Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga kami
dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari seluruh komponen yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah yang berjudul “WAQAF”.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, serta seluruh Masyarakat Indonesia khususnya para
mahasiswa untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini
agar menjadi lebih baik lagi.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. ........... 1
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN.............................................................................................. ........... 10
B. SARAN...................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 11
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Allah SWT menurunkan Al Qur’an kepada manusia dengan sangat sempurna.
Kesempurnaannya tidak hanya terletak pada kedalaman kandungan maknanya dan ketinggian
bahasanya. Namun kesempurnaannya juga tampak dari sistematika juz, surat, ayat, dan tema-
tema pembahasannya. Hal itu tak lain adalah untuk memudahkan pemahaman dan
penghayatan manusia terhadap Al Qur’an. Sistematika Al Qur’an yang terbagi dalam 30 juz,
114 surat, dan 6666 ayat dan 313.671 huruf tersebut disusun juga untuk meringankan
manusia dalam membacanya.
Sebagaimana maklum bahwa secara kodrati manusia memiliki kelemahan dalam
kekuatan nafas. Jika Al Qur’an tidak terpecah dalam surat-surat dan masing-masing surat
tidak dibagi dalam ayat-ayat, maka tentulah manusia akan kesulitan membacanya dengan
baik dan benar. Bahkan, dalam ayat-ayat tertentu yang tergolong panjang, daya jangkau nafas
manusia pun tidak mampu melampauinya dengan sempurna. Karena itulah kemudian disusun
suatu kaidah yang menjadi pedoman dalam menentukan tempat berhenti dan memulai bacaan
Al Qur’an, yang disebut dengan waqaf.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa kaidah waqaf dan washal ?
2. Apa saja Tanda-tanda baca Waqaf dan Washal ?
3. Apa yang dimaksud dengan Saktah dan Qathu ?
4. Bagaimana Praktik Bacaan Waqaf dan Washal dalam Al-Qur’an ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa kaidah Waqaf dan Washal
2. Untuk mengetahui Tanda-tanda baca Waqaf dan Washal
3. Untuk mengetahui apa itu Saktah dan Qathu
4. Untuk mengetahui bagaimana cara Pratik Bacaan Waqaf dan Washal
3
BAB II
PEMBAHASAN
Macam-macam Waqaf
Para ulama ahli tajwid membagi macam-macam waqaf ada empat yaitu
sebagai berikut :
1) Waqaf Ikhtibari,yaitu berhenti pada ayat yang belum sempurna yang dilakukan
oleh seorang ustadz dalam proses menguji muridnya, hal inihokumnya boleh.
2) Waqaf Intizhari ,yaitu berhenti pada ayat yang belum sempurna yangdilakukan
khusus dalam proses belajar mengajar Al- Quran, hal ini dilakukan dalam rangka
untuk menguasai cara membacanya danhukumnya boleh.
3) Waqaf Idhthirari, yaitu berhenti pada ayat yang belum sempurna yang dilakukan
dalam keadaan darurat, atau terpaksa, atau tidak sengajakarena kehabisan nafas,
lupa, bersin, batuk, menguap, menjawabsalam, dan sebagainya. Hal ini hukumnya
boleh.
4) Waqaf Ikhtiyari, waqaf ini disebut juga dengan waqaf ijtihadi, yaitu berhenti
sesuai dengan pilihan sendiri. Hal ini hanya dapat dikuasai oleh orang yang
memahami kaidah Bahasa arab
Karena memilih sendiri tempat- tempat yang dijadikan sebagai
tempatberhenti, maka waqaf ikhtiyari bisa terjadi empat kemungkinan.
1. Waqaf tamm (waqaf sempurna), Yaitu waqaf pada akhir kalimat yang
sempurna, yakni kalimat yang sudah tidak mempunyai kaitan dengan kalimat
berikutnya baik lafal maupun maknanya. Misalnya secara umum terselesainya
suatu kisah atau suatu permasalahan kemudian bergantian pada kisah baru atau
permasalahan yang baru.
2. Waqaf kafi (waqaf cukup), Yaitu waqaf pada akhir kalimat yang sempurna,
tetapi masih ada kaitannya dengan kalimat setelahnya dari segi makna. Pada
umumnya waqaf pada setiap akhir ayat,kecuali pada ayat-ayat tertentu yang
masih berkaitan dengan ayat berikutnya.
