Dosen pengampu :
Sugianto,M.Pd
Disusun Oleh :
1442 H / 2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan atas kehadiran Allah SWT, yang
telahmemberikan rahmat dan hidayat nya kepada penulis, sehingga dengan rahmat dan
hidayah nya itu penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul,’’Hukum Bacaan
Waqaf’’ Selanjutnya salawat beriring salam, penulis kirimkan buat nabi Muhammad SAW,
sebagai pimpinan umat manusia, yang telah meninggalkan dua pedoman hidup bagi manusia
yaitu Alquran dan Sunah.
Dalam pembuatan makalah ini penulis tidak terlepas dari berbagai kesulitan karena
keterbatasan ilmu dan pengalaman yang penulis miliki, namun berkat petunjuk Allah SWT,
motivasi, bimbingan, serta bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara
tidak lansung, dengan izin Allah SWT, tugas makalah ini dapat di selesaikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritikan kepada pembaca demi kesempurnaan makalah ini
untuk masa yang akan datang, semoga makalah ini ada manfaat nya.
Wassalamualaikum wr.wb
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
2. Jenis Waqof
Terdapat empat jenis waqaf yaitu:
a. ( ّﺗﺂtaamm) waqaf sempurna, yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu
bacaan yang dibaca secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau
bacaan, dan tidak memengaruhi arti dan makna dari bacaan karena tidak memiliki
kaitan dengan bacaan atau ayat yang sebelumnya maupun yang sesudahnya.
b. ( ﻛﺎﻒkaaf) waqaf memadai yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu
bacaan secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, namun
ayat tersebut masih berkaitan makna dan arti dari ayat sesudahnya.
c. ( ﺣﺴﻦhasan) waqaf baik yaitu mewaqafkan bacaan atau ayat tanpa memengaruhi
makna atau arti, namun bacaan tersebut masih berkaitan dengan bacaan sesudahnya.
d. ( ﻗﺒﻴﺢqabiih) waqaf buruk yaitu mewaqafkan atau memberhentikan bacaan secara tidak
sempurna atau memberhentikan bacaan di tengah-tengah ayat, wakaf ini harus
dihindari karena bacaan yang diwaqafkan masih berkaitan lafaz dan maknanya
dengan bacaan yang lain. 2
1 Sholahuddin hamid, study ulumul qur’an, intimedia Cipta Nusantara, Jakarta, hal 272
2 Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil al-qur’an, Metode Maisura, Institut PTIQ,jakarta, hal 32
5
3. Waqaf Idhthirari, yaitu berhenti pada ayat yang belum sempurna yang
dilakukan dalam keadaan darurat, atau terpaksa, atau tidak sengaja karena kehabisan
nafas, lupa, bersin, batuk, menguap, menjawabsalam, dan sebagainya.
4. Waqaf Ikhtiyari, waqaf ini disebut juga dengan waqaf ijtihadi, yaitu berhenti
3 Ahmad muthohir bin abdur rohman al muroqy, tuhfatul athfal, thoha putra, semarang, hal 30
6
5. Jika katanya berakhiran dengan huruf hidup dan huruf sebelumnya adalah huruf mad
atau liin maka huruf terakhirnnyadisukunkan dengan memanjangkan lafazh huruf
maadnya
6. Apabila huruf terakhir berharkat tanwin fathah, maka tanwin berubah menjadi fathah
dan dibaca dua harkat.
7. Jika huruf terakhir bertasydid, maka huruf tersebut disukunkan dengan tidak
menghilangkan lafazh tastdidnya.
8. Apabila huruf terakhir berupa alif ta’nismaqshuran atau fi’ilmadlhi bina’ naqish yang
diakhiri huruf ya’ maka di baca fathah dengan panjang dua harkat.4
4 Ahmad Fathoni,petunjuk praktis tahsin tartil Al-Qur’an, metode Maisura, Institut PTIQ, Jakarta
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa Waqaf adalah
salah satu hukum yang penting dipelajari dalam ilmu tajwid, dengan mempelajari waqaf
kita dapat mengetahui kapan dan dimana kita harus berhenti sejenak dalam membaca
ayat-ayat Al qur’an, pemahaman yang minim dapat menyebabkan seseorang jatuh pada
kesalahan ketika membaca Al qur’an. Tidak ditemukan dalam al Qur’an waqof yang
hukumnya wajib, dengan maksud akan berdosa jika tidak mengamalkannya. Tidak
ditemukan pula waqof yang hukumnya haram, dengan maksud akan berdosa jika ada
pembaca yang melakukannya. Kecuali dengan sebab-sebab tertentu yang bisa menarik
menjadi haram. Namun, walau tidak ada maksud atau kesengajaan dalam waqof
sebaiknya jangan dilakukan, karena dapat menimbulkan kesalahpahaman.
3.2 Saran
Pembahasan tentang makalah ini akan memberikan pengetahuan dan wawasan bagi
pembaca. Maka kami membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, karna
kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
8
DAFTAR PUSTAKA
Fathoni, ahmad. Petunjuk praktis tahsin tartil Al-Qur’an Metode Maisura. Institut PTIQ: Jakarta.
Ahmad Muthohir bin Abdur Rohman al Muroqy. Tuhfatul Athfal. Thoha Putra: Semarang.