Anda di halaman 1dari 9

BAB III

BIOGRAFI M.AFIFUDIN DIMIYATI TEORI PENAFSIRAN DAN SISTEMATIKA


PEMBAHASAN

A. Biografi M.Afifudin DIMIYATI

Muhammad Afifuddin Dimyati lahir di Jombang pada tahun 1979 M. ia


memulai perjalanan pendidikan formalnya di Madrasah Ibtidaiyyah Jombang pada
tahun 1991 M. Selanjutnya, ia melanjutkan studinya di Madrasah Tsanawiyyah
-I’dadiyyah dalam bahasa penulis- di Jombang dan lulus pada tahun 1994. Pada tahun
yang sama ia melanjutkan studinya di Madrasah Aliyah –Tsanawiyyah dalam Bahasa
penulis- di Jember, lulus pada tahun 1997 M. Dari tahun 1997-1998 M, ia belajar
Alquran di Pondok Pesantren Tahfizh Alquran Sunan Pandanaran, Sleman,
Yogyakarta.

Pada tahun 2002, ia lulus dengan gelar L.C dari Universitas Al-Azhar, Kairo,
Mesir, jurusan Tafsir dan Ilmu Alquran Fakultas Ushuluddin. Ia mendapat gelar
magisternya dari Universitas al-Khurtūm Sudan pada tahun 2004 dengan tesisnya
yang berjudul “Ta’līm al-Lughat al-Arabiyyah li ghair an-Nāṭiqīn bihā”. Pada tahun
2007, ia lulus dari studi doktoralnya dengan judul disertasi “al-Manhaj wa aṭ-Ṭuruq
at-Tadrīs” di Universitas Neelain, Sudan.

Hidup di pesantren tidak membuatnya terkurung dan terbatas dalam


berekspresi, saat masih muda, beliau mempunyai basic dalam dunia musik, dari
hobinya dalam dunia musik itu, hampir saja ia menjadi seorang drummer netral, grup
band musik rock. Ia sangat hafal aliran atau genre musik dan contoh grup band musik
aliran rock kelas dunia bahkan indie.

Beliau seorang penghafal al-Qur’an, terhitung hanya membutuhkan waktu


empat bulan untuk menghafal al-Qur’an 30 Juz itu, tak heran jika kini ia menjadi
seorang pengasuh di Pesantren Darul Ulum khusus dalam bidang tahfidz al-Qur’an.

Gus Awis (Dr. H. M. Afifuddin Dimyati) yang tergabung Dalam tim Dewan
Pakar Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran pernah menjadi salah satu narasumber
seminar Internasional ke 2 “Kajian & Pengembangan Mushaf Standard Indonesia”
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. Seminar yang dilaksanakan di hotel Harris
Bekasi 14-16 November 2017 ini fokus pada kajian rasm dan kajan ini menjadi
bagian dari kajian & pengembangan Mushaf Al Qur’an yang dilakukan oleh lajnah
pada aspek Rasm, dhobt, tanda waqaf dan aspek penulisan lainnya.

Beliau juga pernah bekerja sebagai Musyrif dalam acara MTQ provinsi Jawa
Timur cabang lomba penafsiran Alquran menggunakan Bahasa Arab.

Sekarang ia bekerja sebagai Dosen Bahasa dan Sastra Arab serta Pengajaran
Bahasa Arab di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya. Ia juga bekerja
sebagai Dosen Tamu di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Ia bekerja juga sebagai
dosen ílm ad-dilālah wa al-Maā’jim wa ílm al-lughah al-Ijtimāī’ di Universitas Dār
ad-Da’wah wa al-Lughah di Bangil, Pasuruan. Ia juga bekerja sebagai dosen Ilmu
Alquran di IAIN Tulungagung. Terakhir, ia juga bekerja sebagai Direktur
Dākhiliyyah Hidāyah al-Qur’ān li at-Tahfīzh wa ad-Dirāsah al-Qur’āniyyah Pondok
Pesantren Darul ulum, Peterongan, Jombang.