4
3. Waqaf hassan (waqaf baik), Ialah wakaf yang kalimatnya sudah sempurna,
akan tetapi masih ada kaitannya dengan kalimat berikutnya dari segi lafal dan
makna.
4. Waqaf qabih (waqaf tidak baik), Artinya waqaf pada kalimat yang belum
sempurna, karena belum dapat dipahami artinya atau bisa menimbulkan salah
arti apabila diwaqafkan.
Misalnya mewaqafkan ayat 4 saja dalam surah al-Maun (107) tanpa
dilanjutkan pada ayat 5 Waqaf pada kalimat ini sekalipun pada akhir ayat tidak
baik (qabih),bahkan haram kalua disengaja menurut sebagian ulama
karenamaknanya menjadi rusak yang sangat fatal.
5
ص : sebaiknya terus
6
Cara membacanya : yaitu dengan memanjangkan ujung lafazh MARQODINAA
ukuran dua harkat karena hukum madd ashli, berhenti sejenak ukuran dua harkat
tanfa bernafas, kemudian di teruskan dengan lafazh selanjutnya.
Faidah saktah pada ayat ini yaitu : untuk memisahkan perkataan orang kafir
dengan perkataan orang mukmin, perkataan orang kafir selesai pada lafazh
MARQODINAA sedangkan lafazh sesudahnya ( HAADZAA MAA..) merupakan
perkataan orang mukmin. apabila kedua lafazh tersebut di sambungkan tanfa
memakai saktah maka akan terjadi kekeliruan dalam ma'nanya.
Pengertian Qath
Arti Qath secara bahasa adalah “memotong”, Sedangkan yang dimaksud dengan qath
ialah membenhentikan bacaan al-quran secara langsung dengan tujuan berhenti dari
bacaan tersebut, sehingga jika ia harus membaca ta’awudz jika hendak membaca al-
quran kembali.
7
D. PRATIK BACAAN WAQAF DAN WASHAL DALAM AL-QUR’AN
Pratik bacaan Waqaf
1. Jika huruf terakhir berharakat sukun (mati), maka membacanya tida ada
perubahan sama sekali.
Contohnya: ع َمالَ ُه ْم
ْ َث — اْ ارغَبْ — فَ َحد ْ َ( فtetap dibaca a’maalahum,
fahaddits – dan farghab )
2. Jika huruf terakhir berharakat fathah, kasrah, dan dhammah, Maka huruf terakhir
tersebut dibaca sukun (mati).
Contohnya:
Lafadz ( اْلبَلَدal-baladi) dibaca menjadi ( ْالبَلَ ْدal-balad), lafadz َ( َخلَقKhalaqa)
dibaca menjadi ق ْ َ( َخلkhalaq).
3. Jika huruf terakhir ta’ marbuthah () ة, baik letaknya di tengah ataupun di akhir
kalimat. Maka, membacanya adalah dengan mengganti huruf ta’ marbuthah () ة
tersebut dengan huruf ha’ ( ) ْهyang dibaca sukun (mati).
Contohnya:
Kata عة ُ – أخ َرة َ َجنَّ ْه — القَار
َ جنة — القَارdibaca menjadi عه — أخ َر ْه
4. Jika huruf terakhir berharakat (hidup), tetapi sebelumnya didahului huruf mati
(sukun), maka dua huruf tersebut dibaca sukun semuanya, tapi huruf yang terakhir
dibaca suara yang pelan.
Contohnya:
ْ ( بbil hazli) dibaca menjadi ( با ْل َه ْز ْلbil hazl)
Lafadz ال َه ْزل
5. Jika di akhir kalimat, didahului bacaan mad ashli atau mad layyin (bacaan mad
yang huruf sebelumnya berharakat fathah). Maka cara membacanya dengan
mematikan huruf yang terletak di akhir kalimat tersebut, dengan dipanjangkan
sedikit antara dua sampai empat harakat.
