Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

TAJWID DAN TAHSIN


(Tentang Hukum Bacaan Washal dan Waqaf)

DOSEN PENGAMPU : Yunita Wahyu Kurnia.,S. Ud, M.Ag


 
 
 
                                
 
 

 
 

 Disusun oleh :
Irfan Aditya (2021140003)
Agus Mufid Alfaruq Abidullah (2021140010)
Ahmad Sahid (2021140015)

TEKNIK SIPIL 1 ANGKATAN 2021

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN


JAWA TENGAH DI WONOSOBO
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Allah SWT menurunkan Al Qur’an kepada manusia dengan sangat sempurna. Kesempurnaannya
tidak hanya terletak pada kedalaman kandungan maknanya dan ketinggian bahasanya. Namun
kesempurnaannya juga tampak dari sistematika juz, surat, ayat, dan tema-tema pembahasannya. Hal
itu tak lain adalah untuk memudahkan pemahaman dan penghayatan manusia terhadap Al Qur’an.
Sistematika Al Qur’an yang terbagi dalam 30 juz, 114 surat, dan 6666 ayat dan 313.671 huruf
tersebut disusun juga untuk meringankan manusia dalam membacanya.
Sebagaimana maklum bahwa secara kodrati manusia memiliki kelemahan dalam kekuatan nafas.
Jika Al Qur’an tidak terpecah dalam surat-surat dan masing-masing surat tidak dibagi dalam ayat-
ayat, maka tentulah manusia akan kesulitan membacanya dengan baik dan benar. Bahkan, dalam
ayat-ayat tertentu yang tergolong panjang, daya jangkau nafas manusia pun tidak mampu
melampauinya dengan sempurna. Karena itulah kemudian disusun suatu kaidah yang menjadi
pedoman dalam menentukan tempat berhenti dan memulai bacaan Al Qur’an, yang disebut dengan
waqaf.

B. Rumusan Masalah
1. Apa makna dari waqaf dan washal?
2. Apa saja pembagian waqaf?
3. Apa saja tanda-tanda washal?

C. Tujuan
1. Mengetahui makna waqaf dan washal
2. Mengetahui apa saja pembagian waqaf.
3. Mengetahui tanda-tanda washal.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Waqaf
Waqaf secara sederhana dapat diartikan sebagai penghentian bacaan al-quran karena sebab-
sebab tertentu. Lawanya waqaf ialah washal, yang berarti menyambung bacaan. Waqaf menurut
bahasa ialah al-Habs yang artinya menahan. Sedangkan menurut istilah, waqaf adalah: Memutuskan
suara pada suatu kalimat dalam waktu tertentu, tidak begitu lama, kemudian mengambil nafas satu
kali dengan niat untuk memulai kembali bacaan al-Qur’an. Waqaf [ ْ‫]و َق ف‬َ adalah menghentikan
bacaan atau suara sejenak pada akhir suku kata untuk mengambil nafas dengan maksud
melanjutkan bacaan pada ayat berikutnya.
Kata al-Waqof biasa dipakai untuk dua makna, makna yang pertama adalah titik atau tanda di mana
seseorang yang membaca al-Qur’an diam (menghentikan bacaannya) pada tanda tersebut. Makna
yang kedua adalah tempat-tempat (posisi) yang ditunjukkan oleh para imam ahli Qira’at. Dengan
demikian setiap tempat (posisi) dari tempat-tempat tersebut dinamakan waqof, sekalipun seorang
pembaca al-Qur’an tidak berhenti di tempat (posisi) tersebut.