Pada beberapa kesempatan Gus Awis menyampaikan, bahwa motivasi


terbesarnya dalam menulis adalah perjuangan para ulama terdahulu dalam
mengabadikan ilmu.

Sebuah ilmu adalah amanah yang harus disampaikan kepada umat dan salah
satu caranya adalah dengan menulis. Sebagai penulis yang produktif, beliau
mengatakan bahwa ide adalah sebuah amanah dari Allah. Maka dari itu setiap
mendapat ide tulisan, beliau akan mencatatnya dan berniat untuk menuangkan ide-ide
tersebut dalam bentuk kitab.

Beliau menganggap bahwa hal ini adalah bukti bahwa setiap buku ada
pembacanya, setiap buku pasti ada pencarinya. Dua bukunya yang fenomenal adalah
Asy-Syamil fi Balaghatil Quran dan Jam’u al-‘Abir fi Kutub al-Tafsir, karya ini
dibaca oleh Mahasiswa yang sedang belajar di Al-Azhar Mesir.

Buku Asy-Syamil membahas nilai kesusastraan al-Quran lengkap mulai dari


al-Fatihah hingga an-Annas, dan mengungkapkan beberapa faktor yang membuat al-
Quran lebih istimewa dibanding kitab suci lainnya. Faktor-faktor tersebut, terangkum
dalam uslub balaghah di kitab tiga jilid yang ia tulis.

Pertama, isti’aro yang berarti keserasian makna. Al-Quran jika diperhatikan


menggunakan pemilihan kata yang unik sehingga berbeda dengan bahasa buku atau
kitab suci lain. kedua, tartib yakni ketertiban urutan kalimat yang disusun dalam al-
Quran. Susunan yang rinci dan rapi ini membuat ayat al Quran mudah dicerna. Dan
yang ketiga yang ia sebutkan ialah i’jaz yang berhubungan dengan pemaknaan.

Dalam al Quran, walau lafaznya singkat, pemaknaannya bisa sangat luas.


Tentu masih banyak uslub balaghah lainnya. Untuk mendapatkan makna al-Quran
baik tersirat mauput tersurat, tidak bisa tidak, maka pintu masuk pemahaman awalnya
diantaranya adalah dengan membaca kandungan balaghanya, dan buku ini dengan
amat rinci menjelaskannya kata perkata, kalimat perkalimat dan ayat perayat.

Sementara kitab Jam’ul Abir fi Kutubit Tafsir menjelaskan metode penulisan


lebih dari 440 kitab tafsir sepanjang sejarah Islam, secara berurutan mulai mufassir
zaman sahabat sampai mufassir abad 15 hijriah.

Kitab ini juga mengkaji sejumlah kitab tafsir berbagai aliran yakni
Ahlussunnah, Syiah, Mu’tazilah, Khawarij, bahkan sufi dan batiniyah. Dalam Jam’ul
Abir, kitab-kitab tafsir dunia juga diurutkan sesuai tahun meninggalnya mufassir. Ini
sangat membantu dalam rangka mengetahui perkembangan studi tafsir sepanjang
sejarah Islam. Dari 440 kitab tafsir yang dibahas, sebagian besar mengenalkan tafsir-
tafsir karya ulama Nusantara, dan Asia Tenggara ke dunia Islam.

Tentu saja ini sangat menarik, karena dengan mambaca karya ini, harapannya
agar pakar-pakar tafsir di Timur Tengah kontemporer setelah membaca kitab ini bisa
mengenal Syekh Abdur Rauf as Sinkili, Kiai Shalih Darat, Mbah Kiai Bisri Musthofa,
Mbah Kiai Misbah Musthofa, Syekh Muhammad Said bin Umar al Malaysia, KH
Ahmad Sanusi, Syekh Ahmad Shonhaji as-Singapuri dan nama lain, serta mengetahui
tafsir yang mereka persembahkan untuk umat Islam di Asia Tenggara. Kelebihan lain
ini juga menampilkan berbagai kitab tafsir dari berbagai bahasa di dunia. Dari mulai
Arab, Inggris, Prancis, Urdu, Parsi, Melayu, Indonesia, Jawa, Sunda dan sebagainya.

