Anda di halaman 1dari 35

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Faedah Penulisan............................................................................................3
1.4 Tujuan Penulisan............................................................................................3
1.5 Metode Penulisan...........................................................................................3
1.5.1 Materi/Bahan Penulisan...........................................................................3
1.5.2 Alat Pengumpulan Data...........................................................................3
1.5.3 Analisis Hasil Penelitian..........................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1 Definisi Al Qur’an..........................................................................................5
2.2 Keutamaan Penghafal Dan Pembaca Al-Qur’an............................................7
2.3 Keutamaan Ahlul Qur’an.............................................................................10
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................14
3.1 Adab Penghafal Al-Qur’an...........................................................................14
3.1.1 Tidak Menjadikan Al-Qur’an sebagai Mata Pencaharian.....................15
3.1.2 Membiasakan Diri Membaca.................................................................16
3.1.3 Membiasakan Qira’ah Malam...............................................................17
3.1.4 Mengulang Al-Qur’an dan Menghindari Lupa......................................18
3.1.5 Bagi yang Lupa Membaca Wirid...........................................................19
3.2 Adab Membaca Al-Qur’an...........................................................................20
3.2.1 Ikhlas......................................................................................................21
3.2.2 Membersihkan Mulut.............................................................................21
3.2.3 Dalam Keadaan Suci..............................................................................22
3.2.4 Menghadap Kiblat.................................................................................23
3.2.5 Tempat yang Bersih...............................................................................24
3.3 Adab Mempelajari Al-Qur’an......................................................................25
3.3.1 Berguru kepada Guru yang Berkompeten.............................................26

i
3.3.2 Berpenampilan Sopan............................................................................27
3.3.3 Bersemangat Tinggi...............................................................................28
3.3.4 Belajar di Waktu Pagi lebih Baik..........................................................29
BAB IV PENUTUP..............................................................................................31
4.1 Kesimpulan...................................................................................................31
4.2 Saran.............................................................................................................32
4.3 Penutup.........................................................................................................33

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Segala puji bagi Allah yang maha pemurah, pemilik kelebihan, keutamaan,
dan kebaikan yang mengajukan kita pada cahaya iman, yang mengutamakan
agama kita dari seluruh agama.

Dia menganugerahi kita dengan mengutus makhluk yang paling mulia dan
paling utama di sisi-Nya yang merupakan kekasihn-Nya, hamba kesayangan-Nya
dan Rasul-Nya Muhammad ‫ ﷺ‬.Melalui wasilahnya dihapuskan peribadatan
kepada berhala.

Termasuk hal yang penting hal yang diperintahkan hendaknya ia sangat


berhati-hati agar jangan sampai menjadikan Al-Qur’an sebagai sarana mencari
nafkah.Diriwayatkan Abdurrahman bin Syibi, ia berkata Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda, “Bacalah Al-Qur’an, jangan makan hasil darinya, jangan
melalaikannya, dan jangan pula berlebih-lebihan terhadapnya.

Hendaknya ia membiasakan dirinya dan memperbanyak membaca Al-


Qur’an.Para Salaf mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda dalam
mengkhatamkan Al-Qur’an.

Ibnu Abi Daud meriwayatkan beberapa salaf bahwasanya mereka dahulu


mengkhatamkan Al-Qur’an setiap dua bulan sekali yang lainnya sebulan sekali,
ada yang sepuluh hari sekali, delapan hari sekali, mayoritas tujuh hari sekali.Ada
pula yang mengkhatamkan setiap enam hari sekali, empat hari sekali, tiga hari
sekali, tetapi ada juga yang dua hari sekali.Maka marilah kita untuk terus
membaca Al-Qur’an agar mudah dalam mengkhatamkannya dan untuk
memahaminya.

1
Hendaknya ia sangat memperhatikan qira’ah pada malam hari terlebih dalam
shalat malam.

Allah ‫ ُسْب َح اَن ُه َو َت َع اَلى‬berfirman :

“Diantara ahlul kitab ada golongan yang jujur.Mereka membaca ayat-ayat Allah
pada malam hari, dan mereka juga sujud (shalat).Mereka beriman pada Allah
dan hari akhir, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar
dan bersegera (mengerjakan) berbagai kebajikan.Mereka termasuk orang-orang
shalih.”(Ali-Imran:11-113)

Saya katakan, “Sesungguhnya nilai lebih shalat malam dan bacaan Al-
Qur’an adalah karena ia menyatukan hati, menjauhkannya dari kesibukan-
kesibukan lain, dari kelalaian dan memikirkan kebutuhan lebih menjaga dari riya,
dan semacamnya yang menjadikan amalan sia-sia.Di samping adanya tuntunan
dari syariat karena banyaknya kebaikan pada malam hari.Lagi pula peristiwa
isra’ Mi’rajnya Rasulullah ‫ ﷺ‬terjadi pada malam hari.”

Kitab mengenai keutamaan membaca Al-Qur’an akan tetapi keinginan untuk


menghafalnya bahkan untuk menelaahnya telah melemah, sehingga bacaan itu
tidak bermanfaat kecuali bagi segelintir orang yang benar-benar mengerti.Saya
lihat penduduk negeri kamu, Damaskus – semoga Allah selalu melindunginya dan
menjaga seluruh negeri Islam-banyak yang memperhatikan, mempelajarai,
mengajarkan bacaan Al Qur’an secara berkelompok maupun individual.Mereka
bersungguh-sungguh sepanjang waktu – semoga Allah menambah semangat pada
mereka dalam mempelajari dan mengerjakannya juga dalam melaksanakan bentuk
keta’atan lain – dengan harapan dapat melihat wajah pemilik kemuliaan dan
keagungan.Itulah yang mendorong penulis membuat tulisan tentang Adab
Pengajar Al-Qur’an, serta adab bagi orang-orang yang menghafal dan
mempelajarinya.

1.2 Perumusan Masalah


1. Bagaimana agar kita tidak menjadikan Al-Qur’an sebagai mata
pencaharian?
2. Bagaimana agar kita membiasakan diri membaca?

2
3. Bagaimana agar kita senantiasa membiasakan qira’ah malam?

1.3 Faedah Penulisan


1. Secara teori dapat menjadikan rujukan dan bahkan menjadi kajian sebagai
lebih lanjut mengenai “Adab-Adab Penghafal Al Qur’an” agar kita
mengetahui rutinitas seorang penghafal Al-Qur’an.
2. Secara praktis hasil penelitian dapat bermanfaat sebagai sumbangsih
fikiran dan dapat menjadi masukan kepada berbagai pihak khususnya bagi
santri dan kalangan umum dalam mencermati masalah ini.

1.4 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui keutamaan pembaca dan penghafal Al-Qur’an
2. Untuk mengetahui adab-adab penghafal Al-Qur’an
3. Untuk mengetahui adab terhadap Al-Qur’an
4. Untuk mengetahui bagaimana memuliakan Al-Qur’an, Ahlul Qur’an dan
larangan menyakiti mereka.
5. Untuk mengetahui mukjizat Al-Qur’an.

1.5 Metode Penulisan


1.5.1 Materi/Bahan Penulisan
1. Bahan Primer, yaitu bahan yang diperoleh dari Al-Qur’an dan Al-Sunnah
yang diakui oleh Departemen RI
2. Bahan Sekunder, yaitu bahan yang diakuui atau diperoleh dari buku
bacaan yang relevan dengan penulisan ini.Dan media informasi secara
lengkap dan aktual tentang penulisan ini.

1.5.2 Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah studi
dokkumen berdasarkan penulisan perpustakaan (Library Research).

1.5.3 Analisis Hasil Penelitian

3
Untuk menganalisis hasil penulisan yang didapatkan dari penelusuran
kepustakaan, maka hasil penulisan menggunakan kualitatif.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Al Qur’an

Al-Qur’an menurut bahasa adalah bentuk masdar seperti Al-Qira’ah,

‫ِاَّن َع َلْيَنا َجْمَع ٗه َو ُقْر ٰا َنۚٗه‬

“Sesungguhnya tugas Kamilah untuk mengumpulkan (dalam hatimu) dan


membacakannya.” (Al-Qiyamah:17)

Qur’anahu maksudnya adalah qiraatuhu, kemudian masdar ini dinukil dan


dijadikan sebagai nama atau sebutan bagi kitab yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad dan menajdikan anama yang baku baginya.

Disebutkan Al-Qur’an karena ia mencakup inti (buah) kitab-kitab Allah ke


semuanya.Sebagai firman Allah ‫ ُسْب َح اَن ُه َو َت َع اَلى‬:

‫َو َنَّز ْلَنا َع َلْيَك اْلِكَتاَب ِتْبَياًنا ِلُك ِّل َش ْي ٍء َو ُهًدى َو َر ْح َم ًة َو ُبْش َر ٰى ِلْلُم ْس ِلِم يَن‬
“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat
seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu
(Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan
kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri.” (An-Nahl:89)

Sedangkan menurut istilah, Al-Qur’an itu adalah kalamullah yang Mu’jiz 1


yang diturunkan kepada RasulNya, Muhammad ‫ ﷺ‬dalam bentuk wahyu
yang ditulis di dalam mushaf dan dihafal di dalam dada, yang di baca dengan
lisan dan di dengar oleh telinga, yang dinukil kepada kita semua secara
mutawatir tanpa ada keraguan, dan membacanya di nilai ibadah.

