Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ULUMUL QUR’AN

BENTUK-BENTUK I’JAZ
Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Ulumul Qur’an

Dosen pengampu : Ruaedah, S.Th.I, M.A.

Disusun oleh:

Kelompok 11

Farah Rihadatil ‘Aisy (22211935)


Fitri Fatimah Azsyahra (22211941)
Hanin Amira Azka (22211946)
Hilma Shabrina jamiilah (22211951)

Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir


Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta
Tahun Ajaran 1444 H/2023 M

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami ucapkan kepada


Allah Ta’ala atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Adapun
dalam penulisan makalah ini, materi yang akan dibahas
adalah “Bentuk-bentuk I’jaz Al-Qur’an”.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan penulisan makalah
ini.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu menyusun makalah ini,
khususnya kepada dosen pembimbing kami ibu Ruaedah,
S.Th.I, M.A.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua dan dapat menambah wawasan kita dalam
mempelajari “ulumul qur’an” serta dapat digunakan
sebagaimana mestinya.

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ijaz (kemukjizatan) adalah menetapkan kelemahan.
Kelemahan menurut pengertian umum ialah ketidakmampuan
mengerjakan sesuatu,lawan dari qudrah (potensi, power,
kemampuan). Apabila kemukjizatan muncul, maka nampaklah
kemampuan mu’jiz (sesuatu yang melemahkan). Yang dimaksud
dengan ijaz dalam pembahasan ini ialah menampakkan kebenaran
Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul, dengan
menampakkan kelemahan orang Arab untuk menghadapi
mukjizatnya yang abadi, yaitu Al-Qur'an, dan kelemahan
generasi-generasi sesudah mereka.1
Adapun mu'jizat (mukjizat) adalah sesuatu hal luar biasa yang
disertai tantangan dan selamat dari perlawanan. Al-Qur'an Al-
Karim digunakan Nabi untuk menantang orang-orang Arab tetapi
mereka tidak sanggup menghadapinya, padahal mereka
sedemikian tinggi tingkat fasahah dan balagah-nya. Hal ini tiada
lain karena Al-Qur'an adalah mukjizat.2
Kemukjizatan Al-Qur'an bagi bangsa-bangsa lain tetap
berlaku di sepanjang zaman dan akan selalu ada dalam posisi
tantangan yang tegar.
Misteri-misteri alam yang disingkap oleh ilmu pengetahuan
modern hanyalah sebagian dari fenomena hakikat-hakikat tinggi

3
yang terkandung dalam misteri alam wujud yang merupakan
bukti bagi eksistensi Pencipta dan Perencananya. Dan inilah apa
yang dikemukakan secara global atau diisyaratkan oleh Al-
Qur'an. Dengan demikian, Al-Qur'an tetap merupakan mukjizat
bagi seluruh umat manusia.

‫استَ َج َار َك فَاَ ِج ْرهُ َحىّٰت يَ ْس َم َع َك ٰل َم ال ٰلّه‬ ِ ِ


ْ َ ‫َوا ْن اَ َح ٌد ِّم َن الْ ُم ْش ِركنْي‬
”Dan jika di antara kaum musyrikin ada yang meminta
perlindungan kepadamu, maka lindungilah agar dia dapat
mendengar firman Allah.” (At-Taubah : 6)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu I’jaz Lughowi ?
2. Apa itu I’jaz Ilmi ?
3. Apa itu I’jaz Tasyri’i ?
4. Apa itu I’jaz ‘Adadi ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui I’jaz Lughowi.
2. Mengetahui I’jaz Ilmi.
3. Mengetahui I’jaz Tasyri’i.
4. Mengetahui I’jaz ‘Adadi.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. I’jaz Lughowi (Kemukjizatan dari Segi Bahasa)
Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab. Dan bahasa
Arab sendiri mempunyai keistimewaan. Bahasa Arab adalah
bahasa yang kaya akan kosa kata dan sinonimnya.3 Al-Qur’an
diturunkan dalam bahasa Arab, seperti disebutkan dalam surat
Yusuf ayat 2 :

‫اِنَّٓا اَْنَزلْنٰهُ ُق ْراٰنًا َعَربِيًّا لَّ َعلَّ ُك ْم َت ْع ِقلُ ْو َن‬

“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an


dengan berbahasa Arab, agar kamu mengerti.”
(QS. Yusuf [12]: 2).
Susunan gaya bahasa dalam Al-Qur’an Karim tidak bisa
disamai oleh apapun. Al-Qur’an bukan susunan syair dan
bukan pula susunan prosa.4 Hal itu telah dibuktikan oleh
tokoh-tokoh sastra dan para ahli pidato, seperti Walid bin
Mugirah, Utbah bin Rabi’ah, dan sastrawan lain yang
terkenal.5

