Dosen Pengampu :
1. Siti Mardiyah
2. Amwaliyah
3. Asih Yulianti
Kelompok 10
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................1
BAB I...................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...............................................................................................................3
A. Latar Belakang.......................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan Masalah.....................................................................................................3
BAB II.................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.................................................................................................................5
A. Kaidah Waqaf dan Washal...................................................................................5
B. Tanda-Tanda Bacaan Waqaf Dan Washal..........................................................5
C. Saktah dan Qath’u.................................................................................................8
D. Praktik Bacaan washal dan Waqaf dalam Al-Quran.......................................11
BAB III..............................................................................................................................15
PENUTUP.........................................................................................................................15
A. Kesimpulan...........................................................................................................15
B. Saran.....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................16
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa kaidah waqaf dan washal?
2. Apa saja tanda-tanda baca waqaf dan washal?
3. Apa yang dimaksud dengan saktah dan qath’u?
4. Bagaimana praktik bacaan waqaf dan washal dalam Al-qur’an?
C. Tujuan Masalah
3
3. Untuk mengetahui apa itu saktah dan qath’u
4. Untuk mengetahui bagaimana cara praktik bacaan waqaf dan
washal dalam Al-qur’an
4
BAB II
PEMBAHASA
N
5
1
United Islamic Cultural Center of Indonesia,Tajwid Qarabasy, Jakarta,2005,hlm.44.
6
5. Tanda ṣad ( ) ﺹ, disebut juga dengan wakaf murakhkhas, menunjukkan
bahwa lebih baik tidak mengentikan bacaan, tetapi diperbolehkan berhenti
saat dkeadaan darurat dan tanpa mengubah makna. Perbedaan antara
hukum tanda ẓa dan ṣad terletak pada fungsinya; dalam kata lain, lebih
diperbolehkan berhenti pada wakaf ṣad.
6. Tanda ṣad lam ya ( ) ﺻﻠﮯmerupakan singkatan dari al-waṣal awlā yang
bermakna "wasal atau meneruskan bacaan lebih baik". Maka dari itu,
meneruskan bacaan tanpa mewakafkannya lebih dianjurkan.
7. Tanda qaf ( ) ﻕmerupakan singkatan dari qīla alayhil waqaf yang
bermakna "boleh berhenti pada wakaf sebelumnya". Maka dari itu, lebih
baik meneruskan bacaan walaupun boleh diwakafkan.
8. Tanda ṣad lam ( ) ﺻلmerupakan singkatan dari qad yūṣalu yang
bermakna "kadang kala boleh diwasalkan". Maka dari itu, lebih baik
berhenti walau kadang kala boleh diwasalkan;
9. Tanda qif ( ) قﻴفartinya lebih dianjurkan untuk berhenti. Tanda
tersebut biasanya muncul pada kalimat yang biasanya diteruskan oleh
sang pembaca tanpa berhenti.
10. Tanda sin ( ) سatau tanda saktah ( ) ﺳﮑﺘﻪmenandakan pemberhentian
sejenak tanpa mengambil napas, baru untuk meneruskan bacaan.
11. Tanda waqfah ( ) وقﻔﻪbermakna sama seperti wakaf saktah ( ) ﺳﮑﺘﻪ,
tetapi harus berhenti lebih lama tanpa mengambil napas.
12. Tanda lā ( ) ﻻmenandakan pelarangan penghentian. Tanda ini muncul
kadang-kala pada penghujung maupun pertengahan ayat. Jika muncul di
pertengahan ayat, maka tidak dianjurkan untuk berhenti. Jika berada di
penghujung ayat, sang pembaca boleh berhenti dan boleh tidak.
13. Tanda kaf ( ) ﻙmerupakan singkatan dari kaṭālik yang bermakna
"serupa". Dengan kata lain, makna dari wakaf ini mirip dengan wakaf
yang sebelumnya muncul.
14. Tanda titik tiga ( .˙. ) disebut sebagai wakaf muraqabah atau wakaf
ta'anuq, yang berarti "terikat". Wakaf ini bisa muncul sebanyak dua kali di
mana saja, dan dibaca dengan berhenti di salah satu tanda tersebut. Jika
sudah
7
berhenti pada tanda pertama, tidak perlu berhenti pada tanda kedua, dan
sebaliknya.2
سس َّل ُال ٍّ َ كاش ف ُه َّﻻ ه ۖ و ِإ شي ٍّء ق ٰىك ُ ٍّ سس و ِإ ْ ن َ ي ْ م
َو ’ ك ِدي ٌر َ’ل عل ك ر ه
ْن ْ م
ر ل خ َو
ض ْي
8
3. Tanda Waqaf Mujawwaz () ز, tanda boleh berhenti, namun meneruskan
bacaan adalah lebih utama.
