Anda di halaman 1dari 20

TURUNNYA AL-QUR’AN DENGAN TUJUH HURUF

(Tarikh al-Qur’an)

MAKALAH

Oleh:

ASHABUL KAHFI
NIM: 80600223003

Dosen Pengampu : Dr. Rosmini, M. Th.I

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITSAS ISLAM NEGERI (UIN)

ALAUDDIN MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji hanya layak kita panjatkan kehadirat Allah Swt. Tuhan seru sekalian

alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Turunnya Al-Qur‟an

dengan Tujuh Huruf”.

Selanjutnya shalawat dan salam kami hanturkan kepada junjungan Nabi

besar Muhammad saw. dan segenap keluarganya, para sahabat, tabi-tabi'in sampai

kepada orang-orang yang mukmin yang telah memperjuangkan Islam sampai saat

ini dan bahkan sampai akhir zaman. Penulis memperoleh banyak bantuan dari

berbagai pihak atas penyusunan makalah ini, karena itu penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen pengampu Mata Kuliah Tarikh

Quran, ibu Dr. Rosmini, M. Th.I yang telah memberikan dukungan, dan

kepercayaan yang begitu besar.

Semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun

pada langkah yang lebih baik lagi kedepannya. Meskipun penulis berharap isi dari

makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan namun tak ada gading yang tak

retak, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar

makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pembaca.

Semoga makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri

maupun orang yang membacanya. Assalaamu Alaikum wr. wb.

Ashabul Kahfi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Quran yang secara harfiah berarti "bacaan sempurna" merupakan

suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaan pun sejak

manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-

Quran Al-Karim, bacaan sempurna lagi mulia itu.1

Al-Qur‟an al-Karim adalah mukjizat islam yang abadi, dimana kemajuan

ilmu pengetahuan semakin memperkuat mukjizatnya, yang diturunkan Allah swt.

kepada Rasul kita Muhammad saw. untuk mengeluarkan ummat manusia dari

segala kegelapan menuju cahaya, dan membimbing mereka menuju jalan yang

lurus. Rasulullah saw. menyampaikan al-Qur‟an kepada para sahabat-sahabat,

meraka adalah orang-orang arab asli, sehingga mereka dapat memahaminya sesuai

tabiat mereka. Manakala mereka sulit untuk memahami suatu ayat di antara ayat-

ayat al-Qur‟an, maka mereka bertanya langsung kepada Rasulullah saw. 2 Setiap

Nabi yang diutus Allah selalu dibekali mukjizat untuk meyakinkan manusia yang

ragu dan tidak percaya terhadap pesan atau misi yang dibawa oleh Nabi. Mukjizat

ini selalu dikaitkan dengan perkembangan dan keahlian yang dihadapi tiap-tiap

Nabi.3
Orang arab mempunyai keberagaman lahjah (dialek) dalam langgam,

suara dan huruf-huruf sebagaimana diterangkan secara komprehensif dalam kitab-

kitab sastra. Apabila orang arab berbeda dialek dalam pengungkapan sesuatu

makna dengan beberapa perbedaan tertentu, maka Al-Qur‟an yang diwahyukan

1
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an Tafsir Maudhi‟I Dalam Persoalan Umat, Cet.13
(Bandung: Penerbit Mizan, 1996). H. 3.
2
Manna‟ Al-Qatthan, Mabahits fi ulumul Qur‟an, terj. Umar Mustahid, Dasar-Dasar Ilmu
Al-Qur‟an (Cipayung: Ummul Qura, 2017), h. 19.
3
Oom Mukarromah, Ulumul Qur‟an,(Cet. I; Jakarta: Rajawali, 2013). h. 9.
Allah kepada Rasul-Nya, menyempurnakan makna kemukjizatan al-Qur‟an

karena ia mencakup semua huruf dan ragam qira‟ah di antara lahjah-lahjah itu.4 Di

samping diturunkan dalam lahjah Quraisy, al-Qur‟an diturunkan juga dalam

lahjah-lahjah lain sehingga memudahkan bangsa Arab membaca, menghafal dan

memahaminya.5 Untuk memahami Sab‟atu Aḥruf, kita harus memahami latar

belakang kondisi masyarakat Arab yang terbagi dalam kabilah-kabilah.

Masyarakat Arab adalah masyarakat yang dulunya nomaden. Mereka berpindah-

pindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk mencari sumber-sumber

kehidupan6

Nash-nash As-sunnah secara mutawatir menyebutkan sejumlah hadist

terkait turunnya al-Qur‟an dengan tujuh huruf (tujuh dialek bahasa) di antaranya:
ٍ ‫يدِِن ح ىَّت انْت هى إِ ََل سب ع ِة أَحر‬ ٍ ِ
‫ف‬ ُ ْ َ َْ َ َ َ ُ ‫يدهُ َويَِز‬ ُ ‫َستَ ِز‬ َ ‫أَقْ َرأَِِن ج ِْْبيْ ُل َعلَى َح ْرف فَ َر‬
ْ ‫اج ْعتُوُ فَلَم أ ََزل أ‬
Maknanya:
"Jibril membacakan (Al-Qur'an) kepadaku dengan satu dialek dan aku terus saja
meminta tambahan hingga akhirnya berhenti dengan tujuh dialek (jenis langgam
bahasa dalam membaca Al-Qur'an)."7

Banyak hadist-hadits terkait hal ini, sebagian besar di antaranya dibahas

oleh ibnu jarir di dalam mukaddimah tafsir karyanya.8 As-suyuthi menyebutkan

bahwa hadits-hadits terkait hal ini diriwayatkan dari 20 sahabat. Abu Ubaid Al-

Qosim bin Salam menyatakan bahwa hadits turunnya Al-Qur‟an dengan tujuh
huruf berstatus mutawatir.

