NO ABSEN/NIM : 35/A220200028
1. Jelaskan pengertian aqidah menurut bahasa (etimologi) dan menurut istilah (terminologi)!
JAWAB:
Jadi, Akidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah
dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepadaNya, beriman kepada
para malaikatNya, rasul-rasulNya, kitab-kitabNya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan
mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip Agama
(Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma'
(konsensus) dari salafush shalih, serta seluruh berita-berita qath'i (pasti), baik secara
ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah
yang shahih serta ijma' salaf as-shalih.
1. Ilmu dharuri, adalah pengetahuan tentang suatu hal tanpa memerlukan penelitian dan
pembuktian dengan menggunakan dalil (keterangan). Contohnya: pengetahuan bahwa api
itu panas.
2.Ilmu nazhari, adalah pengetahuan tentang suatu hal yang didahului oleh penelitian dan
pembuktian dengan menggunakan dalil. Contohnya: pengetahuan tentang tata cara wudhu
dan shalat.
3. Sebut dan jelaskan istilah-istilah yang semakna dengan aqidah!
JAWAB :
1. Iman
Iman secara etimologis berasal dari kata amana-yu’minu berarti tasdiq yaitu
membenarkan mempercayai. Dan menurut istilah Iman ialah “Membenarkan degan
hati diucapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan.” Dengan
demikian, iman itu bukan sekedar pengertian dan keyakinan dalam hati; bukan
sekedar ikrar dengan lisan dan bukan sekedar amal perbuatan saja tapi hati dan jiwa
kosong. Imam Hasan Basri mengatakan “Iman itu bukanlah sekedar angan-angan dan
bukan pula sekedar basa-basi dengan ucapan akan tetapi sesuatu keyakinan yang
terpatri dalam hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan.
2. Tauhid
Tauhid (Arab :)توحيد, adalah konsep dalam aqidah islam yang menyatakan keesaan
Allah. Tauhid diambil kata :Wahhada Yuwahhidu Tauhidan yang artinya
mengesakan. Satu suku kata dengan kata wahid yang berarti satu atau kata ahad yang
berarti esa. Dalam ajaran Islam Tauhid itu berarti keyakinan akan keesaan Allah.
Kalimat Tauhid ialah kalimat La Illaha Illallah yang berarti tidak ada Tuhan
melainkan Allah.
Tauhid merupakan inti dan dasar dari seluruh tata nilai dan norma Islam, sehingga
oleh karenanya Islam dikenal sebagai agama tauhid yaitu agama yang mengesakan
Tuhan. Bahkan gerakan-gerakan pemurnian Islam terkenal dengan nama gerakan
muwahhidin ( yang memperjuangkan tauhid ). Dalam perkembangan sejarah kaum
muslimin, tauhid itu telah berkembang menjadi nama salah satu cabang ilmu Islam,
yaitu ilmu Tauhid yakni ilmu yang mempelajari dan membahas masalah-masalah
yang berhubungan dengan keimanan terutama yang menyangkut masalah ke-Maha
Esa-an Allah.
Adapun penamaan ‘aqidah atau istilah lain ‘aqidah islam Menurut Ahlus Sunnah dan
menurut selain Ahlus Sunnah, yaitu :
a. Istilah lain ‘aqidah Menurut Ahlus Sunnah
Nama-nama ‘aqidah menurut Ahlus Sunnah wal Jama'ah, sinonimnya aqidah Islamiyyah
mempunyai nama lain, di antaranya, Al-Iman, I’tiqaad, Tauhid, As-Sunnah, Ushuluddiin,
Al-Fiqbul Akbar dan Asy-Syari'iah.
1. Al-Iman
‘Aqidah disebut juga dengan al-Iman sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur-an dan
hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena ‘aqidah membahas rukun iman
yang enam dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Sebagaimana penyebutan al-Iman
dalam sebuah hadits yang masyhur disebut dengan hadits Jibril Alaihissallam. Dan para
ulama Ahlus Sunnah sering menyebut istilah ‘aqidah dengan al-Iman dalam kitab-kitab
mereka.