1
Yang melemahkan dan mendudukkan orang yang menentangnya

5
Madzhab umat terdahulu dan ulama salaf mengatakan dan maknanya
dirutunkan dan ia bukan makhluk, di dengar oleh Jibril alaihissalam dari
padanya kemudian ia menyampaikannya kepada Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬lalu
Nabi baca dengan llisan kita, yang kita tulis dalam mushaf kita, dan kita hafal
dalam dada kita serta kita dengar dengan telinga kita, karena Firman Allah:

‫َو ِاْن َاَح ٌد ِّم َن اْلُم ْش ِر ِكْيَن اْسَتَج اَر َك َفَاِج ْر ُه َح ّٰت ى َيْس َم َع َك ٰل َم ِهّٰللا ُثَّم َاْبِلْغ ُه َم ْأَم َنٗه ۗ ٰذ ِلَك‬
‫ِبَاَّنُهْم َقْو ٌم اَّل َيْع َلُم ْو َن‬
Terjemahan

“Dan jika di antara kaum musyrikin ada yang meminta perlindungan


kepadamu, maka lindungilah agar dia dapat mendengar firman Allah,
kemudian antarkanlah dia ke tempat yang aman baginya. (Demikian) itu
karena sesungguhnya mereka kaum yang tidak mengetahui.” (At-Taubah:6)

Dan hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari Muslim dan lainnya dari
Ibnu umar r.a :

‫َنَهى َأْن ُيَس اَفَر ِباْلُقْر آِن ِإَلى َأْر ِض اْلَع ُد ِّو‬
“Rasulullah ‫ ﷺ‬melarang bepergian ke wilayah musuh dengan membawa
mushaf Quran,” [Muttafaq Alaih].

Juga karena hadits Rasulullah :

‫َز ِّيُنوا اْلُقْر آَن ِبَأْص َو اِتُك ْم‬


“Hiasilah Alquran dengan suara-suara kalian." (HR Abu Dawud)

Di dalam ayat yang mulia tersebut Allah ‫ ُسْب َح اَن ُه َو َت َع اَلى‬menyebutkan atau
menamakan apa yang di dengar yaitu apa yang dibacakan di hadapan orang
orang musyrik oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬sebagai kalamullah.Dalam ayat tersebut
dapat nash serta pernyataan yang jelas bahwa Al-Qur’an itu diturunkan dari
sisi Allah.Tidak sah perkataan bahwa Al-Qur’an dan kitab-kitab Allah yang
lain itu adalah makhluk, karena kitab-kitab itu adalah kalamullah.Sedangkan
kalamullah adalah sifat-Nya dan sifat-Nya bukan makhluk.

6
2.2 Keutamaan Penghafal Dan Pembaca Al-Qur’an

Allah ‫ ُسْب َح اَن ُه َو َت َع اَلى‬berfirman :

‫ِإَّن ٱَّلِذ يَن َيْتُلوَن ِكَٰت َب ٱِهَّلل َو َأَقاُم و۟ا ٱلَّص َلٰو َة َو َأنَفُقو۟ا ِمَّم ا َر َز ْقَٰن ُهْم ِس ًّر ا َو َع اَل ِنَيًة َيْر ُجوَن‬
٢٩ ‫ِتَٰج َر ًة َّلن َتُبوَر‬

٣٠ ‫َش ُك وٌر‬ ‫ِلُيَو ِّفَيُهْم ُأُجوَر ُهْم َو َيِز يَد ُهم ِّم ن َفْض ِلِهٓۦۚ ِإَّن ۥُه َغ ُفوٌر‬

Artinya:”Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan


mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami
anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu
mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, Agar Allah menyempurnakan
kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (Fathir : 29-30)

Diriwayatkan dari Utsman bin Affan r.a bahwa ia berkata, Rasulullah


‫ ﷺ‬bersabda :

« : ‫ قاَل رسوُل ِهَّللا َص ّلى ُهللا َع َلْيِه وَس َّلم‬: ‫عن عثماَن بن عفاَن رضَي هَّللا عنُه قال‬
‫َخيرُك م َم ْن َتَع َّلَم الُقْر آَن َو عَّلمُه » رواه البخاري‬
“Dari Usman bin Affan ra, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik kalian
adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Tirmidzi);

2.2.1 Dari Uqbah bin Amr r.a bahwa ia berkata, Rasulullah ‫ ﷺ‬muncul
ketika kami berada di Shuffah, beliau bertanya :

« ‫َأُّيُك ْم ُيِح ُّب َأْن َيْغ ُد َو ُك َّل َيْو ٍم ِإَلى ُبْطَح اَن َأْو ِإَلى اْلَعِقيِق َفَيْأِتَى ِم ْنُه ِبَناَقَتْيِن‬
‫ َقاَل‬.‫ َفُقْلَنا َيا َر ُسوَل ِهَّللا ُنِح ُّب َذ ِلَك‬.» ‫« َك ْو َم اَو ْيِن ِفى َغْيِر ِإْثٍم َو َال َقْطِع َر ِح ٍم‬

“Siapakah di antara kalian yang senang berangkat pagi pada tiap hari
ke Buthhan atau Al-‘Aqiq, lalu kembali dengan membawa dua unta
yang besar punuknya, tanpa mengerjakan dosa atau memutus
hubungan silaturahim (hubungan dengan sanak keluarga)?” (HR.
Muslim, no. 803)

7
Kami menjawab, “Wahai Rasulullah, kami suka itu, maka beliau
bersabda:

‫َأَفَال َيْغ ُد و َأَح ُد ُك ْم ِإَلى اْلَم ْس ِج ِد َفَيْع َلَم َأْو َيْقَر َأ آَيَتْيِن ِم ْن ِكَتاِب ِهَّللا َع َّز َو َج َّل‬
‫َخْيٌر َلُه ِم ْن َناَقَتْيِن َو َثَالٌث َخْيٌر َلُه ِم ْن َثَالٍث َو َأْر َبٌع َخْيٌر َلُه ِم ْن َأْر َبٍع َو ِم ْن‬
‫»َأْع َداِدِهَّن ِم َن اِإلِبِل‬..
“Kami (yang hadir) berkata, “Ya kami senang, wahai Rasulullah.”
Lalu beliau bersabda, “Apakah seseorang di antara kalian tidak
berangkat pagi ke masjid, lalu mempelajari atau membaca dua ayat
Al-Qur’an, hal itu lebih baik baginya daripada dua unta. Dan (bila
mempelajari atau membaca) tiga (ayat) akan lebih baik daripada
memperoleh tiga (unta). Dan (bila mempelajari atau mengajar) empat
ayat akan lebih baik baginya daripada memperoleh empat (unta), dan
demikian dari seluruh bilangan unta.2 (HR. Muslim, no. 803)

Shuffah adalah sebuah tempat beratap di serambi masjid yang biasa


menjadi tempat orang-orang menginap orang-orang fakir, muhajirin.Merekalah
yang dinamai Ashabul Shuffah dan mereka adlah para tamu Islam.

Artinya berangkat di awal siang, adalah nama sebuah tempat


dekat Madinah adalh sebuah lembah di Madinah bentuk tunggalnya adalah yang
berarti unta besar yang sudah berumur.

2.2.2 Dari Ibnu Mas’ud r.a yang berkata bahwa Rasulullah pernah
bersabda :

‫ َقاَل َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم “َم ْن‬: ‫َو َع ِن اْبِن َم ْس ُعْو ٍد َر ِض َي ُهللا َع ْنُه َقاَل‬
‫ َال َأُقْو ُل الم َح ْر ٌف َو َلِكْن‬, ‫َقَر َأ َح ْر ًفا ِم ْن ِكَتاِب ِهللا َفَلُه َحَس َنٌة َو الَح َس َنُة ِبَع ْش ِر َأْم َثاِلَها‬
‫”َأِلٌف َح ْر ٌف َو َالٌم َح ْر ٌف َو ِم ْيٌم َح ْر ٌف‬
‫َر َو اُه الِّتْر ِمِذ ُّي َو َقاَل َح ِد ْيٌث َح َس ٌن َص ِح ْيٌح‬
“Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang membaca satu huruf
2
Lihat Muhammad Nashiruddin Al-Bani, shahih Al-Jami’ No.2644

8
dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan. Satu kebaikan itu
dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif laam
miim itu satu huruf, tetapi aliif itu satu huruf, laam itu satu huruf, dan
miim itu satu huruf.” (HR. Tirmidzi, no. 2910. Tirmidzi mengatakan
bahwa hadits ini hasan sahih). [HR. Tirmidzi, no. 2910. Syaikh Salim
bin ‘Ied Al-Hilaly mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih].3

