Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Para ulama menyatakan bahwa hukum bagi mempelajari tajwid itu adalah fardhu
kifayah tetapi mengamalkan tajwid ketika membaca al-Quran adalah fardhu ain atau
wajib kepada lelaki dan perempuan yang mukallaf atau dewasa. Adapun masalah-
masalah yang dikemukakan dalam ilmu ini salah satunya adalah ahkamul waqaf wal
ibtida’ atau memulai dan menghentikan bacaan ayat al-Quran.
Dalam prakteknya sering terjadi kesalahan ketika berhenti (waqaf) dan memulai
(ibtida’) dalam membaca ayat al-Quran. Hal ini dikarenakan dalam ber-waqaf dan ber-
ibtida  tidak mengikuti aturan sehingga tidak tartil dan tidak mengantarkan pada
pemahaman al-Quran sesuai dengan maknanya yang dimaksud. Dalam makalah ini
akan dijelaskan bagaimana panduan ber-waqaf dan ber-ibtida yang benar sehingga
dapat menjaga dan memelihara keutuhan makna ayat al-Quran yang dibaca agar sesuai
yang dimaksud oleh Allah SWT.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan waqof dan ibtida’?
2. Apa urgensi dalam hukum waqaf?
3. Bagaimana pembagian waqaf dan ibtida’?

1.3 Tujuan
Makalah ini dibuat untuk mememenuhi tugas mata kuliah Baca Tulis Al-Qur’an yang
diberikan oleh dosen pengampu kami yakni H. Ceceng Syarif Husen, S.Pd.I., MM.
dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat memahami makna serta fungsi waqaf dan ibtida’.
2. Mahasiswa mampu menerapkan cara penerapan hukum waqaf dan ibtida’ yang baik
dan benar ketika membaca ayat al-Qur’an.

1
PEMBAHASAN

ْ ‫ َو َق‬ )
A. Waqaf (‫ف‬
2.1 Pengertian Waqaf
Waqaf adalah memutuskan pembacaan suatu kata dari setelahnya sesaat sambil
menarik nafas yang kemudian melanjutkan bacaan kembali.
2.2 Urgensi Waqaf
a) Mewujudkan bacaan yang tartil sebagaimana diperintahkan oleh QS. Al-
Muzzammil: 4
b) Menuntun para mustami pada pemahaman al-Quran yang benar.
c) Mengantarkan  pada pemahaman al-Quran sesuai dengan maknanya yang
dimaksud.
2.3 Pembagian Waqaf
a. Waqaf Idhtirary
Idhtirary menurut bahasa adalah darurat. Waqaf idhtirary menurut istilah
adalah memberhentikan bacaan karena kondisi darurat atau sesuatu yang
menyebabkan pembaca berpaling dari bacaan Al-Qurannya; seperti, kehabisan
nafas, bersin, menjawab salam, lupa mengenai ayat yang dibaca.
Hukum me-waqaf idhtirary adalah diperbolehkan walaupun pembaca
menghentikan bacaannya pada kalimat, kata atau huruf yang tidak layak.
Pembaca yang menerapkan waqaf ini hendaknya menyambungkan dengan
kata/kalimat berikutnya ketika memulai jika maknanya belum sempurna dan
dapat langsung memulai dari setelahnya jika makna yang dibaca telah
sempurna.
b. Waqaf Intizhary
Intizhary menurut bahasa adalah menunggu. Waqaf intizhary menurut
bahasa adalah memberhentikan bacaan pada kata yang diperselisihkan oleh
ulama’ qiraat antara boleh dan tidak boleh waqaf. Untuk menghormati
perbedaan pendapat itu, sambil menunggu adanya kesepakatan, sebaiknya
waqaf pada kata itu, kemudian diulangi dari kata sebelumnya yang tidak
merusak arti yang dimaksud oleh ayat, dan diteruskan samapi tanda waqaf
berikuitnya. Dengan demikian terwakili dua pendapat yang berbeda itu.