4
Syaikh Manna Al-Qaththan, Mabahits fi ulumul Qur‟an, terj. Annur Rafiq El-mazni,
Pengantar Studi Ilmu Al-Qur‟an.( Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2006). h. 194.
5
Yunahar Ilyas. Kuliah Ulumul Quran. Cet. III (Yogyakarta: ITQAN Publishing, 2014).
h. 141.
6
Hamnah, „Al-Qur‟an Diturunkan Dalam Tujuh Huruf‟, MUSHAF JOURNAL: Jurnal
Ilmu Al Quran Dan Hadis, 1.1 (2021), 16–30
7
HR. Bukhari. 2980.
8
Manna‟ Al-Qatthan, Mabahits fi ulumul Qur‟an, terj. Umar Mustahid, Dasar-Dasar Ilmu
Al-Qur‟an (Cipayung: Ummul Qura, 2017), h. 233.
Para ulama berbeda pendapat cukup panjang terkait penafsiran huruf

yang di maksud, sampai-sampai ibnu Hayyan menyatakan, Ahlul ilmi berbeda

pendapat terkait makna tujuh huruf dalam tiga puluh lima pendapat. Sebagian

besar pendapat-pendapat ini bercampur satu sama lain. Sedangkan didalam kitab

al-Mabahits fii uluumil Qur‟an hanya meyebutkan pendapat-pendapat yang

penting saja.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka yang

menjadi bahan kajian dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian Sab‟ah Ahruf dan perhatian Ulama terhadap

Pembahasannya?

2. Bagaimana hadits-hadits tentang turunnya al-Qur‟an dengan Sab‟ah

Ahruf ?

3. Bagaimana pendapat para ulama tentang Sab‟ah Ahruf?

4. Apa hikmah turunnya al-Qur‟an dengan Sab‟ah Ahruf ?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sab’ah Ahruf dan Perhatian para ulama.

1. Pengertian Sab’ah

Secara etimologi, istilah tujuh huruf adalah terjemahan kata sab‟ah

ahruf, kata sab‟ah (‫ )سبعت‬berarti tujuh, yaitu bilangan sebagaimana yang dikenal

dalam hitung-menghitung. Ia jenis mudzakkar, sementara untuk mu‟annats yang

digunakan adalah sab‟ (‫)سبع‬, seperti contoh sab‟u niswah (‫ )سبع نسوة‬yang berarti

tujuh orang perempuan, dan Sab‟ah rijal (‫ )سبعت رجال‬yang berarti tujuh orang laki-

laki. Ini adalah asal penggunaanya secara haqiqi, yang berarti bilangan antara

enam dan delapan. 9

2. Pengertian Ahruf

Sedangkan Ahruf berasal dari suku kata harfin, bentuk jamaknya adalah

Ahruf. Harfin sendiri secara bahasa mempunyai beberapa makna, diantaranya

pinggir, baca‟an, dialek dan lainnya. Ditambah perbedaan-perbedaan dari segi

kebahasaan seakan membuka gerbang silang pendapat semakin luas lagi.

Sedangkan kata al-Harf (‫ )الحرف‬atau huruf secara bahasa dibagi jadi

beberapa pengertian:10

a) Tharf as-syai‟ (‫ )طرف الشيء‬yaitu ujung,tepi atau pinggir sesuatu dan batas
akhirnya.11 Karena itu puncak tertinggi dari gunung disebut juga dengan

hurf(‫)حرف‬. Didalam al-Qur‟an Allah Swt. Berfirman:


ۨ ِۡ ۡ ِۡ ِ ۡ ۨ ۡ ِۡ ٍ ۡ ‫ه‬ ۡ ۡ ِ ‫وِمن الن‬
‫ب‬ ‫ل‬
َ ‫ق‬‫ن‬ ‫ا‬ ‫ة‬ ‫ن‬ ‫ت‬
َ َ َُ ُ َ َ َ ‫ف‬ ‫و‬ ‫ت‬ ‫اب‬ ‫ص‬َ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫و‬ ‫ب‬ ‫ى‬
‫ن‬ ‫ا‬
َ ‫م‬
َ ۡ ٌ َ ۡ َ َ ‫اّللَ َع ۡلى َحرف فَا‬
‫ط‬ ‫ا‬ ‫ر‬ ‫ي‬ ‫خ‬ ‫و‬‫اب‬ ‫ص‬ َ ‫ا‬ ‫ن‬ ّ‫ىاس َمن يىعبُ ُد ۡ ه‬ َ َ
ۡ ۡ ِ ۡ
ُ ِ‫ك ُى َو اۡلُسَرا ُن ال ُمب‬
‫ٌن ۝۝‬
١ َ ‫اۡل ِخَرةَ هذ ل‬
‫َع هلى َوج ِهو َخ ِسَر الدُّن يَا َو ه‬

9
Abdul Rahman bin Ibrahim al-Matroudi, al-Ahruf al-Qur‟aniyah as-Sab‟ah. (Riyadh:
Dar Alam al-Kutub, 1991). h. 11.
10
Syu'ban Muhammad Isma‟il, al-Ahruf as-Sab‟ah wa al-Qira‟at wa Ma Utsira Haulaha
Min Syubuhat. (2001). h.14.
11
A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir
Terjemahnya:
Dan di antara manusia ada yang menyembah Allah hanya di tepi, maka jika dia
memperoleh kebajikan, dia merasa puas, dan jika dia ditimpa suatu cobaan, dia
berbalik ke belakang. Dia rugi di dunia dan di akhirat. Itulah kerugian yang
nyata.12 (QS. Al-Hajj:22/11)

b) Harf al-Hija‟ (Huruf Hijahiyyah).

c) Al-Lughah (bahasa) atau al-lahjah fi al-lughah (dialek dalam bahasa),

karena bahasa adalah satu sisi dari banyaknya bahasa, dan dialek adalah

satu sisi dari banyaknya dialek lain dalam suatu bahasa.

d) Al-Qira‟ah (bacaan), yaitu satu bentuk bacaan dari banyaknya cara baca

al-Qur‟an (al-qira‟at) yang dengannya al-Qur‟an diturunkan. Karena itu,

jika dikatakan harf Nafi atau harf ibn katsir, maka yang dimaksud adalah

qira‟ah keduanya.

