Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt., atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulisan makalah berjudul “Adab dalam Membaca al-Quran”
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis meminta kritik dan saran pembaca guna sempurnanya makalan ini. Penulis
juga menyadari penyelesaian penulisan makalah ini bukan semata-mata atas usaha sendiri,
melainkan karena bantuan, bimbingan, serta petunjuk berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan ucapan terima atas segala bantuan, bimbingan, serta petunjuk yang
diberikan.

Brebes, 23 Oktober 2022

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………….............................. 1
DAFTAR ISI………………………………………………………....……................. 2
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………................. 3
A. Latar Belakang………………………………………….........…......... 3
B. Rumusan masalah ………………………………....………....…...…. 3

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………................... 4
1. Pengertian membaca Al-Qur’an......……….............................................. 4
2. Perintah membaca Al-Qur’an…....………..……………….....……......... 4
3. Adab membaca Al-Qur’an…..………………………………………........ 4-6
4. Hal-Hal yang Di Makruhkan dan Tidak Diperbolehkan
Ketika Membaca Al-Qur’an……………………………………………... 6
5. Perbandingan Antara Membaca Dari Mushaf dan Dari Hafalan…….. 6
BAB 3 PENUTUP………………………………………………………….................. 7
1. Kesimpulan………………………………………………........................... 7
2. Saran…………………………………………………………………......... 7

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………............. 8

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perlunya suatu kajian mendalam tentang Al-Quran, apa lagi kita sebagai umat Islam.
Para Nasrani, Yahudi maupun agama lain berlomba-lomba menguasai Al-Quran, karena
mereka mengetahui dan mengakui keabsahan Al-Quran. Entah itu dari segi ilmu
kesehatan, sains, maupun sosial.
Sangat kalah telak jika kita tidak ingin mengkaji lebih dalam Al-Quran yang
hakekatnya adalah milik kita sebagai umat Islam.
Tentu dalam mengkaji atau mempelajari Al-Quran terdapat etika atau adabnya. Agar
Al-Quran tersebut nantinya bisa memberikan syafaat. Karena bisa saja Al-Quran malah
menjadi laknat bagi pembacanya.
Selain itu Al-Quran bukanlah bacaan sembarangan, karena memandangnya saja
adalah suatu ibadah, apalagi sampai membacanya. Akan mendapat berbagi kemuliaan.
Apalagi juga jika sampai menghafalnya. Tidak terungkapkan dengan kata-kata lagi
kemuliaan yang akan didapatkan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang masalah di atas penulis mengangkat permasalah sebagai
berikut :

1. Bagaimana adab dalam membaca Al-Qur’an ?

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Membaca al-Qur’an


Membaca dalam bahasa Arab adalah qira’ah. Ia meupakan bentuk masdar dari
qara’a. Kata al-Qur’an juga merupakan bentuk masdar kedua dari qara’a yang artinya
memadukan atau mengumpulkan. Menurut sebagian ulama hal yang demikian itu karena al-
Qur’an merupakan kumpulan dari kitab suci-kitab suci terdahulu bahkan merupakan muara
dari seluruh ilmu pengetahuan. Sementara dalam kamus bahasa Indonesia membaca berarti
melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, baik melisankannya atau hanya di dalam
hati. Dengan demikian membaca bukan hanya sekedar menyuarakan tetapi masuk juga di
dalamnya tadabbur atau memahami dan mengkaji.
Sementara al-Qur’an secara terminologi berarti firman Allah Swt yang diturunkan
kepada nabi Muhammad SAW. yang membacanya merupakan ibadah.

2. Perintah Membaca al-Qur’an


Allah Swt telah menurunkan al-Qur’an agar manusia membaca dan melakukan
tadabbur terhadapnya. Kelebihan al-Qur’an dibandingkan dengan kitab suci lainnnya adalah
terpelihara keorisinalitasannya. Oleh karena itu Allah Swt memerintahkan manusia untuk
membacanya, baik berdasarkan al-Quran atau sunnah nabi.
Di dalam al-Quran Allah Swt berfirman :

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan”.(QS. Al ‘Alaq(96:1)

Sementara di dalam hadits adalah hadits riwayat Abu Umamah:

3. Adab Membaca al-Quran


Agar bacaan yang dibaca berkualitas dan khusu’, maka seorang muslim harus
memperhatikan adab-adab membaca al-Quran sebagai berikut:

a. Orang yang membacanya


Orang yang hendak membaca al-Qur’an agar berwudhu terlebih dahulu, dalam posisi
sopan dan tenang dengan menghadap kiblat serta posisi kepala menunduk menghadap al-
Quran.
b. Ukuran bacaannya
Dalam membaca al-Quran khususnya yang terkait dengan banyak atau sedikitnya,
maka hal tersebut dikembalikan kepada kebiasaan membaca masing-masing individu. Di
Kalangan sahabat nabi seperti Utsman bin Affan, Zaid bin Tsabit, Ibnu Mas’ud dan Ubay bin
Ka’ab menghatamkan al-Quran satu minggu sekali. Sementara Sofyan al-Tsauri
menganjurkan agar dalam membaca al-Qur’an tidak kurang dari seratus ayat dalam setiap
harinya.

