Anda di halaman 1dari 13

AKIDAH AKHLAK

OLEH

NAMA : NURUL ANISA


STAMBUK : F1D120075
KELAS : A
PRODI : BIOLOGI
DOSEN : LA Ode Wahidin, S.Pd.,M.Pd.I

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aqidah Islam berpangkal pada keyakinan “Tauhid” yaitu keyakinan tentang
wujud Allah, Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada yang menyekutuinya, baik dalam
zat, sifat-sifat maupun perbuatannya (Basyri, 1988: 43).
Akhlak mulia berawal dari aqidah, jika aqidahnya sudah baik maka dengan
sendirinya akhlak mulia akan terbentuk. Iman yang teguh pasti tidak ada
keraguan dalam hatinya dan tidak tercampuri oleh kebimbangan. Beriman kepada
Allah pasti akan melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi larangannya.
Beriman kepada Allah juga harus beriman kepada malaikat, Nabi, kitab, hari
akhir, qada dan qadar Allah.
Aqidah memiliki peranan penting dalam mendidik siswa, ruang lingkup
aqidah yang dapat membentuk akhlak mulia akan mengantarkan manusia
Indonesia sebagai manusia yang mumpuni dalam segala aspek kehidupan. Ruang
lingkup dari aqidah yaitu: Ilahiyat, nubuwat, ruhaniyat, dan sam’iyyat (Ilyas,
2000: 6). Dari ruang lingkup aqidah yang dijadikan rujukankan terbentuknya
manusia berakhlakul karimah, berarti manusia dapat menghindari akhlak tercela
sebagai manifestasi dari ajaran-ajaran aqidah Islam.
Aqidah akhlak yang bersumber dari Qur’an dan hadits dijadikan
pengembangan nilai spiritual yang dapat menghasilkan generasi berkualitas.
Aqidah tidak terlepas dari akhlak, akhlak mulia menjadi cermin bagi kepribadian
seseorang, disamping mampu mengantarkan seseorang kepada martabat yang
tinggi. Pendidikan akhlak dapat dikatakan sebagai pendidikan moral dalam
diskursus pendidikan Islam (Tafsir, 2012: 10).
Konsep akhlak dalam Al-Qur’an antara lain, diambil dari pemahaman QS. Al-
Alaq, (96): 1-5 yang secara tekstual menyatakan perbuatan Allah SWT dalam
menciptakan manusia sekaligus membebaskan manusia dari kebodohan
(„allamal-insan malam ya‟lam). Ayat pertama surat Al-Alaq tersebut merupakan
penentu perjalanan akhlak manusia, karena ayat tersebut menyatakan agar setiap
tindakan harus dimulai dengan keyakinan yang kuat kepada Allah SWT (Saebani
dan Abdul, 2010: 16).
Aqidah akhlak sebagai pembentuk karakter akan mempengaruhi keberhasilan
atau kesuksesan seseorang, hal tersebut dapat dilihat dari akhlak yang tercermin
dalam karakternya, semakin lemah karakter orang tersebut maka akan semakin
tertinggal dengan yang lainnya, akan menjadi manusia yang dipinggirkan, yang
paling parahnya akan menjadi sampah masyarakat. “Bertakwalah kepada Allah
dimana saja kamu berada; iringilah kejahatan/kejelekan dengan kebaikan niscaya
akan menghapusnya dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak/budi pekerti
yang baik” (HR. At-Thabrani; Hidayatullah, 2010: 1).
Aqidah Akhlak adalah mata pelajaran yang menanamkan dasar keimanan
pada seseorang. Aqidah akhlak merupakan keadaan batin seseorang yang menjadi
sumber lahirnya suatu perbuatan. Oleh karena itu, dalam menjalin suatu
hubungan antar sesama manusia harus dilandasi dengan akhlak yang karimah.
Karena akhlak ini tidak hanya dirasakan oleh manusia itu sendiri dalam
kehidupan, namun juga dalam kehidupan keluarga dan bermasyarakat serta
bernegara. Akhlak merupakan suatu hal yang membedakan antara manusia yang
satu dengan manusia lainnya, akhlak yang mulia adalah perhiasan sesudah iman
dan taat kepada Allah SWT dan dengan akhlak ini maka terciptalah kemanusiaan
manusia itu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan akidah
2. Apa yang dimaksud dengan akhlak
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud denga akidah
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan akhlak
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akidah
Kata “‘aqidah” diambil dari kata dasar “al-‘aqdu” yaitu ar-rabth (ikatan), al-
Ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh,
kuat), asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk (pengokohan)
dan al-itsbaatu (penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan)
dan al-jazmu (penetapan).
“Al-‘Aqdu” (ikatan) lawan kata dari al-hallu(penguraian, pelepasan). Dan kata
tersebut diambil dari kata kerja: ” ‘Aqadahu” “Ya’qiduhu” (mengikatnya), ” ‘Aqdan”
(ikatan sumpah), dan ” ‘Uqdatun Nikah” (ikatan menikah). Allah Ta’ala
berfirman, “Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak
dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-
sumpah yang kamu sengaja …” (Al-Maa-idah : 89).

