Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH WAQAF

(Dibuat untuk memenuhi Mata Kuliah Baca Tulis Qur’an)

Dosen Pengampu :

Anwar Hidayat, S. Pd., M, Pd

Disusun oleh Kelompok 10 :

1. Siti Mardiyah
2. Amwaliyah
3. Asih Yulianti

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ASSALAMIYAH


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SERANG-BANTEN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmatNya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“WAQAF“ Sebagaimana telah kita ketahui bahwa penyusunan makalah ini
sebagai pemenuhan tugas mata kuliah “BACA TULIS QUR’AN”.

Tidak lupa penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan


kesalahan dalam penyusunan makalah ini, karena keterbatasan kemampuan
yang penyusun miliki. Oleh karena itu, penyusun mohon kritik dan sarannya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

Serang, 17 Oktober 2023

Kelompok 10

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................1
BAB I...................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...............................................................................................................3
A. Latar Belakang.......................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan Masalah.....................................................................................................3
BAB II.................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.................................................................................................................5
A. Kaidah Waqaf dan Washal...................................................................................5
B. Tanda-Tanda Bacaan Waqaf Dan Washal..........................................................5
C. Saktah dan Qath’u.................................................................................................8
D. Praktik Bacaan washal dan Waqaf dalam Al-Quran.......................................11
BAB III..............................................................................................................................15
PENUTUP.........................................................................................................................15
A. Kesimpulan...........................................................................................................15
B. Saran.....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................16

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah SWT menurunkan Al-qur’an kepada manusia dengan sangat


sempurna. Kesempurnaannya tidak hanya terletak pada kedalaman kandungan
maknanya dan ketimggian bahasanya. Namun kesempurnaannya juga tampak dari
sistematika juz, surat, ayat, dan tema-tema pembahasannya. Hal itu tak lain adalah
untuk memudahkan pemahaman dan pengahayatan manusia terhadap Al-qur’an.
Sistematika Al-qur’an yang terbagi dalam 30 juz, 114 surat, dan 6666 ayat dan
313.671 huruf tersebut disusun juga untuk meringankan manusia dalam
membacanya.

Sebagaimana maklum bahwa secara kodrati menusia memiliki kelemahan


dalam kekuatan nafas. Jika Al-qur’an tidak terpecah dalam surat-surat dan
masing- masing surat tidak dibagi dalam ayat-ayat, maka tentulah manusia akan
kesulitan membacanya dengan baik dan benar. Bahkan, dalam ayat-ayat tertentu
yang tergolong panjang, daya jangkau nafas manusiapun tidak mampu
melampauinya dengan sempurna. Karena itulah kemudian disusun suatu kaidah
yang menjadi pedoman dalam menentukan tempat berhenti dan memulai bacaan
Al-qur’an, yang disebut dengan waqaf.

B. Rumusan Masalah
1. Apa kaidah waqaf dan washal?
2. Apa saja tanda-tanda baca waqaf dan washal?
3. Apa yang dimaksud dengan saktah dan qath’u?
4. Bagaimana praktik bacaan waqaf dan washal dalam Al-qur’an?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa kaidah waqaf dan washal


2. Untuk mengetahui tanda-tanda baca waqaf dan washal

3
3. Untuk mengetahui apa itu saktah dan qath’u
4. Untuk mengetahui bagaimana cara praktik bacaan waqaf dan
washal dalam Al-qur’an

