Definisi ‘Aqidah ‘Aqidah (ُ )اَ ْل َعقِيْدَ ةmenurut bahasa Arab (etimologi) berasal
ْ yang berarti ikatan, at-tautsiiqu(ْق
dari kata al-‘aqdu ()ال َع ْق ُد ُ )ال َّت ْو ِثيyang
berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu (إلحْ َكا ُم ِ ) ْاyang
artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah (ٍْط ِبقُوَّ ة ُ )الرَّ ب
yang berarti mengikat dengan kuat.[1] Sedangkan menurut istilah
(terminologi): ‘aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada
keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya. Jadi, ‘Aqidah
Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala dengan segala pelaksanaan kewajiban,
bertauhid[2] dan taat kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-malaikat-
Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, hari Akhir, takdir baik dan buruk
dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang Prinsip-
prinsip Agama (Ushuluddin),
B. Objek Kajian Ilmu ‘Aqidah[4] ‘Aqidah jika dilihat dari sudut pandang
sebagai ilmu -sesuai konsep Ahlus Sunnah wal Jama’ah- meliputi topik-
topik: Tauhid, Iman, Islam, masalah ghaibiyyaat (hal-hal ghaib),
kenabian, takdir, berita-berita (tentang hal-hal yang telah lalu dan yang
akan datang), dasar-dasar hukum yang qath’i (pasti), seluruh dasar-
dasar agama dan keyakinan, termasuk pula sanggahan terhadap ahlul
ahwa’ wal bida’ (pengikut hawa nafsu dan ahli bid’ah), semua aliran dan
sekte yang menyempal lagi menyesatkan serta sikap terhadap mereka.
6. Al-Fiqhul Akbar Ini adalah nama lain Ushuluddin dan kebalikan dari
al-Fiqhul Ashghar, yaitu kumpulan hukum-hukum ijtihadi.[10]
2. Filsafat Istilah ini dipakai oleh para filosof dan orang yang sejalan
dengan mereka. Ini adalah nama yang tidak boleh dipakai dalam
‘aqidah, karena dasar filsafat itu adalah khayalan, rasionalitas, fiktif dan
pandangan-pandangan khurafat tentang hal-hal yang ghaib.