3
Ahmad Sarwat, Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir (Jakarta Selatan: Rumah Fiqih
Publishing, 2021), h.157-158.
4
Eva Novita, “Al-I’jaz Al-Balaghi Pada Surat Al-Qiyamah” (Institut Ilmu Al-
Qur’an, 2011), h.109. Prosa adalah satu jenis dari satra yang bersifat naratif dengan
menceritakan suatu cerita rekaan, khayalan, dan tidak bersifat asl.(Referensi)
5
Muhammad Ali Ash-Shaabuuniy, Studi Ilmu Al-Qur’an (Bandung: CV
Pustaka Setia, 1998), h.138.

5
Menurut Sa'ad ad-din as-sayyid Shâlih, kemukjizatan
bahasa terdiri dari :
1. Uslub (gaya bahasa) yang menyalahi atau keluar dari
aturan dan kebiasaan yang berlaku pada saat itu berkaitan
dengan metode yang digunakan maupun bentuk atau
struktur kalimatnya seperti dalam syair dan prosa.
2. Penempatan lafazh yang tepat.
3. Kesesuaian antar ayat dan surat.
4. Ijaz atau ungkapan yang singkat bisa mencakup makna
yang luas.
5. Ijaz atau ungkapan yang singkat bisa mencakup makna
yang luas.
6. Pembicaraan yang sesuai untuk semua kalangan, baik
yang awam maupun yang terpelajar.6
Para ahli bahasa Arab telah menekuni ilmu bahasa ini
dengan segala variasinya sejak bahasa itu tumbuh.7 Setelah
bahasa mereka menjadi lebih kuat, mereka menjadi orang-
orang hebat yang memberikan banyak bantuan dan
memperlihatkan puisi maupun prosa, hikmah maupun kata-
kata perumpamaan, dengan dibantu oleh penjelasan dengan
rangkaian kata-katanya yang menyihir, hakikat dan majaz,
ijaz dan ithnab8.9

6
Novita, “Al-I’jaz Al-Balaghi Pada Surat Al-Qiyamah,” h.112.
7
Fathurrahman Rauf, “I’jaz Al-Qur’an Al-Lughawi Menguak Mukjizat Gaya
Bahasa Al-Qur’an” 12, no. 3 (2006): h.202.
8
Ithnab adalah menambahkan lafadz melebihi atas maknanya karena suatu
faidah atau tujuan.
9
Manna’ Al-Qatthan, Dasar-Dasar Ilmu Al-Qur’an (Jakarta Timur: Ummul
Qura, 2020), h.419.

6
Dipilihnya bahasa Arab untuk bahasa Al-Qur'an,
disebabkan bahasa ini memiliki banyak keistimewaan
dibanding bahasa-bahasa lain. Keistimewaan bahasa Arab
antara lain terletak pada aspek pembentukan huruf,
pembentukan kata, pembentukan kalimat, bunyi ucapan,
langgam bacaan, dan kekayaan maknanya. Selain itu, bahasa
Arab juga memiliki sentuhan emosional bagi semua orang,
meskipun tidak mampu berbahasa Arab.10
Dengan demikian, Al-Qur'an dengan bahasa Arab
mengandung keserasian dalam bentuk huruf, pembentukan
kata, susunan kalimat, sistematika pembahasan, bunyi
langgam, keindahan sastra, dan kandungan makna.11 Generasi
demi generasi para ahli bahasa Arab silih berganti, tapi
kemukjizatan bahasa Al-Qur'an tetap tertanam kuat.
Kemukjizatan bahasa ini akan tetap bertahan hingga hari
pembalasan kelak.12
B. I’jaz Ilmi (Kemukjizatan dari Segi Pengetahuan)
Segi lain dari kemu'jizatan Al-Qur'an selain lughawinya,
adalah isyarat isyarat yang rumit terhadap sebagian ilmu
pengetahuan alam telah disinggung Al-Qur'an sebelum
pengetahuan itu sendiri sanggup menemukannya. Kemudian
terbukti bahwa Al-Qur'an sama sekali tidak bertentangan
dengan penemuan-penemuan baru yang didasarkan penelitian
ilmiah. Hal ini telah diisyaratkan dalam firmanNya:
10
Moh.Ali Aziz, Mengenal Tuntas Al-Qur’an (Surabaya: Imtiyaz Surabaya,
2012), h.130.
11
Aziz, Mengenal Tuntas Al-Qur’an, h.130.
12
Al-Qatthan, Dasar-Dasar Ilmu Al-Qur’an, h.420.