4
BAB II
PEMBAHASA
N

A. Kaidah Waqaf dan Washal

Waqaf secara sederhana dapat diartikan sebagai penghentian bacaan al-


quran karena sebab-sebab tertentu. Waqaf menurut bahasa ialah al-Habs yang
artinya menahan. Sedangkan menurut istilah, waqaf adalah memutuskan suara
pada suatu kalimat dalam waktu tertentu, tidak begitu lama, kemudian mengambil
nafas satu kali dengan niat untuk memulai kembali bacaan al-Qur’an. Waqaf [ ‫] َوق‬
‫ف‬
adalah menghentikan bacaan atau suara sejenak pada akhir suku kata untuk
mengambil nafas dengan maksud melanjutkan bacaan pada ayat berikutnya.
Lawanya waqaf ialah washal, yang berarti menyambung bacaan.
Menurut istilah washal adalah meneruskan bacaan Al-Qur'an sampai ada tanda
waqaf. Tidak boleh diputus-putus membacanya. Jika tidak kuat napasnya, boleh
berhenti, tetapi bacaannya diulang kembali.1

B. Tanda-Tanda Bacaan Waqaf Dan Washal


Berikut tanda-tanda baca waqaf:
1. Tanda mim ( ‫) مـ‬, disebut juga dengan wakaf lazim, adalah penghentian di
akhir kalimat sempurna. Wakaf lazim disebut juga sebagai
wakaf tāmm (sempurna) karena wakaf terjadi setelah kalimat sempurna
dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya. Tanda mim ( ‫) م‬,
memiliki kemiripan dengan tanda tajwid iqlab, tetapi sangat jauh berbeda
dengan fungsi dan maksudnya.
2. Tanda ṭa ( ‫ ) ﻁ‬adalah tanda wakaf mutlak sehingga diwajibkan untuk
berhenti.
3. Tanda jim ( ‫ ) ﺝ‬adalah wakaf jaiz, jadi boleh berhenti dan boleh
melanjutkan bacaan.
4. Tanda ẓa ( ‫ ) ﻇ‬menandakan lebih baik tidak berhenti.

5
1
United Islamic Cultural Center of Indonesia,Tajwid Qarabasy, Jakarta,2005,hlm.44.

6
5. Tanda ṣad ( ‫) ﺹ‬, disebut juga dengan wakaf murakhkhas, menunjukkan
bahwa lebih baik tidak mengentikan bacaan, tetapi diperbolehkan berhenti
saat dkeadaan darurat dan tanpa mengubah makna. Perbedaan antara
hukum tanda ẓa dan ṣad terletak pada fungsinya; dalam kata lain, lebih
diperbolehkan berhenti pada wakaf ṣad.
6. Tanda ṣad lam ya ( ‫ ) ﺻﻠﮯ‬merupakan singkatan dari al-waṣal awlā yang
bermakna "wasal atau meneruskan bacaan lebih baik". Maka dari itu,
meneruskan bacaan tanpa mewakafkannya lebih dianjurkan.
7. Tanda qaf ( ‫ ) ﻕ‬merupakan singkatan dari qīla alayhil waqaf yang
bermakna "boleh berhenti pada wakaf sebelumnya". Maka dari itu, lebih
baik meneruskan bacaan walaupun boleh diwakafkan.
8. Tanda ṣad lam ( ‫ ) ﺻل‬merupakan singkatan dari qad yūṣalu yang
bermakna "kadang kala boleh diwasalkan". Maka dari itu, lebih baik
berhenti walau kadang kala boleh diwasalkan;
9. Tanda qif ( ‫ ) قﻴف‬artinya lebih dianjurkan untuk berhenti. Tanda
tersebut biasanya muncul pada kalimat yang biasanya diteruskan oleh
sang pembaca tanpa berhenti.
10. Tanda sin ( ‫ ) س‬atau tanda saktah ( ‫ ) ﺳﮑﺘﻪ‬menandakan pemberhentian
sejenak tanpa mengambil napas, baru untuk meneruskan bacaan.
11. Tanda waqfah ( ‫ ) وقﻔﻪ‬bermakna sama seperti wakaf saktah ( ‫) ﺳﮑﺘﻪ‬,
tetapi harus berhenti lebih lama tanpa mengambil napas.
12. Tanda lā ( ‫ ) ﻻ‬menandakan pelarangan penghentian. Tanda ini muncul
kadang-kala pada penghujung maupun pertengahan ayat. Jika muncul di
pertengahan ayat, maka tidak dianjurkan untuk berhenti. Jika berada di
penghujung ayat, sang pembaca boleh berhenti dan boleh tidak.
13. Tanda kaf ( ‫ ) ﻙ‬merupakan singkatan dari kaṭālik yang bermakna
"serupa". Dengan kata lain, makna dari wakaf ini mirip dengan wakaf
yang sebelumnya muncul.
14. Tanda titik tiga ( .˙. ) disebut sebagai wakaf muraqabah atau wakaf
ta'anuq, yang berarti "terikat". Wakaf ini bisa muncul sebanyak dua kali di
mana saja, dan dibaca dengan berhenti di salah satu tanda tersebut. Jika
sudah

