang dihasilkan divalidasi oleh dosen ahli biologi serta guru biologi SMA dan diuji cobakan
secara terbatas pada siswa SMAN 1 Wates, Kediri dengan jumlah 15 siswa.
D. Desain Penelitian
Tahap awal yang dilakukan adalah melakukan observasi terhadap sasaran penelitian
untuk mendiagnostik keterampilan hidup (life skill) peserta didik. Setelah itu guru
menyampaikan materi beserta prosedur praktikum Nata de Pina yang akan dilakukan oleh
siswa. Hasil yang diharapkan berupa keterampilan hidup (life skill) siswa dapat terlatih dan
dapat memanfaatkan potensi sumber daya alam yang melimpah di daerahnya.
Desain penelitian yang digunakan dapat digambarkan melalui pola berikut:
Desain penelitian one shot case study
X
Keterangan:
O
: Observasi
: Perlakuan
21
E. Variabel Penelitian
Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu:
1. Validitas LKS, meliputi:
a. Komponen isi
b. Komponen penyajian
c. Komponen kebahasaan
2. Kepraktisan LKS
a. Keterlaksanaan LKS
b. Kesulitan atau hambatan yang muncul
3. Keefektivan LKS
a. Hasil belajar siswa
b. Ketuntasan tujuan pembelajaran
c. Respon siswa
F. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel dan istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) nata de pina untuk melatihkan kecakapan hidup (life skill)
pada materi implikasi bioteknologi konvensional adalah LKS yang memuat serangkaian
kegiatan untuk melatihkan kecakapan hidup berupa kecakapan berpikir rasional yang
meliputi kegiatan menggali informasi, mengolah informasi dan memecahkan masalah
secara kreatif serta kecakapan akademik yang meliputi kegiatan merencanakan dan
melaksanakan eksperimen (praktikum) dimulai dari merumuskan masalah, menyusun
hipotesis, mengidentifikasi variabel percobaan.
2. Kelayakan LKS adalah deskripsi kualitas LKS yang terdiri dari kelayakan secara teoritis
maupun kelayakan secara empiris. Kelayakan secara teoritis yakni kelayakan hasil validasi
yang dilakukan oleh dua pakar biologi UNESA dan guru biologi SMA untuk mengetahui
layak tidaknya LKS yang telah dikembangkan meliputi isi, penyajian dan kebahasaan.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan skala kelayakan yaitu: 1 = kurang baik, 2 =
cukup baik, 3= baik, 4= sangat baik. Kelayakan secara empiris merupakan kelayakan yang
dihasilkan dari uji coba yang telah dilakukan. Kelayakan ini didapatkan berdasarkan
pengamatan sikap berbasis kecakapan hidup (life skill), hasil belajar dan respon siswa.
22
3. Pengamatan sikap adalah pengamatan yang dilakukan observer terhadap peserta didik
selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan mengamati aktivitas siswa sehubungan
dengan pelaksanaan kecakapan hidup (life skill) siswa dengan rubrik terlampir.
4. Hasil belajar adalah hasil ketuntasan belajar siswa yang dilakukan dengan memberikan
soal tes setelah melaksanakan kegiatan dalam LKS yang dikembangkan, yang meliputi
penilaian produk dan penilaian kecakapan hidup (life skill) siswa. Hasil belajar digunakan
untuk mengetahui ketercapaian indikator dan kecakapan hidup yang dilatihkan.
5. Respon siswa adalah tanggapan siswa yang didapatkan setelah mengisi angket respon
terhadap LKS yang dikembangkan dengan menjawab ya atau tidak yang diberikan
saat akhir pembelajaran.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur pada penelitian menggunakan desain pengembangan 4-D model yang diadaptasi
dari Thiagarajan, dkk., dalam Trianto (2007). Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan
yaitu define (pendefinisian), design (perencanaan), develop (pengembangan) dan disseminate
(penyebaran). Namun pada penelitian ini tidak menggunakan tahap disseminate (penyebaran).