2
Ade Hanafi Abu Raudhah, Materi Praktis Tahsin Tilawah 4, Bandung,2010
9
4. Tanda sad ( ) ﺹdisebut juga dengan Waqaf Murakhkhas, menunjukkan
bahwa lebih baik untuk tidak berhenti namun diperbolehkan berhenti saat
darurat tanpa mengubah makna. Perbedaan antara hukum tanda zha dan
sad adalah pada fungsinya, dalam kata lain lebih diperbolehkan berhenti
pada waqaf sad.
5. Tanda qaf ( ) ﻕmerupakan singkatan dari "Qeela alayhil waqf" yang
bermakna "telah dinyatakan boleh berhenti pada wakaf sebelumnya",
maka dari itu lebih baik meneruskan bacaan walaupun boleh diwaqafkan.
Tanda waqaf saktah dalam Al qur'an bisaanya di tulis dengan dengan tanda
( )ﺳاكﺘﻪatau kadang kala dengan ( )س. Tanda waqaf saktah dalam Al qur'an hanya
terdapat dalam 4 ayat. Berikut contoh tanda waqaf saktah dalam mushaf Al qur'an.
3
Chaer Abdul, Al-quran Ilmu Tajwid, Jakarta: Rineka Cipta, 2013, hlm 103
1
1) Surah al kahfi ayat 1, yaitu pada lafazh :
ق ﻴ م ا ل ﻴن د ز ﺝاﺳكﺘة يجعل لﻪ عو
(YAJ'ALLAHUU 'IWAJAA berhenti
sejenak QOYYIMAALLIYUNDZIRO.. ). Cara membacanya : yaitu
dengan menghilangkan tanwin dan digantinya dengan fathah pada lafazh
'IWAJAN sehingga menjadi madd 'iwad, panjang dua harkat. yaitu
menjadi 'IWAJAA berhenti sejenak ukuran dua harkat tanpa bernafas,
kemudian di teruskan dengan lafazh selanjutnya. Faidah saktah pada ayat
ini yaitu : untuk memisahkan dua lafazh, yang apabila membacanya di
washol/disambung dengan tidak memakai saktah, maka akan disangka
bahwa lafazh QOYYIMAN menjadi sifat dari lafazh 'IWAJAN, yang tentu
ma'nanya sangat bertolak belakang, 'IWAJAN artinya kebengkokan
sedangkan QOYYIMAN artinya lurus, oleh karena itu ketika lafazh
'IWAJAN membacanya hendak di washol dengan lafazh QOYYIMAN
maka diwajibkan memakai Saktah.
2) Suroh YAASIIN ayat 52, yaitu pada lafazh :
من مرقدناﺳكﺘة هذا ما
(MIMMARQODINAA berhenti sejenak HAADZAA MAA). Cara
membacanya : yaitu dengan memanjangkan ujung lafazh MARQODINAA
ukuran dua harkat karena hukum madd ashli, berhenti sejenak ukuran dua
harkat tanfa bernafas, kemudian di teruskan dengan lafazh selanjutnya.
Faidah saktah pada ayat ini yaitu : untuk memisahkan perkataan orang
kafir dengan perkataan orang mukmin, perkataan orang kafir selesai pada
lafazh MARQODINAA sedangkan lafazh sesudahnya (HAADZAA
MAA..) merupakan perkataan orang mukmin. apabila kedua lafazh
tersebut di sambungkan tanfa memakai saktah maka akan terjadi
kekeliruan dalam ma'nanya.
3) Suroh AL-QIYAMAH ayat 27, yaitu pada lafazh :
وقﻴل منﺳكﺘة راﻕ
1
(WA QIILA MAN berhenti sejenak ROOQ). Cara membacanya : yaitu
dengan meng izharkan huruf nun mati pada lafazh MAN, berhenti sejenak
ukuran dua harkat tanfa bernafas, kemudian di teruskan dengan lafazh
selanjutnya. Faidah saktah pada ayat ini yaitu : menunjukan bahwa lafazh
MAN dan ROOQ bukanlah satu kalimah melainkan dua kalimah, dan
apabila membacanya disambung tanpa memakai saktah, maka akan terjadi
idghoom bilaghunnah, dan kemungkinan akan dianggap satu kalimah.
yaitu menjadi lafazh: ( مـراﻕMARROOQ ) dengan
mengikuti wazan ( فعالFA''AALUN ) tasydid pada huruf 'ain.