7
berhenti pada tanda pertama, tidak perlu berhenti pada tanda kedua, dan
sebaliknya.2

Tanda-tanda washal diantaranya:


1. Tanda Laa ( ‫ ) ﻻ‬bermaksud "Jangan berhenti!". Tanda ini muncul kadang-
kala pada penghujung maupun pertengahan ayat. Jika ia muncul di
pertengahan ayat, maka tidak dibenarkan untuk berhenti dan jika berada di
penghujung ayat, pembaca tersebut boleh berhenti atau tidak.
Contoh : An-Naml: 63

‫ن ۙ َ ع م خلُوا جن َ ما كُ ْنتُ ْم تَ ْع‬


ُ ‫ن تَت ُ م ا ْل َم ِ ب‬ ‫الَّ ِذي‬
‫َمُلون‬ ‫َيقُولُون ل لَ ادْ ا ْل ة‬ ‫َوفَّا ََل ِئ َ كة ي‬
‫ٌم ْي‬ ‫ط‬
‫س‬ ’‫ِي‬

"(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para


malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun´alaikum,
masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu
kerjakan".

2. Tanda sad-lam-ya' ( ‫ ) ﺻلﮯ‬Tanda sad-lam-ya' merupakan singkatan


dari "Al-wasl Awlaa" yang bermakna "wasal atau meneruskan bacaan
adalah lebih baik", maka dari itu meneruskan bacaan tanpa
mewaqafkannya adalah lebih baik.
Contoh:An-Naml: 17

‫سس َّل ُال ٍّ َ كاش ف ُه َّﻻ ه‬ ‫ۖ و ِإ‬ ‫شي ٍّء ق‬ ‫ٰىك‬ ُ ٍّ ‫سس‬ ‫و ِإ ْ ن َ ي ْ م‬
‫َو‬ ’ ‫ك‬ ‫ِدي ٌر‬ َ‫’ل عل‬ ‫ك ر ه‬
‫ْن ْ م‬
‫ر ل‬ ‫خ َو‬
‫ض‬ ‫ْي‬

"Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak


ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia
mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap
sesuatu."

8
3. Tanda Waqaf Mujawwaz (‫) ز‬, tanda boleh berhenti, namun meneruskan
bacaan adalah lebih utama.

2
Ade Hanafi Abu Raudhah, Materi Praktis Tahsin Tilawah 4, Bandung,2010

9
4. Tanda sad ( ‫ ) ﺹ‬disebut juga dengan Waqaf Murakhkhas, menunjukkan
bahwa lebih baik untuk tidak berhenti namun diperbolehkan berhenti saat
darurat tanpa mengubah makna. Perbedaan antara hukum tanda zha dan
sad adalah pada fungsinya, dalam kata lain lebih diperbolehkan berhenti
pada waqaf sad.
5. Tanda qaf ( ‫ ) ﻕ‬merupakan singkatan dari "Qeela alayhil waqf" yang
bermakna "telah dinyatakan boleh berhenti pada wakaf sebelumnya",
maka dari itu lebih baik meneruskan bacaan walaupun boleh diwaqafkan.