Mengenai arti dari sab‟atu ahruf sendiri dapat dimulai dari pendekatan

beberapa pembahasan. pertama apakah yang di kehendaki dengan kata sab‟ah

adalah bilangan tujuh seperti makna dhahir dari kalimat tersebut, ataukah yang

dikehendaki disini adalah sebuah kata yang digunakan sebagai ungkapan bilangan

banyak. lalu yang dikehendaki dengan ahruf apakah sebuah dialek, atau bacaan,

bahkan bahasa13

3. Perhatian ulama terhadap pembahasan sab’ah ahruf

Pembahasan tentang makna sab‟ah ahruf ini mendapatkan perhatian


yang sangat besar dari para ulama. Perbedaan mereka dalam memaknai hadits

tentang turunnya al-Qur‟an dalam tujuh huruf sebenarnya dilatarbelakangi banyak

hal, di antaranya:14

12
Kementerian Agama RI , Al-Qur‟an dan Terjemahnya.(Jakarta Timur: Maktabah Al-
Fatih, 2017).
13
Misbakhul Arifin, dkk. „Sabàtu Ahruf Redaksi Dan Gambaran Sabàtu Ahrūf Menurut
Muhaddisin‟, Jurnal Sinda, 1.2 (2021), 103–114
14
Cece Abdulwaly, Makna Sabah Ahruf Menyimak Ragam Pendapat Ulama Tentang
Turunya Al-Quran Dengan Tujuh Huruf, Makna Sab‟Ah Ah‟Ruf, Cet. I (Sukabumi: Farha Pustaka,
2021). h. 51.
1. Pembahasan ini berkaitan erat dengan al-Qur‟an sebagai sumber utama

ajaran islam.

2. Hadits-hadits tentang sab‟ah ahruf, walaupun banyak namun riwayat-

riwayat tersebut tidak secara rinci menyingkap apa yang dimaksud

dengan huruf-huruf (al-ahruf) tersebut.

3. Tiap perselisihan bacaan dari para sahabat yang kemudian diadukan

kepada Nabi saw., langsung dijawab oleh beliau. Hadits-hadits tidak

menjelaskan perbedaan antara bacaan satu dengan yang lainnya.

Menunjukkan bahwa hal tersebut kemudian menjadi sesuatu yang tidak

asing di kalangan sahabat, sehingga mereka tidak membutuhkan

penjelasan lagi.

4. Riwayat-riwayat yang masih samar dan kurang jelas, karena di dalamnya

tidak jelaskan ayat atau kata yang mana yang ada perbedaan didalamnya,

serta seperti apa bentuknya perbedaannya, apakah hanya berkaitan

dengan suara pengucapan, ataukah perbedaan dalam hal lafazhnya

dengan makna yang sama.15

B. Hadits-hadits tentang turunnya al-qur’an dengan sab’ah ahruf

Dari segi karakter redaksi atau muatan peristiwa secara global terdapat

tiga corak gambaran hadith Sabatu Ahruf :


a) Hadis menceritakan sebuah peristiwa beberapa sahabat yang
bersengketa dalam bacaan al-Qur‟an, selanjutnya mereka bersama-

sama menghadap nabi saw untuk mengadukan apa yang mereka alami,

kemudian nabi saw membenarkan bacaan mereka semua dan sekaligus

menegaskan bahwasanya al-Qur‟an turun atas Sab‟atu Ahruf.

15
Manna ibn Khalil al-Qaththan, Nuzul al-Qur‟an ala Sab‟ah Ahruf (Kairo: Maktabah
Wahbah,t.thn.), h. 33.
b) Hadis menceritakan sebuah percakapan antara Rasulullah saw dengan
malaikat jibril, dan terkadang juga melibatkan Mikail.

c) Hadis menceritakan peristiwa nabi Muhammad saw memberikan


pemberitahuan secara lansung tanpa didahului dengan peristiwa,

bahwa al-Qur‟an dapat dibaca atau turun dengan Sab‟atu Ahruf.16

Diantara hadis-hadis sab‟atu ahruf adalah: 17

Hadits Pertama:
‫حدثنا عبد الصمد حدثنا حرب بن اثبت كان يسكن بين سليم قال حدثنا إسحاق‬
‫بن عبد هللا بن أيب طلحة عن أبيو عن جده قال قرأ رجل عند عمر فغًن عليو فقال‬
‫قرأت على رسول هللا ملسو هيلع هللا ىلص فلم يغًن عل قال فاجتمعنا عند النهي ملسو هيلع هللا ىلص قال فقرأ الرجل‬
‫على النهي ملسو هيلع هللا ىلص فقال لو قد أحسنت قال فكأن عمر وجد من ذلك فقال النهي ملسو هيلع هللا ىلص اي‬
‫عمر إن القرآن كلو صواب ما مل جيعل عذاب مغفرة أو مغفرة عذااب وقال عبد الصمد‬
‫مرة أخرى أبو اثبت من كتابو‬
Telah menceritakan kepada kami Abdushshamad telah menceritakan kepada
kami Harb bin Tsabit dia tinggal pada Bani Sulaim, berkata: telah menceritakan
kepada kami Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah dari Bapaknya dari kakeknya
berkata: ada seorang laki-laki membaca di hadapan 'Umar, lalu ('Umar)
membenarkan bacaan orang tersebut. Lalu (laki-laki) tersebut berkata: saya
telah membaca di hadapan Rasulullahi shallallahu 'alaihi wa sallam dan beliau
tidak membetulkan bacaanku. Lalu (kakek Abu Thalhah) berkata: Lalu kami
berkumpul di sisi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan laki-laki tersebut
membaca di hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu beliau berkata
kepadanya, telah bagus bacaanmu. (kakek Abu Thalhah) berkata: Maka seakan-
akan 'Umar marah karena hal tersebut, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda kepadanya, "Wahai 'Umar, Qur'an semuanya adalah benar, selama
bacaan Azab tidak dibaca dengan maghfirah (ampunan) ataupun sebaliknya."
Dan Abdushshamad berkata pada jalan lain, dari Abu Tsabit dalam kitabnya.18