2.2.3 Dari Abu Musa Al-Asy’ari r.a yang berkata bahwa Rasulullah
bersabda:

‫َم َثُل اْلُم ْؤ ِم ِن اَّلِذ ى َيْقَر ُأ اْلُقْر آَن َم َثُل اُألْتُرَّج ِة ِر يُح َها َطِّيٌب َو َطْع ُمَها َطِّيٌب َو َم َثُل‬
‫اْلُم ْؤ ِم ِن اَّلِذ ى َال َيْقَر ُأ اْلُقْر آَن َم َثُل الَّتْمَر ِة َال ِر يَح َلَها َو َطْع ُمَها ُح ْلٌو َو َم َثُل اْلُم َناِفِق‬
‫اَّلِذ ى َيْقَر ُأ اْلُقْر آَن َم َثُل الَّرْيَح اَنِة ِر يُح َها َطِّيٌب َو َطْع ُمَها ُم ٌّر َو َم َثُل اْلُم َناِفِق اَّلِذ ى َال‬
ّ ‫َيْقَر ُأ اْل ُقْر آَن َك َم َثِل اْل َح ْنَظَلِة َلْيَس َلَها ِر يٌح َو َطْع ُمَها ُم ٌر‬

Artinya: “Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Al-Quran


seperti buah utrujah yang memiliki wangi yang sedap dan rasa yang
manis. Sedangkan perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca
Al-Quran ibarat buah tamar (kurma) yang tidak memiliki bau namun
rasanya manis. Adapun perumpamaan seorang munafiq yang membaca
Al-Quran ibarat buah raihanah yang memiliki wangi yang sedap tapi
rasanya pahit. Dan perumpamaan seorang munafiq yang tidak membaca
Al-Quran ibarat buah handzhalah yang tidak memiliki bau dan rasanya
pahit.” (HR. Muslim, 1896)

Di dalam riwayat lain redaksi :”Maksal Al Mukmin Al-Ladzi Yaqra’ Al-


Qur’an....” dan seterusnya4 utrujah, menulis penulis kitab Tadzkirah pada halaman
31 adalah buah dari pohon tinggi yang daun kayunya berserat halus.Buahnya yang
paling baik adalah yang paling halus, panjang dan marak.Sedangkan yang paling
jelek adalah cenderung bulat.Ada pula bagian tengahnya terasa masam, kulitnya
tebal dan lapisan dalamnya terasa panas dan kering.Buah ini biasa menghilangkan

3
Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-jami’ No.6345
4
Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam tahqiqnya Misykah Al-Mashabib, Muahmmad al
Khatib Al-Tibridzi, Tabqiq Nashiruddin Al-Albani , No.2014 dan shahih Al Jami No.5142, 2175

9
penyakit jantung dan pilek, menetralisir angin besar dan menguatkan lambung dan
msih banyak lagi kegunaan lainnya.

2.2.4 Dari Ismail bin Malik r.a yang berkata bahwa Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda:

‫ َسِم عُت َر ُسوَل ِهٌللا َص َلى ُهٌللا َع َليِه َو َس َلَم‬: ‫َعن ُع َقبَة بِن َعامٍر َرَض ي ُهٌللا َعنُه َقاَل‬
)‫(رواه الدارمي‬. ‫َيُقوُل َلوُج ِع َل الُقراُن فِي ِاَهاٍب ُثٌم ُالُقِي فِي الَناِر َم ا احَتَر َق‬
"Dari Uqbah bin Amir radhiyallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah ‫صلى هللا‬
‫ عليه وسلم‬bersabda: "Jika Al-Qur'an dijadikan ke dalam kulit kemudian
dilemparkan kedalam api, niscaya tidak akan terbakar." (HR. Ad-Darami)

2.3 Keutamaan Ahlul Qur’an


2.3.1 Dari Jabir r.a bahwa Nabi pernah mengumpulkan dua orang lelaki
dari syuhada perang Uhud, kemudian beliau bersabda, “(Terlebih dulu)
siapa diantara mereka yang paling banyak menguasai Al-Qur’an.”
Tatkala beliau sudah mendapat petunjuk akan salah satu diantara
keduanya, beliaupun mendahulukannya.(HR.Bukhari)

2.3.2 Dari Anas r.a bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

‫ َأْهُل اْلُقْر آِن ُهْم َأْهُل ِهَّللا‬: ‫ َم ْن ُهْم َيا َر ُسوَل ِهَّللا؟ َقاَل‬: ‫ِإَّن ِهَّلِل َأْهِليَن ِم َن الَّناِس َقاُلوا‬
‫َو َخ اَّص ُتُه‬
“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat
bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul menjawab, “Para ahli Al
Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan hamba pilihanNya” (HR. Ahmad)

2.3.3 Dari Ibnu Mas’ud r.a berkata Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

‫ َقاَل َأُبو‬، ‫ َع ْن َأِبي َخ اِلٍد‬،‫ َو َأُبو َسِع يٍد اَأْلَش ُّج ِكاَل ُهَم ا‬،‫َو َح َّد َثَنا َأُبو َبْك ِر ْبُن َأِبي َشْيَبَة‬
‫ َع ْن َأْو ِس ْبِن‬، ‫ َع ْن ِإْس َم اِع يَل ْبِن َر َج اٍء‬،‫ َع ِن اَأْلْع َم ِش‬،‫ َح َّد َثَنا َأُبو َخ اِلٍد اَأْلْح َم ُر‬: ‫َبْك ٍر‬
‫َقاَل َر ُسوُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيُؤ ُّم‬: ‫ َقاَل‬، ‫ َع ْن َأِبي َم ْسُعوٍد اَأْلْنَص اِر ِّي‬،‫َض ْمَع ٍج‬

10
‫اْلَقْو َم َأْقَر ُؤُهْم ِلِكَتاِب ِهللا َفِإْن َك اُنوا ِفي اْلِقَر اَئِة َس َو اًء َفَأْع َلُم ُهْم ِبالُّس َّنِة َفِإْن َك اُنوا ِفي‬
:‫ َو ِفي ِر َو اَيٍة‬،‫الُّس َّنِة َس َو اًء َفَأْقَد ُم ُهْم ِهْج َر ًة َفِإْن َك اُنوا ِفي اْلِه ْج َرِة َس َو اًء َفَأْقَد ُم ُهْم ِس ْلًم ا‬
.‫ َو َال َيُؤ َّم َّن الَّرُجُل الَّرُج َل ِفي ُس ْلَطاِنِه َو َال َيْقُع ْد ِفي َبْيِتِه َع َلى َتْك ِر َم ِتِه ِإَّال ِبِإْذ ِنِه‬،‫ِس ًّنا‬
‫))[رواه مسلم‬
Rasulullah SAW bersabda: “Yang mengimami suatu kaum, hendaklah yang
paling baik bacaan kitab Allah (Al-Quran) nya. Jika di antara mereka itu
sama, maka hendaklah yang paling tahu tentang sunnah, dan apabila di
antara mereka sama pengetahuannya dalam Sunnah, hendaklah yang paling
dahulu berhijrah, dan apabila di antara mereka sama dalam berhijrah,
hendaklah yang paling dahulu memeluk Islam. Dalam riwayat lain disebutkan
“Yang paling tua usianya. Janganlah seorang maju menjadi imam shalat di
tempat kekuasaan orang lain, dan janganlah duduk di rumah orang lain di
kursi khusus milik orang tersebut, kecuali diizinkan olehnya”. (HR.Muslim
No: 673).5

2.3.4 Dari Abu Musa Al-Asy’ari r.a berkata bahwa Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda:

:-‫َت َع اَلى‬- ‫ «ِإَّن ِمْن ِإْج َالِل هللا‬:-‫َص ّلى ُهللا َع َلْيِه وَس َّلم‬- ‫ قاَل رسول هَّللا‬: ‫عن أبي موسى األشعري رضي هللا عنه َق اَل‬
‫ َو ِإْك َر ام ِذي الُّس ْلَط ان الُم ْق ِس ط‬،‫ َو الَج اِفي َع ْن ه‬،‫ َو َح اِم ِل الُقْر آِن َغ يِر الَغ اِلي ِفيه‬، ‫»ِإْك َر اَم ِذي الَّش ْيَبِة الُمْس ِلِم‬.

[‫ ]حسن‬- [‫]رواه أبو داود‬

Dari Abu Musa Al-Asy`ari -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu


'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya di antara bentuk mengagungkan
Allah -Ta'ālā- ialah menghormati orang Muslim yang tua, pembawa Alquran
yang tidak berlebih-lebihan dan tidak menjauh darinya, dan menghormati
penguasa yang adil." (Hadis Hasan - Diriwayatkan oleh Abu Daud)

2.3.5 Dari Ibnu Abbas r.a ia berkata : “Qurra’ (bentuk jama’ dari kata Qori)
adalah para peserta majelis Umar r.a dan anggota musyawarah baik
muda maupun tua”.(HR.Abu Daud)6

5
Lihat Muhammad Nashiruddin Al-Albani dalam shahih al – jami’ No.2161
6
Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam shahih Al-Jami’ : No.2199)

11
2.3.6 Ibnu Abu Daud meriwayatkan dari Jalu Ibnu Abi Masja’ah bahwa ia
berkata, “Umar r.a sering mempersilahkan seseorang pemuda yang
suaranya bagus untuk berjalan di bagian depan kaumnya, karena
kebagusan suaranya.” (HR.Bukhari)

Membaca Al-Qur’an lebih afdhal jika dibandingkan dengan melafalkan


tasbih, tahlil, serta lafaz dzikir lainnya.Ini pendapat shahih yang dipilih dan
diyakini oleh sebagian ulama.Banyak dalil yang menunjukkan hal tersebut.