Dengan karyanya yang begitu banyak, bahkan dicetak di Mesir, negeri yang
dikenal dengan menara ilmu islam dan digunakan di almameternya, termasuk di Al-
Azhar dan Universitas Khartoum, Sudan, maka beliau layak dianggap penerus ulama
Nusantara di Hijaz (Jazirah Arab).

B. Karya-karyanya

Tradisi menulis dalam bahasa Arab tidak berakhir sampai awal abad ke-20,
atau era perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, namun terus berlanjut, tetapi
dari segi kuantitasnya amat sedikit. Karena belakangan, pengaruh dari kalangan ulama
modernis atau reformis begitu masif, sehingga kiai-kiai lebih senang menulis dalam
bahasa Indonesia, dan sebagian masih mempertahanknya dengan menggunakan Arab
pegon, dan yang sedikit itu antara lain adalah Gus Awis. Beliau merupakan sosok
yang termasuk masih mempertahankan tradisi ulama Nusantara, menulis dengan
bahasa Arab di era melenial ini. Karya yang pernah ditulis diantaranya:

1. Muhadarah fi Ilm Lughah al Ijtima’i (Dar Ulum al Lughawiyah, Surabaya,


2010)
2. Sosiolinguistik (UINSA Press, 2013)
3. Mawarid al Bayan fi Ulum al Qur’an (Lisan Arabi, 2014)
4. Safa al Lisaan fi I’rab al Qur’an (Lisan Arabi, 2015)
5. al-Syamil fi Balaghat al-Quran (3 jilid, 2019)
6. Irsyad al-Darisin ila Ijma’ al-Mufassirin, ‘Ilm al-Tafsir: Ushuluh wa
Manahijuhu (Lisan Arabi, 2019)
7. Jam’u al-‘Abir fi Kutub al-Tafsir (2 jilid, Lisan Arabi, 2019)

Selain diterbitan oleh Lisanul Arabi di Indonesia, buku-buku tersebut juga


diterbitkan di Mesir oleh Penerbit Daar As-Saalih dan Darun Nibros, serta beberapa
artikel di jurnal-jurnal berbahasa Arab di Indonesia, diantaranya Jurnal el Jadid dan
Jurnal LINGUA UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

C. Sistematika penulisan , metodologi tafsir


D. Isi kitab Safa al Lisaan fi I’rab al Qur’an

Dalam kitab ini menjelaskan tentang I’rob-irob dalam ayat-ayat al-Qur’an


yang mencangkup 3 surat, yaitu surat al-Fatihah, surat as-Sajadah, surat al-Insan.
berikut isinya :

