Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HUKUM WAQAF
(Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah tahsin qur’an)

Oleh:

Riska Suparnika

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


PERGURUAN TINGGI SEBELAS APRIL SUMEDANG
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayat nya kepada penulis, sehingga dengan rahmat dan hidayah nya
itu penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah Tahsin Qur’an yang berjudul,''Hukum Waqaf''
Selanjutnya salawat beriring salam, penulis kirimkan buat nabi Muhammad SAW, sebagai
pimpinan umat manusia, yang telah meninggalkan dua pedoman hidup bagi manusia yaitu Al
quran dan Sunnah.
Dalam pembuatan makalah ini penulis tidak terlepas dari berbagai kesulitan karena
keterbatasan ilmu dan pengalaman yang penulis miliki, namun berkat petunjuk Allah SWT,
motivasi, bimbingan, serta bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara
tidak lansung, dengan izin Allah SWT, tugas makalah ini dapat di selesaikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritikan kepada pembaca demi kesempurnaan makalah ini untuk masa
yang akan datang, semoga makalah ini ada manfaat nya.

Sumedang, Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3

BAB I..........................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4

A. Latar Belakang.................................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................4

C. Tujuan Masalah...............................................................................................................................4

BAB II.........................................................................................................................................................5

PEMBAHASAN WAQAF..........................................................................................................................5

A. Pengertian Waqaf............................................................................................................................5

B. Macam-Macam Waqaf....................................................................................................................5

C. Tanda-tanda waqaf.........................................................................................................................12

BAB III......................................................................................................................................................13

PENUTUP.................................................................................................................................................13

A. Kesimpulan....................................................................................................................................13

B. Saran.............................................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia fitrahnya untuk beribadah kepada Tuhan, Salah satu beribadah kepada Tuhan
adalah dengan membaca ayat suci Al qur’an, dengan menbaca al-quran dengan tajwid dan
makhraj yang benar akan bernilai pahala di sisi Tuhan. Di sini penulis akan mencoba
memberikan uraian dari salah satu cara membaca Al qur’an yaitu waqaf.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu waqaf ?
2. Apa saja pembagian waqaf ?
3. Apa saja tanda-tanda dari waqaf ?

C. Tujuan Masalah
1. Agar penulis serta pembaca tahu dimana kita harus waqaf ketika membaca Al qur’an.
2. Agar penulis dan pembaca tahu tanda-tanda waqaf dan bagaimana memahaminya .
BAB II
PEMBAHASAN WAQAF
A. Pengertian Waqaf
Waqaf secara sederhana dapat diartikan sebagai penghentian bacaan al-quran karena
sebab-sebab tertentu. Lawannya waqaf ialah washal, yang berarti menyambung bacaan.
Waqaf menurut bahasa ialah al-Habs yang artinya menahan. Sedangkan menurut istilah, waqaf
adalah:
‫ﻗﻄﻊ اﻟﺼﻮت ﻋﲆ اﻟﻜﻠﻤﺔ زﻣﻨﺎ ﻳﺴﲑا ﻳﺘﻨﻔﺲ ﻓﻴﻪ ﻋﺎدة ﺑﻨﻴﺔ اﺳﺘﺌﻨﺎف اﻟﻘﺮاءة‬

Memutuskan suara pada suatu kalimat dalam waktu tertentu, tidak begitu lama, kemudian
mengambil nafas satu kali dengan niat untuk memulai kembali bacaan al-Qur’an.

B. Macam-Macam Waqaf
Dilihat dari sebabnya, secara umum waqaf terbagi menjadi empat bagian,yaitu:
Waqaf Idl-thirari ( ‫) اﻟﻮﭬﻒاﻻﻀﻂﺮارﻲ‬
Waqaf Intizhari ( ‫) اﻟوﻗﻒاﻻﻧﺘﻆﺎرﻲ‬
Waqaf Ikhtibari ( ‫) اﻟوﻗﻒ اﻻﺧﺘﺒﺎرﻲ‬
Waqaf Ikhtiyari (‫) اﻟوﻗﻒ اﻻﺧﺘﺒﺎرﻲ‬

