Anda di halaman 1dari 5

Islam dan Islamisme

Ontologi : apa Islam?

1. Ajaran/konsep (al qur’an dan hadits) dapat dipahami melalui kitab berbahasa Arab (ilmu
nahwu dan shorof), Islam juga dipahami melalui Ijma dan qiyas Ulama
2.
3. Islam sebagai kebudayaan dan peradaban umat Islam (ide/gagasan, perbuatan/perilaku,
serta karya) dapat dilihat dari kajian sejarah
4. Islam adalah ajaran Tuhan mulai dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW. (sejarah)
5. Islam adalah ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW.

Epistemologi: Bagaimana memahami ajaran Islam?

1. Bayani melalui teks


2. Burhani melalui dalil dan argumentasi akal
3. Irfani (tasawuf) melalui kekuatan batin

Aksiologi: Nilai

1. Etika/Moral/Akhlaq/baik dan buruk


2. Estetika: keindahan

Ilmu keislaman

1. Aqidah
2. Fikih/syari’ah
3. Akhlaq dan tasawuf (mistisisme)

A. Ilmu Aqidah (tauhid)

Aqidah secara etimologi diambil dari kata ’aqada – ya’qidu memiliki makna mengikat


sesuatu, jika seseorang mengatakan (aku ber’itiqad begini), itu  artinya saya mengikat hati
dan dhamir terhadap hal tersebut. Adapun secara terminologi Aqidah adalah: “Sesuatu yang
diyakini, diimani dan yang dibenarkan dengan hati. Sedangkan makna aqidah ditinjau dari
pengertian syariat Islam adalah beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, beriman kepada hari akhir dan taqdir (ketentuan) Allah yang baik maupun
buruk. Allah berfirman yang artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab
yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa
yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian,
Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (An-Nisa: 136)

B. Defenisi Fiqih

Menurut bahasa, “Fiqih” berasal dari kata “faqiha yafqahu-faqihan” yang berarti mengerti atau
paham. Paham yang dimaksudkan adalah upaya aqilah dalam memahami ajaran-ajaran Islam yang
bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Di dalam Al?quran tidak kurang dari 19 ayat yang
berkaitan dengan kata fiqh dan semuanya dalam bentuk kata kerja, seperti di dalam surah at?
Taubah ayat 122.

Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).  Mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”

Dari ayat dapat di tarik kesimpulan bahwa fiqhi itu berarti mengetahui, memahami dan mendalami
ajaran?ajaran agama secara keseluruhan. Jadi pengertian fiqhi dalam arti yang sangat luas sama
dengan pengertian syariah dalam arti yang sangat luas . inilah pengertian fiqhi pada masa sahabat
atau pada abad pertama islam.

Al-Fiqih dalam bahasa arab mengetahui sesuatu dengan mengerti (al-‘ilm bisyai’I ma’a al-fahm). Ibnu
Al-Qayim mengatakan bahwa fiqih lebih khusus dari pada paham, yakni pemahaman mendalam
terhadap berbagai isyarat Al-Quran, secara tekstual maupun kontekstual. Tentu saja, secara logika,
pemahaman akan diperoleh apabila sumber ajaran yang dimaksudkan bersifat tekstual, sedangkan
pemahaman dapat dilakukan secara tekstual maupun kontekstual. Hasil dari pemahaman terhadap
teks-teks ajaran islam disusun secara sistematis agar mudah diamalkan. Oleh karena itu, ilmu fiqih
merupakan ilmu yang mempelajari ajran islam yang disebut dengan syariat yang bersifat amaliah
(praktis) yang diperoleh dari dalil-dalil yang sistemati. Rasyid Ridha mengatakan pula bahwa dalam
Al-Qur’an banyak ditemukan kata-kata fiqih yang artinya adalah paham yang mendalam dan amat
luas terhadap segala hakikat, yang dengan fiqih itu, seseorang ‘alim menjadi ahli hikmah (filosof),
pengamal yang memiliki sikap yang teguh. Kata fiqih dan tafaqquh berarti “pemahaman yang
dalam”, keduanya sering digunakan dalam Al-Quran dan Hadits. Sebagaimana disebutkan dalam
surat At-Taubah: 122. Rasulullah SAW. telah memerintahkan beberapa di antara para sahabat untuk
memahami secara mendalam (tafaqquh) atau telah memilih mereka sebagai ahli fiqih atau fuqaha
(bentuk jamak dari faqih).

Secara terminologi Al-Quran dan sunnah, Fiqih adalah pengetahuan yang luas dan mendalam
mengenai perintah-perintah dan realitas Islam dan tidak memeiliki relevansi khusus dengan bagian
ilmu tertentu. Akan tetapi, dalam terminology ulama, istilah fiqih secara khusus diterapkan pada
pemahaman yang mendalam atas hukum-hukum Islam.