1. Surat al-fatihah

ِ ‫أَ ُعوْ ُذ بِاهَّلل ِ ِمنَ ال َّش ْيطَا ِن الر‬


‫َّجي ِْم‬
ِ nِ‫) ٰ َمل‬٣(‫َّح ِيم‬
‫و ِم‬nۡ nَ‫ك ي‬n ِ ‫ر‬n‫) ٱلر َّۡح ٰ َم ِن ٱل‬٢( َ‫) ۡٱل َحمۡ ُد هَّلِل ِ َربِّ ۡٱل ٰ َعلَ ِمين‬١( ‫َّح ِيم‬ ِ ‫بِ ۡس ِم ٱهَّلل ِ ٱلر َّۡح ٰ َم ِن ٱلر‬
َ‫ ٱلَّ ِذينَ أَ ۡن َعمۡ ت‬nَ‫ ٰ َرط‬n‫ص‬ِ )٦(‫تَقِي َم‬n‫ ۡٱل ُم ۡس‬nَ‫ ٰ َرط‬n‫ٱلص‬
ِّ ‫ٱه ِدنَا‬ ۡ )٥( ُ‫ك ن َۡستَ ِعين‬ َ ‫ك ن َۡعبُ ُد َوإِيَّا‬
َ ‫) إِيَّا‬٤(‫ٱلدِّي ِن‬
ِ ‫َعلَ ۡي ِهمۡ غ َۡي ِر ۡٱل َم ۡغضُو‬
.)٧( َ‫ب َعلَ ۡي ِهمۡ َواَل ٱلضَّٓالِّين‬
‫َّجي ِْم‬ ِ َ‫أَ ُعوْ ُذ بِاهَّلل ِ ِمنَ ال َّش ْيط‬
ِ ‫ان الر‬
pada lafadz a’udzu kedudukannya menjadi fi’il mudhori dan fa’il nya
dhomir mustatir taqdirnya anaa. Pada lafadz billah kedudukannya Jar majrur
huruf ba berupa huruf Jar dan lafadz Allah (al-Jalalah) berupa lafadz yang di
Jar-kan (Majrur) pada huruf ba. Lafadz Min berupa huruf Jar dan lafadz as-
Syaithon berupa lafadz yang di Jar-kan (Majrur). Lafadz ar-Rojiym berupa
na’at pada lafadz as-Syaithon.
‫بِ ۡس ِم ٱهَّلل ِ ٱلر َّۡح ٰ َم ِن ٱل َّر ِح ِيم‬
Lafadz Bismillah berupa susunan Jar Majrur terdiri dari huruf ba dan
lafadz Ismi. Lafadz Allah (al-Jalalah) berupa mudhof ilaih kepada Majrur
(lafdzu ismi) yang kedua karena termasuk isim mufrod. Lafadz ar-Rohman
berupa na’at lafadz Allah (al-Jalalah) dan ar-Rohiym berupa na’at keduanya.
َ‫ۡٱل َحمۡ ُد هَّلِل ِ َربِّ ۡٱل ٰ َعلَ ِمين‬
Lafadz alhamdu berupa mubtada yang dibaca rofa termasuk isim
mufrod, lafadz lillah berupa susunan jar majrur huruf lam berupa huruf jar
dan lafadz Allah (al-Jalalah) berupa majrur-nya susunan ini menjadi khobar-
nya mubtada (Lafadz alhamdu). Lafadz Robbi berupa na’at pada lafadz lillahi
dan juga mudhof sedangkan lafadz al-‘aalamina berupa mudhof ilahi termasuk
isim jama’ mudzakarissalim.
ِ ‫ٱلر َّۡح ٰ َم ِن ٱلر‬
‫َّح ِيم‬
Lafadz ar-Rahman berupa na’at majrur pada lafadz lillah dan lafadz
ar-Rohiym berupa na’at majrur kedua.
ِ ِ‫ٰ َمل‬
‫ك يَ ۡو ِم ٱلدِّي ِن‬
Lafadz maalik berupa na’at ketiga pada lafadz Allah (al-Jalalah)
termasuk isim mufrod dan pula sebagai mudhof. Lafadz yaumi menjadi
mudhof ilaih dan selaku mudhof juga untuk lafadz sesudahnya yaitu lafadz
ad-Diin berupa mudhof ilaih termasuk isim mufrod.
ُ‫إِيَّاكَ ن َۡعبُ ُد َوإِيَّاكَ ن َۡستَ ِعين‬