Berikut ini adalah uraian dari rancangan penelitian:
1. Tahap Define (Pendefinisian)
Tahap ini bertujuan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat
pembelajaran. Menurut Thiagarajan, dkk (1974) dalam Ibrahim (2002) tahap ini terdiri
atas lima langkah pokok, yaitu analisis kurikulum, analisis siswa (learner analysis),
analisis tugas (task analysis), analisis konsep (concept anlaysis) dan perumusan indikator
pembelajaran (specifying instructional objectives).
a. Analisis Kurikulum
Analisis kurikulum bertujuan untuk memunculkan dan menetapkan masalah dasar
yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran. Masalah dasar dalam penelitian ini
adalah belum pernah dilakukan praktikum pada materi bioteknologi konvensional
yang melatihkan kecakapan hidup (life skill) sehingga peneliti ingin melatihkannya
melalui pembuatan Nata de Pina agar siswa dapat belajar langsung dari lingkungan
dan segala kondisi di sekitar sekolah dan tempat tinggalnya.
Kurikulum yang digunakan saat ini adalah kurikulum 2013. Pada kurikulum 2013
terdapat kompetensi inti (KI) yang terdiri atas empat aspek terkait yaitu sikap
23
keagamaan (KI 1), sikap sosial (KI 2), pengetahuan (KI 3) dan keterampilan (KI 4)
Berdasarkan keempat KI ini, maka LKS yang disusun dapat dikembangkan untuk
mencapai keempat KI tersebut. Sedangkan kompetensi dasar pada bioteknologi yang
termuat dalam kurikulum 2013 adalah:
1) Kompetensi Dasar
1.1. Menyadari dan mengagumi pola pikir ilmiah dalam kemampuan mengamati
bioproses.
1.2. Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga dan
menyayangi lingkungan sebagai manisfestasi pengamalan ajaran agama yang
dianutnya.
2.1. Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin,
tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan
santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan,
gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan
kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap tindakan dan dalam
melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun
di luar kelas/laboratorium.
2.2. Peduli terhadap keselamatan diri dan lingkungan dengan menerapkan prinsip
keselamatan kerja saat melakukan kegiatan pengamatan dan percobaan di
laboratorium dan di lingkungan sekitar.
3.10. Memahami tentang prinsip-prinsip bioteknologi yang menerapkan bioproses
dalam menghasilkan produk baru untuk meningkatkan kesejahteraan
manusia dalam berbagai aspek kehidupan.
4.10. Merencanakan dan melakukan percobaan dalam penerapan prinsip-prinsip
bioteknologi konvensional untuk menghasilkan produk dan mengevaluasi
produk yang dihasilkan serta prosedur yang dilaksanakan.
2) Indikator
1.1.1. Menunjukkan rasa kagum terhadap kemampuan mikroorganisme dalam
melakukan kegiatan bioproses pada bioteknologi.
1.1.2. Memanfaatkan potensi lingkungan berupa limbah nanas sebagai wujud rasa
syukur terhadap karunia Tuhan.
24
25
motivasi
terhadap
mata
pelajaran,
pengalaman,
keterampilan
Bioteknologi
Bioteknologi
Konvensional
Bioteknologi
Modern
Rekayasa
Genetika
Pengolahan
Pangan
Tempe
Kultur Jaringan
Yoghurt
Nata de coco
inovasi
Nata de Pina
27
28
Bagian akhir terdiri atas daftar pustaka yang memuat literatur yang digunakan
sebagai acuan dalam mengembangkan LKS praktikum Nata de Pina untuk
melatihkan kecakapan hidup (life skill) pada materi implikasi bioteknologi
konvensional kelas XII IPA SMAN 1 Wates, Kediri.
3. Tahap Develop (Pengembangan)
Tahap pengembangan adalah tahap untuk menghasilkan produk pengembangan
yang dilakukan melalui dua langkah, yaitu: penilaian ahli yang diikuti revisi serta uji
coba pengembangan. Tujuan tahap pengembangan ini adalah untuk menghasilkan bentuk
akhir media pembelajaran setelah melalui revisi berdasarkan saran dan masukan dari para
ahli dan data hasil uji coba. Langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Validasi ahli atau praktisi (Expert Appraisal)
Menurut Thiagarajan, dkk (1974) dalam Ibrahim (2002), penilaian para ahli atau
praktisi terhadap pengembangan LKS mencakup format, bahasa, ilustrasi dan isi.
