Anda di halaman 1dari 10

PETA KONSEP

Waqaf dan
Ibtida
Manfaat
Macam-macam Tanda-tanda
Mengetahui Ilmu Definisi Waqaf Definisi Ibtida'
Waqaf Waqaf
Waqaf

Waqaf Ikhtibari Waqaf Intizhari Waqaf Idhthirari Waqaf Ikhtiyari

Waqaf tamm

Waqaf kafi

Waqaf hasan

Waqaf qabih

Ilmu Waqaf dan Manfaat Mengetahui Ilmu Waqaf

Ilmu waqaf adalah ilmu untuk mengetahui tempat waqaf di dalam Al-Qur’an, mana
yang benar dan yang tidak benar.

Faedah atau manfaat ilmu waqaf adalah menjaga nash Al-Qur’an agar tidak ada
kata yang dikaitkan dengan selain rangkaiaan kata-katanya, sehingga bangunan
kata-katanya rusak dan maknanya berubah. Juga untuk menjaga nash Al-Qur’an
agar tidak memutuskan makna-makna yang saling terkait.
Definisi Waqaf

Dari segi bahasa waqaf berasal dari Bahasa Arab yakni waqafa, waqifu,
waqfan dari kata waqfan atau waqf berat diucapkan di lidah maka menjadi waqaf
untuk memudahkan bacaan, bahkan dalam Bahasa Indonesia menjadi waqaf. Dalam
kamus Bahasa Arab juga diartikan berdiri setelah duduk, berhenti setelah
berjalan, dan seterusnya. Jadi dalam bahasa waqaf sama dengan stop atau
berhenti setelah berjalan. Maksud waqaf disini adalah berhenti atau memutuskan
suara bacaan pada akhir kata, akhir kalimat, atau akhir ayat, karena keterbatasan
kekuatan panjang dan pendek napas seseorang atau dengan sengaja berhenti
karena ada tanda waqaf. Dari pengertian ini jelas bahwa waqaf adalah
menghentikan suara bacaan akhir kata, akhir kalimat, atau akhir ayat.

Penghentian ini disebabkan dua hal yaitu:

1. Tidak kuat nafas


Nafas manusia berbeda-beda panjang pendeknya, maka pembaca terkadang
tidak kuat anjang nafasnya ketika membaca ayat yang panjang atau memang
nafasnya pendek.
2. Ada tanda waqaf
Tanda waqaf artinya huruf-huruf tertentu yang dijadikan petunjuk baik atau
tidaknya berhenti pada suatu kata karena menyangkut konteks arti ayat
tersebut, apakah artinya masih berkaitan dengan kalimat sebelumnya atau
tidak, apakah sudah pada kalimat sempurna atau belum sempurna (dalam
kalimat bahasa Indonesia sudah sampai titik atau koma).

Definisi Ibtida’
Ibtida’ ( ‫ ) ا ِإل ْبتِ دَا ُء‬mempunyai akar kata dari َ‫ بَ دَأ‬yang artinya memulai.
Sedangkan menurut istilah ulama Qurra’ adalah memulai membaca al-Qur’an, baik
memulai dari awal maupun meneruskan bacaan yang semula dihentikan. Pada
pengertian diatas, tampak bahwa Ibtida’ mempunyai dua versi.
1. Pertama, memulai membaca al-Qur’an untuk pertama kalinya. Misalnya
seusai sholat, seseorang membaca surat al-Baqarah, ketika membaca lafad:
‫ ٰا ٰل ٓم‬itulah yang dinamakan ibtida’, yakni memulai pertama kali membaca al-
qur’an.
2. Kedua, memulai membaca al-Qur’an setelah berhenti yang semula sudah
membaca al-Qur’an. Misalnya seseorang membaca surah Al-Fatihah ayat
pertama dan kedua : َ‫َّحي ِْم اَ ْل َح ْم ُدهلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْين‬
ِ ‫ بِس ِْم هللاِ الرَّحْ مٰ ِن الر‬lalu berhenti kemudian
diteruskan dengan ayat ketiga, maka pada saat memulai membaca ayat
ketiga itulah yang disebut ibtida’.