C. Saktah dan Qath’u

Menurut bahasa saktah berarti diam. Adapun yang dimaksud menurut


istilah, adalah menghentikan bacaan (Alquran) sejenak tanpa mengambil napas.
Menurut istilah dalam ilmu tajwid saktah artinya menghentikan suara bacaan
sejenak, sedangkan nafas tidak terputus, masih dalam kaitan membaca kalimat
(kata). Jadi, belum waqaf.3 Cara membaca saktah yaitu berhenti sejenak tanpa
bernafas sekedar 1 alif atau 2 harokat

Tanda waqaf saktah dalam Al qur'an bisaanya di tulis dengan dengan tanda
( ‫ )ﺳاكﺘﻪ‬atau kadang kala dengan (‫ )س‬. Tanda waqaf saktah dalam Al qur'an hanya
terdapat dalam 4 ayat. Berikut contoh tanda waqaf saktah dalam mushaf Al qur'an.

Cara membaca saktah

Di dalam Al-quran ada 4 bacaan saktah, yaitu:

1. Surat al-Kahfi: ayat 1-2


2. Surat Yasin: ayat 52
3. Surat al-Qiyamah: ayat 27
4. Surat al-Muthaffifin: ayat 14

3
Chaer Abdul, Al-quran Ilmu Tajwid, Jakarta: Rineka Cipta, 2013, hlm 103

1
1) Surah al kahfi ayat 1, yaitu pada lafazh :
‫ق ﻴ م ا ل ﻴن د ز‬ ‫ﺝاﺳكﺘة‬ ‫يجعل لﻪ عو‬
(YAJ'ALLAHUU 'IWAJAA berhenti
sejenak QOYYIMAALLIYUNDZIRO.. ). Cara membacanya : yaitu
dengan menghilangkan tanwin dan digantinya dengan fathah pada lafazh
'IWAJAN sehingga menjadi madd 'iwad, panjang dua harkat. yaitu
menjadi 'IWAJAA berhenti sejenak ukuran dua harkat tanpa bernafas,
kemudian di teruskan dengan lafazh selanjutnya. Faidah saktah pada ayat
ini yaitu : untuk memisahkan dua lafazh, yang apabila membacanya di
washol/disambung dengan tidak memakai saktah, maka akan disangka
bahwa lafazh QOYYIMAN menjadi sifat dari lafazh 'IWAJAN, yang tentu
ma'nanya sangat bertolak belakang, 'IWAJAN artinya kebengkokan
sedangkan QOYYIMAN artinya lurus, oleh karena itu ketika lafazh
'IWAJAN membacanya hendak di washol dengan lafazh QOYYIMAN
maka diwajibkan memakai Saktah.
2) Suroh YAASIIN ayat 52, yaitu pada lafazh :
‫من مرقدناﺳكﺘة هذا ما‬
(MIMMARQODINAA berhenti sejenak HAADZAA MAA). Cara
membacanya : yaitu dengan memanjangkan ujung lafazh MARQODINAA
ukuran dua harkat karena hukum madd ashli, berhenti sejenak ukuran dua
harkat tanfa bernafas, kemudian di teruskan dengan lafazh selanjutnya.
Faidah saktah pada ayat ini yaitu : untuk memisahkan perkataan orang
kafir dengan perkataan orang mukmin, perkataan orang kafir selesai pada
lafazh MARQODINAA sedangkan lafazh sesudahnya (HAADZAA
MAA..) merupakan perkataan orang mukmin. apabila kedua lafazh
tersebut di sambungkan tanfa memakai saktah maka akan terjadi
kekeliruan dalam ma'nanya.
3) Suroh AL-QIYAMAH ayat 27, yaitu pada lafazh :
‫وقﻴل منﺳكﺘة راﻕ‬

