Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ULUMUL QUR’AN

WAQAF DAN IBTIDA


Dosen Pengampu : Dr. Roni Nugraha, M.Ag

Disusun oleh :
Fatimah Afra Salehah 23.03.3243
Mita Mitpah Solihat 23.03.3236
Nabila Fiqriansyah 23.03.3169

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM PERSIS BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang atas rahmat-Nya dan
karunianya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dalam makalah
ini kami membahas “ Waqaf dan Ibtida ” pada mata kuliah Ulumul Qur’an.
Pada kesempatan ini kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen pengampu Bapak Dr. Roni Nugraha, M.Ag. yang telah memberikan tugas
terhadap kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang turut membantu dalam penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Maka
dari itu, dengan senang hati kami menerima setiap kritik dan saran yang diajukan
untuk penyempurnaan makalah ini kedepannya.
Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Bandung, 25 November 2023

Kelompok 13

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 1


DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2
BAB I .................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 3
BAB II ................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ............................................................................................................ 4
A. WAQAF .................................................................................................................... 4
1. Pegertian Waqaf................................................................................................ 4
2. Pembagian Waqaf ............................................................................................. 4
B. IBTIDA’ .................................................................................................................... 6
1. Pengertian Ibtida’ ............................................................................................. 6
2. Klasifikasi Ibtidā’.............................................................................................. 6
BAB III............................................................................................................................... 8
PENUTUP...................................................................................................................... 8
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 8
B. Saran.......................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 9

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemampuan mengaplikasikan bacaan Al-Qur’an merupakan suatu hal yang harus


dimiliki oleh setiap orang muslim, karena Al-Qur’an berperan sebagai pedoman
umat manusia. Untuk itu, hendaklah setiap umat muslim mampu membacanya
dengan memakai Ilmu Tajwid. Disamping itu mempelajari Ilmu Tajwid hukumnya
fardhu kifayah. Membaca Al-Quran dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu
tajwid hukumnya fardhu ‘ain. Dasar hukum wajibnya membaca Al-Qur’an dengan
tajwid yang bersumber dari Al-Qur’an itu sendiri.

‫ َو َرتِّ ِّل القُ ْر انَ تَرتِّيلا‬....


Artinya: “Bacalah Al-Qur’an itu dengan tartil.” (QS.Al-Muzzamil:4).

Menurut Saidina Ali, r.a. yang dikutip oleh Muhammad Zulifan. Pengertian Tartil
dalam ayat diatas adalah tajwidul huruf wa ma’rifatul wuquf yakni membaguskan
pengucapan huruf serta megerti tempat-tempat waqaf berhenti

Untuk itu ia memerlukan waqf untuk menarik nafas dan beristirahat, kemudian
melanjutkan bacaanya (ibtida’) dengan tetap menjaga keutuhan makna ayat yang di
bacanya.

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian waqaf dan urgensi ber-waqaf yang benar?
b. Jelaskan pembagian waqaf ?
c. Apa saja contoh tanda waqaf dalam Al-quran?
d. Apa pengertian Ibtida’ dan urgensi beribtida’ yang benar?
e. Jelaskan pembagian ibtida’ secara umum?

C. Tujuan Penulisan
a. Dapat mengetahui pengertian dan ibtida’.
b. Dapat mengetahui macam-macam waqaf.
c. Mengetahui contoh tanda waqaf dalam Al-Qur’an
d. Mengetahui pengertian Ibtida’ dan urgensi ber-ibtida’ yang benar.
e. Mengetahui pembagian ibtida’ secara umum.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. WAQAF

1. Pegertian Waqaf

Secara bahasa Waqaf berasal dari tiga huruf dasar yaitu ‫و‬, ‫ق‬, ‫ف‬. Yang
mengandung makna dasar berhenti atau menahan. Namun jika dilihat dari sisi
istilah waqaf itu bukan hanya sebatas berhenti, tetapi bisa diterjemahkan dengan
berhenti untuk memulai. Kalau hanya berhenti dan untuk selamanya berhenti itu
tidak di sebut waqaf, karenanya para ulama tafsir mendefinisikan waqaf dengan
gambaran terputusnya suara dalam suatu kalam yang disebabkan pengambilan
nafas atau dengan niat memulai bacaan bukan dengan niat menolak.
Sementara menurut ulama muta’akhirin waqaf itu bermakna terpotongnya bacaan.
Menurut syaikh Al Khuzairi, waqaf itu merupakan pemanis bacaan, penyempurna
pemahaman pendengar dan kebanggaan orang berilmu. Karena dengan waqaf
akan diketahui makna yang berbeda ketetapan yang berlainan antara dua hukum
yang berubah-ubah.
2. Pembagian Waqaf