4) Suroh AL-MUTHOFFIFIIN ayat 14, yaitu pada lafazh :
كال بلﺳكﺘة ران
(KALLAA BAL berhenti sejenak ROONA). Cara membacanya : yaitu
dengan mengizharkan huruf lam pada lafazh BAL, berhenti sejenak
ukuran dua harkat tanpa bernafas, kemudian di teruskan dengan lafazh
selanjutnya. Faidah saktah pada ayat ini yaitu : menunjukan bahwa lafazh
BAL dan ROONA bukanlah satu kalimat melainkan dua kalimat, dan
apabila membacanya disambung tanpa memakai saktah, maka akan terjadi
idghoom mutaqooribain shogiir, dan kemungkinan akan dianggap satu
kalimah, yaitu menjadi lafazh : ( ب ـ ـران BARROONA ) dengan
mengikuti wazan ( فعالFA''AALUN ) tasydiid pada huruf 'ain4.
Pengertian Qath’u
5
https://adinawas.com/pengertian-waqaf-saktah-dan-qath.html
1
D. Praktik Bacaan washal dan Waqaf dalam Al-Quran
☼ ساب
☼ا ˚ل ☼ا ˚ل ا ˚لdibaca ☼ ب ال ¸ح
¸ح ب ¸حسا ب ¸حسا سا
- Fathah, kasrah atau dhammah sebelumnya ada Ya’ mati,[ ] َـ ¸ـ, seperti :
˚ـ ي
☼ ˚ل ¸م ˚ل ح ¸ﻠ ˚ﻴ ˚م
َ َاdibaca ☼ َا ˚ل ˚م
˚ل ح ¸ﻠ ˚ﻴ م ☼ا ح ☼ا
¸ﻠ ح
˚ﻴ ¸ﻠ
˚ﻴ
1
dibaca ☼ م˚ ﻴ˚ ﻠ¸ ح
3. Akhir suku kata berharakat fathatain dan sesudahnya ada huruf Alif []ا ˝ـ
dibaca fathah []ا َـ, seperti : ☼ ما˝ ﻴ˚ ك¸ حdibaca = ☼ َ ما ﻴ˚ ك¸ ح
- atau akhir suku kata terdiri dari huruf Hamzah berharakat fathatainn [ ˝ء
]
dibaca fathah [َ ] ء, seperti : ☼ ءdibaca = ☼ مائَا
˝ ما
1
- atau akhir suku kata terdiri dari Alif maqshurah dan sebelumnya
berharakat fathatain [ ] ى ˝ـdibaca fathah [ ]ى َـ, seperti : ☼ ًّ مى
dibaca =
مس
☼ مس َّمى
4. Akhir suku kata terdiri dari Ta’ Marbuthah [ ] ة ـ ـةdimatikan dan bunyinya
berubah menjadi bunyi Ha’ [ ] ه ـ ﻪ˚ ـ, seperti :
5. Akhir suku kata yang terdiri dari huruf Ha’ berharakat kasrah atau
dhammah [ ˚ ] ـﻪ ـ ﻪ¸ ـdimatikan [ ] ﻪ˚ ـ ـ ﻪ˚ ـ, seperti :
ﺻا حَ ب ¸ﺘ ˚ﻪ
☼ =dibaca ˚ﻪ َ ب ¸ﺘ ¸ﻪ ☼ dibaca = ˚☼ َر ˚ﺳ ˚ولَﻪ
˚ول˚ ﺳ˚ ر ☼ـ ﺻا
¸ح
6. Akhir suku kata terdiri dari huruf Mad atau huruf mati, dibaca apa adanya
tanpa ada perubahan, seperti :
˚ َا ˚ق َﻔالdibaca tetap ☼
َا ˚ق َﻔا ˚ل َها ¸تdibaca tetap ☼ ¸تي ☼ ˚وا tetap
َها ☼ ي
☼ سق˚ ج- ف جنَّا
نَّا
dibaca ☼ َ ☼ل غى- َف ˚واdibaca tetap ☼ طَغى ˚م dibaca ☼ عَﻠ ˚ﻴ ¸ه ˚م
ط ☼
˚َﻴ سق عَﻠ ˚ﻴ ¸ه َ ﻴtetap
- ☼ ˚ ˚ولَدtetap dibaca ☼ ˚َ˚ ولد
7. Akhir suku kata terdiri dari huruf hidup, sedangkan sebelumnya terdapat
huruf mati seperti dalam kurung [ ˚ ـَ ˚ـ/ ˚ ¸ـ ـ/] ـ ˚ـmaka huruf akhir suku
kata itu
dikaitkan seperti dalam kurung [ ـ ˚ ـ˚ ˚ـ/ ] ـsehingga ada dua huruf mati.