7
ُّ ۗ َ‫اق َويِف ْٓي اَْن ُف ِس ِه ْم َحىّٰت َيتََبنَّي َ هَلُ ْم اَنَّهُ احْل‬
ْ‫ق اََومَل‬
ِ َ‫سنُ ِري ِهم اٰيٰتِنَا ىِف ااْل ٰف‬
ْ ْ َ
‫ك اَنَّه َع ٰلى ُك ِّل َش ْي ٍء َش ِهْي ٌد‬ ِ ‫يك‬
َ ِّ‫ْف بَِرب‬ َ
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda
(kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka
sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu
adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu
menjadi saksi atas segala sesuatu?” (Q.S Fushshilat : 53).13
Kita yakin bahwa al-Qur'an bukan buku psikologi, tentang
eksak maupun fisika, tetapi kitab hidayah dan irsyad, kitab
tasyri' dan ishlah. Namun demikian ayat-ayatnya memuat
isyarat-isyarat yang cukup mendalam dan pelik dalam soal
sosiologi, kedokteran dan antropologi, yang mana hal tersebut
menunjukkan keberadaannya sebagai mu'jizat dan wahyu
Allah.14
Berikut ini sebagian tentang pembuktian ilmiah, yang
dinukil dari kitab "Ruh Al-Din Al-Islami" oleh Ustadz Afif
Thabarah:
1. Kesatuan Alam
Teori ilmu pengetahuan modern telah membuktikan
bahwa bumi adalah salah satu dari sekumpulan planet yang
telah memisah darinya dan membeku sehingga cocok untuk
dihuni oleh manusia. Teori ini didukung oleh adanya gunung

13
Agil Husin Al-Munawar and Masykur Hakim, I’jaz Al-Qur’an Dan
Metodologi Tafsir (Semarang: Dina Utama Semarang, 1994), h.12.
14
Al-Munawar dan Hakim, I’jaz Al-Qur’an Dan Metodologi Tafsir, h.12.

8
berapi yang memuntahkan lahar panas teori ini tepat sekali
dengan ayat:

‫ٰه َم ۗا‬
ُ ‫ض َكا َنتَا َر ْت ًقا َف َفَت ْقن‬
ِ َّ ‫اَومَل ير الَّ ِذين َك َفر ْٓوا اَ َّن‬
َ ‫الس ٰم ٰوت َوااْل َْر‬ ُ َ ْ ََ ْ َ
‫َو َج َع ْلنَا ِم َن الْ َماِۤء ُك َّل َش ْي ٍء َح ۗ ٍّي اَفَاَل يُْؤ ِمُن ْو َن‬

“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa


langit dan bumi keduanya dahulunya menyatu, kemudian
Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka
tidak beriman?” (Q.S Al-Anbiya:30).15
2. Terjadinya Perkawinan Tiap-Tiap Benda.
Orang-orang berkeyakinan bahwa perkawinan (antara
laki-laki dan perempuan) itu hanya berlaku pada dua jenisnya
itu, manusia dan hewan. Kemudian datang ilmu pengetahuan
modern dan menetapkan bahwa perkawinan itu terjadi pula
pada tumbuh-tumbuhan dan benda-benda (mati). Bahkan
pada tiap-tiap benda yang ada di alam ini, juga terjadi
perkawinan. Demikian pula atom, terdapat proton dan netron,
yang masing-masing diistilahkan sebagai laki-laki dan
wanita. Penemuan ini sebenarnya telah didahului oleh Al-
Qur'an :

‫َو ِم ْن ُك ِّل َش ْي ٍء َخلَ ْقنَا َز ْو َجنْي ِ لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكُر ْو َن‬

15
Al-Munawar and Hakim, I’jaz Al-Qur’an Dan Metodologi Tafsir, h.13.

9
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar

kamu mengingat (kebesaran Allah)” (Q.S Al-Zariyat : 49).16


3. Perbedaan Sidik Jari Manusia.
Pada tahun 1884 M di Ingris, telah digunakan cara untuk
mengenali seseorang lewat sidik jarinya. Kemudian cara ini
diikuti pula oleh setiap negara. Karena disebabkan bahwa
kulit jari-jari memiliki garis-garis yang berbeda-beda
bentuknya, dan garis-garis itu tidak akan berubah. Berbeda
dengan garis-garis tubuh yang lainnya, maka garis-garis jari
ini setiap orang pasti berbeda dengan yang lainnya. Tidak
ada yang hampir sama atau serupa. Firman Allah SWT:

ِ
ُ‫ب اِإل نْ َسا ُن الَّ ْن جَتْ َم َع عظَ َامه‬
ُ ‫احَيْ َس‬

‫ين َعلَى ان تسوي َبنَانَة‬ ِِ


َ ‫َبلَى قَادر‬
“Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan
mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?. (Bahkan) Kami
mampu menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna”.
(Q.S Al- Qiyamah : 3-4).17
4. Berkurangnya Oksigen.
Sejak manusia mampu menyeruak ruang angkasa dengan pesawat,
maka pengamatan dan penelitian para ilmuan telah sampai pada
kesimpulan bahwa di angkasa oksigen itu berkurang. Ketika seorang
penerbnag meluncur tinggi ke langit, dadanya terasa sesak dan dia sulit
bernapas . Oleh karenanya para penerbang harus memakai oksigen
16
Al-Munawar and Hakim, I’jaz Al-Qur’an Dan Metodologi Tafsir, h.13.
17
Al-Munawar and Hakim, I’jaz Al-Qur’an Dan Metodologi Tafsir, h.14.

10
buatan saat mereka terbang dalam ketinggian 30.000 kaki lebih.
Penemuan ini sebenarnya telah disinggung oleh al-Qur'an jauh sebelum
manusia melakukan penerbangan, yaitu:
ِ ِِ ِ ٰ ِ
َ ‫ص ْد َره لاْل ْساَل ۚ ِم َو َم ْن يُِّر ْد اَ ْن يُّضلَّه جَيْ َع ْل‬
‫ص ْد َره‬ َ ‫فَ َم ْن يُِّرد اللّهُ اَ ْن َّي ْهديَه يَ ْشَر ْح‬

َّ ‫ص َّع ُد ىِف‬
‫الس َماۤ ۗ ِء‬ َّ َ‫ضِّي ًقا َحَر ًجا َكاَمَّنَا ي‬
َ
“Barangsiapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah
(petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam.
Dan barangsiapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya
sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit”. (Q.S
Al-An’am : 125).18
5. Khasiat Madu dan Daftar istilah.
Dari hasil penelitian laboratorium USA, bahwa dalam 100 Gr
madu terkandung : Zat glocose 34 %, fructose 1.9 %, suc rose 40 %.
Zat gula glucose dan fructose ini langsung diserap oleh usus tanpa
proses lagi. Mineral calsium sebagai pembentuk tulang dan gigi, dan
lain sebagainya. Teori modern tentang madu ini sesuai dengan ayat 69
surat An-Nahl:
ِ ‫هِن‬ ِۢ ۗ ِ ِ َ‫ت ف‬ِ ‫مُثَّ ُكلِي ِمن ُك ِّل الثَّم ٰر‬
ٌ ‫اسلُك ْي ُسبُ َل َربِّك ذُلُاًل ا خَي ُْر ُج م ْن بُطُْو َا َشَر‬
ٌ ‫اب خُّمْتَل‬
‫ف‬ ْ َ ْ ْ
‫اَلْ َوانُه‬

ۖ‫ك اَل ٰيَةً لَِّق ْوٍم يََّت َف َّكُر ْو َن‬ ِ ِ ۗ ‫فِي ِه ِشفاۤء لِّلنَّا‬
َ ‫س ا َّن يِف ْ ٰذل‬
ِ ٌَ ْ
“Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan
tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut

18
Al-Munawar and Hakim, I’jaz Al-Qur’an Dan Metodologi Tafsir, h.14-15.

11
lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya,
di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (Q.S An-
Nahl : 69).19
6. Asal Kejadian Kosmos.
Firman Allah Swt :