Para ulama tafsir menyebutkan waqaf itu bisa dibagi menjadi empat adapula yang
menyebutkan waqaf dalam mushaf al-qur’an itu dikelompokkan menjadi lima.
a.Waqaf Idhtirary
Waqaf idhtirary dimaknai dengan berhenti karena adanya gangguan yang bersifat
fisik dari si pembaca yang menyebabkan pembaca berpaling dari bacaan Al-
Qur’annya; seperti, kehabisan nafas, bersin, ataupun menjawab salam.
b.Waqaf Sima’i
Waqaf Sima’i adalah behenti karena kita mendengar orang lain berhenti pada saat
membaca ayat tersebut. Hal ini jika kita coba rujukan pada berbagai macam
mushaf di tahun 1954 waqaf sima’i ini merujuk pada rasulullah. Artinya kita
menghentikan bacaan ketika kita mendengar bahwasannya nabi juga berhenti pada
bacaan tersebut.
Dalam mushaf tahun 1954 Waqaf Sima’i ini diklasifikasi menjadi empat macam
yaitu, Waqaf Nabi Saw, Waqaf Jibril, Waqaf Manzil, Waqaf Mufrad. Namun
dalam mushaf terbitan terbaru nama nama waqaf itu menjadi tidak ada.

4
c. Waqf Ikhtibārīy

Waqaf Ikhtibariy (‫ )اختباري‬berasal dari kata khabar, yang artinya keterangan,


memberitahu, yakni memberitahukan tanda waqaf yang terpotong atau yang
tersambung. Waqaf ini dimaksudkan untuk menguji, yakni seorang guru kepada
muridnya yang sedang membaca Al-Qur’an agar bagaimana cara mewaqafkan.
c. Waqf Intiẓārīy
Waqaf Intizariy adalah waqf (berhenti) pada kata yang mempunyai beberapa
riwayat bacaan ketika qāri’ hendak membaca lebih dari satu riwayat (untuk
mempraktekkan beberapa riwayat tersebut).

Sebagaimana Waqf ikhtibārīy, Waqf intiẓārīy juga diperbolehkan dalam proses


belajar mengajar, dan untuk ibtidā’ hendaknya memilih kata yang layak dijadikan
permulaan dengan cara mengulangi kata yang diwaqfkan atau kata sebelumnya.
d. Waqf Ikhtiyārīy
Waqaf Ikhtiyary itu merupakan usaha ijtihadi para ulama agar tidak terjadi
pengaburan makna kurang bagusnya suara. Karenanya disebut waqaf Ikhtiyary ini
erat kaitannya dengan ilmu bahasa dalam waqaf ikhtiyary ini kemudian para ulama
membaginya menjadi empat klaster

1). Waqf Tām


Waqf tām yaitu waqf pada susunan kalimat yang sempurna dan tidak ada
hubungan dengan kata sesudahnya baik dari segi lafaz maupun makna.
Waqaf Tam ini terbagi menjadi 2
a) Waqaf tam lazim, yaitu wajib berhenti pada waqaf ini dan wajib
memulai bacaan pada lafadz setelahnya. Sebab, jika dilanjutkan
dengan lafadz setelahnya akan merusak makna. Adapun tanda waqaf
tam lazim di mushaf Alquran yaitu mim ( ‫ ) مـ‬artinya wajib berhenti.
b) Waqaf tam muthlaq, yaitu waqaf yang dianjurkan untuk berhenti dan
dianjurkan untuk memulai dengan kalimat setelahnya. Namun
hukum bacaan ini waqaf (berhenti) lebih utama dari washal
(melanjutkan). Adapun tanda waqaf tam muthlaq ini yaitu ( ‫) قلى‬
artinya waqaf lebih utama dari washal.

2). Waqf Kāfīy


Waqf Kafiy yaitu waqf pada kalimat sempurna dan tidak ada hubungan
dengan kalimat berikutnya dari segi lafaz namun dalam segi itu masih
memiliki kaitan.

5
3). Waqf Ḥasan

Waqaf Hasan adalah berhenti pada satu kata yang masih berhubungan
secara lafazh dengan kata berikutnya atau dengan kata sebelumnya sengan
syarat kalimat tersebut telah memiliki pengertian yang baik. Artinya kalimat
yang telah dibaca sampai yang telah diwaqafkan telah dapat dimengerti
tujuannya tetapi lafalnya masih erat kaitannya dengan kata berikutnya.
Dalam Al-quran Waqaf hasan ditandai dengan( ‫ ) صلى‬Al-waslu Aula artinya
lebih utama diteruskan.
4). Waqf Qabih
Waqaf Qabih adalah berhenti disatu tempat dimana antara kata sebelum dan
sesudahnya masih memiliki hubungan, baik secara lafadz ataupun secara
makna. Waqf Qabīḥ dalam sebagian mushaf ditandai dengan ‫ ال‬yang berarti
tidak baik waqf pada kata tersebut juga ibtidā’ dari kata sesudahnya.
B. IBTIDA’

1. Pengertian Ibtida’

Kata ibtidā’ dalam Bahasa Arab adalah bentuk maṣdar dari fi‘il mādhī, “ibtada’a”.
Kata dasarnya adalah bada’a, artinya memulai suatu pekerjaan. Sedang secara
terminologi, para ulama yang menyebutkan definisi waqf di atas tidak memberikan
definisi ibtidā’. Namun dari definisi waqf yang diungkapkan oleh Ibn al-Jazarīy
dapat disimpulkan bahwa ibtidā’ ialah memulai untuk membaca al-Qur’an baik
setelah qaṭ‘ maupun setelah waqf.