2
c. Waqaf Ikhtibary
Ikhtibary menurut bahasa artinya ujian. Waqaf ikhtibary menurut istilah
adalah memberhentikan bacaan pada suatu kata dengan tujuan untuk
menjelaskan hukum-hukumnya, menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan
Al-Quran atau ayat yang sedang dibaca, walaupun berhenti pada kata yang
dirasakan maknanya belum tepat.
Waqaf jenis ini biasanya terjadi pada proses belajar mengajar atau ujian
dengan tujuan untuk menjelaskan hokum bacaan ataupun tulisannya, sehingga
kesempurnaan makna menjadi tidak dipersyaratkan.
d. Waqaf Ikhtiary
Ikhtiary menurut bahasa artinya pilihan. Waqaf ikhtiary menurut istilah adalah
memberhentikan bacaan pada suatu kata yang diserahkan pada pilihan atau
kehendak si pembaca.
Waqaf ikhtiary terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
1) Waqaf Ikhtiary Al-Jaiz 
Al-Jaiz maknanya boleh, yaitu berhenti membaca pada kata yang
diperbolehkan bahkan dianjurkan berhenti karena menunjukan makna
yang baik. 
Waqaf ikhtiary al-jaiz terbagi dalam tiga bagian, yaitu:
 Waqaf Tam
Waqaf tam yaitu berhenti pada suatu tempat atau kata yang
sudah sepurna maknanya dan tidak berkaitan dengan kata/kalimat
sesudahnya baik secara lafazh ataupun makna. Hukum berhenti
pada waqaf tam adalah baik dan sangat dianjurkan kemudian
melanjutkan bacaan pada kata sesudahnya tanpa mengulang. 
Waqaf tam dapat terjadi pada beberapa kondisi, diantaranya
yaitu:
 Waqaf tam pada akhir ayat (Al-Baqarah :5) yang merupakan
akhir tema tertentu.
Aَ ِ‫ك َعلَى هُدًى ِم ْن َربِّ ِه ْم َوأُولَئ‬
َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬ َ ِ‫أُولَئ‬
Dan memulai pada ayat berikutnya (Al-Baqarah :6)
َ‫م ال ي ُْؤ ِمنُون‬Aُْ‫م أَ ْم لَ ْم تُ ْن ِذرْ ه‬Aُْ‫إِ َّن الَّ ِذينَ َكفَرُوا َس َوا ٌء َعلَ ْي ِه ْم َءأَ ْن َذرْ تَه‬

3
Berhenti pada kata al-muflihun dalam ayat di atas merupakan
akhir tema yang membicarakan keadaan orang-orang beriman,
sedangkan kalimat berikutnya pada ayat 6 berkaitan dengan orang-
orang kafir. Dengan demikian berhenti pada ayat kelima
merupakan waqaf tam.
 Waqaf tam pada pertengahan sebelum akhir ayat, seperti
waqaf pada kata adzillah; kemudian melanjutkan hingga akhir
ayat (An-Naml :34).
Aَ ِ‫ت إِ َّن ْال ُملُوكَ إِ َذا َد َخلُوا قَرْ يَةً أَ ْف َسدُوهَا َو َج َعلُوا أَ ِع َّزةَ أَ ْهلِهَا أَ ِذلَّةً ۖ َو َك ٰ َذل‬
‫ك‬ ْ َ‫قَال‬

َ‫يَ ْف َعلُون‬
“Dia berkata, ‘Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki
suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan
menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina.’ dan demikian
pulalah yang akan mereka perbuat.”
 Waqaf tam pada satu kata setelah akhir ayat seperti pada
kata wa billail pada QS. As-Shaffat :38 yang dibaca dengan
cara menyabungkan ayat 137-138
َ‫َواِنَّ ُك ْم لَتَ ُمرُّ وْ نَ َعلَ ْي ِه ْم ُمصْ بِ ِح ْين‬
َ‫َوبِاللَّي ْۗل اَفَالَ تَ ْعقِلُوْ ن‬
”Dan sesungguhnya kamu (hai penduduk Mekah) benar-benar
akan melalui (bekas-bekas) mereka di waktu pagi, dan di
waktu malam. Maka apakah kamu tidak memikirkan?”