Dari Sahl bin Sa’ad r.a bahwa seorang wanita mendatangi Rasulullah,
saya berujar, “Ya Rasulullah, saya datang untuk menyerahkan diriku
kepadamu.” Maka beliau melihat sebentar.Menatapnya dan mengamatinya,
lantas beliau menganggukkan kepalanya.Ketika wanita tersebut berkesimpulan
bahwa beliau tidak bereaksi apa-apa dia pun duduk.Suatu saat kemudian
seorang lelaki sahabat belialu berdiri seraya berujar, “Ya Rasulullah, jika
anda tidak berkenan menikahinya, nikahkan saja dia denganku.” Beliau
bertanya, “Apakah kamu memisahi dia denganku?” Beliaupun bertanya,
“Apakah kamu memiliki sesuatu untuk mahar?” “Demi Allah saya tidak
punya apa-apa wahai Rasulullah,” jawabnya.”Temuilah keluargamu dan
lihatlah siapa tahu kamu menemukan sesuatu!” Perintah beliau. Lelaki itu
pergi menemui keluarganya, kemudian kembali lagi.”Tidak ada, Demi Allah,
Wahai Rasulullah.Saya tidak menemukan sesuatupun,” katanya.”Coba
periksa lagi, meskipun hanya sebuah cincin besi.” Perintah beliau.

Maka lelaki itu pergi untuk menemukan kedua keluarganya untuk kedua
kalinya dan kembali lagi.”Demi Allah, tidak ada Ya Rasulullah, meskipun
hanya sebuah cincin besi.Tetapi saya memiliki sebuah kain sarung, “
katanya.Sahl berkata, “Dia tidak memililki selendang, maka dia hendak
membagi setengah sarungnya itu sebagai mahar untuk si wanita.” Rasulullah
pun bertanya, “Apa yang bisa kau lakukan dengan sarungmu? Jika kamu
kenakan wanita ini tidak mendapat apa-apa.Tapi jika ia mengenakan kamu
tidak memakai apa-apa.”

12
Namun lelaki itupun duduk terdiam cukup lama.Kemudian Rasulullah
bangkit untuk menjadi wali dan memanggil si lelaki kemudian ketika laki-laki
itu maju, beliau bertanya, “Hafalan mana yang kamu kuasai dari (kalamullah)
Al-Qur’an?” Jawabnya, “Aku hafal surah ini, surah ini dan surah ini.” Dan
beliau kontan berujar, “Coba hafalkan surah-surah tersebut. “Ya”, jawabnya.

Nabi pun menikahkan dengan mahar hafalan Al-Qur’an yang ada pada diri
lelaki tersebut.Setelah itu beliau bersabda, “Tuntas sudah.Saya telah
menikahkanmu dan sudah halal dengan wanita yang cantik parasnya, bagus
akhlaknya, dan sholehah dengan mahar hafalan al-Qur’an yang kamu
kuasai.”(HR.Bukhari)

13
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Adab Penghafal Al-Qur’an

Beberapa adab penghafal Al-Qur’an antara lain,hendaknya ia


berpenampilan sempurna dan berperangai mulia serta menjauhkan dirinya dari
hal-hal yang dilarang Al-qur’an demi memuliakan Al-Qur’an.Hendaklah ia
menjaga diri dari profesi atau pekerjaan yang tercela, menghormati diri, menjaga
diri dari penguasa kejam, dan para pengejar dunia yang lalai.Tawadhu’ terhadap
orang-orang shaleh, pelaku kebaikan, dan orang-orang miskin.Hendaklah menjadi
pribadi yang khusu’ serta tenang hati dan sikapnya.Diriwayatkan dari Umar bin
Khattab bahwa ia berkata, “Wahai para Ahlul Qur’an angkatlah kepala kalian!
Sungguh telah jelas bagi kalian jalan tersebut, berlomba-lomba dalam kebaikan
dan jangan menjadi beban orang lain.”

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ia berkata, “Hendaknya penghafal


Al Qur’an bangun pada malam hari ketika orang-orang tidur, berpuasa pada
siang harinya saat orang-orang makan, bersedih hati tatkala yang lain
bergembira, menangis ketika yang lain tertawa, diam ketika yang lain sibuk
berdebat, dan rendah hati ketika yang lain menyombongkan diri.”

Diriwayatkan dari Hasan rahimallah : “Sesungguhnya generasi sebelum


kalian itu memandang Al-Qur’an sebagai risalah dari Rabb mereka sehingga
mereka pun mentadaburinya di dalam hari dan mengamalkannya pada siang
hari.”

Ia juga mengatakan, “Penghafal Al-Qur’an merupakan pembawa bendera


Islam, maka tidak sepantasnya ia bersenda gurau, lupa dan lalai, ataupun
membicarakan hal yang sia-sia dengan orang-orang yang lalai, demi
mengagungkan kebenaran Al-Qur’an.”

14
3.1.1 Tidak Menjadikan Al-Qur’an sebagai Mata Pencaharian

Termasuk hal yang paling penting yang diperintahkan hendaknya ia sangat


berhati-hati agar jangan sampai menjadikan Al-Qur’an sebagai sarana mencari
nafkah.Diriwayatkan Abdurrahman bin Syibi r.a, ia berkata, Rasulullah bersabda :

‫ َو اَل َتْغ ُلوا ِفيِه‬،‫ َو اَل َتْج ُفوا َع ْنُه‬،‫ َو اَل َتْأُك ُلوا ِبِه‬، ‫اْقَر ُء وا اْلُقْر آَن‬
“Bacalah Al-Quran. Janganlah kalian (mencari) makan dengannya, janganlah
kalian menjauhinya, dan jangan pula kalian bersikap berlebihan terhadapnya.”
[HR Ahmad (3/428). Hadits shahih.]

Fudhail bin Amr rahimullah berkata, “Pernah dua orang sahabat Nabi
memasuki sebuah masjid, ketika Imam telah salam berdirilah seorang laki-laki
membaca beberapa ayat Al-Qur’an, kemudian meminta minta.Salah satu dari
keduanya berkata : Innalillahi wa inna lillahi raji’un, aku pernah mendengar
Rasulullah bersabda :

‫ َفِإَّنُه َسَيِج يُء َأْقَو اٌم َيْقَر ُءوَن اْلُقْر اَن َيْس َأُلوَن ِبِه الَّناَس‬,‫َم ْن َقَر َأ اْلُقْر اَن َفاْلَيْس َأِل َهللا ِبِه‬

“Barangsiapa membaca Al Qur`an, hendaklah ia meminta pahalanya kepada


Allah. Sesungguhnya akan datang beberapa kaum yang membaca Al Qur`an , lalu
meminta upahnya kepada manusia”. [Hasan lighairihi, diriwayatkan oleh At
Tirmidzi (2917); Ahmad (IV/432-433,436 dan 439); Al Baghawi dalam Syarhus
Sunnah (1183), dari jalur Khaitsamah, dari Al Hasan, dari Imran bin Hushain
Radhiyallahu ‘anhu].

Sanad riwayat ini munqati karena fudahil bin Amr tidak mendengar
langsung dari sahabat.Adapun mengenai upah dari pengajaran Al-Qur’an ada
perbedaan pendapat di kalangan ulama.

Para ulama yang melarangnya berdalil dengan hadits Ubadah bin Shamit :
bahwa ia mengajarkan Al-Qur’an pada seorang laki-laki Ahlush Shifah kemudian
orang tersebut menghadiahinya busur.Maka bersabdalah Nabi :

15
‫ِإْن ُكْنَت ُتِح ُّب َأْن ُتَطَّوَق َطْو ًقا ِم ْن َناٍر َفاْقَبْلَها‬.
“Jika engkau suka dikalungkan dengan kalung dari api neraka, maka terimalah! ”
[Hadits shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud, Bab Abwabul Ijarah Fi Kasbil
Muallim (3416); Ibnu Majah (2157); Ahmad (V/315 dan 324); Al Hakim (II/41,
III/356); Al Baihaqi (VI/125) dan selainnya dari dua jalur]7

3.1.2 Membiasakan Diri Membaca

Hendaknya ia membiasakan dan memperbanyak membaca Al-Qur’an.Para


salaf mempnyai kebiasaan yang berbeda-beda dalam mengkhatamkan Al-Qur’an.

Ibnu Abid Daud meriwayatkan dari beberapa salaf bahwasanya mereka


dahulu mengkhatamkan Al-Qur’an setiap dua bulan sekali, yang lainnya sebulan
sekali, ada yang sepuluh hari sekali, delapan hari sekali, mayoritas tujuha hari
sekali.Ada pula yang mengkhatamkan setiap enam hari sekal, empat hari sekali,
tiga hari sekali, tetapi ada juga yang mengkhatamkan dua hari sekali.

Banyak diantara mereka yang mengkhatamkan sekali dalam setiap


malamnya, ada yang sehari semalam dua kali, tiga kali, ada juga yang delapan kali
yaitu empat kali diwaktu malam dan empat kali pada siang harinya.