Secara Terminologi
Menurut Abu Bakar Jabir al Jazairy, Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang
dapat diterima secara umum (aksioma) oleh manusia berdasarakan akal, wahyu dan
fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan
dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan
kebenaran itu.

Secara Etimologi
Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan. Aqidah adalah apa
yang diyakini oleh seseorang. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan
hati dan pembenaran terhadap sesuatu.
Secara Syara’
Yaitu beriman kepada Allah, para MalaikatNya, kitab-kitabNya, para Rasulnya, dan
kepada hari Akhir serta kepada qadar baik yang baik maupun yang buruk (rukun
iman). Dalilnya adalah

 QS. Al Kahfi: 110


 QS Az Zumar: 65
 QS. Az Zumar: 2-3
 QS. An Nahl: 36
 QS. Al A’raf: 59,65,73, 85
Dalam syahadat berasal dari kata Arab al-‘aqdu yang berarti obligasi, di-tautsiiqu
yang berarti keyakinan kuat atau keyakinan, al-ihkaamu yang berarti menegaskan
(set), dan ar-rabthu biquw-wah yang berarti mengikat dengan kuat.
Sedangkan menurut istilah (terminologi), keyakinan adalah iman yang teguh dan
yakin, bahwa tidak ada sedikit pun keraguan bagi mereka yang percaya di dalamnya.
Jadi, aqidah Islamiyyah adalah iman yang teguh dan terikat kepada Allah dengan
semua pelaksanaan kewajiban, tauhid dan menaati-Nya, percaya pada malaikat-Nya,
rasul, buku-buku mereka, nasib baik dan buruk dan percaya seluruh tidak memiliki
prinsip-prinsip Authentic Agama (Teologi Islam), kasus yang tak terlihat, iman dalam
apa yang ijma ‘(konsensus) dari Salafush Shalih, dan semua qath’i berita (pasti), baik
secara ilmiah dan amaliyah yang telah ditentukan sesuai dengan Al Qur’an dan
otentik Sunnah dan ijma ‘Salaf as-Salih.
Aqidah Menurut Firqah
Ada beberapa istilah lain yang dipakai oleh firqah (sekte) selain Ahlus Sunnah
sebagai nama dari ilmu ‘aqidah, dan yang paling terkenal di antaranya adalah:
1. Ilmu Kalam
Penamaan ini dikenal di seluruh kalangan aliran teologis mu-takallimin
(pengagung ilmu kalam), seperti aliran Mu’tazilah, Asyaa’irah [9] dan
kelompok yang sejalan dengan mereka. Nama ini tidak boleh dipakai, karena
ilmu Kalam itu sendiri merupakan suatu hal yang baru lagi diada-adakan dan
mempunyai prinsip taqawwul (mengatakan sesuatu) atas Nama Allah dengan
tidak dilandasi ilmu. Dan larangan tidak bolehnya nama tersebut dipakai
karena bertentangan dengan metodologi ulama Salaf dalam menetapkan
masalah-masalah ‘aqidah.
2. Filsafat
Istilah ini dipakai oleh para filosof dan orang yang sejalan dengan mereka. Ini
adalah nama yang tidak boleh dipakai dalam ‘aqidah, karena dasar filsafat itu
adalah khayalan, rasionalitas, fiktif dan pandangan-pandangan khurafat
tentang hal-hal yang ghaib.
3. Tashawwuf
Istilah ini dipakai oleh sebagian kaum Shufi, filosof, orientalis serta orang-