˚
/
Cara mewaqafkan, cukup sekedar bunyi akhir suku kata itu didengar
sendiri atau oleh orang yang berdekatan sebagai isyarat bahwa ada huruf
mati, sehingga waqaf seperti ini disebut “waqaf isyarat”. Contoh :
1
ص ˚ر
☼ َواdibaca ¸ر ˚مـ ˚ر ☼ َوا ˚ل َ عdibaca ☼ َواألَ ˚مـ ˚ر
َ˚ل َ ع واأل ☼ـ
ص
1
- - َيـﺘَ ـَﻔـَّ ﻴـ ˚ؤاWaqaf bila ☼
- dan bila Washal dibaca ˚ َ يـﺘَ ـَﻔـﻴَـ ﻪ˚لTulisan
˚ـَﺘـﻔـَّﻴـأ
َ QS.An-Nahl ]16[ : 48 ظ ˚ؤا
- ؤا˚ َبــ عـ˚ َيـbila Waqaf dibaca ☼ ˚ ؤا ¸بـك˚ ˚مdibaca Washal bila an
Tulisan
˚ بـأ عـ˚ َـQS.Al-Furqan [26] : 77 - ـ ˚عـ َبـ
d -
ؤا˚ َر ˚ـدDemikian pula dalam QS.Yusuf [12] : 84 ؤا˚ َﺘـ ﻔـ˚ َتـ, - dalam QS.
Thaha
[20] : 18 ؤا˚ َّكـ َو َا تَ ـ,- dan dalam QS. An-Nur [24] : 8
10. Hamzah di akhir kata yang ditulis di atas waw [ ] ؤbila waqaf dimatikan.
sesudah membaca panjang huruf sebelumnya, dan bila washal hamzah
dibaca pendek seperti :
- َـﻠـمـ ˚ؤا
Tulisan dibaca ☼ ع˚ـ َﻠـ َمـا ˚ء- dibaca Washal bila dan ˚عَـﻠـمـ ˚ؤا
Waqaf bila
ﺳ َرا ¸ئ ˚ﻴ َ ل ¸نQS. Asy-Syu'araa' : [26} :197 -
ي
ش˚ـ َﻔـعــ ˚ؤا ش˚ـ-, QS.Ar-Ruum ]30[ 13: َعـﻔـ ˚ؤا ال,- QS.Yunus [10] : 28
َركـ ˚ؤا ضـ
Demikian pula dalam QS.Fathir [35] : 28 ؤا˚ َﻠـمـ ـ˚ع,- QS. Ibrahim : [14] : 21
,- dan Al-Mu’min [40] : 47 6
1
6
https://www.imamrambe.eu.org/2018/12/makalah-tahsinul-quran-tentang-waqaf.html
1
Praktik bacaan Washal
1) Dhammah
Yaitu hamzah washal yang terdapat pada fi’il dan huruf ketiga dari fi’il
tersebut berharakat dhammah.
Contoh: Udkhuluu – ukhruj - unshur
2) Fathah
Yaitu hamzah washal pada isim yang di awali alif lam ta’rif.
Contoh: Al-baqorotu – Annasu - Al-thimu
3) Kasrah
Hamzah washal yang terdapat pada fi’il huruf ketiga dari fi’il tersebut
berharakat fathah atau kasrah.
Contoh: Ishrib – Iftah - Ijtama’a7
7
https://id.scribd.com/document/436210270/MAKALAH-WAQAF
1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Waqaf adalah salah satu hukum yang penting dipelajari dalam ilmu tajwid,
dengan mempelajari waqaf kita dapat mengetahui kapan dan dimana kita harus
berhenti sejenak dalam membaca ayat-ayat Al-qur’an, pemahaman yang minim
dapat menyebabkan seseorang jatuh pada kesalahan ketika membaca Al-qur’an.
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, jika terdapat kesalahan dalam penulis
ataupun penyampaiannya kami mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca.
Atas kritikan dan saran dari pembaca kami ucapkan terima kasih.
2
DAFTAR PUSTAKA
Ade Hanafi Abu Raudha. 2010. Materi Praktis Tahsin Tilawah 4, Bandung: Tar-Q
Press
https://www.imamrambe.eu.org/2018/12/makalah-tahsinul-quran-tentang-
waqaf.html, diakses pada tanggal 20 Juni 2021