Anda di halaman 1dari 6

BAHASA SEBAGAI SALAH SATU ASPEK I’JAZUL QUR’AN

Makalah

Diajukan untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester mata kuliah

Ulumul Qur’an

Dosen Pengampu:

‘Azzah Nurin Taufiqotuzzahro’, S. Ag., M. A

Oleh:

Sintya Ulul Izmi : 2020.01.01.1712

Durrotush Shofiyah : 2020.01.01.1590

Salamatun Nisa’ : 2020.01.01.1592

Nur Kasyifah : 2020.01.01.1710

Rahmah Suminar : 2020.01.01.1846

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-ANWAR

SARANG REMBANG

2021
BAHASA SEBAGAI SALAH SATU ASPEK I’JAZUL QUR’AN

Oleh: Sintya Ulul Izmi, Durrotush Shofiyah, Salamatun Nisa`, Nur Kasyifah,
Rahmah Suminar
A. Pendahuluan
Seorang Rasul utusan Allah tidak terlepas dari kata I’jaz untuk
menyampaikan risalah. I’jaz dalam hal ini merupakan kebenaran nabi
dalam pengakuannya sebagai seorang rasul dengan menampakkan
kelemahan manusia untuk mempercayai kebenaran dari ajaran atau risalah
yang dibawa oleh rasul. Kemampuan I’jaz ini kemudian menjadi bagian
dari seorang Rasul yang dapat disebut dengan Mu’jizat.
Mu‟jizat yang diperlihatkan oleh seorang Rasul, merupakan
sesuatu yang dari sebelumnya telah diketahui oleh manusia secara umum.
Dapat dikatakan juga sesuatu yang dapat dipahami oleh manusia akan
tetapi tidak dapat dilakukan atau diperoleh oleh manusia awam. Maka
mu‟jizat bukanlah sesuatu yang sangat baru dan tidak dapat dipahami oleh
siapa pun. Mu‟jizat merupakan hal yang menyalahi sesuatu yang biasanya
terjadi akan tetapi masih dalam batas pengetahuan yang dapat dipahami
manusia, sehingga dapat dibukitkan dan disaksikan oleh manusia pada
umumnya. Karena apabila mujizat bukan sesuatu yang dapat dimengerti
maka tidak akan memberikan manfaat bagi umat yang diperlihatkan
mu‟jizat tersebut. Akan tetapi kalau dapat dipahami dan ia menyadari
kekerdilan dirinya di hadapan mu‟jizat tersebut sehingga tergerak untuk
mengimaninya secara objektif.Karena apabila mu’jizat bukan sesuatu yang
dapat dimengerti maka tidak akan memberikan manfaat bagi umat yang
diperlihatkan. Mu’jizat terbesar yang Allah berikan kepada nabi
Muhammad Saw, yakni Al-qur’an, yang akan abadi sampai akhir zaman.
Mengenai I’jaz al-qur’an yang berhubungan dengan kemu’jizatan
dari segi kebahasaan, kalimat, bagian demi bagian, huruf demi huruf,
dapat di mengerti bahwa I’jaz adalah menetapkan kelemahan. Kelemahan
ialah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, apabila mukjizat telah
terbukti maka nampaklah kemampuan mu’jiz. Kontroversi pemikiran dan
perdebatan pendapat tentang kemukjizatan al-Qur’an terus berlanjut dari
waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. 1
B. Bahasa Sebagai Salah Satu I`jaz al-Qur`an
Secara etimologi, kata mu`jizat atau i`jaz merupakan bentuk masdar
dari a`jaza-yu`jizu-i`jaz yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak
mampu. Sedangkan secara terminologi, yang dimaksud dengan i`jaz al-
Qur`an adalah ketidakmampuan siapapun untuk menjawab tantangan al-
Qur`an sebagai bukti kebenaran risalah Nabi Muhammad Ṣalla Allah
`Alayhi Wasallam.2
Salah satu aspek I`jaz al-Qur`an dapat dilihat dari segi kebahasaannya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa ayat-ayat dalam al-Qur`an tersusun
menggunakan Bahasa Arab. Hal ini dikarenakan al-Qur`an pertama kali
berinteraksi dengan masyarakat Arab pada masa Nabi Muhammad Ṣalla
Allah `Alayhi Wasallam. Selain itu, terdapat faktor lain yang menyebabkan
terpilihnya Bahasa Arab sebagai Bahasa al-Qur`an. Faktor tersebut
berkaitan dengan ciri Bahasa Arab yang unik dan tujuan penyebaran
ajarannya.3
Faktor pertama terpilihnya Bahasa Arab sebagai Bahasa al-Qur`an
berkaitan dengan ciri bahasa tersebut. Bahasa Arab termasuk rumpun
Bahasa Semit. Pemilihan kosakata oleh Bahasa Arab bukan suatu
kebetulan, melainkan mengandung falsafah bahasa tersendiri. Kata-kata
Bahasa Arab pada umumnya mempunyai dasar tiga huruf yang dapat