Abu Bakar bin Abu Daud meriwayatkan bahwa ia mengkhatamkan Al-


Qur’an tiga kali setiap malamnya.

As-Sayid Al-Jalil Ahmad Ad –Duraqi meriwayatkan dengan sanadnya dari


Manshur bin Zadzan dari beberapa tabi’in “Bahwa ia mengkhatamkan Al- Qur’an
sekali pada waku antara zuhur dan Ashar, sekali pada waktu antara magrib dan
isya (pada hari biasa) dan dua khataman lebih beberapa juz jika bulan
Ramadhan.Dahulu, mereka (para salaf) pada bulan Ramadhan biasa
mengakhirkan shalat isya sehingga lewat seperempat malam.Diriwayatkan dari
Ibrahim bin Sa’ad ia berkata “ “Ayahku melakukan Ihtiba 8, dan beliau tidak
melepaskan selendangnya hingga mengkhatamkan Al-Qur’an.

7
HR.Abu Daud dalam Ijarah (III/701-702) No.3416; Ibnu Majah (2157)
8
Duduk dengan menegakkan kedua betis seraya melingkarkan kedua tangan atau kain pada
pertemuan antara kedua betis dan kedua paha.

16
Intinya, hal tersebut berbeda-beda perorangannya, ada yang jernih
fikirannya hingga dalam waktu singkat dapat memahami apa yang dibacanya, ada
juga yang sibuk menyampaikan ilmu atau lainnya yang ada kaitannya dengan
kepentingan agama dan kemaslahatan kaum muslimin secara umum maka sebisa
mungkin ia mengkatamkan Al-Qur’an tanpa melalaikan tugasnya.Tetapi juga
tidak memungkinkan untuk mengkhatamkannya hendaklah ia membaca
semampunya tanpa melalaikannya, ataupun membaca dengan terburu-buru.

Mayoritas salaf memaksakan khataman dalam waktu satu hari satu malam.

Dalam hal ini terdapat hadits shahih dari Abdullah bin Amr bin Ash r.a, ia
berkata , Rasulullah bersabda:

‫ َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ( اَل َيْفَقُه‬: ‫فَع ْن َع ْبِد ِهَّللا َيْع ِني اْبَن َع ْم ٍر و َقاَل‬
) ‫َم ْن َقَر َأ اْلُقْر آَن ِفي َأَقَّل ِم ْن َثاَل ٍث‬.
‫ ) وصححه‬1347 ( ‫ ) وابن ماجه‬1390 ( ‫ ) وأبو داود‬2949 ( ‫رواه الترمذي‬
‫ األلباني في " صحيح ابن ماجه‬.
Dan dari Abdullah yaitu Ibnu Amr dia berkata : Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam bersabda : “(Tidak termasuk memiliki pemahaman orang yang
membaca Al Qur’an kurang dari tiga hari )”.Hadits riwayat At Turmudzi ( 2949 )
Abu Daud ( 1390 ) Ibnu Majah ( 1347 ) dan disahihkan oleh Al Albani dalam “
Sahih Ibnu Majah.

Dari ini dalam Musnad-nya dari Sa’ad bin Abi Waqash ia berkata : “Jika
pengkhataman Al-Qur’an itu bertetapan dengan awal malam, para malaikat akan
memintakan ampun untuknya hingga pagi hari dan jika bertetapan dengan akhir
malam, malaikat akan memintakan ampun baginya hingga sore hari.”

3.1.3 Membiasakan Qira’ah Malam

Hendaknya ia sangat memperhatikan qira’ah pada malam hari terlebih


dalam shalat malam.Allah Ta’ala berfirman :

“Diantara Ahlul Kitab ada golongan yang jujur, mereka membaca ayat-ayat
Allah pada malam hari, dan mereka (juga) bersujud (sholat).Mereka beriman

17
kepada Allah dan hari akhir, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar dan bersegera (mengerjakan) berbagai kebajikan.Mereka termasuk
orang-orang shahih.” (Ali Imran : 113-114)

Saya katakan, “Sesungguhnya nilai lebih shalat malam dan bacaan Al-
Qur’an adalah karena ia menyatukan hati, menjauhkannya dari kesibukan-
kesibukan lain, dari kelalaian dan memikirkan kebutuhan, lebih menjaga dari
riya’, dan semacamnya yang menjadikan amalan sia-sia.Disamping adanya
tuntutan dari syariat karena banyaknya kebaikan pada malam hari.Lagi pula
peristiwa isra mi’raj nya Rasulullah terjadi pada malam hari”

Ketahuilah bahwa keutamaan shalat malam dan bacaan Al-Qur’an bis


sedikit dan bisa banyak, lebih banyak lebih afdhal, kecuali jika ia bergadang
semalaman untuk mengkhatamkan Al Qur’an maka itu makruh jika dilakukan
terus-menerus karena bisa membahayakan dirinya.

3.1.4 Mengulang Al-Qur’an dan Menghindari Lupa

Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ari ia berkata, Rasulullah bersabda :

:‫عن أبي موسى األشعري رضي هللا عنه عن النبي صلى هللا عليه وسلم قال‬
‫ َفَو اَّلِذ ي َنْفُس ُم َحَّمٍد ِبَيِدِه َلُهَو أَشُّد َتَفُّلتًا ِم َن اإلبِل ِفي ُع ُقِلَها‬، ‫»«تعاهدوا َهَذ ا الُقْر آَن‬.
[‫ ]صحيح‬- [‫]متفق عليه‬
Abu Musa Al-Asy'ariy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, "Peliharalah Al-Qur`ān ini, sebab demi
Allah yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, sungguh Al-Qur`ān itu lebih mudah
lepasnya dibanding unta dari ikatannya." [Hadis sahih - Muttafaq 'alaih]

Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a bahwa Rasulullah bersabda :

‫ «إّنما َم َثُل‬:‫عن ابن عمر رضي هللا عنهما أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال‬
‫ َو إْن أْطَلَقَها َذ َهَبْت‬،‫ إْن َعاَهَد َع َلْيَها أْمَس َك َها‬،‫»َص احِب اْلُقْر آِن َك َم َثِل اِإل ِبِل الُمَع َّقَلِة‬.

[‫ ]صحيح‬- [‫]متفق عليه‬

18
Dari Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa
sallam- bersabda, "Sesungguhnya perumpamaan orang yang menghafal Al-
Qur`ān seperti unta yang diikat. Jika ia menjaganya, ia dapat menahannya. Jika
ia melepaskannya, unta itu akan pergi." [Hadis sahih - Muttafaq 'alaih].

‫َم ْن َقَر َأ اْلُقْر آَن ُثَّم َنِسَيُه َلِقَي َهَّللا َو ُهَو َأْج َذ ُم‬
“Barangsiapa yang membaca Al-Qur’an kemudian ia melupakannya, kelak (di
hari kiamat) bertemu dengan Allah dalam keadaan judzam”.(Imam Turmudzi,
Sunan Turmudzi [Beirut: Dar al-Gharbiy al-Islami], 1998, juz V, hal 28, hadits no
2916).

Sebagai keterangan, arti ‘judzam’ ialah ketidak sempurnaan atau terserang


penyakit kusta.

3.1.5 Bagi yang Lupa Membaca Wirid

Diriwayatkan dari Umar bin Khattab r.a, ia berkata, Rasulullah bersabda :

‫ من نام عن‬:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫ يقول‬،‫سمعت عمر بن الخطاب‬
‫ كتب له‬،‫ وصالة الظهر‬،‫ فقرأه فيما بين صالة الفجر‬،‫ أو عن شيء منه‬،‫حزبه‬
‫كأنما قرأه من الليل‬

“Siapa yang tertidur meninggalkan ‘hizib’nya di malam hari, lantas dia


membacanya diantara shalat shubuh dan shalat dzuhur, maka seolah dia telah
membacanya di malam hari” (H.R Muslim)

Diriwayatkan dari Ibnu Abi, dunia dari beberapa hafiz bahwa ia lupa
membaca wiridnya pada malam hari maka ia lihat dalam mimpinya seorang
membaca syair :

“Betapa heranku pada jasad dan kesehatan,

Pada pemuda tidur hingga pagi,

Sedangkan intian kematian mustahil dielakkan,

Walau di malam yang tengah menyelimuti.”

19
3.2 Adab Membaca Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kitab suci umat islam.Membacanya adalah ibadah bagi


umat islam.Sebagai umat islam, tentunya kita memerlukan adab yang baik untuk
membaca kitab sucinya.Bagi siapa yang hendak membaca Al-Qur’an pada malam
atau siang hari, alangkah baiknya dia bersuci dan bersiwak.hal ini dilakukan
dalam rangka untuk memuliakan Al-Qur’an, karena dia akan membaca kalam
Allah dan hal itu karena malaikat-malaikat mendekat kepadanya saat dia
membaca Al-Qur’an dan sesosok malaikat mendekat kepadanya jika dia
bersiwak.Malaikat itu meletakkan mulutnya pada mulutnya.Setiap kali dia
membaca satu ayat, malaikat memegang mulutnya, namun jika dia tidak bersiwak
maka malaikat jauh darinya.