4
c. Murattal
Disunahkan dalam membaca al-Quran dilakukan dengan murattal. Membaca murattal
berarti membaca secara perlahan tidak serampangan dan tergesa-gesa. Hal ini dimaksudkan
agar hak-hak huruf al-Qur’an dari sisi makharij al huruf dan tajwidnya terpenuhi. Selain itu
agar si pembaca dapat menghayati dan memahami maknanya dan inilah yang dimaksud
dengan tadabbur ayat. Membaca murattal ini dianjurkan oleh Allah Swt dalam berfirmannya:

“Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah al-Quran itu dengan perlahan-lahan”.(QS. Al-
Muzzammil(73):4)

d. Menangis
Di dalam al-Qur’an banyak terkandung ayat-ayat tentang ancaman serta janji-janji
Allah Swt, khususnya yang terkait dengan hari akhirat. Sudah sepatutnya orang yang
membaca al-Qur’an merenungi dan meresapi kandungan ayat-ayat tersebut sehingga secara
tidak disengaja akan keluar dengan sendirinya cucuran air mata. Hal inilah yang
sesungguhnya akan membuat khusu’ di dalam membaca al-Qur’an.
Disunahkan untuk menangis ketika membaca al-qur’an dan berusaha untuk menangis
bagi orang yang tidak mampu menangis, bersedih dan khusuk. Seperti dalam shohih
Bhukhori Muslim ada hadits tentang bacaan Ibnu Mas’ud dari Rasulullah SAW. Dan
didalamnya disebutkan : maka tiba-tiba dari kedua matanya mengalir air mata. Di dalam
Sya’b karya Baihaki dari Saad bin Malik secara marfuk “sesungguhnya al-Qur’an itu
diturunkan dengan kesedihan, maka jika kalian membacanya maka menangislah, dan jika
tidak bisa maka berpura-puralah menangis.”.

e. Memperhatikan Hak-hak Ayat


Di antara adab membaca al-Qur’an adalah memperhatikan hak-hak ayat. Hak-hak
ayat yang dimaksud di sini bukan terkait dengan makhraj atau tajwid karena hal tersebut
sudah dibahas di atas. Hal ini terkait dengan ayat-ayat sajadah. Apabila seseorang membaca
ayat sajadah, maka hendaklah ia tidak melanjutkan bacaan, melainkan ia melakukan sujud
terlebih dahulu. Demikian pula apabila seseorang mendengar ayat sajadah dilantunkan, maka
sudah sebaiknya ia bersujud karena mendengar ayat tersebut.

f. Memulai Membaca al-Quran Dengan Ta’awudz


Dianjurkan bagi siapa saja yang hendak memulai membaca al-Qu’ran agar membaca
ta’awudz terlebih dahulu. Hal ini karena di dalam bacaan ta’awudz terkandung permohonan
perlindungan dari setan yang terkutuk yang sering kali mengganggu bagi orang yang
membacanya. Selain itu apabila seseorang membaca al-Qur’an lalu membaca ayat tentang
tasbih, maka hendaknya ia bertasbih. Apabila membaca tentang anjuran memohon ampun,
maka hendaklah ia beristighfar dan berdoa. Demikianlah seterusnya tergantung pada ayat
yang yang bersangkutan agar khusu’ dalam membacanya.

g. Membaca Dengan Suara Lembut


Membaca dengan suara lembut dengan tidak keras atau nyaring sangat dianjurkan
khususnya bagi orang yang mengkhawatirkan timbulnya sifat riya. Sementara apabila tidak
khawatir terjadi riya dan tidak mengganggu orang yang sedang shalat atau dalam rangka syiar
agama, maka membaca dengan suara keras dianjurkan karena hal tersebut lebih
membangkitkan semangat bagi pembacanya. Selain itu ia bisa mengusir rasa ngantuk dan
meminimalisir sifat malas saat membacanya.