 Waqaf Kafi
Waqaf kafi adalah berhenti pada suatu kata dan tidak ada
keterkaitan dengan kata/kalimat sesudahnya atau sebelumnya
secara lafazh melainkan maknanya saja. Hukum waqaf kafi adalah
dianjurkan dan dipandang baik berhenti dan memulai kembali pada
kata setelahnya. Contohnya adalah pada ayat berikut:
َ‫م اَل ي ُْؤ ِمنُون‬Aُْ‫م أَ ْم لَ ْم تُ ْن ِذرْ ه‬Aُْ‫إِ َّن الَّ ِذ ْينَ َكفَرُوا َس َوا ٌء َعلَ ْي ِه ْم َءأَ ْن َذرْ تَه‬

4
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu
beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak
juga akan beriman. (QS. Al-Baqarah :6)
‫ار ِه ْم ِغ َشا َوةٌ َولَهُ ْم َع َذابٌ َع ِظي ٌم‬ َ ‫خَ تَ َم هَّللا ُ َعلَى قُلُوبِ ِه ْم َو َعلَى َس ْم ِع ِه ْم َو َعلَى أَب‬
ِ ‫ْص‬
“Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan
penglihatan mereka ditutup dan bagi mereka siksa yang amat
berat.” (QS. AL-Baqarah: 7)
Berhenti pada akhir ayat 6 di atas merupakan waqaf kafi,
kemudian melanjutkan pada ayat berikutnya. Alasannya adalah
ayat 6 sudah sepurna secara makna dan tidak ada keterkaitan
lafazh dengan ayat 7 melainkan maknanya saja.

 Waqaf Hasan
Waqaf hasan adalah berhenti pada suatu kata atau suatu
perkataan yang sempurna dan masih berkaitan dengan kata
setelahnya baik dari segi lafazh maupun maknanya. Hukum waqaf
hasan adalah baik atau diperbolehkan. Apabila waqaf hasan terjadi
pada akhir ayat, aka diperbolehkan melanjutkan bacaan pada ayat
berikutnya, namun jika waqaf hasan terjadi pada pertengahan ayat,
maka dianjurkan bahkan diharuskan mengulang kebali sebab jika
tidak maka menjadi waqaf qabih (waqaf yang jelek maknanya).
Contoh waqaf hasan:
َ‫اَ ْل َح ْمـ ُد هللِ َربِّ ْال َعـالَ ِمـ ْين‬
“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”
Berhenti pada lafazh al-hadulillah, adalah termasuk waqaf
hasan, tanpa memulai pada lafazh berikutnya, namun jika hendak
melanjutkan bacaan pada rabbil ‘alamin, maka harus
menyabungkan dengan sebelumnya.

ِ ‫َك ٰ َذلِكَ يُبَيِّنُ هَّللا ُ لَ ُك ُم اآْل يَا‬


َ‫ت لَ َعلَّ ُك ْم تَتَفَ َّكرُون‬
“Demikian Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu supaya
kamu berfikir” (QS. Al-Baqarah:219)
 
‫ فِي ال ُّد ْنيَا َواآْل ِخ َر ِة‬ 
5
“Tentang dunia dan akhirat” (QS. Al-Baqarah:220)
Berhenti pada akhir QS. 2: 219 di atas adalah diperbolehkan
namun kalimat atau ayat berikutnya tak dapat dipahami maknanya
kecuali dikaitkan dengan sebelumnya oleh karena itu sangat
disukai mengulang kembali ketika memulainya.

2) Waqaf Ikhtyari Al-Qabih


Al-qabih maknanya jelek atau tidak baik, yaitu waqaf pada ayat,
kalimat atau kata yang belum sempurna maknanya, karena masih ada
hubungan dengan kata berikutnya baik secara makna maupun lafazh.
Beberapa kategori yang termasuk waqaf iktiary al-qabih adalah
sebagai berikut:
Berhenti membaca pada kata yang tidak dapat dipahami karena
sangat terkait dengan lafazh dan makna kata berikutnya
َ ‫ْال َحمْ ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَم‬
‫ِين‬
Berhenti pada lafazh alhamdu pada alhamdulillah.
Berhenti pada kata yang tidak sesuai dengan sifat yang layak
disandangkan kepada Allah SWT.
ُ‫َو َما ِم ْن اِ ٰل ٍه اِاَّل هللا‬
Berhenti pada kata wa ma min ilah adalah waqaf qabih karena
ungkapan tersebut merupakan ungkapan atheis yang tidak
mengakui keberadaan AllahSwt.
Berhenti pada kata yang menyebabkan perubahan makna dari yang
dimaksud.
‫ى‬Aٰ ‫م ُس َكا َر‬Aُْ‫صاَل ةَ َوأَ ْنت‬
َّ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تَ ْق َربُوا ال‬

Berhenti pada kata la taqrabush shalah sehingga maknanya


menjadi larangan kepada orang-orang yang beriman untuk
melaksanakan shalat.