Hadits yang kedua: diriwayatkan dari busr bin sa‟ad, bahwa Abu
juhaim al-Anshari mengabarkan kepadanya, bahwa ada dua orang berselisih

16
Misbakhul Arifin,dkk. „Sabàtu Ahruf Redaksi Dan Gambaran Sabàtu Ahrūf Menurut
Muhaddisin‟, Jurnal Sinda, 1.2 (2021), 103–114.
17
Manna‟ Al-Qatthan, Mabahits fi ulumul Qur‟an, terj. Umar Mustahid, Dasar-Dasar
Ilmu Al-Qur‟an (Cipayung: Ummul Qura, 2017), h. 241.
18
Musnad Ahmad. Nomor: 15771.
terkait suatu ayat al-Qur‟an, lalu keduanya menanyakan hal itu kepada
Rasulullah SAW,lantas Rasulullah bersapda:

‫أن رسول هللا ملسو هيلع هللا ىلص قال نزل القرآن على سبعة أحرف على أي حرف قرأمت فقد أصبتم فال‬
‫تتماروا فيو فإن املراء فيو كفر‬
bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Al Qur`an turun
dengan tujuh lahjah (bacaan), dengan lahjah manapun kalian membacanya
maka bacaan kalian telah benar. Maka janganlah kalian memperdebatkannya,
karena perdebatan di dalamnya adalah kekafiran."19
Hadits Ketiga: Diriwayatkan dari Al-A‟masy, ia berkata: Anas bin malik

membaca ayat ini:


ۡ
ؕ ‫ب قِ ۡي ًال‬ ‫أ‬
‫و‬ ‫ا‬
ً ‫ط‬ ِ ۡ ِ ِ
ُ َ ْ َ ‫ا ىن ََنشئَةَ الىي ِل ى َى اَ َش ُّد َو‬
‫و‬ ‫َص‬
Lalu, sebagian kaum berkata, wahai Abu Hamzah, yang benar adalah wa

aqwamu(‫)واقوم‬. Kemudian, Anas berkata, kata: Aqwam, Ashwab, dan Ahya‟

maknanya sama.

Hadits Keempat: diriwayatkan dari muhammad bin sirin, ia berkata: aku

diberitahu bahwa jibril dan mikail mendatangi Nabi Saw, lalu jibril berkata

kepada Rasulullah Saw, bacalah al-Qur‟an dengan dua huruf (dialek bahasa).

Mikail berkata kepada Rasulullah saw “Mintalah Tambahan (dialek bahasa)

padanya”. Hingga akhirnya sampai pada tujuh dialek bahasa. Muhammad bin

Sirrin berkata: “Janganlah berselisih bacaan terkait halal dan haram, serta perintah

dan larangan. Ini sama seperti perkataanmu, halumma dan aqbil. Didalam qiraah

ِ ‫اِ ۡن َكانَ ۡت اِىۡل ص ۡيحةً ىو‬


kita menyebutkan

‫اح َد ًة‬ َ َ
ِ ‫اِ ۡن َكانَ ۡت اِىۡل زقْ يةً ىو‬
Sementara dalam Qiraah Ibnu Mas‟ud menyebutkan:

‫اح َد ًة‬ ََ
Dialek bahasa arab lebih dari tujuh. Umar bin khattabdan Hisyam bin

hakim sama-sama orang Quraisy, menggunakan satu bahasa yang sama, dan

19
Musnad Ahmad. Nomor: 17154.
berasal dari satu kabilah yang sama. Namun, Qiraah keduanya berbeda. Mustahil

jika umar mengingkari Hisyam karena bahasanya. Ini menunjukkan bahwa yang

dimaksud tujuh huruf adalah tidak seperti yang mereka maksudkan, tapi yang

dimaksud adalah perbedaan kata namun memiliki makna yang sama. Inilah yang

kami kuatkan.20

Hadits Kelima:
‫حدثنا سعيد بن عفًن قال حدثين الليث قال حدثين عقيل عن ابن شهاب قال حدثين‬
‫ أن رسول هللا صلى‬.‫عبيد هللا بن عبد هللا أن عبد هللا بن عباس رض هللا عنهما حدثو‬
‫هللا عليو وسلم قال أقرأين جْبيل على حرف فراجعتو فلم أزل أستزيده ويزيدين حَّت‬
21
‫انتهى إَل سبعة أحرف‬
Maknanya:
Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Ufair ia berkata: Telah menceritakan
kepadaku Al-Laits ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Uqail dari Ibnu
Syihab ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Ubaidullah bahwa Abdullah
bin Abbas radliyallahu 'anhuma telah menceritakan kepadanya bahwa:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jibril telah membacakan
kepadaku dengan satu dialek, maka aku pun kembali kepadanya untuk meminta
agar ditambahkan, begitu berulang-ulang hingga berakhirlah dengan Sab'atu
Ahruf (Tujuh dialek yang berbeda)."
Hadits Keenam:
‫حدثنا حيٍن بن بكًن حدثنا الليث عن عقيل عن ابن شهاب حدثين عروة أن املسور‬
‫بن خمرمة وعبد الرمحن بن عبد القاري حداثه أهنما مسعا عمر بن اۡلطاب يقول‬
‫مسعت ىشام بن حكيم يقرأ سورة الفرقان يف حياة رسول هللا ملسو هيلع هللا ىلص فاستمعت لقراءتو‬
‫فإذا ىو يقرأ على حروف كثًنة مل يقرئنيها رسول هللا ملسو هيلع هللا ىلص فكدت أساوره يف الصالة‬
‫فتصْبت حَّت سلم فلببتو بردائو فقلت من أقرأك ىذه السورة اليت مسعتك تقرأ قال‬
‫أقرأنيها رسول هللا ملسو هيلع هللا ىلص فقلت كذبت أقرأنيها على غًن ما قرأت فانطلقت بو أقوده إَل‬
‫رسول هللا ملسو هيلع هللا ىلص فقلت إين مسعت ىذا يقرأ سورة الفرقان على حروف مل تقرئنيها فقال‬