Lafadz Iyyaka berupa dhomir munfashil mabni fathah kedudukannya
sebagai maf’ul bih yang diawalkan. Lafadz na’budu berupa fi’il mudhori yang
dibaca rofa sepi dari amil nawasib dan jazem, fa’il nya berupa dhomir
mustatir nahnu. Kemudian wa berupa huruf athof mabni fathah. Lafadz
Iyyaka berupa dhomir munfashil mabni fathah kedudukannya sebagai maf’ul
bih yang diawalkan, lafadz nasta’in berupa fi’il mudhori yang dibaca rofa sepi
dari amil nasob dan jazem, fa’il-nya berupa dhomir mustatir nahnu.
‫ٱلصِّرطَ ۡٱل ُم ۡستَقِي َم‬
َٰ ۡ
‫ٱه ِدنَا‬
Lafadz ihdina berupa fi’il amr yang membuang huruf illat karena
termasuk fi’il mu’tal, fa’il-nya berupa dhomir mustatir anta, dan lafadz naa
berupa dhomir mutashil mabni sukun pada kedudukan nasob dan sebagai
maf’ul bih. Lafadz as-Shirot isim yang dibaca nasob dan sebagai maf’ul bih
kedua dari lafadz ihdi, sedangkan lafadz al-Mustaqiym berupa na’at dari
lafadz as-Shirot yang dibaca nasob karena termasuk isim mufrod.
ِ ‫ ٱلَّ ِذينَ أَ ۡن َعمۡ تَ َعلَ ۡي ِهمۡ غ َۡي ِر ۡٱل َم ۡغضُو‬nَ‫ص ٰ َرط‬
َ‫ب َعلَ ۡي ِهمۡ َواَل ٱلضَّٓالِّين‬ ِ
Lafadz Shirot menjadi badal dari lafadz as-Shirot (badal kul min kul;
penganti seluruh dari keseluruhan) di baca nasob termasuk isim mufrod dan
sebagai mudhof. Lafadz al-Ladzina berupa isim maushul tetap fathahnya dan
kedudukannya sebagai mudhof ilaih. Lafadz an’amta berupa fi’il madhi
mabniy sukun dan Taa berupa dhomir muttashil kedudukannya sebagai fa’il
dari lafadz an’amta. Kemudian lafadz ‘alaihim menjadi jar majrur, huruf ‘ala
berupa huruf jer dan him berupa dhomir muttasil yang menjadi majrur. Lafadz
ghoiri berupa na’at majrur pada lafadz al-ladziyna dan sebagaim mudhof,
lafadz al-maghdlubi berupa mudhof ilaih yang dibaca jar (majrur). Lafadz
‘alaihim menjadi jar majrur, huruf ‘ala berupa huruf jer dan him berupa
dhomir muttasil yang menjadi majrur dan majrur pada kedudukan na’ibul
fa’il untuk isim maf’ul lafadz al-maghdlubiy. Huruf wa sebagai huruf athof dal
huruf Laa sebagian huruf tambahan untuk menguatkan ma’na nafiy dan lafadz
al-dloolliyn isim ma’thuf pada lafadz al-maghdlubiy ‘alaihim yang dibaca jar
dan tanda jar-nya huruf ya karena bahwasannya isim jamak mudzakar salim.
2. Surat as-sajdah