1
(WA QIILA MAN berhenti sejenak ROOQ). Cara membacanya : yaitu
dengan meng izharkan huruf nun mati pada lafazh MAN, berhenti sejenak
ukuran dua harkat tanfa bernafas, kemudian di teruskan dengan lafazh
selanjutnya. Faidah saktah pada ayat ini yaitu : menunjukan bahwa lafazh
MAN dan ROOQ bukanlah satu kalimah melainkan dua kalimah, dan
apabila membacanya disambung tanpa memakai saktah, maka akan terjadi
idghoom bilaghunnah, dan kemungkinan akan dianggap satu kalimah.
yaitu menjadi lafazh: ‫( مـراﻕ‬MARROOQ ) dengan
mengikuti wazan ‫ ( فعال‬FA''AALUN ) tasydid pada huruf 'ain.
4) Suroh AL-MUTHOFFIFIIN ayat 14, yaitu pada lafazh :
‫كال بلﺳكﺘة ران‬
(KALLAA BAL berhenti sejenak ROONA). Cara membacanya : yaitu
dengan mengizharkan huruf lam pada lafazh BAL, berhenti sejenak
ukuran dua harkat tanpa bernafas, kemudian di teruskan dengan lafazh
selanjutnya. Faidah saktah pada ayat ini yaitu : menunjukan bahwa lafazh
BAL dan ROONA bukanlah satu kalimat melainkan dua kalimat, dan
apabila membacanya disambung tanpa memakai saktah, maka akan terjadi
idghoom mutaqooribain shogiir, dan kemungkinan akan dianggap satu
kalimah, yaitu menjadi lafazh : ‫( ب ـ ـران‬ BARROONA ) dengan
mengikuti wazan ‫ ( فعال‬FA''AALUN ) tasydiid pada huruf 'ain4.

Pengertian Qath’u

Arti Qath’u secara bahasa adalah “memotong”, Sedangkan yang dimaksud


dengan qath’u ialah membenhentikan bacaan al-quran secara langsung dengan
tujuan berhenti dari bacaan tersebut, sehingga jika ia harus membaca ta’awudz
jika hendak membaca al-quran kembali.5

5
https://adinawas.com/pengertian-waqaf-saktah-dan-qath.html

1
D. Praktik Bacaan washal dan Waqaf dalam Al-Quran

Waqaf dalam membaca Al-Qur’an dapat dilakukan dengan cara-cara


sebagai berikut, yaitu :

1. Akhir suku kata dimatikan dalam bacaan apabila berharakat fathah,


kasrah, dhammah, kasratain atau dhammatain [ ٍّ‫ـ‬ ٌ‫ـ‬
ُ‫ـ‬ ِ‫ـ‬ َ‫] ـ‬ Contoh :

‫سَق ر ☼ نُذُ ر ☼ = نُذُ ر س ْ ن ☼ = سن ☼ ّ ف = ☼ ّ ف ☼ َا ِ ش ْر‬ = ☼‫سقَ ْر‬


ِ ْ َ
‫َت ُو ☼ = ☼َا ِ س‬ ‫ت ُو‬ ‫َا ْ ح‬ ‫☼ َا ْ ح‬
‫خ‬ ‫خ‬
‫ٌر‬
2. Akhir suku kata dimatikan [ ˚‫] ـ‬dalam bacaan apabila berharakat : Fathah,
kasrah atau dammah yang sebelumnya ada Alif [˚‫ ] ـ ¸ـ ـَ ا‬seperti :