Macam-macam Waqaf

Para ulama ahli tajwid membagi macam-macam waqaf ada empat yaitu
sebagai berikut:

1) Waqaf Ikhtibari, yaitu berhenti pada ayat yang belum sempurna yang
dilakukan oleh seorang ustadz dalam proses menguji muridnya, hal ini
hukumnya boleh.
2) Waqaf Intizhari, yaitu berhenti pada ayat yang belum sempurna yang
dilakukan khusus dalam proses belajar mengajar Al-Quran, hal ini dilakukan
dalam rangka untuk menguasai cara membacanya dan hukumnya boleh.
3) Waqaf Idhthirari, yaitu berhenti pada ayat yang belum sempurna yang
dilakukan dalam keadaan darurat, atau terpaksa, atau tidak sengaja karena
kehabisan nafas, lupa, bersin, batuk, menguap, menjawab salam, dan
sebagainya. Hal ini hukumnya boleh.
4) Waqaf Ikhtiyari, waqaf ini disebut juga dengan waqaf ijtihadi, yaitu
berhenti sesuai dengan pilihan sendiri. Hal ini hanya dapat dikuasai oleh
orang yang memahami kaidah bahasa arab.
Karena memilih sendiri tempat- tempat yang dijadikan sebagai tempat
berhenti, maka waqaf ikhtiyari bisa terjadi empat kemungkinan.
1. Waqaf tamm (waqaf sempurna), yaitu waqaf pada akhir kalimat yang
sempurna, yakni kalimat yang sudah tidak mempunyai kaitan dengan
kalimat berikutnya baik lafal maupun maknanya. Misalnya secara umum
terselesainya suatu kisah atau suatu permasalahan kemudian bergantian
pada kisah baru atau permasalahan yang baru.
ُ‫ إِيَّاكَ نَ ْعبُ ُد َوإِيَّاكَ نَ ْست َِعين‬. ‫ِّين‬
ِ ‫ك يَوْ ِم الد‬
ِ ِ‫َمال‬
Ayat yang pertama merupakan pemujaan terhadap Allah, dan ayat yang
kedua merupakan ungkapan kominikasi dengan Allah.
2. Waqaf kafi (waqaf cukup), yaitu waqaf pada akhir kalimat yang
sempurna, tetapi masih ada kaitannya dengan kalimat setelahnya dari
segi makna. Pada umumnya waqaf pada setiap akhir ayat, kecuali pada
ayat-ayat tertentu yang masih berkaitan dengan ayat berikutnya.
‫ َختَ َم هَّللا ُ َعلَى قُلُوبِ ِه ْم َو َعلَى َس ْم ِع ِه ْم َو َعلَى‬. َ‫إِ َّن الَّ ِذينَ َكفَرُوا َس َوا ٌء َعلَ ْي ِه ْم َءأَ ْن َذرْ تَهُ ْم أَ ْم لَ ْم تُ ْن ِذرْ هُ ْم ال ي ُْؤ ِمنُون‬
ِ ‫َاوةٌ َولَهُ ْم َع َذابٌ ع‬
‫َظي ٌم‬ َ ‫ار ِه ْم ِغش‬
ِ ‫ْص‬ َ ‫أَب‬
Berhenti pada kata َ‫ ال ي ُْؤ ِمنُون‬sebuah ungkapan yang sempurna, perkataan
selanjutnya masih terkait dengan sebelumnya namun dari segi lafaz
merupakan kata yang baru
3. Waqaf hasan (waqaf baik), ialah wakaf yang kalimatnya sudah
sempurna, akan tetapi masih ada kaitannya dengan kalimat berikutnya
dari segi lafal dan makna, misalnya:
َ‫ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين‬
Seandainya seseorang mewaqafkan pada Alhamdulillah saja maknanya
sempurna: Segala puji bagi Allah tetapi masih ada kaitannya dengan
kalimat berikutnya baik dari segi lafal maupun dari segi makna yaitu
kalimat rabb al-alamin: “Tuhan sekalian alam”. Jadi waqaf ditengah
ayat seperti ini masuk waqaf hasan.
4. Waqaf qabih (waqaf tidak baik), artinya waqaf pada kalimat yang belum
sempurna, karena belum dapat dipahami artinya atau bisa menimbulkan
salah arti apabila diwaqafkan. Misalnya mewaqafkan ayat 4 saja dalam
surah al-Ma’un (107) tanpa dilanjutkan pada ayat 5.
َ ‫فَ َو ْي ٌل لِ ْل ُم‬
َ‫صلِّين‬
maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang sholat.