orang yang sejalan dengan mereka. Ini adalah nama yang tidak boleh dipakai
dalam ‘aqidah, karena merupakan pe-namaan yang baru lagi diada-adakan. Di
dalamnya terkandung igauan kaum Shufi, klaim-klaim dan pengakuan-
pengakuan khurafat mereka yang dijadikan sebagai rujukan dalam ‘aqidah.
4. Ilaahiyyat
Illahiyat adalah kajian ‘aqidah dengan metodologi filsafat. Ini adalah nama
yang dipakai oleh mutakallimin, para filosof, para orientalis dan para
pengikutnya. Ini juga merupakan pena-maan yang salah sehingga nama ini
tidak boleh dipakai, karena yang mereka maksud adalah filsafatnya kaum
filosof dan penjelasan-penjelasan kaum mutakallimin tentang Allah
Subhanahu wa Ta’ala menurut persepsi mereka.
Istilah lain Tentang Aqidah
 Iman, yaitu: sesuatu yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan
diamalkan dengan anggota tubuh.
 Tauhid, artinya: mengesakan Allah (Tauhidullah).
 Ushuluddin, artinya: pokok-pokok agama
 Fiqh Akbar, artinya: fiqh besar. Istilah ini muncul berdasarkan pemahaman
bahwa tafaqquh fiddin yang diperintahkan Allah dalam surat At-Taubah ayat
122, bukan hanya masalah fiqih, tentu dan lebih utama masalah aqidah.
Dikatakah fiqh akbar, adalah untuk membedakannya dengan fiqh dalam
masalah hukum.
Hal berhubungan Aqidah
Nama – nama ‘Aqidah :
 Al–Iman
‘Aqidah disebut juga dengan al Iman sebagaimana yang disebutkan dalam Al
Qur’an dan hadits – hadits Nabi saw, karena ‘aqidah membahas rukun iman
yang enam dan hal – hal yang berkaitan dengannya. Sebagaimana penyebutan
al?Iman dalam sebuah hadits yang masyhur disebut dengan hadits jibril as.
Dan para ularna sering menyebut istilah ‘Aqidah dengan al Iman dalarn kitab
– kitab mereka.
 ‘Aqidah(Itiqaad dan ‘Aqaa’id). Para ularna juga sering menyebut ilmu
‘Aqaa’id dan al’I’tiqaad.
 Tauhid
‘Aqidah dinamakan dengan Tauhid karena pembahasannya berkisar seputar
Tauhid atau pengesaan kepada Allah di dalam Rububiyyah, Uluhiyyah dan
Asma’ wa Shifat. jadi, Tauhid merupakan kajian ilmu ‘Aqidah yang paling
mulia dan merupakan tujuan utamanya. Oleh karena itulah ilmu ini disebut
dengan ilmu Tauhid.
 AsSunnah
Disebut As Sunnah karena para penganutnya mengikuti jalan yang diternpuh
oleh Rasulullah dan para Sahabat ra, di dalam masalah ‘aqidah. Dan istilah ini
merupakan istilah masyhur (populer) pada tiga generasi pertama.
 Ushuluddin dan Ushuluddiyanah. Ushul artinya rukun – rukun Iman, rukun –
rukun Islam dan masalah – masalah yang qath’i serta hal – hal yang telah
menjadi kesepakatan para ulama.
 Al Fiqhul Akbar. Ini adalah nama lain Ushuluddin dan kebalikan dari al
Fiqhul Ashghar, yaltu kumpulan hukum -hukum ijtihadi.
 Asy Syari’ah. Maksudnya adalah segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh
Allah saw, dan RasulNya berupa jalan – jalan petunjuk, terutama dan yang
paling pokok adalah Ushuluddin (dasar – dasar agama).