‫ق‬ َ nُ‫) أَمۡ يَقُولُونَ ۡٱفت ََر ٰى ۚهُ بَ ۡل ه‬٢( َ‫ب فِي ِه ِمن رَّبِّ ۡٱل ٰ َعلَ ِمين‬
ُّ n‫و ۡٱل َح‬n َ ‫ب اَل َر ۡي‬ ِ َ‫َنزي ُل ۡٱل ِك ٰت‬
ِ ‫) ت‬١(‫ا ٓل ٓم‬
‫ق‬ ٖ ‫ ا َّمٓا أَت َٰىهُم ِّمن نَّ ِذ‬nn‫ ِذ َر قَ ۡو ٗم‬nn‫ك لِتُن‬
َ nnَ‫) ٱهَّلل ُ ٱلَّ ِذي خَ ل‬٣( َ‫ ُدون‬nnَ‫كَ لَ َعلَّهُمۡ يَ ۡهت‬nnِ‫ير ِّمن قَ ۡبل‬ َ ِّ‫ِمن َّرب‬
‫ا لَ ُكم ِّمن دُونِ ِهۦ‬nn‫ش َم‬ ۡ n‫ى َعلَى ۡٱل َع‬nٰ ‫تَ َو‬n ‫ٱس‬
ِ ۖ ‫ر‬n ۡ ‫ض َو َما بَ ۡينَهُ َما فِي ِستَّ ِة أَي َّٖام ثُ َّم‬ َ ‫ت َوٱأۡل َ ۡر‬ِ ‫ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
‫أۡل‬ َّ َ‫ َر ِمن‬n ۡ‫ َدبِّ ُر ٱأۡل َم‬n ُ‫) ي‬٤( َ‫يع أَفَاَل تَتَ َذ َّكرُون‬
‫ ُر ُج‬n‫ض ثُ َّم يَ ۡع‬ِ ‫ َمٓا ِء إِلَى ٱ َ ۡر‬n ‫ٱلس‬ ٍ ۚ ِ‫ِمن َولِ ٖ ّي َواَل َشف‬
‫ ُز‬n‫ ٰهَ َد ِة ۡٱل َع ِزي‬n‫ٱلش‬
َّ ‫ب َو‬ ِ ‫ك ٰ َعلِ ُم ۡٱلغ َۡي‬َ nِ‫) ٰ َذل‬٥( َ‫ ُّدون‬n‫ن َٖة ِّم َّما تَ ُع‬n‫إِلَ ۡي ِه فِي يَ ۡو ٖم َكانَ ِم ۡقدَا ُر ٓۥهُ أَ ۡلفَ َس‬
‫اآلية‬......)٦(‫حي ُم‬ ِ ‫ٱل َّر‬
)٢( َ‫ب فِي ِه ِمن رَّبِّ ۡٱل ٰ َعلَ ِمين‬ َ ‫ب اَل َر ۡي‬ ِ َ‫َنزي ُل ۡٱل ِك ٰت‬
ِ ‫) ت‬١(‫ا ٓل ٓم‬
.
Lafadz alif Lam Min berupa huruf pemisah kedudukannya rofa sebagai
mubtada. Lafadz tanzilu berupa khobar-nya mubtada dibaca rofa juga sebagai
mudhof, al-Kitabi berupa mudhof ilaih yang dibaca jar termasuk isim mufrod.
Huruf Laa berupa nafiyah jinsiyah, lafadz Roiba berupa isim laa nafiyah pada
tempat nasob, lafadz Fiihi berupa jar majrur, lafadz min robbi al-‘aalamiyna
berupa jar majrur juga mudhof dan mudhof ilahi karena termasuk jamak
mudzakar salim.
ُّ ‫أَمۡ يَقُولُونَ ۡٱفت ََر ٰى ۚهُ بَ ۡل هُ َو ۡٱل َح‬
ٖ ‫ ا َّمٓا أَت َٰىهُم ِّمن نَّ ِذ‬n‫ق ِمن َّربِّكَ لِتُن ِذ َر قَ ۡو ٗم‬
ۡ‫كَ لَ َعلَّهُم‬nnِ‫ير مِّن قَ ۡبل‬
)٣( َ‫يَ ۡهتَ ُدون‬
Lafadz am berupa istifham yang memiliki makna pemogokan dan
istifham untuk hal yang ingkar, tetap mahalnya dan tandanya sukun. Lafadz
yaquuluun berupa fi’il mudhori yang dibaca rofa sepi dari ‘amil nasob dan
jazem tanda rofa-nya tetapnya nun diakhir lafadz karena termasuk af’alul
khomsah dan fa’il-nya berupa wawul jama’ah dhomir muttashol. Lafadz
iftaroohu berupa fi’il madhi dan fa’il-nya berupa dhomir mustatir huwa dan
Ha berupa dhomir muttasil kedudukannya sebagai maf’ul bih dibaca nasab.
Lafadz Bal berupa huruf permulaan yang memiliki makna “akan tetapi”,