Waqaf pada kalimat ini sekalipun pada akhir ayat tidak baik (qabih), bahkan
haram kalua disengaja menurut sebagian ulama karena maknanya menjadi
rusak yang sangat fatal. Maka harus diwasalkan pada ayat berikutnya:
َ ‫الَّ ِذينَ هُ ْم ع َْن‬
َ‫صالتِ ِه ْم َساهُون‬
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang sholat. Yaitu orang-
orang yang lalai dari shalatnya.
Tanda-tanda Waqaf

Untuk membantu waqaf yang baik pada suatu kata atau kalimat dalam Alquran,
para ulama telah merumuskan tanda-tanda waqaf sebagai berikut:

No. Tanda Waqaf Singkatan Arti dan contoh


1 ‫م‬ ‫الَ ِز ْم‬ Lazim artinya harus, maksudnya harus
berhenti atau lebih utama waqaf dari pada
di washalkan (disambungkan/ tidak waqaf).
Contoh waqaf ini sebagaimana dalam surah
Al- An ‘am (6): 36:
‫إِنَّ َما يَ ْست َِجيبُ الَّ ِذينَ يَ ْس َمعُونَم َو ْال َموْ تَى يَ ْب َعثُهُ ُم هَّللا ُ ثُ َّم إِلَ ْي ِه يُرْ َجعُون‬
2 ‫ط‬ ْ ‫ُم‬
‫طلَ ْق‬ Muthlaq, maksudnya lebih baik waqaf dari
pada washal (sambung). Contohnya
sebagaimana dalam surah Al-Hajj(22):17:
َ ‫صا َرى َو ْال َمج‬
‫ُوس‬ َ َّ‫إِ َّن الَّ ِذينَ آ َمنُوا َوالَّ ِذينَ هَادُوا َوالصَّابِئِينَ َوالن‬
ِّ‫ص ُل بَ ْينَهُ ْم يَوْ َم ْالقِيَا َم ِةطإِ َّن هَّللا َ َعلَى ُكل‬
ِ ‫َوالَّ ِذينَ أَ ْش َر ُكوا إِ َّن هَّللا َ يَ ْف‬
‫َي ٍء َش ِهي ٌد‬
ْ ‫ش‬
3 ‫ج‬ ‫َجا ِء ْز‬ Jaiz artinya boleh berhenti / waqaf dan
boleh terus/ washal. Misalnya dalam surah
Al- Baqarah (2): 19 :
َ‫ق يَجْ َعلُون‬ ٌ ْ‫ات َو َر ْع ٌد َوبَر‬ ٌ ‫ب ِمنَ ال َّس َما ِء فِي ِه ظُلُ َم‬ ٍ ِّ‫صي‬ َ ‫أَوْ َك‬
ُ ‫ق َح َذ َر ْال َموْ تِج َوهَّللا‬ ِ ‫صابِ َعهُ ْم فِي آ َذانِ ِه ْم ِمنَ الص ََّو‬
ِ ‫اع‬ َ َ‫أ‬
َ‫ُم ِحيطٌ بِ ْالكَافِ ِرين‬
4 ‫قف‬ ْ ِ‫ق‬
‫ف‬ Qif, artinya berhentilah, bentuk perintah(
fi’il amar ) dari kata Tentunya lebih baik
waqaf dari pada washal terus. Misalnya
dalam surah Ali Imran (3): 106:
‫ت‬ْ ‫يَوْ َم تَ ْبيَضُّ ُوجُوهٌ َوتَس َْو ُّد ُوجُوهٌقففَأ َ َّما الَّ ِذينَ اس َْو َّد‬
َ ‫ُوجُوهُهُ ْم أَ َكفَرْ تُ ْم بَ ْع َد ِإي َمانِ ُك ْم فَ ُذوقُوا ْال َع َذ‬
‫اب بِ َما ُك ْنتُ ْم‬
َ‫تَ ْكفُرُون‬
5 ‫قلى‬ ‫اَ ْل َو ْقفُأَوْ لَى‬ AL- Waqf Aula artinya waqaf lebih utama
dari pada washal. Misalnya pada surah Ali
Imran (3) : 108:
‫ات هَّللا ِ نَ ْتلُوهَا َعلَ ْيكَ بِ ْال َحقِّقلى َو َما هَّللا ُ ي ُِري ُد ظُ ْل ًما‬
ُ َ‫تِ ْلكَ آي‬
َ‫لِ ْل َعالَ ِمين‬
6 ‫صلى‬ ‫اَ ْل َوصْ أُل َوْ لَى‬ Al- Washl Aula artinya washal tidak berhenti
lebih utama misalnya dalam surah
Muhammad ( 47): 10:

ِ ْ‫أَفَلَ ْم يَ ِسيرُوا فِي األر‬


َ‫ض فَيَ ْنظُرُوا َك ْيفَ َكانَ عَاقِبَةُ الَّ ِذين‬
‫ِم ْن قَ ْبلِ ِه ْم َد َّم َر هَّللا ُ َعلَ ْي ِه ْمصلى َولِ ْلكَافِ ِرينَ أَ ْمثَالُهَا‬
7 ‫ز‬ ‫ُم َجو َّْز‬ Mujawwaz artinya diperbolehkan berhenti,
tetapi seandainya washal lebih baik,
misalnya dalam surah Al- Maidah (5) : 5
ٌّ‫َاب ِحل‬ َ ‫ات َوطَ َعا ُم الَّ ِذينَ أُوتُوا ْال ِكت‬ ُ َ‫ْاليَوْ َم أُ ِح َّل لَ ُك ُم الطَّيِّب‬
ِ ‫َات ِمنَ ْال ُم ْؤ ِمنَا‬
‫ت‬ ُ ‫صن‬ َ ْ‫ط َعا ُم ُك ْم ِحلٌّ َلهُ ْم َو ْال ُمح‬َ ‫لَ ُك ْمز َو‬
َ ‫َات ِمنَ الَّ ِذينَ أُوتُوا ْال ِكت‬
‫َاب ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم إِ َذا‬ ُ ‫صن‬ َ ْ‫َو ْال ُمح‬
‫صنِينَ َغي َْر ُم َسافِ ِحينَ َوال ُمتَّ ِخ ِذي‬ ِ ْ‫ُوره َُّن ُمح‬ َ ‫آتَ ْيتُ ُموه َُّن أُج‬
‫ان فَقَ ْد َحبِطَ َع َملُهُ َوهُ َو فِي‬ ِ ‫َان َو َم ْن َي ْكفُرْ بِاإلي َم‬ ٍ ‫أَ ْخد‬
َ‫خَاس ِرين‬ ْ
ِ ‫اآلخ َر ِة ِمنَ ال‬ ِ
8 ‫ص‬ ْ‫ُم َر َّخص‬ Murakhkhash artinya di beri kemurahan
(dispensasi) bagi yang ingin mewaqafkan ,
tetapi washal lebih baik, misalnya dalam
surah Al- Maidah (5) : 5
َ ‫ْاليَوْ َم أُ ِح َّل لَ ُك ُم الطَّيِّبَاتُص َوطَ َعا ُم الَّ ِذينَ أُوتُوا ْال ِكت‬
‫َاب ِحلٌّ لَ ُك ْم َوطَ َعا ُم ُك ْم‬
‫َات ِمنَ الَّ ِذينَ أُوتُوا‬ُ ‫صن‬ َ ْ‫ت َو ْال ُمح‬ِ ‫َات ِمنَ ْال ُم ْؤ ِمنَا‬
ُ ‫صن‬ َ ْ‫ِحلٌّ لَهُ ْم َو ْال ُمح‬
ِ ْ‫َاب ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم إِ َذا آتَ ْيتُ ُموه َُّن أُجُو َره َُّن ُمح‬
َ‫صنِينَ َغي َْر ُم َسافِ ِحين‬ َ ‫ْال ِكت‬
‫ان فَقَ ْد َحبِطَ َع َملُهُ َوه َُو فِي‬
ِ ‫َان َو َم ْن يَ ْكفُرْ بِاإلي َم‬ ٍ ‫َوال ُمتَّ ِخ ِذي أَ ْخد‬
َ‫خَاس ِرين‬ِ ‫اآلخ َر ِة ِمنَ ْال‬ ِ
9 ‫ق‬ ْ َ‫قِ ْيلَ َوق‬
‫ف‬ Qila Waqaf artinya dikatakan (sebagian
ulama) atau pendapat sebagian ulama
waqaf, tentunya washal lebih utama,
misalnya dalam surah Al- Hajj (22): 17:
‫صا َرى‬ َ َّ‫إِ َّن الَّ ِذينَ آ َمنُوا َوالَّ ِذينَ هَادُوا َوالصَّابِئِينَ َوالن‬
ِ ‫ُوس َوالَّ ِذينَ أَ ْش َر ُكوا إِ َّن هَّللا َ يَ ْف‬