Tidak sepatutnya bagi umat muslim menjauhkan malaikat darinya ketika


membaca Al-Qur’an karena itu pergunakanlah adab.Hendaknya membaca dari
mushaf Al-Qur’an karena keutamaan bagi siapa yang membacanya.

Tidak patut baginya membawa mushaf kecuali dalam keadaan suci.Namun


jika ingin membaca mushaf tanpa bersuci, maka boleh.Hendaknya seorang
muslim melatih diri untuk mengamalkan sujud tilawah Al-Qur’an setiap membaca
ayat sajadah.

Dari Abdurrahman Al-Sulaiman, bahwa Ali mendorong dan


memerintahkan bersiwak.Dia berkata, “Sesungguhnya jika seorang berdiri sholat,
malaikat mendekat kepadanya untuk mendengarkan Al-Qur’an.Malaikat terus
mendekat kepadanya hingga dia meletakkan mulutnya pada mulutnya.Maka dia
tidak mengucapkan satu ayat kecuali dia masuk ke dalam perutnya.”

Dari Ishaq bin Mashur Al-Kausaj, dia berkata, “Aku berkata kepada
Ahmad, Bolehkah membaca Al-Qur’an tanpa berwudhu’? Dia menjawab, “Boleh,
namun tidak patut membaca melalui mushaf kecuali orang yang berwudhu’.”9

9
Sanadnya shahih, diriwayatkan oleh penulis dalam fadh al-qiyam al-lail No.34,35; Abdurrazaq
dalam Al-Mushonaf, No.4184; al-Bahaqi dalam As-Sunnah al Kubra, 1/38 dan dalam Sya’an Al-
Iman No.1937; diriwayatkan secara masfu, tetapi al-mundziri berkata dalam Al-Taghrib, 1/67
“Riwayat mauquf lebih kuat”.Disebtukan oleh kausaj dalam masa’i Ahamd dan Ibnu Rahawaih,
1/98

20
3.2.1 Ikhlas

Wajib bagi orang yang membaca Al-Qur’an untuk ikhlas, memelihara


etika ketika berhadapan dengannya, hendaknya ia menghadirkan perasaan dalam
dirinya bahwa ia tengah bermunajat kepada Allah dan membaca seakan-akan ia
melihat keberadaan Allah, jika ia tidak melihatnya sesungguhnya Allah
melihatnya.

Hendaknya seseorang yang membaca Al-Qur’an meluruskan niatnya dan


hanya berharap penglihatan Allah bukan berharap penglihatan manusia.Agar
bacaanya menjadi pahala pada setiap hurufnya.

‫عن امير المؤمنين ابى حفص عمر بن الخطاب رضى هلال عنه قال سمعت رسول هلال صلى هلال‬

‫ فمن كانت هجرته الى هلال ورسوله‬. ‫ انما االعمال بلنيات وانما لكل امرء مانوى‬: ‫عليه وسلم يقول‬

‫فهجرته الى هلال ورسوله ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها اوامراة ينكحها فهجرته الى ما هاجر اليه‬

)‫رواه امام المحدثين ابوعبد هلال محمد بن اسماعيل بن ابراهيم بن المغيرة بن برد زبة البخاري‬

‫وابو الحسين مسلم بن الحجاج ابن مسلم القشيري النسابوري فى صحيحيهما الذين هما اصح‬

‫( الكتب المصنفة‬

Artinya; Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh Umar bin Khattab ra, berkata, Aku
mendengar Rasulullah saw bersaabda; “Semua amal perbuatan tergantung
niatnya dan setiap orang akan mendapatkan sesuatu apa yang ia niatkan.
Barangsiapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya untuk Allah
dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa berhijrah karena dunia yang ia cari atau
wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya untuk apa yang ia tuju.”

Dari hadits tersebut menjelaskan bahwa setiap amal tergantung pada


niatnya.Maka hendaklah seseorang yang membaca Al-Qur’an untuk meluruskan
niatnya hanya kepada Allah.

3.2.2 Membersihkan Mulut

Jika hendak membaca Al-Qur’an hendaknya ia membersihkan mulutnya


dengan siwak atau dengan yang lainnya dan siwak yang bersal dari tanaman arok

21
lebih utama.Bisa juga dengan kayu-kayuan lain atau dengan sobekan kain
kasar.Abu (Alkali) atau lainnya.

Mengenai penggunaan jari yang kasar, ada tiga pendapat dari madzhab
Syafi’i : pertama, yang paling masyur : tidak boleh.Kedua, boleh. Ketiga, boleh
jika tidak ada yang lain dan tidak boleh jika masih ada yang lain.

Sebagian ulama berkata, “Doa ketika bersiwak adalah :

‫َو َباِر ْك ِلْي ِفْيِه يَا َاْر َح َم الَّراِحِم ْيَن‬


Artinya, "Ya Allah, berkahilah diriku melalui siwak ini, wahai Zat yang Maha
Pengasih,”

Mawardi seorang ulama bermadzhab Syafi’i berkata : “Disunnahkan untuk


menyikat sebelah luar dan sebelah dalam gigi, menyikat pokok-pokok gigi
geraham, dan langit-langit mulut dengan lembut.”

Para ulama berkata : Hendaknya bersiwak dengan batang yang sedang-


sedang saja tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah.Jika terlalu kering
lunakkanlah dengan air dan tidak mengapa menggunakan siwak milik orang lain
dengan seizinnya.

Adapun jika rongga mulut terkena najis yang berasal dari darah atau
lainnya maka makruh baginya membaca Al-Qur’an sebelum membasuhnya.

3.2.3 Dalam Keadaan Suci

Sebaiknya orang yang hendak membaca Al-Qur’an berada dalam kondisi


suci dan boleh jika ia dalam keadaan berhadats berdasarkan kesepakatan kaum
muslimin, hadist mengenai hal ini banyak dan sudah masyur.

Imam Haramain berkata, “Tidak dikatakan bahwa ia melakukan suatu hal


yang lebih afdhal.Jika ia tidak menemukan air maka hendaknya ia bertayamum,
untuk wanita yang biasa istihadhah ia dihukumi sebagaimana orang yang
berhadats.”

22
Untuk orang yang junub dan haid10 maka haram bagi keduanya membaca
Al-Qur’an, satu ayat atau tidak sampai satu ayat.Dibolehkan bagi keduanya untuk
membaca Al-Qur’an di dalam hati tanpa dilafalkan, juga boleh melihat mushaf
dan mengingat-ngingat dalam hati.

Kaum muslimin sepakat bolehnya bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir


dan bershalawat atas Rasulullah serta dzikir lainnya bagi orang yang haid dan
orang yang junub.

Imam Haramain berkata, : “Jika seorang yang sedang junub membaca


Bismillah dan Alhamdulillah dengan niat membaca ayat Al-Qur’an maka berdosa,
tetapi jika ia niatkan berdzikir atau tanpa maksud apapun maka ia tidak berdosa.”

3.2.4 Menghadap Kiblat

Hendaknya orang yang membaca Al-Qur’an di luar shalat membacanya


dengan menghadap kiblat.Disebutkan dalam suatu hadits :

‫خير المجالس ما استقبل به القبلة‬


“Sebaik-baik majelis adalah yang menghadap kiblat.”

Duduk dalam keadaan khusyuk dan tenang jiwa raganya, menundukkan


kepala, tetap menjaga adab duduk seakan-akan berada ia di hadapan gurunya dan
ini lebih sempurna.

Seandainya ia membacanya dalam keadaan berdiri, berbaring, di kasurnya


atau dengan berbagi pose pun boleh, dan baginya pahala walaupun pahalanya
bukan seperti pada posisi yang pertama.

Disebutkan dalam shahih dari Aisyah r.a, ia berkata : “Rasulullah pernah


bersandar di pangkuannya sedangkan aku tengah haid kemudian beliau membaca
al-Qur’an.”(HR.Bukhari dan Muslim).

10
Hadist-hadist ini mengenaik haramnya wanita haid membaca Al-Qur’an semuanya dhaif tidak
bisa dijadikan sebagai hujah, sebagaimana yang telah kami jelaskan pada tahqiq sunan ibni majah

23
Dalam riwayat lain disebutkan : “Beliau sedang membaca Al-Qur’an dan
kepalanya berada di pangkuanku.”11

Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ari ia berkata, “Sesungguhnya aku


membaca Al-Qur’an dalam shalatku dan juga ketika berada di kasur.”

Diriwayatkan dari Aisyah r.a, ia berkata, “Sesungguhnya aku membaca


wiridku ketika berbaring di atas ranjang.”

3.2.5 Tempat yang Bersih

Hendaknya membaca Al-Qur’an di tempat yang bersih dan nyaman,


mayoritas ulama lebih suka kalau tempatnya di masjid 12 karena bersih secara
global, tempat yang mulia, serta tempat untuk melakukan keutamaan lainnya,
seperti i’tikaf, maka hendaknya setiap yang duduk di dalam masjid meniatkan
i’tikaf baik duduknya dalam waktu lama ataupun sebentar bahkan hendaknya ia
meniatkan hal tersebut sejak pertama kali masuk masjid.Inilah adab yang
seharusnya diperhatikan dan diberitahukan kepada anak-anak dan orang awam,
karena ini termasuk hal yang terlupakan.