Beberapa keistimewaan aqidah Islam adalah :


a) Rahmatanlilalamin
b) Terbukti akan kebenarannya melalui sejarah dan bukti-bukti lainnya
c) Al-Quran terbukti secara ilmiah
d) Ajaran agama islam mudah, terang/jelas dan tegas
e) Menentramkan hati atau damai
f) Membuat pengikutny bermartabat
g) Sepanjang zaman
Aqidah ibarat pondasi dalam sebuah banguan. Bangunan agar kuat harus diperkuat
pondasinya, jika tidak kuat, maka bangunan yang didirikan di atasnya mudah roboh.
Inilah sebabnya mengapa kita harus memperkuat aqidah Islam. Al-Qur’an dan
Hadits/Sunnah Rasul merupakan dua perkara yang diwariskan kepada umat Islam
oleh Nabi Muhamad SAW, untuk dijadikan pedoman hidup umat Islam dalam
kehidupan sehari-hari, dalam segala tingkah laku dan perbuatan.
Adapun penjelasan dari masing-masing dasar aqidah Islam tersebut adalah sebagai
berikut;
  Dasar-dasar akidah Islam
Akidah Islam adalah sesuatu yang bersifat tauqifi, artinya suatu ajaran yang
hanya dapat ditetapkan dengan adanya dalil dari Allah dan Rasul-Nya. Maka, sumber
ajaran akidah Islam adalah terbatas pada al-Qur'an dan Sunnah saja. Karena, tidak ada
yang lebih tahu tentang Allah kecuali Allah itu sendiri, kemudian Rasulullah Saw.
selaku pengemban wahyu dari Allah Swt. Baru kemudian pendapat pada ulama yang
otonitatif yang dinyatakan oleh Rasulullah sebagai pewarisnya.
a) Al-Qur’an
Al-Qur'an adalah firman Allah Swt. yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad Saw. dengan perantara Malaikat Jibril. Melalui al-Qur'an inilah
Allah menuangkan firman-firmanNya berkenaan dengan konsep akidah yang
benar yang harus diyakini dan dijalani secara mutlak dan tidak boleh ditawar
oleh semua umat Islam. Di dalam al-Qur'an banyak terdapat ayat-ayat yang
berisi tentang tauhid, diantaranya adalah Qs. al-Ikhlas ayat 1-4 di atas, dan
masih banyak lagi yang lain diantaranya:
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."   (Q.S. al-
Ikhlas:1-4)
  
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah
turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu
telah sesat sejauh-jauhnya. (QS. an-Nisa’:136)
Dan masih banyak lagi ayat-ayat lain yang menerangkan tentang akidah jika
kita mau mengkajinya lebih dalam.
b) Al-Hadits
Hadis ialah segala ucapan, perbuatan, dan takrir (sikap diam) Nabi
Muhammad Saw. Islam telah menegaskan bahwa hadis menjadi sumber
hukum Islam kedua (setelah Al-Qur'an), baik sumber hukum dalam akidah
maupun dalam semua persoalan hidup.Hal ini dikarenakan semua yang
disandarkan kepada Nabi adalah wahyu dari Allah, bukan sekedar
memperturutkan hawa nafsu saja. Sebagaimana firman Allah Swt.:

“dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa


nafsunya. ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya).”(an-Najm 3-4)
“apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya
(dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah,
untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang
yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang
Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah.
dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.” (QS. al-Hasyr : 7)