ِ ‫الس َماِۤء َو ِهي ُد َخا ٌن َف َق َال هَلَا َولِاْل َْر‬


‫ض اْئتِيَا طَ ْو ًعا اَْو َك ْر ًه ۗا‬ ِ‫ى ا‬
ٓ ‫اسَت ٰو‬
َ َّ ‫ىَل‬ ْ َّ‫مُث‬
ِ
َ ‫قَالَتَٓا اََتْينَا طَاۤ ِٕىعنْي‬
“Kemudian Dia menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa
asap, lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, “Datanglah
kamu berdua menurut perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa.”
Keduanya menjawab, “Kami datang dengan patuh.”. (Q.S
Fussilat : 11).20
Ayat ini merupakan penguat dari pendapat-pendapat tentang
kejadian alam ini. Seperti Jean, seorang ahli astronomi
mengatakan bahwa alam ini pada mulanya adalah gas yang
berserakan secara teratur di angkasa luas, sedangkan kabut-kabut
atau kosmos-kosmos itu tercipta dari gas-gas tersebut yang
memadat.21
7. Penyerbukan Dengan Angin.
Ilmu pengetahuan modern menetapkan bahwa angin bisa
memindahkan serbuk jantan pada serbuk betina pada pohon
19
Al-Munawar and Hakim, I’jaz Al-Qur’an Dan Metodologi Tafsir, h.15.
20
Al-Munawar and Hakim, I’jaz Al-Qur’an Dan Metodologi Tafsir, h.15.
21
Al-Munawar and Hakim, I’jaz Al-Qur’an Dan Metodologi Tafsir, h.15.

12
kurma, tin dan pohon-pohon lain yang berbuah. Hal ini telah
dibicarakan Al-Qur'an dalam firman-Nya:

‫الس َماِۤء َماۤءً فَاَ ْس َقْيٰن ُك ُم ْو ۚهُ َو َمٓا اَْنتُ ْم لَه‬


َّ ‫الريٰ َح لََواقِ َح فَاَْنَزلْنَا ِم َن‬
ِّ ‫َواَْر َس ْلنَا‬
ِ ‫خِب‬
َ ‫َا ِزننْي‬
“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan
Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu
dengan (air) itu, dan bukanlah kamu yang menyimpannya.” (Q.S
Al-Hijr : 22).22
Dan banyak lagi lainya, seperti : Tentang sel-sel, pembagian atom
serta- manunggalnya alam (kosmos).23
C. I’jaz Tasyri’I (Kemukjizatan dari Segi Hukum)
Di dalam Al-Qur’an terkandung Ijaz yang berkaitan dengan
pensyariatan sesuatu hukum yaitu Ijaz Tasyrı’. I’jaz Tasyrı’ boleh
didefinisikan sebagai mukjizat yang menetapkan tentang undang-
undang dan hukum-hukum syariat Islam. Didalam Al-Qur’an terdapat
beberapa ayat yang menceritakan mengenai perundangan yang
bertujuan mendidik manusia supaya mengikut peraturan yang telah
ditetapkan dalam Al-Qur’an.24
Sepanjang sejarah peradaban umat, manusia selalu berusaha
membuat hukum-hukum yang mengatur sekaligus sebagai landasan
hidup mereka dalam kehidupan mereka. Namun demikian hukum-
hukum tersebut selalu diubah bahkan dihapuskan sesuai dengan tingkat

22
Al-Munawar and Hakim, I’jaz Al-Qur’an Dan Metodologi Tafsir, h.16.
23
Al-Munawar and Hakim, I’jaz Al-Qur’an Dan Metodologi Tafsir, h.16.
24
Nurul Mala Labiqoh and Azkia Salsa Tartila, “I’jaz Al-Qur’an Dalam Segi
Tasyri’ (Aqidah, Syariah, Dan Akhlak),” h.6.

13
kebutuhan dalam kehidupan sosial yang semakin rumit. Perkara ini tak
berlaku pada Al-Qur`an. Hukum-hukum Al-Qur`an selalu kontekstual
berlaku sepanjang hayat, dimanapun dan kapanpun karena Al-Qur`an
datang dari Zat yang Maha Adil lagi Bijaksana.25
Dalam menetapkan hukum Al-Qur`an menggunakan cara-cara
sebagai berikut :
1. Secara mujmal. Cara ini digunakan dalam banyak urusan ibadah
yaitu dengan menerangkan pokok-pokok hukum saja. Demikian pula
tentang mu’amalat badaniyah Al-Qur`an hanya mengungkapkan
kaidah-kaidah secara kuliyah. Sedangkan perinciannya diserahkan
pada as-Sunah dan ijtihad para mujtahid.
2. Hukum yang agak jelas dan terperinci. Misalnya hukum jihad,
undang-undang perang hubungan umat Islam dengan umat lain,
hukum tawanan dan rampasan perang. Seperti Q.S. At-Taubah : 41 :
ِ ‫اِنِْفروا ِخ َفافًا َّوثَِقااًل َّوج‬
‫اه ُد ْوا بِاَْم َوالِ ُك ْم َواَْن ُف ِس ُك ْم يِف ْ َسبِْي ِل ال ٰلّ ِه ۗ ٰذلِ ُك ْم َخْيٌر لَّ ُك ْم‬ َ ُْ
‫اِ ْن ُكْنتُ ْم َت ْعلَ ُم ْو َن‬
“Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan
rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah.
Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
(Q.S At-Taubah : 41).26
3. Jelas dan terpeinci. Diantara hukum-hukum ini adalah masalah
hutang-piutang (Q.S. Al-Baqarah : 282). Tentang makanan yang
halal dan haram, (Q.S. An-Nisa : 29). Tentang sumpah (Q.S. An-
Nahl : 94). Tentang perintah memelihara kehormatan wanita,
25
Ibrahim, “I’Jaz al-Lughawi dan I’jaz al-Tasyri’i,” 2017.
26
Ibrahim, “I’Jaz al-Lughawi dan I’jaz al-Tasyri’i.”