5
h. Membaca Dengan Suara yang Merdu dan Berurutan
Membaca al-Qur’an dengan suara yang merdu tentu dianjurkan. Kandungan al-Qur’an
dengan tata bahasa yang bagus apabila dikolabarasi dengan lantunan suara al-Qur’an yang
merdu tentu akan menambah keindahan al-Qur’an. Dahulu para sahabat nabi apabila
berkumpul, Rasulullah Saw akan memerintahkan salah seorang dari mereka yang memiliki
suara bagus untuk membaca al-Qur’an. Mengenai hal ini terdapat hadits dari Abu Sa’id bin
Abi Waqash Rasulullah Saw bersabda:

”Siapa saja yang tidak melagukan al Qur’an, maka ia tidak termasuk golonganku” (HR.
Bukhari)

4. Hal-Hal yang Di Makruhkan dan Tidak Diperbolehkan Ketika Membaca Al-Qur’an.

1. Tidak boleh membaca al-Qur’an dengan bahasa ‘ajam (selain bahasa arab) secara
mutlak baik dia mampu bahasa arab atau tidak, baik diwaktu shalat atau diluar
salat.
2. Tidak diperbolehkan membaca al-Qur’an dengan qira’ah yang syad. Ibnu Abdil
Barr meriwayatkan ijma’ tentang hal itu tetapi Mauhub al-Jazari membolehkan
pada selain shalat, karena mengkiaskan riwayat hadis dengan makna.
3. Dimakruhkan untuk menjadikan al-Qur’an itu sumber rizki (ma’isyah) al-Ajuzi
meriwayatkan sebuah hadis dari Imron bin Husain secara marfu’ “barang siapa
membaca al-Quran maka hendaklah dia minta kepada Allah dengannya.
Sesungguhnya akan datang suatu kaum yang membaca al-Qur’an dan meminta
kepada manusia dengannya.
4. Dimakruhkan untuk memotong bacaan untuk berbicara dengan orang lain al-
Halimi berkata : Karena kalam Allah itu tidak boleh dikalahkan oleh pembicaraan
yang lainya. Ini dikuatkan oleh Imam Baihaki dengan riwayat yang shahih: Ibnu
Umar jika membaca al-Qur’an dia tidak berbicara sampai selesai. Demikian juga
makruh untuk tertawa dan malakukan perbuatan atau memandang hal-hal yang
remeh dan sia-sia.

5. Perbandingan Antara Membaca Dari Mushaf dan Dari Hafalan.

Membaca dari mushaf itu adalah lebih baik dari pada membaca dari hafalan karena
melihat dari mushaf itu adalah ibadah yang diperintahkan. An-Nawawi berkata “Demikianlah
yang dikatakan oleh sahabat-sahabat kami dan para ulama salaf dan aku tidak melihat adanya
perbedaan pendapat”. Dia berkata: jika dikatakan bahwa hal itu berbeda-beda dari orang yang
satu dan yang lainnya maka dipilihlah membaca dari mushaf jika seorang itu bisa khusu’ dan
merenungkannya pada saat dia membaca dari mushaf dan dari hafalannya. Dan dipilih
membaca dari hafalan bagi yang lebih bisa membaca dengan dan lebih dapat
merenungkannya dari pada dia membaca dari mushaf maka ini pendapat yang lebih baik.

6
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Beberapa adab ketika membaca al-Qur’an diantaranya:


1. Disunahkan untuk wudlu, membaca ditempat yang suci, bersiwa’, menghadap
kiblat, dll.
2. Perbedaaan pendapat tentang mengeraskan suara dan melirihkan suara ketika
membaca al-Qur’an, kemudiab Imam Nawawi berkata bahwa pengumpulan kedua
hadis itu bahwasanya membaca dengan lirih itu lebih baik jika dikhawatirkan akan
riya, mengganggu orang yang sedang shalat dan tidur. Adapun membaca dengan
suara keras itu juga lebih baik pada waktu yang lainnya, karena membaca dengan
keras itu banyak faidahnya seperti: memperbanyak amal, menghilangkan rasa
ngantuk, dan menambah semangat.
3. Membaca dari mushaf itu lebih baik dari pada membaca dari hafalan. Namun
terdapat salah satu pendapat yang menyatakan bahwa membaca dari hafalan itu
lebih baik dari pada membaca dari mushaf.
4. Perselisihan ulama tentang lebih utama membaca sedikit dengan tartil ataukah
membaca dengan cepat dan banyak tanpa tartil
5. Hal-hal yang dilarang dan dimakruhkan ketika membaca al-Qur’an seperti
membaca dengan bahasa ‘ajam, membaca al-Qur’an sebagai sumber rizki

Saran

Semoga apa yang kami suguhkan dapat di ambil manfaat dan hikmahnya serta dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

7
DAFTAR PUSTAKA

Buku Kurikulum 2013 Kementrian Agama Akidah Akhlak kelas XII

Creatifina.blogspot.co.id

Anda mungkin juga menyukai