Tujuan Akidah Islam


Akidah Islam harus menjadi pedoman bagi setiap Muslim. Artinya setiap u
mat Islam harus meyakini dan menjalankan pokok-pokok kandungan akidah Islam
tersebutdengantujuan  mendapatkan  kebahagiaan  di  dunia  dan  akhirat  dan  mendapa
tkan  rido  dari Allah Swt. tentunya. Dengan demikian berarti mempelajari pokok-
pokok kandungan akidah Islam adalah kewajiban bagi umat Islam dengan tujuan
seabagi berikut:
1)    Mengetahui petunjuk hidup yang benar serta dapat membedakan yang benar dan
yang salah.
2)   Memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan yang ada sejak lahir.
Manusia adalah makhluk yang berketuhanan. Sejak dilahirkan manusia cenderung
mengakui adanya Tuhan. Dengan naluri berketuhanan, manusia berusaha untukmenc
ari Tuhannya. Kemampuan akal dan ilmu  yang berbeda-beda memungkinkan
manusia akan keliru mengenal Tuhan. Dengan akidah Islam, naluri atau
kecenderungan manusia akan keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Kuasa dapat
berkembang dengan benar.
3)    Memelihara manusia dari kesyirikan.
Untuk mencegah manusia dari kesyirikan perlu adanya tuntunan yang jelas ten
tang
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kemungkinan manusia terperosok
kedalam kesyirikan selalu terbuka, baik syirik jaly (terang-terangan) berupa
perbuatan, maupun syirik khafy (tersembunyi) di dalam hati. Dengan mempelajari
Akidah Islam, manusia akan terpelihara dari perbuatan syirik.
4)    Menghindari diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan.
Manusia diberi kelebihan oleh Allah dari makhluk lainnya berupa akal
pikiran. Pendapat-pendapat atau faham-faham yang semata-mata didasarkan atas
akal manusia, kadang-kadang menyesatkan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu,
akal pikiran perlu dibimbing oleh akidah Islam agar manusia terbebas atau
terhindar dari kehidupan yang sesat.

B. Akhlak
Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab yaitu ” Al-Khulk ” yang berarti tabeat,
perangai, tingkah laku, kebiasaan, kelakuan.  Menurut istilahnya, akhlak ialah sifat
yang tertanam di dalam diri seorang manusia yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan
senang dan mudah tanpa adanya suatu pemikiran dan paksaan.
Menurut istilahnya, akhlak adalah sifat yang tertanam di dalam diri seorang
manusia yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya
suatu pemikiran dan paksaan. Dalam KBBI, akhlak berarti budi pekerti atau
kelakuan. Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong
oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.
Akhlak adalah bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang
berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat. Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu
Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai
yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa
mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut
harus dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan
baik, atau hanya sewaktu-waktu saja.Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul
dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak
pertimbangan pemikiran apalagi pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga
terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat.
Definisi Akhlak Menurut Ulama / Ahli
1. Al-Ghazali
Menurut Imam Al-Ghazali, pengertian akhlak ialah suatu sifat yang tertanam
dalam jiwa seorang manusia yang dari sifat tersebut akan timbul suatu
perbuatan yang mudah atau gampang dilakukan tanpa perlu adanya pemikiran
dan pertimbangan lagi.
2. Muslim Nurdin
Sedangkan menurut Muslim Nurdin, dkk, akhlak adalah sebuah sistem nilai yang
dapat mengatur tindakan serta pola dan sikap manusia yang ada di muka bumi.
Pengertian akhlak sendiri dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu :
1. Menurut sudut pandang Suluq Azzahariah, akhlak adalah suatu cara pandang
yang memperlihatkan hal-hal yang tampak dari dalam diri seseorang, seperti
contohnya dalam bertutur kata, bertingkah laku, dan watak.
2. Sedangkan menurut sudut pandang Bataniah, akhlak merupakan suatu ilmu
yang membahas berbagai masalah yang dihadapi manusia terkait dengan hal-
hal kejiwaan.