20
Manna‟ Al-Qatthan, Mabahits fi ulumul Qur‟an, (Cipayung: Ummul Qura, 2017), h.
243.
21
Shahih Bukhari: 4607.
‫أرسلو اقرأ اي ىشام فقرأ القراءة اليت مسعتو فقال رسول هللا ملسو هيلع هللا ىلص كذلك أنزلت اق قال‬
‫رسول هللا ملسو هيلع هللا ىلص اقرأ اي عمر فقرأت اليت أقرأين فقال كذلك أنزلت إن ىذا القرآن أنزل‬
22
‫على سبعة أحرف فاقرءوا ما تيسر منو‬
Maknanya:
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada
kami Al Laits dari 'Uqail dari Ibn Syihab telah menceritakan kepadaku 'Urwah
bahwa Miswar bin Makhramah dan Abdurrahman bin Abdul Qari keduanya
menceritakan kepadanya, bahwa ia mendengar Umar bin Khattab berkata: "Aku
mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat al Furqaan semasa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam masih hidup, dan aku menikmati bacaannya.
Ternyata dia membaca dengan dialek yang berbeda-beda yang Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam belum pernah membacakannya kepadaku sehingga
hampir saja aku menarik kepalanya ketika shalat. Namun aku berusaha menahan
kesabaranku hingga ia mengucapkan salam, lantas aku mengikatnya dengan
pakaiannya dan aku tanyakan, 'Siapa yang mula-mula membacakan surat Al-
Qur'an kepadamu yang aku dengar engkau membacanya? ' Ia menjawab,
'Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang membacakannya kepadaku! Aku
lalu berkata: 'Engkau dusta, sebab rasul membacakan kepadaku tidak seperti
yang engkau baca.' Maka aku bawa Hisyam bin hakim kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam dan aku laporkan, 'Aku telah mendengar orang ini
membaca surat Al-Qur'an tidak dengan dialek seperti yang engkau bacakan
kepadaku.' Kemudian Rasulullah berkata: 'Lepaskan dia, bacalah ya Hisyam! '
Lantas Hisyam membaca bacaan yang sebelumnya aku mendengarnya,
kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Begitulah surat itu
diturunkan! ' Lantas Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Bacalah
wahai Umar! ' Aku pun membaca sebagaimana yang beliau bacakan kepadaku,
dan beliau juga berkomentar 'Begitulah surat Al-Qur'an diturunkan,
sesungguhnya surat Al-Qur'an ini diturunkan dengan tujuh dialek, maka bacalah
apa yang mudah bagimu'."
Hadits Ketujuh:
‫و حدثنا أبو بكر بن أيب شيبة حدثنا غندر عن شعبة ح و حدثناه ابن املثىن وابن‬
‫بشار قال ابن املثىن حدثنا دمحم بن جعفر حدثنا شعبة عن احلكم عن جماىد عن ابن‬
‫ أن النهي ملسو هيلع هللا ىلص كان عند أضاة بين غفار قال فأاته جْبيل‬.‫أيب ليلى عن أيب بن كعب‬
‫عليو السالم فقال إن هللا أيمرك أن تقرأ أمتك القرآن على حرف فقال أسأل هللا‬
‫معافاتو ومغفرتو وإن أميت ۡل تطيق ذلك اق أاته الثانية فقال إن هللا أيمرك أن تقرأ أمتك‬
‫القرآن على حرفٌن فقال أسأل هللا معافاتو ومغفرتو وإن أميت ۡل تطيق ذلك اق جاءه‬
‫الثالثة فقال إن هللا أيمرك أن تقرأ أمتك القرآن على ثالثة أحرف فقال أسأل هللا‬

22
Shahih Bukhari: 6995.
‫معافاتو ومغفرتو وإن أميت ۡل تطيق ذلك اق جاءه الرابعة فقال إن هللا أيمرك أن تقرأ‬
23
‫أمتك القرآن على سبعة أحرف فأميا حرف قرءوا عليو فقد أصابوا‬
Maknanya:
Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah
menceritakan kepada kami Ghundar dari Syu'bah -dalam jalur lain- Dan telah
menceritakannya kepada kami Ibnul Mutsanna dan Ibnu Basysyar - Ibnul
Mutsanna - berkata: telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far
telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Al Hakam dari Mujahid dari Ibnu
Abu Laila dari Ubay bin Ka'ab bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
berada di kolam air Bani Ghifar. Kemudian beliau didatangi Jibril 'Alaihis
salam seraya berkata: "Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk
membacakan Al-Qur`an kepada umatmu dengan satu huruf (lahjah bacaan)."
Beliau pun bersabda: "Saya memohon kasih sayang dan ampunan-Nya,
sesungguhnya umatku tidak akan mampu akan hal itu." kemudian Jibril datang
untuk kedua kalinya dan berkata: "Sesungguhnya Allah memerintahkanmu
untuk membacakan Al-Qur`an kepada umatmu dengan dua huruf." Beliau pun
bersabda: "Saya memohon kasih sayang dan ampunan-Nya, sesungguhnya
umatku tidak akan mampu akan hal itu." Lalu Jibril mendatanginya untuk ketiga
kalinya seraya berkata: "Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk
membacakan Al-Qur`an kepada umatmu dengan tiga huruf." Beliau bersabda
"Saya memohon kasih sayang dan ampunan-Nya, sesungguhnya umatku tidak
akan mampu akan hal itu." Kemudian Jibril datang untuk yang keempat kalinya
dan berkata: "Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk membacakan Al
Qur`an kepada umatmu dengan tujuh huruf. Dengan huruf yang manapun yang
mereka gunakan untuk membaca, maka bacaan mereka benar."