☼ ‫ساب‬
‫☼ا ˚ل‬ ‫☼ا ˚ل‬ ‫ ا ˚ل‬dibaca ☼ ‫ب ال ¸ح‬
‫¸ح ب‬ ‫¸حسا ب‬ ‫¸حسا سا‬

‫ خطاَ ياي‬dibaca ☼ ‫☼ـ‬ ‫ خطا‬dibaca ☼ ‫☼ا¸َّيا‬


‫ي‬ ‫ا¸َّيا ي‬ ‫َيا‬ ‫ي‬

- Fathah sebelumnya ada Wa [ َ‫ ] ـ‬seperti : ☼ ‫ر‬


˚ dibaca ☼ ‫˚نص ˚ر ˚و ˚ن‬
‫و‬ ‫ن‬ ‫˚ي ˚ن ˚و‬
‫ص‬

- Fathah, kasrah atau dhammah sebelumnya ada Ya’ mati,[ ‫ ] َـ ¸ـ‬, seperti :
‫˚ـ ي‬
☼ ‫˚ل ¸م ˚ل ح ¸ﻠ ˚ﻴ ˚م‬
َ ‫ َا‬dibaca ☼ ‫َا ˚ل ˚م‬
‫˚ل ح ¸ﻠ ˚ﻴ م ☼ا ح ☼ا‬
‫¸ﻠ‬ ‫ح‬
‫˚ﻴ‬ ‫¸ﻠ‬
‫˚ﻴ‬

- Dhammatain atau kasratain sebelumnya ada Ya’mati, [„‫ ] ـ ˚ـ‬seperti : ☼


‫ي‬
‫ح ¸ﻠ ˚ﻴ ˚م ☼ح ¸ﻠ ˚ﻴ „م‬

1
dibaca ☼ ‫م˚ ﻴ˚ ﻠ¸ ح‬

- Dhammatain atau kasratain sebelumnya ada Waw mati [„ ‫ ] ـ‬seperti : ☼


‫˚ـ و‬
‫ ˚و ☼غﻔ˚ ˚و „ر‬dibaca = ☼ ‫ر˚ و˚ ˚غﻔ‬
‫˚ر‬
˚‫غﻔ‬

3. Akhir suku kata berharakat fathatain dan sesudahnya ada huruf Alif [‫]ا ˝ـ‬
dibaca fathah [‫]ا َـ‬, seperti : ☼‫ ما˝ ﻴ˚ ك¸ ح‬dibaca = ☼ َ ‫ما ﻴ˚ ك¸ ح‬

- atau akhir suku kata terdiri dari huruf Hamzah berharakat fathatainn [ ‫˝ء‬
]
dibaca fathah [َ‫ ] ء‬, seperti : ☼ ‫ ء‬dibaca = ☼ ‫مائَا‬
‫˝ ما‬

1
- atau akhir suku kata terdiri dari Alif maqshurah dan sebelumnya
berharakat fathatain [ ‫ ] ى ˝ـ‬dibaca fathah [ ‫]ى َـ‬, seperti : ☼ ًّ ‫مى‬
dibaca =
‫مس‬
☼ ‫مس َّمى‬

4. Akhir suku kata terdiri dari Ta’ Marbuthah [ ‫ ] ة ـ ـة‬dimatikan dan bunyinya
berubah menjadi bunyi Ha’ [ ‫ ] ه ـ ﻪ˚ ـ‬, seperti :

‫حا ¸مَ ﻴ ˚ﻪ‬ ˚‫¸م َﻴة‬


☼ dibaca = ‫ه‬ dibaca = ☼ ‫☼ ة„ َر َر‬
‫˚ َر َر‬ ‫☼ـ حا‬

5. Akhir suku kata yang terdiri dari huruf Ha’ berharakat kasrah atau
dhammah [ ˚‫ ] ـﻪ ـ ﻪ¸ ـ‬dimatikan [ ‫ ] ﻪ˚ ـ ـ ﻪ˚ ـ‬, seperti :

‫ﺻا حَ ب ¸ﺘ ˚ﻪ‬
☼ =dibaca ˚‫ﻪ‬ ‫َ ب ¸ﺘ ¸ﻪ‬ ☼ dibaca = ˚‫☼ َر ˚ﺳ ˚ولَﻪ‬
‫˚ول˚ ﺳ˚ ر‬ ‫☼ـ ﺻا‬
‫¸ح‬