B. Macam-Macam Waqaf
1. Waqaf Idl-thirari
Idl-thirari Secara bahasa berasal dari kata dlarara (‫)ﺮﺭﺿ‬, yang berarti darurat. Waqaf Idl-thirari
menurut istilah ialah : Berhenti mendadak karena terpaksa, seperti kehabisan, batuk dan lupa.
Seorang qari yang dalam keadaan darurat, seperti kehabisan nafas, batuk, atau lupa, boleh
menghentikan bacaan al-Qurannya dimana saja. Namun, ketika ia hendak memulai lagi bacaannya,
ada dua pilihan baginya:
a. Ia wajib memulai kembali bacaannya dari kalimat sebelumnya yang cocok dan baik jika
penghentian bacaan yang dilakukanya tidak sempurna, Contoh, seseorang karena alasan darurat
berhenti pada lafadz ‫ ﻋﻧﺪ‬dalam ayat:
)٨ :‫ (اﻟﺒﻴـﻨﺔ‬.... ‫َﺟﺰﺍﺆُﮬُﻢﻋِ ﻨ َﺫ َﺭ ِّﺑﮬِﻢ‬
Maka wajib baginya memulai kembali bacaanya dari lafadz: ‫َﺟﺰَﺍﺆُﮬُﻢ‬
b. Ia boleh melanjutkan bacaan pada kalimat berikutnya tanpa harus mengulang kembali bacaanya
jika ia berhenti pada tempat yang dibenarkan. Contoh, menghentikan bacaan pada akhir ayat berikut
ini:
١‫ﺏ ﺍﻠﻓِﯿﻝ ﴿ﺍﻠﻓﯿﻝ ׃‬ َ َ ‫ﻙ ِﺑﺎ‬
ِ ‫ﺻﺣ‬ َ ‫﴾ﺍَﻟَﻢ َﺗ َﺭ َﮐ‬
َ ُّ‫ﻴﻑ َﻓ َﻌ َﻝ َﺭﺒ‬
2. Waqaf Intizhari (menunggu)
Waqaf Intizhari menurut istilah adalah berhenti (menunggu) pada suatu kalimat guna
dihubungkan dengan kalimat lain pada bacaan yang tengah dibaca, ketika ia menghimpun beberapa
qiraat dan ada beberapa perbedaan riwayat. Maksudnya adalah waqaf yang dilakukan pada kata
yang diperselisihkan oleh ulama’ qiraat antara boleh dan tidak boleh waqaf. Untuk menghormati
perbedaan pendapat itu, sambil menunggu adanya kesepakatan, sebaiknya waqaf pada kata itu,
kemudian diulangi dari kata sebelumnya yang tidak merusak arti yang dimaksud oleh ayat, dan
diteruskan samapi tanda waqaf berikuitnya. Dengan demikian terwakili dua pendapat yang berbeda
itu
Contoh, seseorang menghentikan bacaannya pada lafazh:
‫واﳊﺟﺎﺮة‬
Dari ayat yang berbunyi:
٢٤ :‫ اﻟﺒﻘﺮة‬.....)‫َﺎرة اﻋ ت ﻟﻠﻜﻔﺮﻳﻦا‬ َ ‫ِ َوﻗُو ُد َﻫﺎ اﻟﻨﺎَّسُ َواﻟ ِﺣﺠ‬
‫) َﻓﺎ َّﺗﻘُوا ﻟﻨَّﺎﺮَ اﻟَﱵ‬
Untuk mempertemukan dua pendapat tersebut, bacaan dihentikan pada lafazh ‫واﻟﺣﺠﺎرة‬,baru
kemudian mengulanginya dari lafazh ‫ اﻟﱵ‬atau dari lafazh sebelumnya yang cocok dan baik

3. Waqaf Ikhtibari
Ikhtibari secara bahasa artinya memberi keterangan, berasal dari kata khabara (‫ )ﺧﺒﺭ‬. Waqaf
Ikhtibari menurut istilah ialah : Berhenti pada suatu kalimat untuk menjelaskan al-maqtu (kalimat
yang terpotong) dan al-maushul (kalimat yang bersambung), atau karena pertanyaan seorang
penguji kepada seorang qari yang sedang belajar bagaimana cara me-waqaf-kannya. Waqaf ini
dibolehkan hanya dalam proses belajar mengajar, yang sebenarnya tidak boleh waqaf menurut
kaidah ilmu tajwid.[3]

4. Waqaf Ikhtiari (pilihan).


Waqaf Ikhtiyari adalah waqaf yang dipilih dengan sengaja oleh seorang qari untuk menghentikan
bacaan al-Qurannya pada suatu lafazh/kalimat. Pilihannya untuk waqaf pada lafazh/kalimat tersebut
bukan karena alasan idl-thirari (darurat), intizhari (menunggu), atau ikhtibari (memberi ketenangan).
Keputusannya untuk waqaf semata-mata merupakan hatinya sendiri.
Waqaf ikhtiari terbadi menjadi empat bagian, yaitu:
a) ‫( ﺗﺂ ّﻡ‬taamm) - waqaf sempurna - yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan
yang dibaca secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, dan tidak
memengaruhi arti dan makna dari bacaan karena tidak memiliki kaitan dengan bacaan atau ayat
yang sebelumnya maupun yang sesudahnya;
b) ‫( ﻛﺎﻒ‬kaaf) - waqaf memadai - yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan secara
sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, namun ayat tersebut masih
berkaitan makna dan arti dari ayat sesudahnya;
c) ‫( ﺣﺴﻦ‬Hasan) - waqaf baik - yaitu mewaqafkan bacaan atau ayat tanpa memengaruhi makna atau
arti, namun bacaan tersebut masih berkaitan dengan bacaan sesudahnya;
d) ‫( ﻗﺒﻴﺢ‬Qabiih) - waqaf buruk - yaitu mewaqafkan atau memberhentikan bacaan secara tidak
sempurna atau memberhentikan bacaan di tengah-tengah ayat, wakaf ini harus dihindari karena
bacaan yang diwaqafkan masih berkaitan lafaz dan maknanya dengan bacaan yang lain.