1. Waqaf Idl-thirari
Idl-thirari Secara bahasa berasal dari kata dlarara ﴿‫﴾ﺿﺮﺭ‬, yang berarti darurat. Waqaf Idl-
thirari menurut istilah ialah :
‫ﻣﺎ ﻳﻌر ﺾ ﺑﺳﺒﺐ ﺿﻴﻖ اﻟﻨﻔﺲ وﳓوہ ﮐﻌﺠز وﻧﺴﻴﺎن‬
Berhenti mendadak karena terpaksa, seperti kehabisan, batuk dan lupa.
Seorang qari yang dalam keadaan darurat, seperti kehabisan nafas, batuk, atau lupa, boleh
menghentikan bacaan al-Qurannya dimana saja. Namun, ketika ia hendak memulai lagi
bacaannya, ada dua pilihan baginya:
a. Ia wajib memulai kembali bacaannya dari kalimat sebelumnya yang cocok dan baik jika
penghentian bacaan yang dilakukanya tidak sempurna. Contoh, seseorang karena alasan
darurat berhenti pada lafadz ‫ ﻋﻧﺪ‬dalam ayat:
)٨ :‫ (اﻟﺒﻴـﻨﺔ‬.... ‫ﺟﺰﺍﺆﮬﻢﻋﻨﺫﺭﺑﮬﻢ‬
Maka wajib baginya memulai kembali bacaanya dari lafadz:
‫ﺟﺰﺍﺆﮬﻢ‬....
b. Ia boleh melanjutkan bacaan pada kalimat berikutnya tanpa harus mengulang kembali
bacaanya jika ia berhenti pada tempat yang dibenarkan. Contoh, menghentikan bacaan
pada akhir ayat berikut ini:
١‫﴾ﺍﻟﻢ ﺗﺭﮐﻴﻑ ﻓﻌﻝ ﺭﺒﻙ ﺑﺎ ﺻﺣﺏ ﺍﻠﻓﯿﻝ ﴿ﺍﻠﻓﯿﻝ ׃‬

2. Waqaf Intizhari
Intizhari secara bahasa artinya menunggu. Waqaf Intizhari menurut istilah adalah:
‫ﻫو ان ﻳﻘﻒ ﻋﻞ ﮐﻠﻤﺔ ﻟﻴﻌﻄﻒ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻏﲑﻫﺎ ﺣﲔ ﺟﻤﻌﻪ ﻻﺧﺘﻼف اﻟﺮواﻳﺎت‬
Berhenti (menunggu) pada suatu kalimat guna dihubungkan dengan kalimat lain pada bacaan
yang tengah dibaca, ketika ia menghimpun beberapa qiraat dan ada beberapa perbedaan riwayat.
Jadi, Waqaf Intizhari terjadi tatkala kita menghentikan bacaan pada lafazh/kalimat yang
diperselisihkan oleh para ulama qiraat tentang boleh-tidaknya berhenti pada lafazh/kalimat
tersebut. Sebagian ahli qiraat menyatakan boleh berhenti, tetapi sebagian yang lain melarangnya.
Untuk mempertemukan dua pendapat ini digunakanlah Waqaf Intizhari, yaitu dengan cara
berhenti dulu pada lafazh/kalimat tersebut,kemudian mengulang kembali bacaan dari
lafazh/kalimat sebelumnya. Selanjutnya, bacaan dapat dihentikan pada lafazh lain yang
disepakati bersama.
Contoh, seseorang menghentikan bacaannya pada lafazh:
‫واﳊﺟﺎﺮة‬....
Dari ayat yang berbunyi:
‫ﻓﺎﺗﻘوا ﻟﻨﺎﺮ اﻟﱵ وﻗودﻫﺎ اﻟﻨﺎس واﻟﺣﺠﺎرة اﻋ ت ﻟﻠﻜﻔﺮﻳﻦا‬.....
( ٢٤ :‫) اﻟﺒﻘﺮة‬
Sebagian ulama qiraat menyatakan boleh berhenti atau boleh terus pada lafazh tersebut, sehingga
mereka menandainya dengan tanda waqaf Ja-iz (‫)ﺝ‬. Namun, sebagian berpendirian lebih baik
diteruskan/disambung lebih baik, sehingga mereka menandainya dengan tanda waqaf al-Washlu
Aula
( ‫) ﺻﻞ‬.
Untuk mempertemukan dua pendapat tersebut, bacaan dihentikan pada lafazh ‫ ﻮاﳊﺧﺎرة‬,baru
kemudian mengulanginya dari lafazh ‫ اﻟﱵ‬atau dari lafazh sebelumnya yang cocok dan baik.