6. Akhir suku kata terdiri dari huruf Mad atau huruf mati, dibaca apa adanya
tanpa ada perubahan, seperti :

˚‫ َا ˚ق َﻔال‬dibaca tetap ☼
‫ َا ˚ق َﻔا ˚ل َها ¸ت‬dibaca tetap ☼ ‫¸تي ☼ ˚وا‬ tetap
‫َها ☼ ي‬
‫ ☼ سق˚ ج‬- ‫ف‬ ‫جنَّا‬
‫نَّا‬
dibaca ☼ َ ‫ ☼ل غى‬- ‫ َف ˚وا‬dibaca tetap ☼ ‫طَغى ˚م‬ dibaca ☼ ‫عَﻠ ˚ﻴ ¸ه ˚م‬
‫ط‬ ☼
˚‫َﻴ سق‬ ‫عَﻠ ˚ﻴ ¸ه‬ ‫ َ ﻴ‬tetap
- ☼ ˚‫ ˚ولَد‬tetap dibaca ☼ ˚َ‫˚ ولد‬

7. Akhir suku kata terdiri dari huruf hidup, sedangkan sebelumnya terdapat
huruf mati seperti dalam kurung [ ˚‫ ـَ ˚ـ‬/ ˚‫ ¸ـ ـ‬/‫] ـ ˚ـ‬maka huruf akhir suku
kata itu
dikaitkan seperti dalam kurung [ ‫ـ‬ ˚‫ ـ˚ ˚ـ‬/‫ ] ـ‬sehingga ada dua huruf mati.
˚
/

Cara mewaqafkan, cukup sekedar bunyi akhir suku kata itu didengar
sendiri atau oleh orang yang berdekatan sebagai isyarat bahwa ada huruf
mati, sehingga waqaf seperti ini disebut “waqaf isyarat”. Contoh :
1
‫ص ˚ر‬
‫ ☼ َوا‬dibaca ‫¸ر ˚مـ ˚ر‬ ‫ ☼ َوا ˚ل َ ع‬dibaca ‫☼ َواألَ ˚مـ ˚ر‬
َ‫˚ل َ ع واأل‬ ‫☼ـ‬
‫ص‬

8. Akhir suku kata bertasydid dimatikan tanpa menghilangkan fungsi


tasydidnya, seperti : ☼ ‫ه‬
˚ dibaca ☼ ‫˚ ن ☼خَﻠق‬ ‫ ـ‬dibaca ☼ ‫خَﻠقَ ˚ه ˚ ن‬
‫ن‬
‫ن م‬ ‫˚ه م ˚نـ ˚ه‬
‫˚نـ‬
9. Hamzah di akhir kata yang ditulis di atas waw [ ‫ ] ؤ‬dimatikan bila waqaf,
dan dibaca pendek bila washal, seperti :

1
- - ‫ َيـﺘَ ـَﻔـَّ ﻴـ ˚ؤا‬Waqaf bila ☼
- dan bila Washal dibaca ˚ ‫ َ يـﺘَ ـَﻔـﻴَـ ﻪ˚ل‬Tulisan
˚‫ـَﺘـﻔـَّﻴـأ‬
َ QS.An-Nahl ]16[ : 48 ‫ظ‬ ‫˚ؤا‬

- ‫ ؤا˚ َبــ عـ˚ َيـ‬bila Waqaf dibaca ☼ ˚ ‫ ؤا ¸بـك˚ ˚م‬dibaca Washal bila an
Tulisan
˚ ‫ بـأ عـ˚ َـ‬QS.Al-Furqan [26] : 77 - ‫ـ ˚عـ َبـ‬

d -

‫ ؤا˚ َر ˚ـد‬Demikian pula dalam QS.Yusuf [12] : 84 ‫ ؤا˚ َﺘـ ﻔـ˚ َتـ‬, - dalam QS.
Thaha
[20] : 18 ‫ ؤا˚ َّكـ َو َا تَ ـ‬,- dan dalam QS. An-Nur [24] : 8