6
2.4 Tanda-Tanda Waqaf
Tanda-tanda waqaf yang tertulis dalam mushaf standar adalah sebagai berikut.

No. Tanda Waqaf Penjelasan

1. ‫م‬ Diwajibkan berhenti dan jika menyambungkannya, makna


menjadi tidak sesuai atau rancu

2. Diutamakan berhenti dengan tetap adanya kebolehan


‫قلى‬ menyambungkan

3. Diutamakan bersambung dengantetap adanya kebolehan


‫صلى‬ berhenti

4. ‫ج‬ Diperbolehkan berhenti atau menyambungkannya

5. Kebolehan untuk berhenti pada kata di salah satunya tidak


.’.  .’. dikeduanya

6. Larangan berhenti karena jika berhenti makna menjadi


‫ال‬ tidak sesuai

7.
‫مطلق = ط‬ boleh terus berhenti lebih baik
8.
‫ق‬ sebagian kecil Qurro’ membolehkan berhenti.
9.
‫ = ز‬A‫مجوز‬ boleh berhenti, terus lebih baik
10.
‫سكته = س‬ berhenti sejenak tanpa bernafas
11.
‫قف‬ baik berhenti dan tidak salah kalau terus
12.
‫ ع‬:‫ر كو ع = ء‬ hanya boleh berhenti terus lebih baik.

B. IBTIDA’ (‫)اِ ْبتِدَاء‬


3.1 Pengertian Ibtida’

7
Ibtida menurut bahasa berasal dari ibtidaa-yabtadiu-ibtidaan yang
berarti “memulai” yaitu melanjutkan atau memulai kembali bacaan
setelah berhenti sejenak untuk mengambil nafas (waqaf).
3.2 Pembagian Ibtida’
Ibtida terbagi dua macam, yaitu:
1. Ibtida jaiz
Ibtida yang diperbolehkan dengan cara memulai pada kata yang
mengantarkan pada kesempurnaan makna sebagaimana yang dimaksud.
2. Ibtida ghairu jaiz
Ibtida yang tidak diperbolehkan karena memulainya pada kata yang
menyebabkan rusaknya makna kalimat yang dibaca. Perhatikan contoh
berikut:

‫لَقَ ْد َكفَ َر الَّ ِذينَ قَالُوا إِ َّن هَّللا َ هُ َو ْال َم ِسي ُح ابْنُ َمرْ يَ َم‬

Berhenti pada kata qalu, kemudian ibtida’ pada kata stelahnya


innallaha...., maka ibtida’ pada tempat tersebut merancukan makna dari
konsep tauhid yang sudah baku sehingga menyebabkan makna tidak
sesuai dengan yang dimaksud.
3.3 Urgensi Ber-Ibtida’
Pentingnya ber-ibtida yang benar tidak dapat dilepaskan dari urgensi waqaf
itu sendiri yakni penjagaan dan pemeliharaan keutuhan makna ayat al-
Quran yang dibaca agar sesuai dengan yang dimaksud oleh Allah Swt.
3.4 Ibtida’ Pada Waqaf Ikhtiary Al-Jaiz
a) Ibtida pada waqaf tam dan kafi
Para ulama sepakat membolehkan ber-ibtida setelah kata yang di-
waqaf-kan dengan status waqaf tam dan kafi sebagaimana pada contoh
diatas.

b) Ibtida pada waqaf hasan

8
Sedangkan jika di-waqaf-kan dengan statuswaqaf hasan ada dua cara,
yaitu:
1) Ber-ibtida pada kata setelah waqaf sebagaimana waqaf
tam dan kafi jika waqaf-nya terjadi pada akhir ayat.
2) Ber-ibtida dengan cara mengulang pada kata sebelum di-waqaf-
kan jika terjadi pada pertengahan ayat.

Anda mungkin juga menyukai