3. Waqaf Ikhtibari
Ikhtibari secara bahasa artinya memberi keterangan, berasal dajri kata khabara ﴿‫ ﴾ﺧﺒﺭ‬.
Waqaf Ikhtibari menurut istilah ialah :
‫ﻫﻮ ان ﻳـﻘﻒ ﻋﲆ ﻛﻠﻤﺔ ﻟﺒـﻴﺎن اﳌﻘﻂﻮع واﳌوﺻﻮل اٶ ﺑﺴٶ ال ﻣﻤﺘﺤﻦ‬
‫اﻮ ﺗﻌﻠﻴﻢ اﻟﻘﺎري ﮐﻴﻒ ﻳﻘﻒ‬
Berhenti pada suatu kalimat untuk menjelaskan al-maqtu (kalimat yang terpotong) dan al-
maushul (kalimat yang bersambung), atau karena pertanyaan seorang penguji kepada seorang
qari yang sedang belajar bagaimana cara me-waqaf-kannya.
Misalnya pada ayat yang berbunyi:
)٢٧ :‫(اﳌﺎﺋﺪة‬ ‫واﺗﻞﻋﻠﻴﻬﻢﻧﺒﺎابﲏادم بﺎﳊق‬
Waqaf pada lafazh ‫ اﺑﻨﲏ‬dalam ayat di atas tidak diperbolehkan, kecuali untuk kepentingan
pengajaran atau percobaan. Kalau terpaksa harus di-waqaf-kan juga, maka kalimat tersebut
seharusnya dibaca:
(dibaca: ibnain | ibnaiiiiiin) ‫اﺑﻧﲔ‬
Yakni dengan tambahan nun ( ‫ ) ن‬pada ujung lafazh. Namun, apabila lafazh
tersebut dibaca bersambung dengan lafazh berikutnya atau berikutnya kita tidak berhenti pada
lafazh tersebut, huruf nun hilang dan kita membaca sebagaimana tertulis di mushaf.
Waqaf Ikhtibari pada satu sisi bermanfaat untuk menerangkan (khabbara) bahwa bisa jadi pada
suatu lafazh tersebut dibaca washal. Dan dengan waqaf Ikhtibari, kita dapat mengetahui
keberadaan huruf tersebut.

4. Waqaf Ikhtiyari
Ikhtiyari berasal dari kata khayara ( ‫) ﺧﲑ‬, yang berarti memilih. Waqaf Ihktiyari menurut
istilah adalah:
‫ﻫو ان ﯾﻘﺼﺪ ﻟﺬاﺗﻪ ﻣن ﻏﲑ ﻋروض ﺳﺒﺐ ﻣن اﻻﺳﺒﺎب‬
Waqaf yang disengaja (atau dipilih) bukan karena suatu sebab, seperti sebab-sebab di atas.
Jadi, Waqaf Ikhtiyari adalah waqaf yang dipilih dengan sengaja oleh seorang qari untuk
menghentikan bacaan al-Qurannya pada suatu lafazh/kalimat. Pilihannya untuk waqaf pada
lafazh/kalimat tersebut bukan karena alasan idl-thirari (darurat), intizhari (menunggu), atau
ikhtibari (memberi ketenangan). Keputusannya untuk waqaf semata-mata merupakan hatinya
sendiri.