Contohnya: َص ۡيف — ال َحك ْي ُم — يَ ْشعُ ُر ْون
َّ م ْن خ َْوف —— َوٱل
6. Ketika berhenti di akhir kalimat, tetapi huruf akhirnya berharakat fathah tanwin ( ً
), maka cara mewaqafkan bacaan tersebut dengan membaca harakat fathahnya
saja sebanyak dua harakat. Sehingga ketika berhenti bacaannya menjadi bacaan
mad ‘iwadh.
Contohnya: Lafadz ا َ ْف َواجا dibaca menjadi ا ْف َوا َجا , kemudian lafadz َ س
ل ما َ
dibaca menjadi سلَ َما
َ
atau akhir suku kata terdiri dari huruf Hamzah berharakat fathah tanwnn []ء
dibaca fathah [ ] َء, seperti : َماءdibaca = َمائَا
atau akhir suku kata terdiri dari Alif maqshurah dan sebelumnya berharakat fathah
tanwin [ ] ى ـdibaca fathah [ َ ]ى ـ, seperti : س ًّمى
َ ُمdibaca = س َّمى
َ ُم
7. Jika huruf terakhir bertasydid, maka dimatikan tanpa menghilangkan fungsi
tasydidnya, seperti : م ْنـ ُه َّنdibaca م ْنـ ُه ْن, خلَ َق ُه َّنdibaca َخلَقَ ُه ْن
8
8. Hamzah di akhir kata yang ditulis di atas waw [ ] ؤdimatikan bila waqaf, dan
dibaca pendek bila washal, seperti : َيـتَـفَـيَّـ ُؤاdibaca ْ َيـتَـفَـيَّـأ
1. Dhammah
Yaitu hamzah washal yang terdapat pada fi’il dan huruf ketiga dari fi’il tersebut
berharakat dhammah.
Contoh: ر ُ خ – ا ُ ْن
ْْ ص ْْ ا ُ ْد ُخلُ ْوا – ا ُ ْخ ُر
2. Fathah
Yaitu hamzah washal pada isim yang diawali alif lam ta’rif.
Contoh: س – ا َ ْل ِع ْل ُْم
ُْ ا َ ْلبَقَ َر ْةُ – اَلنَّا
3. Kasrah
Hamzah washal yang terdapat pada fi’il dan huruf ketiga dari fi’il tersebut
berharakat fathah atau kasrah.
Contoh: ع ْْ َ ض ِر ْبْ– ا ِْفت
َْ ح – اِجْ ت َ َم ْ ِا
Hamzah washal yang terdapat pada isim-isim musytaq.
Contoh: ْ ِْ اِ ْج ِت َماعْ – ا- ْس ِت ْغفَار
ْس ِت ْخ َراج ْ ِْا
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Waqaf adalah salah satu hukum yang penting dipelajari dalam ilmu tajwid, dengan
mempelajari waqaf kita dapat mengetahui kapan dan dimana kita harus berhenti
sejenak dalam membaca ayat-ayat Al qur’an, pemahaman yang minim dapat
menyebabkan seseorang jatuh pada kesalahan ketika membaca Al qur’an.
2. Macam-Macam Waqaf
A. Waqaf Idl-thirari
B. Waqaf Intizhari (menunggu)
C. Waqaf Ikhtibari
D. Waqaf Ikhtiari (pilihan).
3. Tanda-tanda Washol.
a. ال : Sebaiknya terus
b. صلى: Sebaiknya terus
c. ز : Sebaiknya terus
d. ص : Sebaiknya terus
e. ق : Sebaiknya terus
B. SARAN
Demikian makalah ini penulis buat, jika terdapat kesalahan dalam penulis
maupun penyampaiannya penulis mengharapkan kritikan dan sarandari pembaca.
Atas kritikan dan saran dari pembaca penulis ucapkan terima kasih.
10
DAFTAR PUSTAKA
Nuraynien,makalahwaqofdanibtid,https://nuraynien.wordpress.com/2013/12/03/makalahwaq
of-dan-ibtida/,pada tanggal 19 Oktober 19 pukul 20:00.
Ade Hanafi Abu Raudhah. (2010).Materi Praktis Tahsin Tilawah 4.Bandung:Tar-Q Press.
Rouf, Abdul Aziz Abdur. 2014.Pedaman Dauroh Al-Qur’an Kajian Ilmu Tajwid Disusun
Secara Aplikatif.Jakarta: Markaz Al-Qur’an
11