14
diantara (Q.S. Al-Ahzab : 59). Dan perkawinan (Q.S. An-Nisa :
22).27

Yang menarik diantara hukum-hukum tersebut adalah bagaimana


Tuhan memformat setiap hukum atas dasar keadilan dan keseimbangan
baik untuk jasmani dan rohani, individu maupun sosial sekaligus
ketuhanan. Misalnya shalat yang hukumnya wajib bagi setiap muslim
yang sudah aqil-baligh dan tidak boleh ditinggalkan atau diganti dengan
apapun.28

Demikianlah karakteristik sekaligus rahasia hukum-hukum Allah


yang selalu menjaga keadilan dan keseimbangan baik individu, sosial,
dan ketuhanan yang tak mungkin manusia mampu menciptakan hukum
secara kooperatif dan holistik. Dan jarang sekali yang dapat mencapai
puncak dalam bidang-bidang tersebut kecuali mereka yang memusatkan
diri secara penuh dan mempelajarinya bertahun-tahun. Padahal
sebagaimana perintah Muhammad sang pembawa hukum tersebut
adalah seorang Ummy dan hidup pada kondisi di mana ilmu
pengetahuan pada masa kegelapan.29

D. I’jaz ‘Adadi (Kemukjizatan dari Segi Bilangan)


I’jaz ‘Adadi merupakan salah satu dari kemukjizatan Al-Qur’an.
I’jaz ’Adadi adalah kemampuan mukjizat yang dimiliki Al- Qur'an
dalam segi angka atau bilangan tertentu yang menyusunnya. Namun
i’jaz ‘adadi masih dibilang baru dibandingkan dengan i’jaz lain yang
terungkap. Jika melihat dari awal sejarahnya, i’jaz ‘adadi sudah mulai

27
Ibrahim, “I’Jaz al-Lughawi dan I’jaz al-Tasyri’i.”
28
Ibrahim, “I’Jaz al-Lughawi dan I’jaz al-Tasyri’i.”
29
Ibrahim, “I’Jaz al-Lughawi dan I’jaz al-Tasyri’i.”

15
terungkap pada masa kekuasaan Abd Al-Malik Marwan yang berusaha
menghitung huruf, ayat, dan surat dalam Al-Qur’an.30
Kajian ini kemudian berkembang dengan lahirnya para mufasir-
mufasir yang menulis setiap awal surat, selalu disebutkan jumlah huruf,
kata dan ayat dalam surat tersebut, seperti dalam Marah Labid karya
Muhammad Nawawi Al-Jawi dan berlanjut pada kajian huruf-huruf
muqaththaah, menurut para mufasir huruf-huruf muqaththaah
mempunyai keistimewaan dan keterhubungan dengan surat yang
didahuluinya.31
Setelah adanya penghitungan terhadap huruf, ayat dan surat dalam
Al- Qur’an tersebut, metode seperti ini berkembang dalam penjumlahan
dan penghitungan huruf, ayat dan surat dalam Al-Qur’an yang
penghitungan dan penjumlahannya dalam konteks mukjizat Al-Qur’an,
khususnya yang berkaitan dengan bilangan angka.32
Melihat fenomena angka 7 dan 19 dalam Al-Qur’an bukanlah
sebuah kebetulan, logika ilmiah dasar beranggapan bahwa suatu
kebetulan tidak mungkin selalu berulang dalam sebuah buku kecuali bila
si penulis buku tersebut telah mengurutkan tulisannya dengan sebuah
metode tertentu. Pembahasan mengenai i'jaz 'adadi dalam kajian 'Ulum
Al-Qur’an adalah pembahasan yang termasuk baru. Oleh itu, banyak
timbul pro dan kontra dengan terungkapnya i’jaz ‘adadi dalam Al-
Qur’an. Menanggapi pro dan kontra i’jaz ‘adadi ini, sebaiknya kita tidak
bersikap apriori ataupun cepat mengambil kesimpulan.33

30
Mustar, “I’Jaz ’Adadi (Kemukjizatan Angka 7 Dan 19 Dalam Al-Qur’an),”
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta 2011).
31
Mustar, “I’Jaz ’Adadi (Kemukjizatan Angka 7 Dan 19 Dalam Al-Qur’an).”
32
Mustar, “I’Jaz ’Adadi (Kemukjizatan Angka 7 Dan 19 Dalam Al-Qur’an).”
33
Mustar, “I’Jaz ’Adadi (Kemukjizatan Angka 7 Dan 19 Dalam Al-Qur’an).”

