QIRA’ATUL QUR’AN
(ADAB-ADAB TERHADAP AL-QUR’AN)
Dosen Pengampu:
Abdussalam, Lc., M.E
Disusun oleh :
Syahrul Kirom (21221031110)
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas karunia,
rahmat, dan nikmat-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Adab-Adab Terhadap Al-Qur’an". Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Qira’atul Qur’an.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena memiliki banyak kekurangan, baik
dalam hal isi dan sistematika maupun dalam teknik penulisannya. Oleh sebab itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi kami sebagai
mahasiswa dan umumnya bagi para pembaca.
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................I
DAFTAR ISI.........................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................III
A. Latar Belakang.......................................................................................................III
B. Rumusan Masalah..................................................................................................III
C. Tujuan....................................................................................................................IV
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................1
D. Perselisihan Ulama Tentang Lebih Utama Membaca Sedikit Dengan Tartil Atau
Membaca Dengan Cepat Dan Banyak.....................................................................4
A. KESIMPULAN.......................................................................................................6
B. SARAN....................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................7
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-qur’an adalah kamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW
melalui malaikat Jibril sebagai suatu mu’jizat yang paling agung. Bahwasanya Allah
yang maha agung serta mulia mempunyai para ahli dari golongan manusia. Dikatakan
“siapakah mereka ya Rasulallah?” Rasulullah SAW. Bersabda: ahlu al-Qur’an, mereka
adalah ahlullah yang telah dikhususkan dan telah diistimewakan uleah Allah.
Allah SWT. Tidak akan menerima suatu amal perbuatan kecuali perbuatan itu
dilakukan dengan ikhlas, tulus serta benar maksud ketulusan atau kemurniannya suatu
perbuatan itu sendiriadalah sesuatu yang dituntut untuk dilakukan semata pada Allah
SWT sedangkan kebanaran suatu perbuatan yakni sesuai dengan dasar-dasar tujuan
syar’I
Oleh karena itu bagi pembaca al-Qur’an hendaknya melakukan serta menyiapkan
suatu yang berhubungan dengan adab-adab ketika membaca al-Qur’an, karena selain
kita mengetahui cara-cara atau metode membaca al-Qur’an dengan baik dan benar,
belajar ilmu tajwid, kita harus belajar dan mengetahui belajar dan mengatahui
adab(tata krama) ketika membaca al-Qur’an
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Adab dalam membaca Al-Qur’an?
5. Bagaimana membaca al-qur’an dengan cepat, banyak tanpa tartil atau sedikit
dengan tartil?
III
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Adab dalam membaca Al-Qur’an?
2. Untuk mengetahui pendapat tentang membaca al-qur’an dengan keras atau lirih
3. Untuk mengetahui Bagaimana membaca dari mushaf dan hafalan
4. Apa saja yang dilarang dan dimakruhkan ketika membaca al-qur’an?
5. Bagaimana membaca al-qur’an dengan cepat, banyak tanpa tartil atau sedikit
dengan tartil?
IV
BAB II
PEMBAHASAN
1
dengan suara-suara kalian sesungguhnya suara yang baik itu akan menambah al-
Qur’an itu menjadi baik”
10. disunahkan untuk membaca al-Qur’an dengan tafhim, berdasarkan hadis yang
diriwayatkan oleh Hakim al-Halimi berkata “sesungguhnya maknanya al-Qur’an
adalah dengan membacanya seperti suara orang laki-laki, tidak melembutkannya
seperti suara wanita. Dia berkata “tidak termasuk kedalamn bagian ini adalah imlah
yang dipilih oleh beberapa imam qiraah. Dan boleh jadi al-Qur’an itu diturunkan
dengan tafhim, kemudian setelah itu datang ruhsoh untuk membacanya dengan
imalah pada tempat-tempat yang layak untuk dibaca dengan iamalah”.
11. disunahkan untuk mendengarkan bacaan al-Qur’an dan meningalkan gurauan atau
pembicaraan pada saat ada yang membacanya. Allah berfirman: “jika al-Qur’an
dibacakan maka dengarkanlah dan diamlah semoga kalian diberi rahmat”.
12. disunahkan untuk mengucapkan takbir mulai dari surat ad-Dukha sampaiakhir al-
Qur’an inilah cara membaca penduduk Makkah.
13. lebih utama adalah membaca al-Qur’an seperti urutan dalam mushaf. Adapun
membaca al-Qur’an dari akhir keawal maka sepakat dilarang karena hal itu
mengurangi beberapa kemu’jizatannya dan menghilangkan hikamh urutan-
urutannya. Adapun mencampur satu surat dengan yang lainnya maka al-Halimi
menganggap bahwa meninggalkan hal ini adalah adab.
14. disunahkan untuk melakukan sujud ketika membaca ayat sajdah yang terdapat
dalam empat belas surat: dalam surat al-A’raf, al-Isra’, mariam dll. Adapun yang
terdapat dalam surat Syad maka dianjurkan maksudnya bukan detegaskan untuk
melakukan sujud. Dan ada sebagian ulama yang menambahkan akhir surat al-Khijr
ini diriwayatkan oleh Ibnu Faris dalam kitab Ahkamnya.
15. disunahkan untuk berrpuasa pada hari khatam al-Qur’an ini diriwayatkan oleh Ibnu
Abi Dawud dari beberapa tasbi’in, dan juga disunahakan agar keluar4ga dan
sahabat-sahabatnya hadir pada waktu itu. Tabrani meriwayatkan dari Anas bahwa
jika dia menghatamkan al-Qur’an maka dia mengumpulkan keluarganya dan
berdoa.