     Artinya :

“Mereka berkata: “Hai Syu’aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan
Sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara Kami; kalau tidaklah
Karena keluargamu tentulah kami Telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang
berwibawa di sisi kami.(Q.S. Huud: 91)

Dari ayat-ayat diatas, dapat dipahami bahwa arti fiqih secara leksikal adalah pemahaman, sedangkan
objek yang dipahami bersifat umum, bias berupa kalimat yang digunakan dalam komunikasi atau
dialog, berupa ciptaan Allah, berupa tubuh manusia dan fungsinya, dan sebagainya. Semua diseur
oleh Allah untuk dipahami oleh manusia. Adapun arti fiqih secara terminology ada beberapa
pendapat yang mendefenisikannya :

Al- Imam Muhammad Abu Zahro’, mendefenisikan fiqih dengan :

“fiqih adalah ilmu yang berkaitan dengan hokum-hukum syara’ amaliyah dari dalil-dalilnya yang
terperinci” 

1.Abdul Hamid Hakim mendefenisikan dengan :

“Ilmu yang berkaitan dengan hokum-hukum syara’ yang hokum-hukum itu didapatkan dengan cara
berijtihad”

2.Imam Abu Hanifah mendefenisikan :


“Ilmu yang menerangkan perihal hak-hak dan kewajiban.”

3.lama-ulama Syafi’iyah menerangkan :

“fiqih adalah ilmu yang menerangkan segala hokum syara’ yang berkaitan dengan amaliyah orang
mukhalaf yang dininstibathkan dari dalil-dalil yang terperinci.”

4.Menurut Abdul Wahab Khallaf, Fiqih Adalah :

“Ia adalah pengetahuan yang berkaitan dengan hokum-hukum syara’ amaliyah, yang hukum-hukum
itu didapatkan dari dalil-dalil yang terperinci dan ia merupakan kumpulan hukum-hukum
syara’amaliyah yang akan diambil faedahnya dari dalil-dalil yang terperinci”.

Dengan berbagai defenisi tersebut dapatlah ditarik kesimpulan bahwa arti “Fiqih” itu adalah ilmu
mengenai pemahaman tentang hukum-hukum syara’ yang berkaitan dengan amaliyah orang
mukallaf, baik amaliyah anggota badan maupun amaliyah hati, hokum-hukum syara’ itu didapatkan
berdasarkan dan ditetapkan berdasarkan dalil-dalil tertentu (Al-Qur’an dan al- Hadis) dengan cara
ijtihad.

2.      Defenisi syariah

Menurut etimologi , Syari’at berarti al-thariqah al-sunnah; atau jalan dan juga dapat diartikan
sumber mata air yang  hening bening . Sedangkan pengertian/ta’rif menurut terminologi/istilah yang
umumnya dipakai oleh para ulama salaf, dalam memberikan batas pengertian syari’at Islam sebagai
suatu pedoman hidup dan ketetapan hukum yang digariskan oleh Allah SWT . Secara lengkap
batasan tersebut adalah:

“Hukum yang disyari’atkan Allah untuk hamba-hamba-Nya  yang telah didatangkan para Nabi-nabi
baik berhubungan dengan cara menyebutkannya, yang dinamai fa’riyah amaliyah, yang untuknyalah
didewakan ilmu fiqhi maupun yang berhubungan dengan itiqad yang dinamai ashliyah ‘itiqadiyah
yang untuknyalah didewakan ilmu kalam dan syara itu dinamai pula Addin dan Millah” .

Syari’ah dinamakan Ad-Din memiliki pengertian bahwa ketetapan peraturan Allah yang wajib ditaati.
Ummat harus tunduk melaksanakan ad-Din (syari’at) sebagai wujud ketaatan kepada hukum Allah.
Ad-Din dalam bahasa Arab berarti hukum. Syari’ah dinamakan Al Millah mempunyai makna  bahwa
agama bertujuan untuk mempersatukan para pemeluknya  dalam suatu perikatan yang teguh . dapat
pula bermakna pembukuan atau kesatuan hukum-hukum agama. Syari’ah sering juga disebut syara’,
yaitu aturan yang dijalani manusia, atau suatu aturan agama yang wajib dijalani oleh manusia untuk
mencapai kebahagiaan hidup baik di dunia maupun kelak di akhirat .

Menurut kamus bahasa Indonesia pengertian syari’ah adalah :

“Hukum agama yang diamalkan menjadi peraturan-peraturan  upacara yang bertalian dengan agama
Islam, palu memalu, hakekat balas membalas perbuatan baik (jahat) dibalas dengan baik (jahat) “.