C. Tanda-tanda waqaf
1. Tanda mim ( ‫) مـ‬
Tanda mim disebut juga dengan Waqaf Lazim. yaitu berhenti di akhir kalimat sempurna. Wakaf
Lazim disebut juga Wakaf Taamm (sempurna) karena wakaf terjadi setelah kalimat sempurna dan
tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya. Contoh ; An-Naml: 36
َ ‫ُون ۘ َو ْال َم ْو َت ٰى َي ْب َع ُث ُه ُم هَّللا ُ ُث َّم ِإلَ ْي ِه يُرْ َجع‬
‫ُون‬ َ ‫ِإ َّن َما َيسْ َت ِجيبُ الَّذ‬
َ ‫ِين َيسْ َمع‬
" Hanya mereka yang mendengar sajalah yang mematuhi (seruan Allah), dan orang-orang yang mati
(hatinya), akan dibangkitkan oleh Allah, kemudian kepada-Nya-lah merekadikembalikan ".

2. Tanda jim ( ‫) ﺝ‬
Tanda jim adalah Waqaf Jaiz. Lebih baik berhenti seketika di sini walaupun diperbolehkan juga
untuk tidak berhenti. Contoh: Al-Anfal: 13
‫ب‬ َ ِ‫ٰ َذل‬
ِ ‫ك ِبَأ َّن ُه ْم َشا ُّقوا هَّللا َ َو َرسُولَ ُه ۚ َو َمنْ ُي َشاق ِِق هَّللا َ َو َرسُولَ ُه َفِإنَّ هَّللا َ َشدِي ُد ْال ِع َقا‬
"(Ketentuan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-
Nya; dan barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Allah amat keras
siksaan-Nya."
3. Tanda Waqaf Aula (‫) قل‬
Tanda waqaf Aula yaitu anda waqaf yang menunjukkan lebih bagus berhenti walaupun nafas masih
kuat.
Contoh : Fussilat : 45
ٍ ‫ك ِم ْن ُه م ُِري‬
‫ب‬ ٍّ ‫ك لَقُضِ َي َب ْي َن ُه ْم ۚ َوِإ َّن ُه ْم لَفِي َش‬
َ ‫ت مِنْ َر ِّب‬ْ ‫ِف فِي ِه ۗ َولَ ْواَل َكلِ َم ٌة َس َب َق‬َ ‫اخ ُتل‬ َ ‫ُوسى ْال ِك َت‬
ْ ‫اب َف‬ َ ‫َولَ َق ْد آ َت ْي َنا م‬
"Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Taurat lalu diperselisihkan tentang Taurat itu.
Kalau tidak ada keputusan yang telah terdahulu dari Rabb-mu, tentulah orang-orang kafir itu sudah
dibinasakan. Dan Sesungguhnya mereka terhadap Al Quran benar-benar dalam keragu-raguan yang
membingungkan."
4. Tanda bertitik tiga (.'. .'.~Mu'anaqah)
Tanda bertitik tiga yang disebut sebagai Waqaf Muraqabah atau Waqaf Ta'anuq (Terikat). Waqaf ini
akan muncul sebanyak dua kali di mana-mana saja dan cara membacanya adalah harus berhenti di
salah satu tanda tersebut. Jika sudah berhenti pada tanda pertama, tidak perlu berhenti pada tanda
kedua dan sebaliknya. Contoh Al-Baqorah:2
َ ‫ْب ۛ فِي ِه ۛ ه ًُدى ل ِْل ُم َّتق‬
‫ِين‬ َ ِ‫ٰ َذل‬
َ ‫ك ْال ِك َتابُ اَل َري‬
5. Tanda tho ( ‫ ) ﻁ‬adalah tanda Waqaf Mutlaq dan haruslah berhenti.
6.Tanda Waqaf Mustahab(‫)قف‬, berhenti lebih baik, tidak salah kalau terus.
7.Tanda sin ( ‫ ) س‬atau tanda Saktah menandakan berhenti seketika tanpa mengambil napas. Dengan
kata lain, pembaca haruslah berhenti seketika tanpa mengambil napas baru untuk meneruskan
bacaan.