dibentuk menjadi berbagai bentuk kata. Kata ‫ ق ال‬misalnya, yang berarti

“berkata” terambil dari huruf ‫( ق‬qaf ), ‫( و‬wawu), dan ‫( ل‬lam) dapat

dibentuk menjadi enam bentuk kata yang kesemuanya memiliki makna


yang berbeda. Namun, semua makna yang berbeda itu, tetap mengandung
makna dasar yang menghimpunnya.4
Keistimewaan bahasa Arab juga disebabkan oleh adanya i`rab. Bahkan
dapat dikatakan bahwa i`rab adalah ciri khas bahasa Arab. I`rab adalah
1
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, (Jakarta:Rajawali pers,2013), 153.
2
Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur`an, (Yogyakarta: Itqan Publishing, 2014), 239.
3
M.Quraish Shihab, Mu`jizat al-Qur`an: Ditinjau dari aspek kebahasaan, isyarat Ilmiah, dan
Pemberitaan Gaib, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2014), 94.
4
Ibid., 94.
perubahan akhir suatu kata dalam kalimat yang disebabkan oleh faktor
(`amil) yang menyertainya. Perubahan tersebut dapat mempengaruhi
makna.5 Sebagai contoh, lafaz ‫َّ َمآ ِء‬E‫( َما اَحْ َسنَ الس‬Mā aḥsana al-Samā`i) yang
berarti pertanyaan tentang apa yang terindah di langit, berbeda dengan ‫َما‬
َّ َ‫ن‬E ‫( اَحْ َس‬Mā aḥsana al-Samā`a) yang berarti ungkapan kekaguman
‫ َمآ َء‬E ‫الس‬
tentang indahnya langit.6 Dalam contoh tersebut dapat dipahami bahwa

perubahan ḥarakat pada huruf ‫( ء‬ḥamzah) di akhir kalimat tersebut sangat

mempengaruhi makna kalimat tersebut.


Keunikan lain bahasa Arab adalah banyak terdapat kata ambigu, dan
tidak jarang satu kata mempunyai dua atau lebih arti yang berlawanan.
Bahkan terdapat juga satu huruf yang mmempunyai arti lebih dari satu.7
Faktor kedua pemilihan Bahasa Arab sebagai Bahasa al-Qur`an
berkaitan dengan tujuan penyebaran al-Qur`an. Timur Tengah adalah jalur
penghubung Timur dan Barat. Maka wajar jika kawasan ini menjadi
tempat menyampaikan pesan Allah yang ditujukan kepada seluruh
manusia di penjuru dunia.8 Sedangkan daerah di Hijaz yang dipilih sebagai
tempat diturunkannya al-Qur`an adalah kota Makkah. Faktor yang
mendukung terpilihnya Makkah yaitu terdapat banyaknya pedagang dan
seniman yang memamerkan dagangan atau karyanya di Makkah dan
mereka bertemu kafilah selatan dan utara, timur dan barat. Penduduk
Makkah juga melakukan perjalanan musim dingin dan panas ke daerah
Romawi dan Persia. Faktor ini akan mempermudah penyebaran ajaran al-
Qur`an.9
Adapun bahasa al-Qur`an yang diketahui sekaligus diakui oleh
masyarakat tempat Islam pertama kali muncul yaitu menggunakan dialek
Quraisy. Hal ini dikarenakan suku Quraisy merupakan suku yang paling
berpengaruh di Makkah. Dialeknya sangat indah dan dominan, selain itu
juga mudah, jelas, dan halus, serta berbeda dengan dialek suku-suku Arab
yang lain.10