16. disunahkan untuk segera membaca doa setelah khatam al-Qur’an, karena ada hadis
yang diriwayatkan oleh Thabrani dan yang lainnya dari Irbadl bin Sariah secara
marfu’ : barang siapa yang menghatamkan al-Qur’an maka baginya ada doa yang
akan dikabulkan.
2
17. disunahkan ketika selesai mengkhatamkan al-Qur’an untuk segara mengulangi
membaca dari awal, karena ada hadis yang diriwayatkan oleh Turmidzi dan yang
lainnya: sebaik-baik amal disisi Allah adalah yang samp[ai dan yang berangkay
yaitu, yang membaca al-Qur’an dari awalnya setelah hatam maka dia berangkat
dari awal.
3
Dan yang membaca dengan suara yang keras itu kecapaian dan beristirahat dengan
bacaan yang lirih.
D. Perselisihan Ulama Tentang Lebih Utama Membaca Sedikit Dengan Tartil Atau
Membaca Dengan Cepat Dan Banyak
Telah brbuat baik sebagian dari imam kita mereka berkata: sesungguhnya pahala
membaca al-Qur’an dengan tartil itu pahalanya lebih banyak, pahala dan bacaanya
yang banyak itu lebih banyak jumlahnya karena dalam setiap huruf itu terkandung
sepuluh kebaikan.
Didalam Burhad krya az-Zarkasi : kesempurnaan tartil adalah dengan membaca
tafhim pada lafadz-lafadznya dan membaca jelas huruf-hurufnya agar setiap huruf
tidak dimasukan kedalam huruf yang lainnya. Ada yang mengatakan hal itu tingkat
kerendahannya dan yang paling sempurna adalah membacanya sebagaimana
kedudukannya jika membaca ayat-ayat ancaman maka dia melafdzkannya seperti iti,
jika membacanya ayat pengagungan maka dia melafadzkan seperti itu
4
2. Tidak diperbolehkan membaca al-Qur’an dengan qira’ah yang syad. Ibnu Abdil
Barr meriwayatkan ijma’ tentang hal itu tetapi Mauhub al-Jazari membolehkan
pada selain shalat, karena mengkiaskan riwayat hadis dengan makna
3. Dimakruhkan untuk menjadikan al-Qur’an itu sumber rizki (ma’isyah) al-Ajuzi
meriwayatkan sebuah hadis dari Imron bin Husain secara marfu’ “barang siapa
membaca al-Quran maka hendaklah dia minta kepada Allah dengannya.
Sesungguhnya akan datang suatu kaum yang membaca al-Qur’an dan meminta
kepada manusia dengannya
4. Dimakruhkan untuk mengatakan “aku lupa ayat ini” tetapi aku dilupakan tentang
ayat ini” karena ada hadis dari Bukhori Muslim yang lelarang tentang hal itu
5. Dimakruhkan untuk memotong bacaan untuk berbicara dengan orang lain al-
Halimi berkata : karena kalam Allah itu tidak boleh dikalahkan oleh pembicaraan
yang lainya. Ini dikuatkan oleh Imam Baihaki dengan riwayat yang shahih: Ibnu
Umar jika membaca al-Qur’an dia tidak berbicara sampai selesai. Demikian juga
makruh untuk tertawa dan malakukan perbuatan atau memandan hal-hal yang
remeh dan sia-sia.
5
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Beberapa adab ketika membaca al-Qur’an diantaranya: disunahkan untuk wudlu,
membaca ditempat yang suci, bersiwa’, menghadap kiblat, dll
2. Perbedaaan pendapat tentang mengeraskan suara dan melirihkan suara ketika
membaca al-Qur’an, kemudiab Imam Nawawi berkata bahwa pengumpulan kedua
hadis itu bahwasanya membaca dengan lirih itu lebih baik jika dikhawatirkan akan
riya, mengganggu orang yang sedang shalat dan tidur. Adapun membaca dengan
suara keras itu juga lebih baik pada waktu yang lainnya, karena membaca dengan
keras itu banyak faidahnya seperti: memperbanyak amal, menghilangkan rasa
ngantuk, dan menambah semangat.
3. Membaca dari mushaf itu lebih baik dari pada membaca dari hafalan. Namun
terdapat salah satu pendapat yabg menyatakan bahwa membaca dari hafalan itu
lebih baik dari pada membaca dari mushaf
4. Perselisihan ulama tentang lebih utama maakah membaca sediit dengan tartil
ataukah membaca dengan cepat dan banyak tanpa tartil
5. Hal-hal yang dilarang dan dimakruhkan ketika membaca al-Qur’an seperti
membaca dengan bahasa ‘ajam, membaca al-Qur’an sebagai sumber rizki
B. SARAN
Harapan kami selaku pemakalah, semoga dengan terselesainya makalah ini dapat
menjadikan para pembaca, khususnya teman-teman PBA fakulty supaya dapat
meningkatkan dan lebih giat lagi dalam membaca al-Qur’an yang pastinya sesuai
dengan metode, tajwid, serta adab-adab (tatakarama dalam membaca al-Qur’an)
6
DAFTAR PUSTAKA
As-Syuyuti, Imam Jamaluddin, 2006. samudra ulumul qur’an jilid I, Surabaya : Bina ilmu
Al-Maliki, Muhammad bin Alawi, 1986. zubdatul Ithqon, Makkah: Darus Syuruq