Waqaf Ikhtiyari terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1) Waqaf Tamm ( ‫) اﻟوقف اﻟﺖﺎ ﻢ‬


Secara bahasa, tamm artinya sempurna. Waqaf Tamm menurut istilah ialah:
‫اﻟو قف ﻋﱃ ﻛﻠﻤﺔ ﻟﻢ يتﻌﻠق ﻣﺎ ﺑﻌﺪ ﻫﺎ ﺑﻫﺎ وﻻ ﳡﺎ ﻗﺒﻠﻬﺎ ﻻ ﻟﻔظﺎ وﻻ ﻣﻌﲎ‬
Berhenti pada kalimat (yang sempurna) yang tidak ada lagi kaitannya dengan kalimat/ayat
sesudahnya maupun sebelumnya, baik secara lafazh maupun makna.
Waqaf Tamm biasanya terjadi pada akhir ayat atau kisah. Dengan demikian, lanjutan
ayatnya pun menjelaskan suatu keterangan atau kisah yang baru, yang tidak lagi berkaitan secara
lafazh maupun makna. Merupakan hal yang baik sekali jika seorang qari memilih menghentikan
bacaannya pada Waqaf Tamm ini.

Sebagai contoh, seorang qari berhenti pada ayat berikut ini:


‫اﻮﻟٮك ﻋﲆﻫﺪ ﻰﻣڼ رﳢﻢ ﻮاﻮلٮك ھﻢ اﳌﻔﻠﺣﻮن‬
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang
yang beruntung. (Q.S 2 al-Baqarah: 5)
Ayat ini merupakan akhir dari suatu penjelasan tentang golongan orang-orang bertakwa.
Ayat selanjutnya, tidak lagi berkaitan, baik secara lafazh maupun makna, yaitu ayat yang
berbunyi:
‫ان اﻟﺬ ﲔﮐﻔرﻮاﺳﻮاءﻋﻠٮﻬﻢء اند رتﻬﻢاﻢﻟﻢتند رﻫﻢﻻيٶﻣنون‬
“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu
beri peringatan, mereka tidak akan beriman”. (Q.S. 2 al-Baqarah: 6)
Tanda waqaf yang dapat dijadikan pedoman guna menunjukkan bahwa waqaf pada
tempat tersebut tergolong sebagai Waqaf Tamm ialah tanda waqaf Lazim ( ‫) ﻡ‬, tanda waqaf
Muthlaq ( ‫) ﻁ‬, atau tanda waqaf al-Waqfu Aula ( ‫) ﻗلى‬.
2) Waqaf Kafi
Secara bahasa, kafi artinya cukup. Waqaf Kafi menurut istilah ialah:
‫اﻟﻮ ﻗﻒ ﻋﻞ ﻛﻠﻤﺔ ﱂﻳﺘﻌﻠﻖ ﻣﺎ ﺑﻌﺪﻫﺎ ﺑﻫﺎ ﻮﻻ ﳡﺎ ﻗﺒﻠﻬﺎ ﻟﻔﻆﺎ ﺑﻞ ﻣﻌﲎ ﻓﻘﻄ‬
Berhenti pada kalimat yang kalimat sesudah dan sebelumnya tidak berkaitan dari segi lafazh
tetapi hanya berkaitan dari segi makna.
Sebagai contoh, seorang qari memilih menghentikan bacaannya pada akhir ayat berikut ini:
‫ﻮاﻟﺪﻳﻦ‬

)٢ :‫ان اﻻﻧﺴﺎنﻟﻔﻲﺧﺴﺮ (اﻟﻌﺼﺮ‬

“Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian”