‫ص ُل بَ ْينَهُ ْم يَوْ َم‬ َ ‫َو ْال َمج‬
‫َي ٍء َش ِهي ٌد‬ ْ ‫ْالقِيَا َمةقإِ َّن هَّللا َ َعلَى ُكلِّ ش‬
10 ‫ال‬ ‫الَ َو ْقفُفِ ْي ِه‬ La Waqfa Fihi artinya tidak ada waqaf,
artinya washal lebih baik walaupun pada
akhir ayat, misalnya surah Al- Baqarah (2) :5
َ ِ‫أُولَئِكَ َعلَى هُدًى ِم ْن َربِّ ِه ْمال َوأُولَئ‬
َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬
11 ‫؞ ؞‬ ‫ُم َعانَقَ ْة‬ Mu’anaqah artinya berpelukan, adapun yang
dimaksud mu’anaqah ( berhenti ) adalah
waqaf ( berhenti ) salah satu tempat titik
saja.Kalau sudah waqaf ( berhenti ) pada
titik yang pertama maka tidak kedua
washal, begitu juga sebaliknya. Misalnya
dalam surah Al- Baqarah (2): 2
َ‫ْب؞فِي ِه؞هُدًى لِ ْل ُمتَّقِين‬
َ ‫َذلِكَ ْال ِكتَابُ ال َري‬
12 ‫ع‬ ‫ُر ُكوْ َع‬ Tanda ruku’nya nabi SAW setelah membaca
beberapa ayat alquran dalam shalat.
Biasanya huruf ‘ain ini ditulis dipinggir
mushaf.
13 ‫ء‬ ‫َم ْق َر ْء‬ Tempat akhir bacaan, karena telah sampai
pada akhir pembahasan atau akhir riwayat
dan biasanya bertepatan pada tanda ‘ain
diatas. Jadi keduanya secara beriringan.
Misalnya Al – Baqarah (2): 7
‫ار ِه ْم‬ َ ‫َختَ َم هَّللا ُ َعلَى قُلُوبِ ِه ْم َو َعلَى َس ْم ِع ِه ْم َو َعلَى أَب‬
ِ ‫ْص‬
‫ِغشَا َوةٌء َولَهُ ْم َع َذابٌ َع ِظي ٌم‬
14 ‫ك‬ ٌ ِ‫َك َذلِكَ ُمطَاب‬
‫ق لِ َما‬ Artinya, ini sesuai dengan waqaf
‫قَ ْبلَهَا‬ sebelumnya. Maksudnya mengikuti waqaf
sebelumnya jika sebelumnya waqaf lazim
berarti sama.
15 ‫س‬ ‫سكته‬ Saktah membacanya berhenti sebentar
tanpa mengambil napas. Misalnya Al-Yasin
(36): 52
ُ‫قَالُوا يَا َو ْيلَنَا َم ْن بَ َعثَنَا ِم ْن َمرْ قَ ِدنَاسهَ َذا َما َو َع َد الرَّحْ َمن‬
َ‫ق ْال ُمرْ َسلُون‬ َ ‫ص َد‬
َ ‫َو‬
PETA KONSEP

Hamzah

Definisi Hamzah Hamzah


Hamzah Qatha’ Washal

Definisi Hamzah

Hamzah adalah bagian dari huruf hijaiyah, yang pada dasarnya tidak ada
perbedaan dengan huruf-huruf hijaiyah lainnya. Namun dalam konteks tertentu,
hamzah mempunyai dua cara dalam membacanya.