Syari’ah secara umum adalah segala aturan hukum yang diwahyukan kepada para nabi berupa kitab
suci seperti : Taurat, Zabur, injil dan Al-Qur’an, maupun berupa syari’ah yang disampaikan kepada
para nabi yang tidak berupa kitab/tidak dibukukan sebagai kitab yang mempunyai nama, misalnya
syari’ah Nabi Adam, syari’at Nabi Ibrahim maupun nabi-nabi yang lainnya yang diwahyukan kepada
mereka untuk membentengi ummat dimana mereka diutus. Syari’ah Islam adalah peraturan/
hukum-hukum agama yang diwahyukan kepada nabi besar Muhammad SAW, yaitu berupa kitab suci
Al-Qur’an, sunnah/hadist nabi  yang diperbuat atau disabdakan dan yang ditakrirkan oleh nabi
termasuk juga bagian dari syari’at Islam.
     Syari’ah meliputi di dalamnya semua tingkah laku manusia , yang disandarkan pada wahyu Allah
dan sunnah Rasul-Nya. Dalam perkembangan hukum Islam dikenal ijtihad hal disandarkan kepada
Fiqih yang di dalamnya  termuat hukum hasil kecerdasan mengistimbatkan satu nilai hukum. Di
dalam fiqih didapati suatu tindakan sah atau tidak sah, boleh atau tidak, sedangkan di dalam 
syari’ah didapati tindakan hukum boleh dan terlarang, harus diakui bahwa syari’at dan fiqh
mempunyai perbedaan, tetapi dalam perkembangannya para ulama tidak terlalu prinsipil
membedakannya.

C. Ilmu Akhlaq

Secara lughat (bahasa) akhlak adalah bentuk jamak dari khilqun atau khuluqun yang artinya budi
pekerti, tingkah laku, perangai atau tabi’at.5 Istilah akhlak mempunyai sinonim dengan etika dan
moral; etika dan moral berasal dari bahasa Latin yang berasal dari kata etos maknanya kebiasaan,
dan mores artinya kebiasaannya. Kata akhlak berasal dari kata kerja khalaqa yang artinya
menciptakan. Khaliq maknanya pencipta atau Tuhan dan makhluq artinya yang diciptakan,
sedangkang khalaq maknanya penciptaan. Kata khalaqa yang mempunyai kata yang seakar diatas
mengandung maksud bahwa akhlak merupakan jalinan yang mengikat atas kehendak Tuhan dan
manusia. Pada makna lain kata akhlak dapat diartikan tata perilaku seseorang terhadap orang lain.
Jika perilaku ataupun tindakan tersebut didasarkan atas kehendak Khaliq (Tuhan) maka hal itu
disebut sebagai akhlak hakiki. Oleh karena itu, akhlak dapat dimaknai tata aturan atau norma
kepribadian dan prilaku yang mengatur hubungan antara sesama manusia (hablumminannas),
manusia dengan Tuhan (hablumminallah), serta manusia dengan alam semesta (lingkungannya).
Pengertian akhlak secara terminologis menurut: a) Imam Ghozali:”Akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa (manusia) yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan
pemikiran maupun pertimbangan?”

b) Ibnu Maskawaih:”Akhlak adalah gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan
dengan tidak membutuhkan pikiran dan pertimbangan.”

4. Pengertian Tasawuf Istilah tasawuf berasal dari bahasa Arab dari kata ”tashowwafa –
yatashowwafu - tashowwuf” mengandung makna (menjadi) berbulu yang banyak, yakni menjadi
seorang sufi atau menyerupainya dengan ciri khas pakaiannya terbuat dari bulu domba/wol (suuf),1
walaupun pada prakteknya tidak semua ahli sufi pakaiannya menggunakan wol. Menurut sebagian
pendapat menyatakan bahwa para sufi diberi nama sufi karena kesucian (shafa) hati mereka dan
kebersihan tindakan mereka. Di sisi yang lain menyebutkan bahwa seseorang disebut sufi karena
mereka berada dibaris terdepan (shaff) di hadapan Allah, melalui pengangkatan keinginan mereka
kepada-Nya. Bahkan ada juga yang mengambil dari istilah ash-hab al-Shuffah, yaitu para shahabat
Nabi SAW yang tinggal di kamar/serambi-serambi masjid (mereka meninggalkan dunia dan rumah
mereka untuk berkonsentrasi beribadah dan dekat dengan Rasulullah SAW).2 Pada intinya tasawuf
merupakan suatu usaha dan upaya dalam rangka mensucikan diri (tazkiyatunnafs) dengan cara
menjauhkan dari pengaruh kehidupan dunia yang meyebabkan lalai dari Allah SWT untuk kemudian
memusatkan perhatiannya hanya ditujukan kepada Allah SWT. Menurut Syaikh Muhammad Amin al-
Kurdi bahwa tasawuf adalah ilmu yang menerangkan tentang keadaan-keadaan jiwa (nafs) yang
dengannya diketahui hal-ihwal kebaikan dan keburukan jiwa, cara membersihkannya dari (sifat-sifat)
yang buruk dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji, cara melakukan suluk, jalan menuju Allah,
dan meninggalkan (larangan-larangan) Allah menuju (perintahperintah) Allah SWT

Anda mungkin juga menyukai