D. Washal
Washal artinya menyambung, Secara ilmu tajwid wasal bermakna meneruskan tanpa
mewaqafkan atau menghentikan bacaan. Tanda-tanda washal diantaranya:
1. Tanda Laa ( ‫ ) ﻻ‬bermaksud "Jangan berhenti!".
Tanda ini muncul kadang-kala pada penghujung maupun pertengahan ayat. Jika ia muncul di
pertengahan ayat, maka tidak dibenarkan untuk berhenti dan jika berada di penghujung ayat,
pembaca tersebut boleh berhenti atau tidak.
Contoh : An-Naml: 63
َ ُ‫ون َساَل ٌم َعلَ ْي ُك ُم ْاد ُخلُوا ْال َج َّن َة ِب َما ُك ْن ُت ْم َتعْ َمل‬
‫ون‬ َ ‫ِين َت َت َو َّفا ُه ُم ْال َماَل ِئ َك ُة َطي ِِّب‬
َ ُ‫ين ۙ َيقُول‬ َ ‫الَّذ‬

"(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan
(kepada mereka): "Salaamun´alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah
kamu kerjakan".
2. Tanda sad-lam-ya' ( ‫) ﺻﻠﮯ‬
Tanda sad-lam-ya' merupakan singkatan dari "Al-wasl Awlaa" yang bermakna "wasal atau
meneruskan bacaan adalah lebih baik", maka dari itu meneruskan bacaan tanpa mewaqafkannya
adalah lebih baik.
Contoh:An-Naml: 17
‫ك ِب َخي ٍْر َفه َُو َعلَ ٰى ُك ِّل َشيْ ٍء َقدِي ٌر‬ َ ِ‫ك هَّللا ُ ِبضُرٍّ َفاَل َكاش‬
َ ْ‫ف لَ ُه ِإاَّل ه َُو ۖ َوِإنْ َي ْم َسس‬ َ ْ‫مْسس‬
َ ‫َوِإنْ َي‬
"Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang
menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia
Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu."
3. Tanda Waqaf Mujawwaz (‫) ز‬,
tanda boleh berhenti, namun meneruskan bacaan adalah lebih utama.
4.Tanda sad ( ‫ ) ﺹ‬disebut juga dengan Waqaf Murakhkhas,
menunjukkan bahwa lebih baik untuk tidak berhenti namun diperbolehkan berhenti saat darurat
tanpa mengubah makna. Perbedaan antara hukum tanda zha dan sad adalah pada fungsinya, dalam
kata lain lebih diperbolehkan berhenti pada waqaf sad.
5.Tanda qaf ( ‫) ﻕ‬
merupakan singkatan dari "Qeela alayhil waqf" yang bermakna "telah dinyatakan boleh berhenti
pada wakaf sebelumnya", maka dari itu lebih baik meneruskan bacaan walaupun boleh diwaqafkan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

1.Waqaf adalah salah satu hukum yang penting dipelajari dalam ilmu tajwid, dengan mempelajari
waqaf kita dapat mengetahui kapan dan dimana kita harus berhenti sejenak dalam membaca ayat-
ayat Al qur’an, pemahaman yang minim dapat menyebabkan seseorang jatuh pada kesalahan ketika
membaca Al qur’an.
2. Macam-Macam Waqaf
 Waqaf Idl-thirari
 Waqaf Intizhari (menunggu)
 Waqaf Ikhtibari
 Waqaf Ikhtiari (pilihan).
3. Tanda-tanda Washol.
A. ) ‫الو َقف َمم ُنوع‬ َ ( ‫ال‬ : Sebaiknya terus
َ
B. ) ‫صل اولى‬ َ
َ ‫صلى ( ا َلو‬ : Sebaiknya terus
C. ) ‫الو َقف‬ َ ‫ز ( م َُجوَّ ز‬ : Sebaiknya terus
D. ) ‫الوق‬َ ‫ص‬ ‫خ‬ َ ‫ُر‬َ ‫م‬ ( ‫ص‬ : Sebaiknya terus
E. ) ‫ق ( قِي َل ه َُو َو َقف‬ : Sebaiknya terus

Anda mungkin juga menyukai