10. Hamzah di akhir kata yang ditulis di atas waw [ ‫ ] ؤ‬bila waqaf dimatikan.
sesudah membaca panjang huruf sebelumnya, dan bila washal hamzah
dibaca pendek seperti :

- ‫َـﻠـمـ ˚ؤا‬
Tulisan dibaca ☼‫ ع˚ـ َﻠـ َمـا ˚ء‬- dibaca Washal bila dan ‫˚عَـﻠـمـ ˚ؤا‬
Waqaf bila
‫ﺳ َرا ¸ئ ˚ﻴ َ ل‬ ‫ ¸ن‬QS. Asy-Syu'araa' : [26} :197 -
‫ي‬

‫ ش˚ـ َﻔـعــ ˚ؤا ش˚ـ‬-, QS.Ar-Ruum ]30[ 13: ‫َعـﻔـ ˚ؤا‬ ‫ ال‬,- QS.Yunus [10] : 28
‫َركـ ˚ؤا ضـ‬
Demikian pula dalam QS.Fathir [35] : 28 ‫ ؤا˚ َﻠـمـ ـ˚ع‬,- QS. Ibrahim : [14] : 21
,- dan Al-Mu’min [40] : 47 6

1
6
https://www.imamrambe.eu.org/2018/12/makalah-tahsinul-quran-tentang-waqaf.html

1
Praktik bacaan Washal

1) Dhammah
Yaitu hamzah washal yang terdapat pada fi’il dan huruf ketiga dari fi’il
tersebut berharakat dhammah.
Contoh: Udkhuluu – ukhruj - unshur
2) Fathah
Yaitu hamzah washal pada isim yang di awali alif lam ta’rif.
Contoh: Al-baqorotu – Annasu - Al-thimu
3) Kasrah
Hamzah washal yang terdapat pada fi’il huruf ketiga dari fi’il tersebut
berharakat fathah atau kasrah.
Contoh: Ishrib – Iftah - Ijtama’a7

7
https://id.scribd.com/document/436210270/MAKALAH-WAQAF

1
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Waqaf adalah salah satu hukum yang penting dipelajari dalam ilmu tajwid,
dengan mempelajari waqaf kita dapat mengetahui kapan dan dimana kita harus
berhenti sejenak dalam membaca ayat-ayat Al-qur’an, pemahaman yang minim
dapat menyebabkan seseorang jatuh pada kesalahan ketika membaca Al-qur’an.

Tidak ditemukan dalam al Qur’an waqof yang hukumnya wajib, dengan


maksud akan berdosa jika tidak mengamalkannya. Tidak ditemukan pula waqof
yang hukumnya haram, dengan maksud akan berdosa jika ada pembaca yang
melakukannya. Kecuali dengan sebab-sebab tertentu yang bisa menarik menjadi
haram. Namun, walau tidak ada maksud atau kesengajaan dalam waqof sebaiknya
jangan dilakukan, karena dapat menimbulkan kesalahpahaman.

B. Saran

Demikian makalah ini kami buat, jika terdapat kesalahan dalam penulis
ataupun penyampaiannya kami mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca.
Atas kritikan dan saran dari pembaca kami ucapkan terima kasih.

2
DAFTAR PUSTAKA

United Islamic Cultural Center of Indonesia. 2005. Tajwid Qarabasy, Jakarta

Ade Hanafi Abu Raudha. 2010. Materi Praktis Tahsin Tilawah 4, Bandung: Tar-Q
Press

Chaer Abdul. 2013. Al-quran Ilmu Tajwid, Jakarta: Rineka Cipta

https://adinawas.com/pengertian-waqaf-saktah-dan-qath.html, diakses pada


tanngal 20 Juni 2021

https://www.imamrambe.eu.org/2018/12/makalah-tahsinul-quran-tentang-
waqaf.html, diakses pada tanggal 20 Juni 2021

https://id.scribd.com/document/436210270/MAKALAH-WAQAF, di akses pada


tanggal 20 Juni 2021

Anda mungkin juga menyukai