Berdasarkan saran para ahli, LKS pengembangan di revisi agar lebih tepat, efektif,
serta memiliki kualitas yang tinggi. Dalam hal ini validasi dilakukan oleh dosen ahli
biologi Universitas Negeri Surabaya dan guru biologi SMAN 1 Wates, Kediri.
b. Uji coba pengembangan (Developmental Testing)
Uji coba lapangan dilakukan di SMAN 1 Wates, Kediri untuk menerapkan LKS
yang telah dikembangkan, memperoleh masukan berupa respon, reaksi, komentar
siswa dan para pengamat terhadap media pembelajaran yang telah dikembangkan.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Lembar telaah LKS pembuatan Nata de Pina untuk melatihkan life skill siswa pada
materi bioteknologi konvensional di kelas XII adalah lembar telaah berbentuk lembaran
dan berisi pernyataan pernyataan yang digunakan oleh penelaah, baik dosen biologi
maupun guru biologi di sekolah tersebut. Lembar telaah LKS diberikan dengan mengisi
skor penilaian sesuai dengan rubrik terlampir untuk mengetahui kelayakan LKS yang
dikembangkan.
2. Lembar pengamatan sikap digunakan untuk mengetahui segala kegiatan yang dilakukan
siswa secara berkelompok dalam melatihkan kecakapan hidup (life skill) saat melakukan
percobaan pada LKS yang dikembangkan.
29
3. Tes (evaluasi) digunakan untuk mengetahui ketercapaian atau ketuntasan hasil belajar
siswa sekaligus kecakapan hidup (life skill) setelah melakukan percobaan pada LKS yang
dikembangkan. Tes diberikan pada pertemuan terakhir dengan menggunakan soal uraian
objektif.
4. Lembar angket respon siswa terhadap LKS pembuatan Nata de Pina untuk melatihkan
life skill pada materi bioteknologi kelas XII SMA adalah lembar respon atau tanggapan
yang diisi siswa dengan memberi jawaban ya atau tidak berdasarkan pernyataan yang
terdapat pada angket yang diberikan.
I. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini adalah:
1. Teknik Telaah dengan Lembar Validasi
Teknik ini digunakan untuk mengetahui kelayakan LKS yang telah dikembangkan
untuk diuji cobakan. Telaah ini dilakukan oleh dosen ahli dan guru biologi. Melalui
lembar validasi akan diperoleh draft yang akan membantu peneliti untuk mengetahui
kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan LKS Nata de Pina yang dikembangkan
agar selanjutnya dilakukan proses perbaikan (revisi).
2. Teknik Observasi
Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data pengamatan sikap yaitu
dengan cara mengamati aktivitas peserta didik secara berkelompok berkaitan dengan life
skill melalui kegiatan yang dipandu LKS praktikum Nata de Pina untuk melatihkan life
skill pada materi implikasi bioteknologi konvensional.
3. Teknik Tes
Teknik tes digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif peserta didik dengan
tujuan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar dan kecakapan hidup (life skill) yang
dikuasai peserta didik. Selain itu, teknik tes juga untuk menentukan tingkat kelayakan
LKS secara empiris.
4. Teknik Angket
Lembar angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap LKS
pembuatan Nata de Pina untuk melatihkan life skill yang dikembangkan dari segi
penyajian, isi, dan bahasa yang digunakan serta kaitannya dengan masalah yang otentik.
30
Data yang diperoleh dari angket digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk
penyusunan kesimpulan.
J. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Analisis Telaah Pengembangan LKS
Lembar kegiatan siswa yang dikembangkan divalidasi dengan memberi skor 1-4
pada tiap aspek yang dinilai. Analisis meliputi kelayakan isi, kelayakan penyajian dan
kelayakan bahasa. Rentang skala dalam penelitian ini disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.1. Kriteria skala penilaian Likert (Riduwan, 2012)
Penilaian
Kurang
Cukup
Baik
Sangat Baik
Nilai Skala
1
2
3
4
x 100 %
Kategori
Kurang layak
Cukup layak
Layak
Sangat layak
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dikatakan layak apabila respon dosen dan guru
bidang studi memberikan skor 63%.