16
Menurut penulis, kedua kalangan Islam tersebut sama-sama
mempunyai tujuan yang baik yaitu menjaga Al-Qur’an. Kelompok yang
mendukung i’jaz ‘adadi, yaitu ingin membuktikan kemukjizatan Al-
Qur’an melalui mukjizat angka-angka yang terkandung di dalamnya,
sehingga pada akhirnya lahir satu kaidah dan metodologi yang baik,
terbebas daripada kesalahan. walaupun ijtihad itu tidak terlepas daripada
kesalahan, mudah-mudahan itu tetap dinilai sebagai satu kebaikan.34
Sejarah awal i’jaz ’adadi berawal dari penghitungan huruf, ayat dan
surat dalam al-Qur’an. Berawal dari kira-kira pada abad ketiga Hijriyah,
tepatnya pada pada masa kekuasaan Abd Al-Malik Marwan 685-705 M
seorang gubernur Baghdad. Pada masa ini penghitungan huruf, ayat,
surat dalam al-Qur’an dengan menggunakan biji gandum, dari
penghitungan tersebut diperoleh jumlah huruf, ayat, surat dalam Al-
Qur’an.35
Berikut ini adalah riwayat penghitungan tersebut. Diriwayatkan oleh
sebagian mereka bahwasanya ia ditanya: ”bagaimana kalian menghitung
huruf-huruf Al-Qur’an?” dia menjawab: ”dengan gandum”.
Diriwayatkan juga mereka menghitungnya selama empat bulan.
Menurut penduduk Madinah pertengahan Al-Qur’an itu pada surat al-
Kahfi, ketika Allah SWT berfirman: ma lam tastathi’ ’alayh shabran apa
yang telah membuat engkau tidak sabar QS. Al-kahf: 78. Bertanya
kepada mereka: ”beritahu aku huruf Al-Qur’an mana yang tengah-
tengah Al-Qur’an?” lantas mereka menghitung dan sepakat bahwa huruf
tengah-tengahnya pada surat al-Kahf, yaitu pada firman Allah SWT:
walyatalaththaf. Huruf ta’ pada setengah pertama al-Qur’an dan huruf

34
Mustar, “I’Jaz ’Adadi (Kemukjizatan Angka 7 Dan 19 Dalam Al-Qur’an).”
35
Mustar, “I’Jaz ’Adadi (Kemukjizatan Angka 7 Dan 19 Dalam Al-Qur’an).”

17
lam pada setengan terakhir Al-Qur’an. WAllahu a’lam bi al-
shawab...inilah hitungan surat, kata dan huruf Al-Qur’an.36
Penghitungan huruf, ayat dan surat dalam Al-Qur’an ini walaupun
dengan menggunkan metode yang sangat sederhana, tetapi sangat kecil
akan terjadi kesalahan dalam penghitungannya. Dikarenakan generasi
pada masa itu hanya mengacu pada satu mushaf yaitu mushaf Utsmani
serta seragam dalam rasm dan qira’ah-nya dan juga adanya kesamaan
metode penghitungan dan usaha seperti ini membuktikan perhatian
mereka sangat besar terhadap al-Qur’an, yang tidak mememahi al-
Qur’an sebagai hafalan saja melainkan juga al-Qur’an sebagai sebuah
teks tertulis yag harus dijaga.37
Fenomena i’jaz ’adadi sudah melewati sejarah yang panjang dalam
kajian ’ulum Al-Qur’an, khususnya dalam pemakaian 39 huruf dan kata
dengan jumlah tertentu yang diyakini memiliki rahasia di balik itu
semua. 39 Misalnya, kaum salaf generasi klasik telah memperhatikan
huruf-huruf muqaththa’ah pada permulaan sebagain surat dalam Al-
Qur’an yang dianggap memiliki makna atau hubungan tertantu dengan
surat yang didahuluinya. Namun tahapan ini baru mengisyaratkan
adanya i’jaz ’adadi tapi belum sampai pembuktian lebih lanjut. Mukjizat
dari segi angka yang berkaitan dengan pembuktian i’jaz ’adadi
dilakukan oleh beberapa tokoh yang mencurahkan perhatiannya untuk
mengungkap makna atau rahasia angka-angka yang terkandung di dalam
Al-Qur’an.38
Ada beberapa peneliti i’jaz ’adadi dalam Al-Qur’an di Indonesia,
terdapat nama Lukman Adul Qohar Sumabrata, Rosman Lubis dan
36
Mustar, “I’Jaz ’Adadi (Kemukjizatan Angka 7 Dan 19 Dalam Al-Qur’an).”
37
Mustar, “I’Jaz ’Adadi (Kemukjizatan Angka 7 Dan 19 Dalam Al-Qur’an).”
38
Mustar, “I’Jaz ’Adadi (Kemukjizatan Angka 7 Dan 19 Dalam Al-Qur’an).”