C. Pendapat para ulama tentang Sab’ah Ahruf

Tiga riwayat yang terakhir yang dikutip di atas menyatakan dengan jelas

bahwa Al-Qur‟an diturunkan dalam tujuh huruf (‫)سبعت أحرف‬. Tujuh adalah angka

yang terletak antara enam dan delapan. Ahruf adalah jama‟ dari harf. Tentu yang

dimaksud di sini bukan tujuh huruf dalam arti huruf hijâiyah seperti alif-ba‟-ta‟
dan seterusnya, karena jelas-jelas Al-Qur‟an tidak hanya terdiri dari tujuh huruf

saja. Lalu apa yang dimaksud oleh Rasulullah SAW dengan tujuh huruf itu?

Dalam hal ini para ulama berbeda pendapat sebagai berikut:

1. Tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa Arab mengenai satu makna.

Dengan pengertian ini jika bahasa mereka berbeda-beda dalam

mengungkapkan satu makna, maka Al-Qur‟an pun diturunkan dengan

23
Shahih Muslim 1357
sejumlah lafazh sesuai dengan ragam bahasa tersebut. Mereka pun berbeda

pendapat dalam menentukan tujuh bahasa tersebut. Ada yang menyebutkan

tujuh bahasa itu adalah Quraisy, Hudzail, Tsâqif, Hawâzin, Kinânah, Tamîm

dan Yaman. Ada yang mengatakan tujuh bahasa itu adalah Quraisy, Hudzail,

Hawâzin, Tamîm, Azad, Rabî‟ah, dan Sa‟ad ibn Bakar.

2. Tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa Arab dengan mana Al-

Qur’an diturunkan.

Dengan pengertian bahwa kata-kata dalam Al-Qur‟an secara keseluruhan

tidak keluar dari tujuh macam bahasa tadi, yaitu bahasa paling fasih di

kalangan bangsa Arab, meskipun sebagian besarnya dalam bahasa Quraisy.

Sedang sebagian yang lain dalam bahasa Hudzail, Tsâqif, Hawâzin,

Kinânah, Tamîm dan Yaman. Bedanya dengan pendapat pertama, jika pada

pendapat pertama ada tujuh bahasa tentang satu makna, maka pada pendapat

kedua ini tujuh bahasa itu tersebar dalam keseluruhan surat-surat Al-Qur‟an,

bukan hanya tentang satu makna.

3. Tujuh wajah, yaitu amr (perintah), nahy (larangan), wa‟du (janji), wa‟id

(ancaman), jadal (perdebatan), qashash (kisah-kisah), dan matsal

(perumpamaan). Atau amr, nahy, halâl, harâm, muhkam, mutasyâbih dan

amtsâl.
4. Tujuh macam hal yang di dalamnya terjadi perbedaan,

a. Perbedaan kata benda (ikhtilâf al-asmâ‟) dalam bentuk tunggal (mufrâd),

dua (tatsniyah), banyak (jama‟), tadzkîr dan ta‟nits.

‫اع ۡو َن‬ ۡ ‫والى ِذ ۡين ى ۡم ِۡل همهنتِ ِه ۡم وع ۡه ِد ِى‬


Contohnya firman Allah SWT:
24
‫ر‬
َُ ‫م‬ ََ َ ُ َ َ
24
Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya,(Q.S.
Al-Mukminun 23:8)
Kalimat li amanatihim dalam ayat dibaca dua versi: li amânâtihim

(dalam bentuk jama‟) dan li amanatihim (dalam bentuk mufrad). Kalimat

liamanitihim dalam mushaf ditulis tanpa alif setelah mîm dan nûn,

sehingga memungkinkan dibaca dalam dua versi. Dari segi substansi

makna tidak ada perbedaan, karena dalam bentuk mufrad maksudnya

juga segala macam bentuk amanah (istighrâq al-jins).

b. Perbedaan perobahan bentuk kata kerja (ikhtilâf tashrîf al-af-âl) dalam

bentuk kata kerja masa lampau (mâdhin), masa sekarang (mudhâri‟) dan

perintah (amr). (‫وأمر‬ ‫)اختالف تصريف األفعال من ماض ومضارع‬

ۡ ِ ۡ ۡ
Contohnya firman Allah SWT:
ۡ ‫ف قالُ ۡوا ربىنا بهعِ ۡد ب ٌۡن ا ۡسفا ِرَن وظَلَم ۡۤۡوا ا ۡن فسه‬
‫ث‬ ‫ي‬ ‫اد‬ ‫ح‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫هه‬
‫ن‬ ‫ل‬ ‫ع‬‫ج‬ ‫ف‬ ‫م‬
َ ََ ُ ََ َ َُ ُ َ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ ۡ ََ
25 ٍ ۡ ِ ٍ ِ ۡ ِ ٍ ۡ ‫ومىزق ن‬
‫صبىا ٍر َش ُكور‬َ ‫ك َ هۡليهت لّ ُك ِّل‬ َ ‫ههم ُك ىل ُمَُىزق ا ىن ِف هذ ل‬ ُ ََ
Rabbanâ dalam ayat di atas dibaca manshûb, dengan kedukan

sebagai munâda. Dan bâ‟id sebagai fi‟il amr, dalam pengertian do‟a.

Dalam versi lain dibaca Rabbunâ, marfû‟, dengan kedudukan sebagai

mubtadâ‟, kemudian kata kerjanya dibaca dalam bentuk mâdhin

muta‟addi yaitu ba‟ada, dalam arti menjauhkan, dalam kedudukan

sebagai khabar. Dalam versi kedua, kalimatnya tidak lagi dalam bentuk

do‟a, tetapi dalam bentuk berita, sehingga kalimatnya menjadi: “Maka


mereka berkata: "Tuhan kami telah menjauhkan jarak perjalanan kami",

c. Perbedaan bentuk „irâb.)‫اإلعراب‬ ‫(اختالف وجوه‬

ۡ
Contohnya Firman Allah SWT:

....26‫ش ِهي ٌد‬


َ ‫ب ىوَۡل‬ ِ‫وَۡل يضآىر َكات‬....
ٌ َُ َ
25
Maka mereka berkata, "Ya Tuhan kami, jauhkanlah jarak perjalanan kami, dan (berarti
mereka) menzalimi diri mereka sendiri; maka Kami jadikan mereka bahan pembicaraan dan Kami
hancurkan mereka sehancur-hancurnya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang yang sabar dan bersyukur. (Q.S. Saba‟ 34:19)
26
“... dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan...”(Q.S. Al-Baqarah 2:282)
Huruf ra dalam kata kerja yudhâr dalam ayat di atas dibaca dengan

harakat fathah dan dhammah. Jika dibaca fathah (yudhârra), maka lâ

sebelumnya berfungsi sebagai lâ nâhiyah sebagaimana dalam

terjemahan di atas. Jika dibaca dhammah, maka lâ sebelumnya berfungsi

sebagai lâ nâfiyah, sehingga kalimatnya berarti: “...dan tidaklah penulis

dan saksi saling sulit menyulitkan...”

d. Perbedaan dengan mengurangi dan menambah.)‫(اختالف بالنقص والزيادة‬

Contoh firman Allah SWT:


ٓ ۡ ۡ ‫ى‬
٣ ‫كر َواۡلُن هثى‬
َ َ ‫َوَما َخلَ َق الذ‬
27

Dibaca seperti pada ayat di atas, dan dibaca juga dengan menghilangkan
ۡ ۡ ‫ى‬
kata mâ khalaqa, sehingga menjadi: ‫واۡلُن هثٓى‬
َ ‫والذ َكَر‬
e. Perbedaan dengan mendahulukan dan mengakhirkan, baik terjadi pada

huruf maupun kata.)‫والتأخير‬ ‫(االختالف بالتقديم‬


Contohnya pada huruf adalah firman Allah SWT:
ۡۤۡ ‫ۡ ۡ ِ ى ِ ۡ ه‬
28
‫اَفَلَم َاييَس الذي َن ا َمنُوا‬
Ayat di atas dibaca juga dengan mendahulukan hamzah dari ya‟

seperti berikut:
ۡۤۡ ‫ۡ ِ ى ِ ۡ ه‬
‫اَفَلَم َأييَس الذي َن ا َمنُوا‬
Contohnya pada kata adalah firman Allah SWT:
ۡ ۡ ۡ ۡ
‫فَيَ قتُلُو َن َو يُقتَ لُو َن‬
29

Ayat di atas dibaca juga dengan mendahulukan yuqtalun sebagai

berikut:
ۡ ۡ ۡ ۡ
‫فَيُقتُلُو َن َو يَقتَ لُو َن‬

27
“Dan penciptaan laki-laki dan perempuan, (Q.S: Al-Lail 92:3)
28
“Maka tidakkah orang-orang yang beriman itu mengetahui....” (Q.S. Ar-Ra‟du 13:31)
29
“...lalu membunuh atau dibunuh...” (Q. S. At-Taubah 9:111)
f. Perbedaan dengan penggantian )‫(االختالف باإلبدال‬
Contohnya firman Allah SWT.
ۡ ۡ ۡ ِ ۡ ۡ ِ ِۡ ِ ۡ
... ‫ف نُنشُزَىا اقُى نَك ُسوَىا َحل ًما‬
30
َ ‫ َوانْظُر ا ََل العظَام َكي‬...
Di samping dibaca seperti pada ayat di atas, juga dibaca ‫ ننشرىا‬dengan
huruf ra‟

g. Perbedaan lahjah (logat) seperti fath, imâlah, menipiskan, menebalkan,

izhhâr, idghâm dan sejenisnya.

Contohnya firman Allah SWT:

‫ث ُم ۡو هسى‬‫ي‬ۡ ‫وى ۡل ا هتٮك ح ِد‬


31
ُ َ َ َ ََ
Kata atâ dan Mûsa pada ayat di atas dibaca dengan fathah dan imâlah.

5. Yang dimaksud dengan tujuh huruf bukanlah bilangan tujuh secara

harfiah, tetapi bilangan tersebut hanya sebagai lambang kesempurnaan

menurut kebiasaan orang Arab. Dengan demikian, maka kata tujuh huruf

adalah isyarat bahwa bahasa dan susunan al-Qur‟an merupakan batas dan

sumber utama bagi perkataan semua orang Arab yang telah mencapai

puncak kesempurnaan tertinggi.

6. Yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah qirâât tujuh.32

D. Hikmah turunnya al-Qur’an dengan Sab’ah Ahruf

Di antara hikmah turunnya al-Qur‟an dengan Sab‟ah Ahruf adalah:


1. Turunnya al-Qur‟an dengan tujuh huruf adalah untuk memudahkan dan

memberikan keringanan kepada umat islam dalam membaca Kitabullah,

Sebagaimana Allah memudahkan beragama kepada merela seperti firman-

Nya:

30
“...dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya
kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging....”(Q.S. Al-Baqarah 2:259)
31
“ Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa?‟ (Q.S. Thâha 20:9)
32
Manna‟ Al-Qatthan, Mabahits fi ulumul Qur‟an, terj. Umar Mustahid, Dasar-Dasar
Ilmu Al-Qur‟an (Cipayung: Ummul Qura, 2017), h. 240.
ؕ‫َوَما َج َع َل َعلَ ۡي ُك ۡم ِف ال ِّد ۡي ِن ِم ۡن َحَرٍج‬
Terjemahnya:
“... dan dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama...”
(QS. Al-Hajj:22/78)

2. Karena al-Qur‟an turun dengan bahasa arab, sementara bangsa arab terdiri

dari banyak kabilah yang satu sama lain saling berbeda bahasa dan

dialeknya, maka diturunkanlah al-Qur‟an dengan tujuh huruf sebagai

anugerah kemuliaan dari Allah swt untuk mereka.

3. Banyaknya cara bacaan al-Qur‟an menujukkan kebenaran Nabi Saw.

Dalam penyampaian risalah dan bukti nyata kedudukan al-Qur‟an yang

begitu tinggi, juga kemuliaan untuk umat ini, sebab dengan keberagaman

bacaan tersebut, tidak ada pertentangan satu sama lain didalamnya, bahkan

satu sama lain saling membenarkan dan saling menjelaskan. Allah swt.