2. Analisis Pengamatan Sikap
31
Skala
1
2
3
4
x 100 %
x 100 %
seluruh siswa
32
Kategori
Tidak layak
Kurang layak
Cukup layak
Layak
Sangat layak
Kategori
Kurang baik
Cukup baik
Baik
Sangat baik
33
Skor
1
0
x 100 %
skor maksimal
Persentase kelayakan dapat dikonversikan dalam kategori penilaian sebagai
berikut:
34
DAFTAR PUSTAKA
Anwar. 2012. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education). Bandung: Penerbit Alfabeta.
Depdiknas. 2004. Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar Sekolah Menengah Atas. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum. 2002. Pendidikan Berbasis Luas dengan Pembekalan
Kecakapan Hidup di SMU: Konsep Dasar dan Pola Pelaksanaannya. Jakarta: Depdiknas.
Gaffar, Shabarni. 2007. Buku Ajar Bioteknologi Molekul. Bandung: Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Padjajaran.
Ibrahim, Marwah. 2003. Basic Life Skills: Mengelola Hidup dan Merencanakan Masa Depan.
Jakarta: MHMMD Production.
Ibrahim, Muslimin. 2002. Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran
Biologi Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Johan, Ervan Wicaksono 2009. Pengembangan LKS berbasis Life Skill pada sub pokok
Bahasan Daur Ulang Limbah untuk Siswa Kelas X-3 SMAN 6 Surabaya. Skripsi (Tidak
diterbitkan). Surabaya: Unesa.
Kemendiknas. 2012. Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
Kusumanto, Ismu. 2013. Pemanfaatan Limbah Kulit Nanas untuk Pembuatan Produk Nata De
Pina Menggunakan Metode Eksperimen Taguchi Jurnal Kutubkhanah, Vol. 16, No. 1
Januari Juni 2013. Fakultas Sains dan Teknologi UIN Suska Riau.
Lathifah, Nur. 2013. Pembuatan Nata de Pina dari Limbah Bonggol Buah Nanas Menggunakan
Sumber Nitrogen Ekstrak Kacang Hijau. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas
Pendidikan Indonesia.
Nurcahyo, Heru. 2011. Diktat Bioteknologi. Yogyakarta: Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Negeri Yogyakarta.
Pambayun, R. 2002. Teknologi Pengolahan Nata de Coco. Yogyakarta: Kanisius.
Permendiknas. 2013. Lampiran IV Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 81 A tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum
Pembelajaran. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Prastowo, Andi. 2010. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press.
Riduwan, 2012. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Rudiyanto, R. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Berpendekatan Kontekstual dan
Kecakapan Hidup, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi
Khusus.
Satori, D. 2002. Implementasi Life Skills dalam Konteks Pendidikan di Sekolah. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, Volume 2, Nomor 1, Juni 2002.
Sutanto, Agus. 2012. Pineapple Liquid Waste as Nata de Pina Raw Material. Jurnal Makara
Teknologi, Vol. 16, No.1, April 2012: 63-67. Universitas Muhammadiyah Metro Lampung.
Tahir, Ikmal, dkk. 2008. Kajian Penggunaan Limbah Buah Nenas Lokal (Ananas comosus L)
Sebagai Bahan Baku Pembuatan Nata. Makalah Seminar Nasional Kimia XVIII, Jurusan
Kimia FMIPA UGM. Yogyakarta: Disampaikan pada 10 Juli 2008.
Widjajanti, Endang. 2008. Kualitas Lembar Kerja Siswa. Makalah. Disampaikan dalam Kegiatan
Pengabdian pada masyarakat dengan Judul Pelatihan Penyusunan LKS Mata Pelajaran
Kimia Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bagi Guru SMK/MAK di
35
Ruang Sidang Kimia FMIPA UNY pada tanggal 22 Agustus 2008. Yogyakarta: FMIPA
Kimia UNY.
36