1. Pertama: hamzah tetap diucapkan dalam kondisi apapun, hamzah inilah yang
disebut hamzah Qatha’.
2. Kedua: hamzah yang kadang-kadang diucapkan dan kadang-kadang tidak
diucapkan, hamzah inilah yang disebut hamzah washal.

Hamzah Qatha’
Hamzah Qatha’ berarti hamzah yang terputus. Dalam arti cara membacanya
terputus dan tidak diteruskan, karena itu ia tetap terbaca. Pengertian ini
selanjutnya dirumuskan oleh ulama Qurra’ bahwa hamzah qatha’ adalah:

ِ‫َت فِى بَ ْد ِء ْالكَاَل ِم اَ ْم فِى َوصْ لِه‬


ْ ‫ق دَائِ ًما َس َوا ٌء َكان‬ ْ ُّ‫ُت فِى الن‬
ِ ‫ط‬ ْ َ‫هَ ْم َزةُ ْالق‬
ُ ‫ط ِع ِه َى ْالهَ ْم َزةُ الَّتِى ت َْثب‬

“Hamzah yang dapat diucapkan selamanya, baik di permulaan kalimat maupun di


tengah-tengahnya”.

Untuk hamzah qatha pada Mushaf Utsmani ditandai dengan ( ‫ )ء‬pada huruf

alif. Jika alif berharakat fathah dan dhammah, maka ( ُ‫ ) أَ أ‬di atas, tetapi jika alif

berharakat kasrah, maka ( ِ‫ ) إ‬nya di bawah alif.


Contoh:

No Tertulis Dibaca Tempat

1 ٌ‫إِ ْخ َوة‬ ٌ‫إِ ْخ َوة‬ Awal kalimat

2 ‫ٰأتَ ْينَا‬ ‫ٰأتَ ْينَا‬ Awal kalimat

3 ‫َٓجا َء ُك ْم‬ ‫َٓجا َء ُك ْم‬ Tengah kalimat

4 ‫ُشهَ َٓدااَ ُك ْم‬ ‫ُشهَ َٓدااَ ُك ْم‬ Tengah kalimat

Hamzah Washal
Hamzah washal berarti hamzah yang sambung atau tembus, dalam arti
hamzah itu tidak dibaca ketika di tengah-tengah kalimat namun dibaca jika di
awalnya. Pengertian ini selanjutnya dirumuskan oleh ulama Qurra’ bahwa hamzah
washal adalah:

ْ ‫اجا َء‬
‫ت فِى بَ ْد ِء‬ َ ‫ق اِ َذ‬ ْ ُّ‫ظهَ ُر فِى الن‬
ِ ‫ط‬ ْ َ‫لوصْ ِل ِه َى هَ ْم َزةُ اَّلتِى ت‬ َ ‫هَ ْم َزةُ ْا‬
ْ َ‫صل‬
‫ت بِ َما قَ ْبلَهَا‬ ْ َ‫ْالكَاَل ِم َواَل ت‬
ِ ‫ظهَ ُر اِ َذا ُو‬
“Hamzah yang tampak diucapkan jika di awal kalimat, tetapi tembus (tidak
tampak) jika disambung dengan huruf lain”

Pada hamzah washal dalam Mushaf Utsmani tidak ditandai seperti hamzah
qatha’, tetapi cukup dengan huruf alif saja. Yang perlu diingat adalah bahwa
hamzah washal ini tidak seperti alif huruf mad, karena alif huruf mad selamanya
mati sedangkan hamzah washal tetap hidup, walaupun ketika disambung tidak
diucapkan.

Contoh :

No Tertulis Dibaca Tempat

1 ‫اِتَّبِعُوْ ا‬ ‫اِتَّبِعُوْ ا‬ Awal kalimat

2 ‫اِ ْهبِطُوْ ا‬ ‫اِ ْهبِطُوْ ا‬ Awal kalimat

ُ‫ِعي ْٰسى ابْن‬ ُ‫ِعي ْٰسى ابْن‬


3 ‫َمرْ يَ َم‬ ‫َمرْ يَ َم‬ Tengah kalimat

4 َ ‫بِ ْئ‬
‫س ا ِال ْس ُم‬ َ ‫بِ ْئ‬
‫س ا ِال ْس ُم‬ Tengah kalimat

Anda mungkin juga menyukai