Adapun membaca Al-Qur’an di kamar mandi para salaf berbeda pendapat


mengenai kemakruhannya.Para ulama yang mengatakan tidak makruh,
sebagaimana dinukil oleh Imam yang disepakati kemuliaanya. Abu Bakar bin
Mundziri dalam Al-Isyraf dari Ibrahim An-Nakha’i dan Malik, yang merupakan
perkataan Atha’i banyak kelompok yang sependapat dengan hal ini diantaranya
Ali bin Abi Thalib r.a sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Daud.

Ibnu Munzir memaparkan hal ini dari sekelompok tabi’in di antaranya


Abu Wa’il Syaqiq bin Salamah, Asy Sya’bi, Hasan Al-Bashri, Makhul serta
Qabishah bin Dzu’ib.Kami juga meriwayatkan dari Ibrahim An-Nakha’i kami
juga mendapatkan dari teman-teman kami dari Abu Hanifah.

As-Sya’bi berkata, “Makruh membaca Al-Qur’an di tiga tempat “: kamar


mandi, kakus dan tempat penggilingan yang tengah beroperasi.
11
HR.Bukhari (I/401)No.297; Muslim (1/246)No.301; Abu Daud (260); Nasa’i (I/417) (I/191);
Ibnu Majah (634);Ahmad (VI/68,76,117,135,148,157,197,203,258);
12
Dalam sebuah hadits Nabi yang diriwayatkan oleh muslim (IV/2074)No.2699)

24
Abu Maisarah, “Allah tidak disebut kecuali ditempat yang baik”, Wallahu
a’lam.

Adapun membaca Al-Qur’an di jalan dibolehkan selama tidak


mengganggu penggunanya.Jika sampai mengganggu penggunanya maka
hukumnya menjadi makruh sebagaimana Nabi memakruhkan orang yang
mengantuk membaca Al-Qur’an karna khawatir terjadi kesalahan.Ibnu Abi Daud
meriwayatkan bahwa Abu Darda’ pernah membaca Al-Qur’an di jalan, ia juga
meriwayatkan bahwa Umar bin Abdul Aziz rahimullah yang mengizinkan hal
tersebut.

Ibnu Abi Daud berkata, “Telah menceritakan kepadaku Abu Rabi’, ia


berkata, “Ibnu Wahab pernah mengabarkan kepada kami, ia katakan, “Aku pernah
bertanya kepada Malik mengenai seorang laki-laki yang melaksanakan shalat pada
akhir malam kemudian ia keluar menuju masjid, sedangkan surah yang ia baca
pada waktu shalat belum selesai.Malik menjawab, “Saya tidak tahu ada orang
yang membaca Al-Qur’an di jalan.” Ia tidak menyukainya, Sanad riwayat in
shahih dari malik rahimullah.

3.3 Adab Mempelajari Al-Qur’an

Diantara adab-adab seorang pelajar ialah menjauhi semua faktor yang


menyebabkan lalai dari belajar, kecuali bila dibuthkan.Hendaknya ia menyucikan
hati dari segala kotoran agar ia layak menerima Al-Qur’an, menghafalnya, dan
memetik buahnya.

Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi


wa sallam bersabda,

‫ َو ِإَذ ا َفَس َد ْت َفَس َد اْلَج َس ُد‬، ‫َأَال َو ِإَّن ِفى اْلَج َسِد ُم ْض َغ ًة ِإَذ ا َص َلَح ْت َص َلَح اْلَج َس ُد ُك ُّلُه‬
‫ َأَال َو ِهَى اْلَقْلُب‬. ‫ُك ُّلُه‬

25
“Ketahuilah bahwa dalam jasad manusia ada segumpal daging, jika baik maka
baiklah seluruh anggota dan jika maka rusaklah seluruh anggota, ketahuilah
itulah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim).13

Hendaknya ia rendah hati dan juga sopan terhadap gurunya, walaupun


sang guru lebih muda umurnya, tidak setenar dirinya, tidak mulia nasab dan
keshalihannya dan sebagainya.Hormatilah ilmu karena dengan cara menghormati
ilmu akan didapatkan kefahaman terhadap ilmu tersebut.

Maka pantaslah Imam Mujahid rahimahullah mengatakan:

‫اَل َيَتَع َّلُم الِع ْلَم ُم ْسَتْح ي َو اَل ُم ْسَتْك ِبر‬


“Tidak akan mendapatkan ilmu seorang yang pemalu dan seorang yang
sombong.” (Shahih Bukhari hal: 34, cet. Darus Salam, Riyadh)

Hendaknya ia mematuhi guru, berkonsultasi dengannya di setiap


permasalahannya, menerima perkataannya sebagaimana pasien yang cerdas
mematuhi saran dokter yang tulus memberi nasihat, dan itu lebih utama.

3.3.1 Berguru kepada Guru yang Berkompeten

Bergurulah kepada guru yang berkompeten, yang jelas agamanya nyata


ilmunya dan telah terkenal kapasitas keilmuannya.

Muhammad bin Sirin, Malik bin Anas, dan lainnya dari kalangan para
salaf berkata, “Ilmu ini adalah agama maka perhatikanlah darimana kalian
mengambil agama.” Hendaknya ia bersikap takzim, meyakini kredibilitas
keilmuan dan keunggulannya, karena dengan sikap seperti itulah ia dapat mudah
mengambil manfaat dari sang guru tersebut.

Sebagian salaf jika berangkat ke tempat gurunya, mereka terlebih dulu


berinfak dengan sesuatu dan berdoa :

‫َالَّلُهَّم اْس ُتْر َع ْيَب ُمَع ِّلِم ي َع ِّني َو اَل ُتْذ ِهْب َبَر َكَة ِع ْلِمِه ِم ِّني‬

13
HR Bukhari dalam Al-Iman (I/126) No.52, Muslim dalam Al-Musaqah (III/1219-1221)
No.1599;

26
“Ya Allah, tutupilah aib guruku dariku, dan jangan Engkau hilangkan berkah
ilmunya dariku.”

Ar-Rabi’ guru Imam Syafi’i r.a mengatakan, “Aku tidak berani minum
ketika Syafi’i melihatku, karena aku segan padanya.”

Diriwayatkan dari Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib r.a, ia berkata,
“Hak seorang guru padamu adalah kamu mengucapkan salam kepada orang-orang
secara umum dan menghaturkan salam khusus untuknya serta duduk
dihadapannya.Ketika sedang berada disisinya, janganlah sekali-kali menunjuk-
nunjuk dengan tangan, mengedip-ngedip mata, mengatakan padanya bahwa si
fulan mengatakan sesuatu yang berkebalikan dengan yang ia katakan,
menggunjing seseorang di sisinya, berbisik-bisik di majelisnya, menarik-narik
bajunya, mendesaknya ketika ia tengah tidak bersemangat, dan jangan pula bosan
karena lamanya waktu belajar.

Hendaknya ia mempraktekkan adab yang disarankan oleh Ali bin Abi


Thalib r.a ini, menanyakan prihal ketidakhadiran gurunya jika memungkinkan,
jika tidak hendak ia menanyakan hal itu usai di luar majelis.

3.3.2 Berpenampilan Sopan

Hendaknya ia mendatangi gurunya dengan keadaan yang sempurna, rapi,


suci telah bersiwak, hatinya tidak sedang disibukkan dengan hal lain, dan tidak
masuk sebelum meminta izin jika gurunya berada di tempat yang memerlukan izin
sebelum memasukinya.Jika memasuki majelis hendaknya mengucapkan salam
kepada orang-orang yang hadir dan menghaturkan salam khusus padanya, begitu
pula ketika hendak beranjak pulang.Sebagaimana tercantum dalam hadits :

‫ «إذا اْنَتهى َأَح ُد ُك م‬:- ‫َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬- ‫ َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا‬: ‫ َقاَل‬،‫َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة‬
‫ َفَلْيَس ت اُألوَلى بأَح َّق ِم ن اآلِخَرِة‬، ‫ فإذا أراَد أن يقوَم َفْلُيَس ِّلْم‬،‫»إلى المْج ِلِس َفْلُيَس ِّلم‬.
[‫ ]صحيح‬- [‫]رواه أبو داود والترمذي والنسائي في الكبرى وأحمد‬

27
Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
“Apabila salah seorang di antara kalian sampai di satu majelis, hendaklah ia
mengucapkan salam. Lalu apabila ia hendak bangun (meninggalkan majelis),
hendaklah ia pun mengucapkan salam. Tidaklah pertama lebih berhak daripada
yang terakhir." [Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Nasā`i]14

Janganlah ia melangkahi kumpulan orang-orang akan tetapi hendaknya ia


menduduki tempat yang tersisa dari majelis tersebut.Kecuali bila sang guru
mengizinkannya untuk maju atau orang-orang di sekitarnya
mempersilakannya.Jangan menyuruh seseorang berdiri kemudian ia menempati
tempat duduknya, walaupun orang tersebut merelakannya.Sikap ini tidak
meneladani Ibnu Umar r.a, kecuali jika dengan majunya ia dapat mashlahat bagi
para hadirin, atau karena sang guru menyuruhnya.Jangan pula duduk di tengah-
tengah halangan kecuali mendesak ataupun duduk menyisip di antara dua orang
tanpa izin dari keduanya.Jika masih ada tempat majelis untuknya hendaknya ia
duduk dan bergabung.