3. Tauhid
‘Aqidah dinamakan dengan Tauhid karena pembahasannya berkisar seputar Tauhid atau
pengesaan kepada Allah di dalam Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma’ wa Shifat. Jadi,
Tauhid merupakan kajian ilmu ‘aqidah yang paling mulia dan merupakan tujuan
utamanya. Oleh karena itulah ilmu ini disebut dengan ilmu Tauhid secara umum menurut
ulama Salaf.
4. As-Sunnah
As-Sunnah artinya jalan. ‘Aqidah Salaf disebut As-Sunnah karena para penganutnya
mengikuti jalan yang ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para
Sahabat Radhiyallahu anhum di dalam masalah ‘aqidah. Dan istilah ini merupakan istilah
masyhur (populer) pada tiga generasi pertama.
6. Al-Fiqhul Akbar
Ini adalah nama lain Ushuluddin dan kebalikan dari al-Fiqhul Ashghar, yaitu kumpulan
hukum-hukum ijtihadi.
7. Asy-Syari’ah
Maksudnya adalah segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla dan
Rasul-Nya berupa jalan-jalan petunjuk, terutama dan yang paling pokok adalah
Ushuluddin (masalah-masalah ‘aqidah).
2. Filsafat
Istilah ini dipakai oleh para filosof dan orang yang sejalan dengan mereka. Ini adalah
nama yang tidak boleh dipakai dalam ‘aqidah, karena dasar filsafat itu adalah khayalan,
rasionalitas, fiktif dan pandangan-pandangan khurafat tentang hal-hal yang ghaib.
3. Tashawwuf
Istilah ini dipakai oleh sebagian kaum Shufi, filosof, orientalis serta orang-orang yang
sejalan dengan mereka. Ini adalah nama yang tidak boleh dipakai dalam ‘aqidah, karena
merupakan pe-namaan yang baru lagi diada-adakan. Di dalamnya terkandung igauan
kaum Shufi, klaim-klaim dan pengakuan-pengakuan khurafat mereka yang dijadikan
sebagai rujukan dalam ‘aqidah.
4. Ilaahiyyat (Teologi)
Illahiyat adalah kajian ‘aqidah dengan metodologi filsafat. Ini adalah nama yang dipakai
oleh mutakallimin, para filosof, para orientalis dan para pengikutnya. Ini juga merupakan
penamaan yang salah sehingga nama ini tidak boleh dipakai, karena yang mereka maksud
adalah filsafatnya kaum filosof dan penjelasan-penjelasan kaum mutakallimin tentang
Allah Subhanahu wa Ta’ala menurut persepsi mereka.
2.Tingkat yakin, yakni tingkat keykakinan yang didasarkan atas bukti, dan dalil yang
jelas, tetapi belum sampai menemukan hubungan yang kuat antara obyek keyakinan
dengan dalil yang diperolehnya, sehingga memungkinkan orang terkecoh oleh
sanggahan-sanggahan atau dalil-dalil lain yang lebih rasional dan mendalam.
3.Tingkat Ainul yakin, yakni tingkt keyakinan yang didasarkan atas dalil-dalil rasional,
ilmiah dan mendalam, sehingga mampu membuktikan hubungan antara obyek keyakinan
dengan dalil-dalil serta mampu memberikan argumentasi yang rasional terhadap
sanggahan-sanggahan yang datang, sehingga tidak mungklin terkecoh oleh argumentasi
lain yang dihadapkan kepadanya.
4.Tingkatan haqul yakin, yakni tingkat keyakinan yang di samping didasarkan atas dalil-
dalil rasional, ilmiah dan mendalam, dan mampu membuktikan hubungan antara obyek
keyakinan dengan dalil-dalil serta mampu memberikan argumentasi yang rasional dan
selanjutnya dapat menemukan dan merasakan keyakinan tersebut melalui pengalaman
agamanya.