Ibtidā’ setelah qaṭ‘ hendaknya diawali dengan isti‘ādhah dan basmalah baik di
permulaan surah, pertengahan maupun di akhirnya. Sementara dalam ibtidā’ setelah
waqf tidak dianjurkan mengawalinya dengan isti‘ādhah dan basmalah, karena
tujuan waqf adalah untuk istirahat dan menarik nafas. Dengan demikian waqf dan
ibtidā’ adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Dalam setiap waqf selalu ada
ibtidā’, namun ibtidā’ tidak selalu dilakukan setelah waqf.

2. Klasifikasi Ibtidā’

Klasifikasi ibtidā’ berbeda dengan klasifikasi waqf. Waqf dapat diklasifikasikan


berdasarkan keadaan qāri’ dan tingkat kesempurnaan makna, sedangkan ibtidā’
hanya diklasifikasikan berdasarkan tingkat kesempurnaan makna saja. Hal ini
disebabkan oleh kedaan qāri’ (ketika waqf) yang kadang-kadang tidak mempunyai
pilihan sehingga terpaksa waqf pada tempat yang tidak semestinya, sementara

6
dalam ibtidā’ ia bebas menentukan pilihan dari mana ia memulai bacaannya, atau
dengan kata lain ibtidā’ selalu ikhtiyārīy. Dengan demikian ibtidā’ diklasifikasikan
menjadi empat bagian yang hampir sama dengan klasifikasi Waqf Ikhtiyārīy, yaitu:
Tām, Kāfīy, Ḥasan dan Qabīḥ.

a) Tām
Tām yaitu ibtidā’ pada susunan kalimat tidak berkaitan dengan kalimat
sebelumnya baik dari segi lafaẓ maupun makna.
b) Kāfīy
Kāfīy yaitu ibtidā’ pada susunan kalimat yang sempurna tetapi masih
mempunyai kaitan makna dengan kalimat sebelumnya.
c) Ḥasan
Ḥasan yaitu ibtidā’ pada susunan kalimat yang dapat difahami maksudnya
tetapi masih berkaitan dengan kalimat sebelumnya dari segi lafaz dan
makna.
d) Qabīḥ
Qabīḥ yaitu ibtidā’ pada susunan kalimat yang berkaitan erat dengan
kalimat sebelumnya sehingga dapat merubah makna.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Waqaf adalah memutuskan pembacaan suatu kata dari setelahnya sesaat
sambil menarik nafas yang kemudian melajutkan bacaan kembali.
2. Urgensi mengetahui Waqaf dalam tilawah Al-Qur’an adalah untuk
mewujudkan bacaan yang tartil sebagaimana diperintahkan dalam QS. Al-
Muzzamil : 4
3. Secara umum waqaf terbagi menjadi empat macam, yaitu waqaf idhtirary,
waqaf intizhary, waqaf ikhribary, dan waqaf ikhtiary.
4. Ibtida’ adalah melanjutkan untuk memulai kembali bacaan setelah berhenti
sejenak untuk mengambil nafas (waqaf).
5. Urgensi ber-ibtida’ yang benar adalah sebagai penjagaan dan pemeliharaan
keutuhan makna ayat al-Qur’an yang dibaca agar sesuai dengan yang
dimaksud oleh Allah SWT.
6. Ibtida’ terbagi empat, yaitu Tan, Kafiy, Hasan, Qabih.
B. Saran
Makalah kami ini tentunya masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami dengan segala kerendahan hati meminta maaf dan mengharapkan kritik serta
saran yang membangun guna penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih atas perhatiannya. Semoga materi yang
terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ade Hanafi Abu Raudhah. (2010). Materi Praktis Tahsin Tilawah 4. Bandung: Tar-
Q Press.
Al-Fanar.(2020). Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Dalam pembahasan “Waqf dan
Ibtidā’ dalam Mushaf Al-Qur’an”
https://ejurnal.iiq.ac.id/index.php/alfanar : Jurnal Ilmu Al-Qur’an Tafsir
https://repository.uin-suska.ac.id ; Pembagian Ibtida’
Nugraha, Eva. “Kaidah Rasm Utsmani pada Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia:
Studi Analisis terhadap Pemakaian Kaidah Rasm Utsmani pada Penulisan
Mushaf alQur’an Standar Indonesia.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin,
Institut Agama Islam Negeri Bandung, 1995.
https://tulisanguru.com: Macam-macam Waqaf
https://kumparan.com Apa itu waqaf dan ibtida’ dalam Mushaf Al-Qur’an?

Anda mungkin juga menyukai