Golongan Akhlak
Akhlak dalam Islam dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :
1. Akhlak Terpuji Atau Akhlaqul Karimah
Akhlak terpuji sudah seharusnya dipunyai oleh seorang muslim. Contoh akhlak
terpuji yang seharusnya dipunyai adalah kesopanan, jujur, dermawan, rendah hati,
tutur katanya lembut, santun, rela berkorban, sabar, adil, tawakal, bijaksana, dan lain
sebagainya. Seseorang yang mempunyai akhlak terpuji atau akhlaqul karimah
biasanya akan selalu menjaga sikap dan tutur katanya kepada orang lain karena selalu
merasa dirinya diawasi oleh Allah SWT.
2. Akhlak Tercela Atau Akhlaqul Mazmumah
Akhlak tercela atau akhlaqul mazmumah sudah seharusnya dijauhi oleh umat muslim
karena dapat mendatangkan mudharat bagi dirinya sendiri dan juga bagi orang lain.
contoh akhlak tercela diantaranya adalah dusta atau berbohong, iri, dengki, sombong,
ujub, fitnah, tamak, takabur, hasad, aniaya, ghibah, dan lain sebagainya.
Akhlak tercela atau akhlak mazmumah ini sangat dibenci oleh Allah SWt dan tidak
jarang bagi orang yang mempunyai akhlak ini akan dijauhi dan tidak disukai oleh
masyarakat sekitar. Seorang muslin yang mempunyai dan memelihara akhlak tercela
dalam dirinya akan menimbulkan penyakit hati dan dosa besar bagi dirinya sendiri.
Keutamaan Akhlak
Beberapa keutamaan mempunyai akhlak yang terpuji atau akhlaqul karimah
diantaranya adalah :
1. Berat Timbangannya Di Akhirat
Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa orang yang mempunyai akhlak
terpuji akan mempunyai timbangan yang berat di hari akhir kelak dimana
semua amal manusia akan dihisab. “Tidak ada sesuatu yang diletakkan
pada timbangan hari kiamat yang lebih berat daripada akhlak yang mulia,
dan sesungguhnya orang yang berakhlak mulia ini dapat mencapai derajat
orang yang berpuasa dan shalat”.
2. Dicintai Rasulallah
Rasulullah SAW diutus kedunia tidak lain adalah untuk menyempurnakan
akhlak manusia, maka dari itu Rasulullah akan mencintai manusia yang
berakhlak baik. “Sesungguhnya yang paling aku cintai dari kalian dan
yang paling dekat tempatnya dariku di hari kiamat adalah yang paling
mulia akhlaknya, dan yang paling aku benci dari kalian dan yang paling
jauh tempatnya dariku di hari kiamat adalah yang banyak bicara, angkuh
dalam berbicara, dan sombong”.
3. Mempunyai Kedudukan Yang Tinggi
Seseorang yang mempunyai akhlak terpuji dan budi pekerti yang baik akan
mempunyai kedudukan yang tinggi di akhirat kelak sebagaimana
disebutkan dalam HR Ibnu Majah dan Ath-Tabrani.
4. Dijamin rumah di Surga
Mempunyai akhlak yang mulia sangatlah penting bagi seorang muslim.
Keutamaan mempunyai akhlak yang mulia sangat besar, salah satunya
adalah adanya jaminan imbalan sebuah rumah di Surga bagi kaum muslim
yang berakhlak mulia sebagaimana sabda Rasulullah SAW, yang intinya
bahwa akan dibuatkan rumah di tepi surga bagi orang yang meninggalkan
debat walaupun orang tersebut benar, akan dibuatkan rumah di tengah
surga bagi orang yang tidak suka berbohong meskipun hanya bercanda
serta rumah di atas surga bagi orang yang berakhlak mulia.
Ruang Lingkup Akhlak
Menurut seorang ahli bernama Muhammad Abdullah Daras, setidaknya ada 5 macam
ruang lingkup dalam pembahasan tentang akhlak, yaitu :
1. Akhlak Pribadi (Al-Ahklak Al Fardiyah), yang terdiri atas :
1. Ahklak yang diperintahkan.
2. Akhlak yang dilarang.
3. Akhlak yang dibolehkan.
4. Akhlak yang ada dalam suatu keadaan darurat
2. Akhlak Berkeluarga (Al-Akhlak Al Usrawiyah), terdiri atas :
1. adanya kewajiban timbal balik antara anak dengan orangtua.
2. adanya kewajiban suami terhadap seorang istri, begitu pun sebaliknya.
3. adanya kewajiban terhadap kerabat.
3. Akhlak Bermasyarakat atau disebut sebagai Al-Akhlaq Al Ijtima’iyah, yang
terdiri atas :
1. Akhlak yang dilarang.
2. Akhlak yang diperintahkan.
3. Beberapa kaidah tentang adab.
4. Akhlak Bernegara atau disebut sebagai Akhlak ad-Daulah), terdiri atas :
1. Adanya suatu hubungan antara rakyat dengan pemimpinnya.
2. Adanya hubungan dalam hal luar negeri.
5. Akhlak dalam beragama, yaitu berbagai macam kewajiban kepada Allah
SWT.
Sedangkan menurut Yuniar Ilyas, ruang lingkup akhlak dibagi menjadi 5 bagian,
yaitu :
1. Akhlak terhadap Tuhan YME, yaitu Allah SWT.
2. Akhlak terhadap junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW.
3. Akhlak terhadap pribadi atau diri sendiri.
4. Akhlak dalam sebuah keluarga, dan
5. Akhlak dalam bermasyarakat.