5
Ibid., 102.
6
Ibid., 99.
7
Ibid., 103.
8
Ibid., 110.
9
Ibid., 111.
10
Ibid., 112.
C. Bahasa-Bahasa dalam al-Qur`an

Al-qur`an tidak diturunkan dengan satu bahasa (dialek) saja dari


bahasa Arab, tetapi diturunkan dengan beberapa macam dialek bahasa
Arab yang mungkin untuk disifati sebagai bahasa yang baik, fasih, dan
lafad-lafadnya terpilih. Dan kriteria bahasa tersebut terdapat dalam
qobilah-qobilah hijaz pada umumnya, khususnya terdapat pada dialek
Quraisy. Beberapa kemungkinan dipilihnya dialek Quraisy antara tiga
persamaan untuk mengikat bahasa, diantaranya:

1. Persamaan pengucapan dan penerimaan, yang umumnya


menjadi tabiat dari al-Qursyi. Untuk itu khalifah Utsman
memberikan nasehat kepada para sahabat dalam pembukuan al-
Qur`an yang terjadi pada masanya. Utsman mengatakan:
“apabila diantara kalian terjadi perselisihan dengan Zaid ibn
Tsabit maka tulislah al-Qur`an itu dengan bahasa Quraisy,
karena sesungguhnya al-Qur`an diturunkan dengan bahasa
tersebut.” Lalu mereka mengatakan perselisihan mereka
tentang penulisan kata “at-Tabut”, apakah menggunakan “ta’”
atau “ha’” sehingga menjadi “al-Habut”. Maka penulisan kata
tersebut ditulis menggunakan huruf “ta’” sesuai dengan
pengucapan orang Quraisy.
Selain itu, adapula kisah ketika Umar menyampaikan bahwa
Ibn Mas’ud membacakan al-Qur`an kepada para masyarakat
menggunakan dialek Hudzail: “’atta hiin” dengan ‘ain-sebagai
ganti dari lafadz “hatta hiin”, sehingga Umar menyampaikan
padanya bahwa al-Qur`an tidak diturunkan dengan dialek
Hudzail. Maka orang-orang kemudian membacanya dengan
dialek Quraisy.
2. Persamaan nahwu dan susunannya. Al-Qur`an datang dengan
menggunakan bahasa Hijaz secara umum. Untuk itu, Ibn
Malik-menukil dari Imam az-Zarkasyi- mengatakan: “Allah
menurunkan al-Qur`an dengan bahasa Hijaz, kecuali sedikit.
Maka sesungguhnya al-Qur`an turun dengan bahasa Tamim”.
Dan sebagian dari kesedikitan tersebut adalah adanya bacaan
‘Idghom’ pada lafadz “َ‫ق هللا‬ ِّ E‫ ” َو َم ْن ي َُش ࣤࣤا‬pada surah al-Hasyr dan
juga pada lafadz “‫ ِه‬EEِ‫ َّد ِم ْن ُك ْم ع َْن ِد ْين‬EEَ‫ ” َم ْن يَرْ ت‬pada surah al-Maidah
dalam qira’at selain Nafi’ dan Ibn ‘Amir. Maka sesungguhnya
penggunaan idghom pada lafadz yang dibaca jazm dan isim
mudha’af merupakan dialek Tamim serta jumlahnya hanya
sedikit. Sedangkan bahasa ahl al-Hijaz itu memecah idghom
dan jumlahnya banyak. Diantara contohnya adalah lafadz “ ‫َم ْن‬
‫م ع َْن ِد ْينِ ِه‬Eْ ‫ ”يَرْ تَ ِد ْد ِم ْن ُك‬dan lafadz “َ‫ق هللا‬
ِ ِ‫” َو َم ْن يُ َشاق‬
3. Persamaan mufradat dan petunjuk lafadz. Al-Qur`an datang
dengan kata-kata yang mulia dari dialek Quraisy, tetapi juga
mengandung kalimat yang tidak murni/sempurna terhadap
dialek Quraisy. Maka terjadi pembatasan kabilah-kabilah lain
yang berkumpul dalam suku Quraisy, yaitu Sa’ad ibn Bakr,
Hudzail, Tsaqif, Khuza’ah, Asad, Dlobbah dan Alfafhuma,
Tamim dan Qais, dan orang yang berlari menuju kepada
mereka. Ada juga yang mengatakan kabilah Hudzail, Tamim,
al-Azad dan Rabi’ah, Hawazin, dan Sa’ad ibn Bakr. juga oleh
pendapat lain yang menyebutkan kabilah Kinanah, Asad ibn
Khuzaimah, Hudzail, Tamim dan Dlobbah, dan Qais.

Anda mungkin juga menyukai