lafadz Huwa berupa dhomir munfashil tetap fathah-nya pada kedudukan rofa
sebagai mubata. Lafadz al-haqqu berupa khobar yang dibaca rofa tandanya
dhommah jelas karena bahwasannya termasuk isim mufrod. Lafadz min
robbika berupa jar majrur juga mudhof dan mudhof ilaih. Lafadz litandzhuru
berupa fi’il mudhori yang kemasukan ámil nasob berupa lam ta’lil dibaca
nasob dan fa’il-nya berupa dhomir mustatir anta. Lafadz qowman berupa
maf’ul bih, lafadz maa berupa huruf nafyi, lafadz ataahum berupa fi’il madhi
tetap fathah tandanya alif dikira2 dan lafadz hum berupa dhomir munfashil
berupa maf’ul bih. Huruf min berupa huruf tambahan, lafadz nadziriin berupa
majrur secara lafadz dibaca rofa secara kedudukan karena sebagai fa’il-nya
lafadz ataahum. Lafadz min qoblika berupa jar majrur juga mudhof dan
mudhof ilahi. Lafadz la’allahum berupa hurus menyerupai fi’il dan Hum
berupa dhomir muttashil kedudukan nasab termasuk isim la’alla. Lafadz
yahtadun berupa fi’il mudhori yang dibaca rofa, fa’il-nya berupa dhomir
muttasil wawil jamaah.
ۡ n‫ى َعلَى ۡٱل َع‬nٰ ‫ٱست ََو‬
ِ ۖ ‫ر‬n
‫ا‬nn‫ش َم‬ ۡ ‫ض َو َما بَ ۡينَهُ َما فِي ِستَّ ِة أَي َّٖام ثُ َّم‬ َ ‫ت َوٱأۡل َ ۡر‬ َ َ‫ٱهَّلل ُ ٱلَّ ِذي خَ ل‬
ِ ‫ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
)٤( َ‫يع أَفَاَل تَتَ َذ َّكرُون‬
ٍ ۚ ِ‫لَ ُكم ِّمن دُونِ ِۦه ِمن َولِ ٖ ّي َواَل َشف‬
Lafadz Allāhullażī berupa mudtada dan khobar, lafadz khalaqas-
samāwāti berupa fi’il madhi, failnya dhomir mustatir, maf’ul bihnya lafadz
as-samāwāti, lafadz wal-arḍa berupa athof dan ma’thuf, lafadz wa mā
bainahumā berupa huruf athof dan isim maushul juga dzhorof makan yang
dibaca nasab juga sebagain mudhof, dhomir-nya sebagai mudhof ilaih, lafadz
fī sittati ayyāmin berupa jar majrur dan juga mudhofi dan mudhof ilahi, lafadz
ṡummastawā berupa huruf athof dan ma’thuf alaih juga fi’il madhi, fa’ilnya
dhomir mustatir, lafadz 'alal-'arsy berupa jar majrur, lafadz mā lakum min
dụnihī berupa ma huruf nafyi, lakum itu jar majrur dan min duunihi juga jar
majrur, lafadz miw waliyyiw wa lā syafī' berupa harfu jar, harfu nafy, harfu
istifham dan istifnaf, lafadz a fa lā tatażakkarụn berupa fi’il mudhori dhomir
muttasil sebagai failnya.
‫ن َٖة ِّم َّما‬n‫ فَ َس‬n‫ دَا ُرهُۥٓ أَ ۡل‬n‫ض ثُ َّم يَ ۡع ُر ُج إِلَ ۡي ِه فِي يَ ۡو ٖم َكانَ ِم ۡق‬ ‫أۡل‬ ‫أۡل‬