ۡ
Berfirman:
‫اَفَ َال يَتَ َدبىُر ۡو َن ال ُق ۡراه َن َولَ ۡو َكا َن ِم ۡن ِع ۡن ِد َغ ۡ ًِن ّه‬
‫اّللِ لََو َج ُد ۡوا فِ ۡي ِو ۡاختِ َالفًا َكثِ ۡي ًرا‬
Terjemahnya:
Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Alquran? Sekiranya
(Alquran) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal
yang bertentangan di dalamnya.

4. Satu lafazh dapat memberikan lebih dari satu makna. Setiap bacaan bisa

memberikan makna masing-masing berbeda satu sama lain. Bahkan bisa


mengarahkan kepada kesimpulan yang berbeda-beda ini menunjukkan

betapa luasnya ilmu yang dikandung didalam al-Qur‟an.

5. Sab‟ah Ahruf merupakan di antara tanda kemukjizatan al-Qur‟an.33

33
Abdulwaly. h. 98.
KESIMPULAN

Penurunan al-Qur‟an dengan sab‟ah ahruf adalah sebagai bentuk

keringanan yang diberikan dalam membaca al-Qur‟an, sekaligus sebagai rahmat

dari Allah SWT. Untuk umat ini. Bisa dibacanya ia lebih dari satu huruf adalah

untuk memberikan kemudahan kepada umat islam dalam membaca kitab sucinya,

sehingga mereka tidak merasa dibebani oleh bacaan-bacaan yang sukar dilafalkan.

Pelajaran paling penting untuk kita dari hadits-hadits tentang turunnya

al-Qur‟an dengan Sab‟ah ahruf adalah bahwa yang jelas Nabi SAW. Mengajarkan

al-Qur‟an kepada sahabatnya dengan beragam bacaan. Bacaan satu berbeda

dengan bacaan yang lainnya dari sisi cara pelafalannya, baik dalam hubungannya

dengan bahasa, dialek, atau lainnya, baik yang menyebabkan perbedaan makna

maupun tidak. Beragam bacaan tersebut semuanya diterima Nabi SAW. Dari

Allah SWT. Dengan tujuan untuk memudahkan umat, lalu diajarkan kepada para

sahabatnya.

Para ulama berbeda-beda dalam menyimpulkan maksud dari sab‟ah

ahruf. Pendapat mereka bercabang-cabang, bahkan menurut sebagian keterangan,

perbedaan tersebut mencapai 40 pendapat. Banyaknya pendapat-pendapat tersebut

sebenarnya karena sebagian besar apa yang disampaikan dalam masing-masing

pendapat mereka itu saling masuk satu ke dalam yang lainnya. Dalam hadis-hadis
sab‟ah ahruf tidak ada penjelasan secara langsung tentang maksud dari sab‟ah

ahruf.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Agama RI , Al-Qur‟an dan Terjemahnya.(Jakarta Timur: Maktabah
Al-Fatih, 2017).
Abdulwaly, Cece, Makna Sabah Ahruf Menyimak Ragam Pendapat Ulama
Tentang Turunya Al-Quran Dengan Tujuh Huruf, Makna Sab‟Ah Ah‟Ruf,
Cet. I (Sukabumi: Farha Pustaka, 2021)
Al-Qaththan, Syaikh Manna, Pengantar Studi Ilmu AlQur‟an.Pdf, 2006
Hamnah, Hamnah, „Al-Qur‟an Diturunkan Dalam Tujuh Huruf‟, MUSHAF
JOURNAL: Jurnal Ilmu Al Quran Dan Hadis, 1.1 (2021), 16–30
Ilyas, Yunahar, Kuliah Ulumul Quran, Cet. III (Yogyakarta: ITQAN Publishing,
2014)
Misbakhul Arifin, dkk., „Sabàtu Ahruf Redaksi Dan Gambaran Sabàtu Ahrūf
Menurut Muhaddisin‟, Jurnal Sinda, 1.2 (2021), 103–14
Shihab, Quraish, Wawasan Al Qur‟an Tafsir Maudhi‟I Dalam Persoalan Umat,
Cet.13 (Bandung: Penerbit Mizan, 1996)
al-Qatthan,Manna‟. Mabahits fi ulumul Qur‟an, terj. Umar Mustahid, Dasar-
Dasar Ilmu Al-Qur‟an (Cipayung: Ummul Qura, 2017).
Mukarromah, Oom. Ulumul Qur‟an,(Cet. I; Jakarta: Rajawali, 2013).
Munawwir, Ahmad Warson, Kamus al-Munawwir, (Yogyakarta: PP. Al-
Munawwir Press, t.th.).
al-Qaththan, Manna ibn Khalil. Nuzul al-Qur‟an ala Sab‟ah Ahruf (Kairo:
Maktabah Wahbah,t.thn.).
asy-Syaibani, Abu „Abdillah Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal. Musnad al-
Imam Ahmad ibn Hanbal. Ar-Risalah, 2021.
al-Qusyairi, Abu al-Hasan Muslim ibn al-Hajjaj. Al-Musnad ash-Shahih al-
Mukhtashar bi Naql al-„Adl‟an al-A‟dl ila Rasulillah saw. Beirut: Dar
Ihya‟ at-Turats al-„Arabi, t.thn.
al-Suyūthi, Jalāl al-Din. al-Itqōn fī Ulūm al-Qur‟an (Kairo, Dar al-Hadith, 2009).
al-Bukhārī, Muḥammad ibn Ismāʻīl. Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, Cet. I, (Beirut: Dār al-
Kutub al-„Ilmiyyah, 1992).
Isma‟il, Syu'ban Muhammad. al-Ahruf as-Sab‟ah wa al-Qira‟at wa Ma Utsira
Haulaha Min Syubuhat. (2001).
Al-Matroudi, Abdul Rahman bin Ibrahim. al-Ahruf al-Qur‟aniyah as-
Sab‟ah.(Riyadh: Dar Alam al-Kutub, (1991).

Anda mungkin juga menyukai