18
Fahmi Basya sebagai peneliti kajian ini. Dari kajian yang mereka
temukan ada beberapa model rumusan angka tertentu yang merujuk
kepada kemukjizatan al-Qur’an dari segi angka sebagaimana yang sudah
kita bahas.39

BAB III
39
Mustar, “I’Jaz ’Adadi (Kemukjizatan Angka 7 Dan 19 Dalam Al-Qur’an).”

19
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Ijaz (kemukjizatan) adalah menetapkan kelemahan. Kelemahan
menurut pengertian umum ialah ketidakmampuan mengerjakan
sesuatu,lawan dari qudrah (potensi, power, kemampuan). Al-
Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab. Dan bahasa Arab sendiri
mempunyai keistimewaan. Keistimewaan bahasa Arab antara
lain terletak pada aspek pembentukan huruf, pembentukan kata,
pembentukan kalimat, bunyi ucapan, langgam bacaan, dan
kekayaan maknanya.
2. Segi lain dari kemu'jizatan Al-Qur'an selain lughawinya, adalah
isyarat isyarat yang rumit terhadap sebagian ilmu pengetahuan
alam telah disinggung Al-Qur'an sebelum pengetahuan itu
sendiri sanggup menemukannya.
3. I’jaz Tasyrı’ boleh didefinisikan sebagai mukjizat yang
menetapkan tentang undang-undang dan hukum-hukum syariat
Islam. Didalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang
menceritakan mengenai perundangan yang bertujuan mendidik
manusia supaya mengikut peraturan yang telah ditetapkan
dalam Al-Qur’an.
4. I’jaz ‘adadi masih dibilang baru dibandingkan dengan i’jaz lain
yang terungkap. I’jaz ‘adadi sudah mulai terungkap pada masa
kekuasaan Abd Al-Malik Marwan yang berusaha menghitung
huruf, ayat, dan surat dalam Al-Qur’an.

DAFTAR PUSTAKA

20
Al-Munawar, Agil Husin, and Masykur Hakim. I’jaz Al-Qur’an Dan
Metodologi Tafsir. Semarang: Dina Utama Semarang, 1994.

Al-Qatthan, Manna’. Dasar-Dasar Ilmu Al-Qur’an. Jakarta Timur:


Ummul Qura, 2020.

Ash-Shaabuuniy, Muhammad Ali. Studi Ilmu Al-Qur’an. Bandung: CV


Pustaka Setia, 1998.

Aziz, Moh.Ali. Mengenal Tuntas Al-Qur’an. Surabaya: Imtiyaz


Surabaya, 2012.

Ibrahim. “I’Jaz al-Lughawi dan I’jaz al-Tasyri’i,” 2017.

Labiqoh, Nurul Mala, and Azkia Salsa Tartila. “I’jaz Al-Qur’an Dalam
Segi Tasyri’ (Aqidah, Syariah, Dan Akhlak).”

Mustar. “I’Jaz ’Adadi (Kemukjizatan Angka 7 Dan 19 Dalam Al-


Qur’an).” Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
(Jakarta 2011).

Novita, Eva. “Al-I’jaz Al-Balaghi Pada Surat Al-Qiyamah.” Institut


Ilmu Al-Qur’an, 2011.

Rauf, Fathurrahman. “I’jaz Al-Qur’an Al-Lughawi Menguak Mukjizat


Gaya Bahasa Al-Qur’an” 12, no. 3 (2006).

Sarwat, Ahmad. Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir. Jakarta Selatan: Rumah


Fiqih Publishing, 2021.

21

Anda mungkin juga menyukai