Tujuan Akhlak
Ilmu akhlak diadakan di dunia bukan tanpa tujuan. Adapun dua tujuan utama
dari ilmu akhlak adalah :
1. Menyempurnakan Perilaku Manusia
Dalam ilmu akhlak akan dipaparkan mengenai hal-hal yang baik dan buruk agar
memberi pemahaman bagi manusia dalam bertingkah laku agar tidak salah
mengambil langkah yang nantinya akan merugikan diri sendiri maupun orang lain
dalam masyarakat.
2. Mencapai Tujuan Hidup Ideal
Setelah memahami mengenai konsep baik dan buruk, tentunya secara naluriah kita
akan berusaha untuk meninggalkan keburukan dan selalu berusaha menuju
kebaikan. Melalui ilmu akhlak, maka jalan yang seharusnya ditempuh dengan
begitu rumit akan menjadi nyaman dan terasa penuh kedamaian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata “‘aqidah” diambil dari kata dasar “al-‘aqdu” yaitu ar-rabth
(ikatan), al-Ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq
(menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-
tamaasuk (pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan). Di antaranya juga
mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan).
“Al-‘Aqdu” (ikatan) lawan kata dari al-hallu(penguraian, pelepasan). Dan
kata tersebut diambil dari kata kerja: ” ‘Aqadahu” “Ya’qiduhu”
(mengikatnya), ” ‘Aqdan” (ikatan sumpah), dan ” ‘Uqdatun Nikah” (ikatan
menikah). Allah Ta’ala berfirman, “Allah tidak menghukum kamu disebabkan
sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia
menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja …” (Al-
Maa-idah : 89).
Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab yaitu ” Al-Khulk ” yang berarti
tabeat, perangai, tingkah laku, kebiasaan, kelakuan.  Menurut istilahnya,
akhlak ialah sifat yang tertanam di dalam diri seorang manusia yang bisa
mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya suatu
pemikiran dan paksaan.
Menurut istilahnya, akhlak adalah sifat yang tertanam di dalam diri
seorang manusia yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah
tanpa adanya suatu pemikiran dan paksaan.

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari para pembaca.

Anda mungkin juga menyukai