Dari segi susunan kalimat, waqaf di atas sudah baik, tetapi dari segi lafazh dan makna masih
berhubungan dengan ayat selanjutnya:
)٢ :‫ (اﻟﻌﺼﺮ‬...... ‫اﻻ اﻟﺪﻳﻦ اﻣﻨﻮا ﻋﻤﻠﻮا اﻟﺼﻠﺤﺖ‬
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh....
3) Waqof Hasan
Yang berkedudukan sebagai mustatsna (pengecualian) dari ayat sebelumnya.
Dengan demikian jelaslah bahwa dalam Waqaf Hasan, dua lafazh atau ayat yang terpisah karena
pemberhentian bacaan, masih memiliki hubungan erat dari segi lafazh dan makna.
Secara hukum, seorang qari sebenarnya tidak dilarang melakukan pemberhentian bacaan
berdasarkan klasifikasi Waqaf Hasan, apalagi untuk bacaan di akhir ayat. Yang perlu
diperhatiakn ialah tatkala ia melakukan di pertengahan ayat. Untuk kasus ini, sunah baginya
mengulang bacaan lafazh sebelumnya yang layak dan baik.
Sebagai contoh untuk Waqaf Hasan dipertengahan ayat, seperti disebutkan dalam contoh
di atas, seorang qari dapat memulai kembali bacaannya (ibtida’) dari awal ayat: al-hamdulillahi...
dan seterusnya.
Tanda waqaf yang dapat dijadikan pedoman guna menunjukkan bahwa waqaf pada
tempat tersebut tergolong sebagai Waqaf Hasan ialah tanda waqaf al-Washlu Aula ( ‫) ﺻﲆ‬.
4) Waqaf Qabih
Secara bahasa, qabih artinya buruk. Waqaf Qabih menurut istilah adalah:
‫اﻟوﻗﻒ ﻋﲆ ﻟﻔﻈ ﻏﲑ ﻣﻔﻴﺪ ﻟﻌﺪم ﲤام اﻟﮑﻼم وﻗﺪ ﺗﻌﻠﻖ ﻣﺎ ﺑﻌﺪہ ﲟﺎ ﻗﺒﻠﻪ ﻟﻔﻈﺎ وﻣﻌﲎ‬
Berhenti pada kalimat yang memberikan makna tidak baik, karena susunan kalimatnya tidak
sempurna serta masih bertalian dengan kalimat sesudah dan sebelumnya, baik dalam lafazh
maupun makna.
Buruknya Waqaf Qabih setidaknya dapat ditinjau dari dua segi:

Segi Lafazh
Waqaf Qabih dinilai buruk dari segi lafazh karena menyebabkan munculnya kerancuan
dari segi tata bahasa atau Ilmu Nahwu, terutama yang menyangkut permasalahan al-i’rab dan
kedudukan kalimat. Bacaan yang dihentikan secara qabih (buruk), maknanya tidak bisa
dipahami. Atau kalaupun dapat dipahami, maknanya menjadi bertentangan, karena sulit
diketahui kepada apa atau siapa lafazh tersebut distandarkan.
Contohnya, waqaf pada lafazh ‫ بﺴﻢ‬dari lafazh ‫ بﺴﻢﷲ‬. Kedua lafazh ini tidak bisa
dipisahkan karena lafazh yang pertama berkedudukan sebagai mudlaf, semantara lafazh
berikutnya sebagai mudlaf ilaih. Dua kata ini seumpama kalimat majemuk yang tidak boleh
dipisahkan satu sama lain.
Contoh lainnya ialah waqaf pada lafazh ‫ اﳊﻤد‬dari lafazh ‫ اﳊﻤدﷲ‬. lafazh pertama
berkedudukan sebagai mubtada’, (pokok kalimat), sedangkan lafazh kedua berkedudukan
sebagai khabar (keterangan).