3.3.3 Bersemangat Tinggi

Termasuk adab yang ditekankan, hendaknya ia gigih dalam belajar, gigih


di setiap waktu selagi memungkinkan, tidak puas dengan yang sedikit jika masih
mungkin memperoleh banyak, tidak mengerjakan sesuatu yang memberatkan diri
yang dikhawatirkan akan menyebabkan kebosanan serta melenyapkan yang telah
ia peroleh.Dalam hal ini masing-masing orang berbeda sesuai situasi dan kondisi.

Jika ia telah hadir di majelis namun tidak mendapati sang guru hendaknya
ia mengerjakan tugas yang diberikan, menunggunya, tidak meninggalkan majelis,
dan tidak mengganggu kesibukan sang guru.Kecuali ia tahu bahwa sang guru
tidak suka bila ia menunggunya karena sang guru tidak mengajar kecuali pada
waktu tersebut.

Jika ia mendapati sang guru tengah tidur atau sibuk dengan sesuatu yang
penting hendaklah ia tidak berkeras meminta izin untuk tidak mengikuti
majelis.Akan tetapi hendaklah ia bersabar hingga sang guru terjaga, telah selesai

14
HR.Abu Daud (5208) ; Tirmidzi (2706); Ahmad (II/230, 286);

28
urusannya atau sebaiknya ia pulang, sabar lebih utama sebagaimana dilakukan
oleh Ibnu Abbas r.a dan yang lainnya.

Hendaknya ia tetap bersungguh-sungguh dalam belajar di kala senggang,


bersemangat, badan kuat, fikiran segar, dan ketika sedikit kesibukan sebelum
banyak tuntunan dunia dan memegang jabatan.Amirul Mukminin Umar bin
Khattab r.a berkata, “Belajarlah hingga kalian faham sebelum kalian diangkat
menjadi pemimpin.”15

Artinya, bersungguh-sungguhlah menyempurnakan keahlian kalian ketika


kalian jadi pengikut sebelum kalian menjadi pemimpin.Karena jika kalian telah
menjadi seorang tuan yang diikuti, kalian akan terhalang dari belajar disebabkan
tingginya martabat dan banyaknya kesibukan.

Perkataan senada dilontarkan oleh Imam Syafi’i r.a, “Belajarlah hingga


kamu memahami sebelum menjadi pemimpin, jika kamu sudah menjadi
pemimpin tidak ada lagi kesempatan untuk melakukan hal tersebut.”

3.3.4 Belajar di Waktu Pagi lebih Baik

Hendakya ia mempelajari qira’ah dari sang guru di pagi hari sebagaimana


dalam hadits yang artinya :

“Ya Allah, berkatilah umatku pada pagi harinya.”16

Hendaknya ia konsisten mengulang hafalannya dan tidak mendahulukan


orang lain ketika tiba gilirannya karena mendahulukan orang lain (Itsar) dalam
ibadah makruh, berbeda dengan Itsar dalam hal terkait kepentingan pribadi yang
merupakan sikap yang dianjurkan.

Jika menurut pertimbangan guru terdapat mashlahat dalam itsar


dibeberapa kondisi dengan tujuan syar’i hendaknya ia menyarankan hal itu dan
murid mematuhinya.Melanjutkan tugas dan kewajibannya, memastikan
terlaksananya wasiat, tidak merasa dengki pada temannya terkait kelebihan yang
15
HR Bukhari dalam Al-Ilm sebagai lampiran bab Al-Ightibath Fil Wal Hikmah, Darimi dalam Al-
Muqaddimah (I/91) No.250, sanadnya shahih.
16
HR.Abu Daud dalam Al-Jihad (III/79-80) No.2606; Tirmidzi dalam Al-Buyu’ (III/517) No.212;
Ibnu Majah No.2236;

29
hanya dikarunai Allah kepada temannya tersebut.Dan hendaknya ia tidak
berbangga diri karena apa yang telah ia peroleh, hal ini telah kami jelaskan pada
pembahasan-pembahasan adab-adab seorang guru.

Cara-cara untuk menghilangkan berbangga diri dengan mengingatkan


dirinya bahwa prestasi yang diperolehnya itu tidaklah ia dapatkan dengan daya
dan kekuatannya semata.Sesungguhnya itu semua merupakan karunia Allah
Ta’ala sehingga tidak sepantasnya ia berbangga pada dirinya atas sesuatu yang
tidak dibuatnya melainkan titipan Allah pada dirinya.

Sedangkan cara menghilangkan rasa dengki hendaklah ia menyadari


bahwa ada kebijakan yang Allah kehendaki dengan diberikan pada temannya dan
bukan dirinya.Oleh karena itu tidak pantas ia merasa keberatan, membenci
hikmah yang Allah kehendaki, ataupun membenci hikmah itu sendiri.Wallahu
a’lam.

30
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Alhamdulillah, berkat nikmat Allah dan karunianya, penulis banyak
bersyukur kepadaNya yang telah memberi banyak nikmat dan membimbing serta
memberi penulis kekuatan, ketegaran dan kesabaran penulis.Sehingga penulis
dapat menyelesaikan karya ilmiah ini, walau dengan keringat dan berbagai
hambatan sebagai ujian untuk menguji kesabaran penulis.Dan akhirnya penulis
dapat membuat kesimpulan dari karya ilmiah ini yang berjudul, “ADAB
PENGHAFAL AL-QUR’AN”. Adapun kesimpulan yang penulis simpulkan
adalah, Al-Qur’an adalah kitab suci umat islam, membacanya adalah ibadah untuk
umat muslim, membaca Al-Qur’an mendapat pahala setiap hurufnya dan Al-
Qur’an adalah sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.

‫اَّلِذ ْيَن ُيْؤ ِم ُنْو َن ِباْلَغْيِب َو ُيـِقْيُم ْو َن الَّص ٰل وَة َو ِمَّم ا َر َز ْقٰن ُھْم ُيْنِفُقْو َن‬
“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan shalat, dan
menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka,” (Al-
Baqarah:3)

Sebagai umat islam, sudah sewajibnya bagi kita untuk memuliakan kitab suci
kita.Maka dari itu hendaknya kita menggunakan adab-adab yang baik saat
berinteraksi dengan Al-Qur’an.Karena Al-Qur’an kalamullah.

Hendaklah kita menggunakan adab-adab yang baik saat membaca,


mengajarkan serta menghafalnya.Adapun adab yang baik seorang penghafal Al-
Qur’an diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Tidak menjadikan Al-Qur’an sebagai mata pencaharian


2. Membiasakan diri membaca
3. Membiasakan diri qira’ah malam
4. Mengulang Al-Qur’an dan menghindari lupa
5. Bagi yang lupa membaca wirid hendaknya diganti di lain waktu.

31
Itulah beberapa adab bagi penghafal Al-Qur’an dan masih banyak adab
baik yang lainnya.Adapun adab yang baik membaca Al-Qur’an diantaranya
adalah sebagai berikut:

1. Ikhlas
2. Membersihkan mulut
3. Dalam kondisi suci
4. Menghadap kiblat
5. Ditempat yang bersih

Ini juga merupakan adab yang baik membaca Al-Qur’an dan masih banyak
adab yang lainnya yang tidak penulis tulis.

Adapun adab mempelajari Al-Qur’an adalah :

1. Berguru kepada guru yang kompeten


2. Berpenampilan sopan
3. Bersemangat tinggi
4. Belajar di waktu pagi

Bila seorang muslim yang melakukan adab saat membaca, mempelajari


serta menghafal Al-Qur’an maka insya Allah, ia mendapatkan berkah dan
ganjaran dari-Nya. Karena ia telah memuliakan kalamullah.

4.2 Saran

Alhamdulillah, penulis telah menyelesaikan tulisan karya ilmiah yang


berjudul “ADAB PENGHAFAL AL QUR’AN. Penulis menyadari bahwa
mungkin dalam karya tulis ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan.Oleh
karena itu penulis mohon maaf atas kesalahan dalam karya tulis ini.

Penulis menyarankan kepada para pembaca karya tulis ini bukan hanya
untuk mengisi waktu luang agar tidak suntuk atau hanya sekedar baca tapi tidak
dilakukan.Akan tetapi jadikanlah karya ilmiah ini untuk menambah ilmu dan
sebagai pendorong agar menjadikan Al-Qur’an sebagai kitab yang sangat mulia
dan menggunakan adab yang baik saat berinteraksi dengannya.Semoga karya

32
ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan khususnya kepada santri-santri PonPes
Ibadurrahman yang kita cintai karena Allah.

4.3 Penutup

Alhamdulillah penulis ucapkan karena dengan rahmat, nikmat dan karunia


Allah penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.Penulis juga meminta maaf
atas kesalahan penulis dalam tulisan karya ilmiah ini.Sekian dan terima kasih.

33

Anda mungkin juga menyukai