ِ ‫يُ َدبِّ ُر ٱ َمۡ َر ِمنَ ٱل َّس َمٓا ِء إِلَى ٱ َ ۡر‬
)٥( َ‫تَ ُع ُّدون‬
Lafadz Yudabbirul-amra berupa fi’il mudhori dhomir muttasil sebagai
failnya dan amra maf’ulbihnya. Lafadz minas-samā`I berupa jar majrur ilal-
arḍi berupa jar majrur, ṡumma berupa huruf athof ya'ruju berupa fi’il
mudhori ilaihi berupa jar majrur, fī yaumin berupa jar majrur kāna berupa
fi’il naqis miqdāruhū berupa isim kana dan juga mudhof, dhomir ha sebagai
mudhof ilaih nya alfa berupa khobar kana dan juga mudhof sanatim mudhof
ilaih nya mimmā huruf jar dan huruf mashdar, ta'uddụn berupa fi’il mudhori
fa’ilnya dhomir musttashil.
ِ ‫ب َوٱل َّش ٰهَ َد ِة ۡٱل َع ِزي ُز ٱلر‬
.)٦(‫َّحي ُم‬ ِ ‫ك ٰ َعلِ ُم ۡٱلغ َۡي‬
َ ِ‫ٰذَل‬
Lafadz żālika itu isim isyaroh juga menjadi mubtada, lafadz 'ālimul-
gaibi menjadi idhofah sekaligus susunan khobar, lafadz wa itu athof sy-
syahādati itu ma’thuf alaih, lafadz al-'azīzur-raḥīm itu khobar kedua dan
khobar ketiga.
3. Surat al-Insan
َ ٰ ِ ‫ا ٱإۡل‬nnَ‫) إِنَّا َخلَ ۡقن‬١( n‫ ۡيئًا َّم ۡذ ُكو ًرا‬n‫ َّد ۡه ِر لَمۡ يَ ُكن َش‬n‫ين ِّمنَ ٱل‬
‫نَ ِمن‬n‫نس‬ ٞ ‫ه َۡل أَت َٰى َعلَى ٱإۡل ِ ن ٰ َس ِن ِح‬
‫اآلية‬.....)٢( n‫صي ًرا‬ ِ َ‫اج نَّ ۡبتَلِي ِه فَ َج َع ۡل ٰنَهُ َس ِمي ۢ َعا ب‬ َ ۡ
ٖ ‫نُّطفَ ٍة أمۡ َش‬
)١( ‫ش ۡيئًا َّم ۡذ ُكورًا‬ َ ‫ين ِّمنَ ٱل َّد ۡه ِر لَمۡ يَ ُكن‬ٞ ‫ه َۡل أَت َٰى َعلَى ٱإۡل ِ ن ٰ َس ِن ِح‬
Lafadz Hal itu huruf istifham, atā itu fi’il madhi, 'alal-insāni itu jar
majrur, ḥīnum itu failnya lafadz atā, minad-dahri itu jar majrur, lam itu huruf
nafyi (amil jazm), yakun itu fi’il mudhori naqis jazm fa’ilnya dhomir mustatir,
syai`am itu khobarnya yakun, mażkụrān itu na’at.
ِ َ‫اج نَّ ۡبتَلِي ِه فَ َج َع ۡل ٰنَهُ َس ِمي ۢ َعا ب‬
‫صيرًا‬ َ ۡ ‫ۡ إۡل‬
ٖ ‫إِنَّا َخلَقنَا ٱ ِ ن ٰ َسنَ ِمن نُّطفَ ٍة أمۡ َش‬
Lafadz innā itu huruf yang menyerupai fi’il, naa itu dhomir muttashil,
khalaqna itu fi’il madhi failnya dhomir muttashil, al-insāna itu maf’ulbihnya,
min nuṭfatin itu jar majrur, amsyājin itu na’at, nabtalīhi itu fi’il mudhori
fa’ilnya dhomir mustatir, dan ha maf’ul bihnya, fa itu huruf athof, ja’alnāhu
itu fi’il mudhori fa’ilnya dhomir muttasil na dan mafu’ul bihnya dhomir
muttashil ha, samī’an itu maf’ul bih kedua baṣīrān itu maf’ul bih ketiga.

Anda mungkin juga menyukai