Segi Makna
Pemberhentian bacaan secara qabih (buruk), yakni pada kalimat yang belum sempurna,
dapat menimbulkan pertanyaan tentang maksud dari suatu ayat. Bahkan tidak mustahil, akan
terjadi pula pengaburan makna atau munculnya makna-makna lain yang bertentangan dengan
ajaran Islam itu sendiri. Sebagai contoh, perhatikan beberapa potongan ayat berikut ini yang
dihentikan secara Waqaf Qabih:
‫ ﻳﺎ اﻳﻬﺎ اﻟﺪﻳن اﻣﻨوا ﻻ ﺗﻘرﺑوا اﻟﺼﻠﻮة‬......
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat....
(Q.S. 2 an-Nisa: 43)
‫ و ﻣﺎﺧﻠﻘﻨﺎ اﻟﺴﻤﺎء و اﻻرض وﻣﺎ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ‬......
Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya...
(Q.S. 21 al-Anbiya: 16)
‫ ﻓوﻳﻞ ﻟﻠﻤﺼﻠﲔ‬.....
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat... (Q.S. 107 al-Ma’un: 4)
Dengan demikian jelaslah bahwa seorang qari tidak boleh menghentikan bacaan al-
Qurannya dengan sengaja pada Waqaf Qabih, kecuali karena keadaan darurat, seperti kehabisan
napas, bersin, batuk dan lain-lain. Hal-hal semacam ini tergolong sebagai Waqaf Idl-thirari. Dan
sebagaimana dijelaskan dalam pembahasan tentang Waqaf idl-thirari sebelumnya, bacaan yang
dihentikan secara darurat tersebut harus diulangi (muraja’ah) dari lafazh sebelumnya yang cocok
dan baik.
Jika ketentuan pengulangan bacaan ini diabaikan, maka dikhawatirkan terjadi pengaburan
makna dari kalimat yang dihentikan tersebut.
Sebagai contoh, seorang qari berhenti pada lafazh-lafazh tertentu di bawah ini dan
memulai kembali bacaannya pada lafazh lanjutannya tanpa mengulang:
‫ ﻟﻘﺪ ﺳﻤﻊ ﷲ ﻗول اﻟﺪﻳن ﻗﺎﻟوا‬....
Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan...
(Q.S. 3 al-Imran: 181)
Jika tidak diulang, maka makna dari kalimat selanjutnya menjadi sangat kabur, bahkan
berbahaya, yaitu:
.... ‫ ان ﷲ ﻓﻘﲑ وﳓن اﻏﻨﻴﺎء‬......
...Sesungguhnya Allah faqir dan kita kaya... (Q.S. Ali Imran: 181)
Demikian pula jika bacaan berhenti pada lafazh berikut ini:
‫ ﻟﻘﺪ ﮐﻔر اﻟﺬﻳن ﻗﺎﻟوا‬.....
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan...
(Q.S. 5 al-Ma-idah: 73)
Jika tidak diulang, maka makna dari kalimat selanjutnya menjadi sangat kabur, bahkan
berbahaya, yaitu:
.....‫ ان ﷲ ﺛﺎﻟﺚ ﺛﻠﺜﺔ‬......
...Sesungguhnya Allah salah satu dari yang tiga...
(Q.S. 5 al-Ma-idah: 73)
Tanda waqaf yang dapat dijadikan pedoman guna menunjukkan bahwa waqaf pada tempat
tersebut tergolong sebagai Waqaf Qabih ialah tanda waqaf ‘Adamul Waqf ( ‫) ﻻ‬.

C. Tanda-tanda waqaf
a. Waqaf lazim tanda harus berhenti
b. Waqaf lam tanda tidak boleh berhenti
c. Waqaf muthlaq tanda sempurna berhenti
d. Waqaf jaiz tanda ini boleh berhenti dan boleh diteruskan
e. Waqaf mujawawwaz tanda boleh berhenti dan terus lebih baik
f. Waqaf murakh-khas tanda diringankan(diperbolehkan) berhenti karena mempunyai nafas
pendek, dan terus lebih baik
g. Waqaf mutashab tanda berhenti lebih baik, dan tidak salah kalau terus
h. Waqaf aula tanda berhenti lebih baik
i. Waqaf qila sebagian pendapat boleh berhenti
j. Waqaf aula tanda terus lebih baik
k. Waqaf mu’anaqah tanda boleh berhenti pada slah satu titik tiga.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Waqaf adalah salah satu hukum yang penting dipelajari dalam ilmu tajwid, dengan
mempelajari waqaf kita dapat mengetahui kapan dan dimana kita harus berhenti sejenak dalam
membaca ayat-ayat al qur’an, pemahaman yang minim dapat menyebabkan seseorang jatuh pada
kesalahan ketika membaca al qur’an

B. Saran
Demikian makalah ini penulis buat, jika terdapat kesalahan dalam penulis maupun
penyampaiannya penulis mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca. Atas kritikan dan saran
dari pembaca penulis ucapkan terima kasih

Anda mungkin juga menyukai