Anda di halaman 1dari 12

I’Jaz Al-Qur’an Dalam Kajian Ilmu Balaghah

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi

Tugas Mata Kuliah: Balaghah I

Dosen Pengampu: Dr. H. Mahfudz Siddiq, Lc.,


MA.

Disusun Oleh:

Ahmad Izzul Haq Busyairi (1903026054)

PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat, rahmat, serta hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan lancar dan
tepat waktu. Sholawat serta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang
telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang berakhlak dan pintar
seperti saat ini.

Makalah ini dibuat guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Balaghah I
dengan judul “I’jaz Al-Qur’an Dalam Kajian Ilmu Balaghah” dan diharapkan
dapat menjadi wacana, penambahan ilmu, dan informasi yang bermanfaat.

Selanjutnya kami ucapkan terimaksih kepada Dosen pengampuh dan teman


teman sekalian dan seluruh pihak yang berperan serta dalam pembuatan makalah ini,
sehingga dapat selesai pada waktu yang telah ditentukan.

Sebagai manusia biasa yang tak luput dari kekhilafan dan kesalahan, kami
selaku pembuat makalah, mohon maaf jika banyak salah dalam penulisan maupun
kaidah dalam berbahasa. Untuk itu kami harap kritik dan saran dari pembaca sekalian
agar dapat menjadi lebih baik.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al Qur’an kitab yang memiliki kemukjizatan tersendiri, dan kemukjizatan inilah yang
membedakan antara ia dengan karya tulis lainnya buatan manusia. Keinginan untuk
mengungkapkan kemukjizatan Al Qur’an tidak akan mampu terwujudkan, hal ini karena
disebabkan keterbatasan dan kesulitan untuk mengetahui kemukjizatan itu sendiri.

Terlepas dari itu al-Qur’an mengandung kelebihan-kelebihan yang bersifat melemahkan


orang-orang yang menentang nya yang kemudian di sebut dengan mu’jizat. Mu’jizat inilah
yang kemudian sangat melemah kan orang kafir sehingga mereka tidak mampu
menandinginya, karena dari segi makna, isi, isi dan redaksi al-Qur’an berbeda dengan kitab-
kitab serta syair-syair yang selama ini mereka banggakan. Ke Mu’jizatan al-Qur’an demikian
jelas setelah mereka tidak mampu dan tidak akan di mampukan untuk membuat
tandingannya. Begitulah ke Mu’jizatan al-Qur’an dari segi bahasa dan lafaznya yang di
turunkan kepada kalangan orang Arab, yang meskipun turun dalam bahasa mereka sendiri
mereka tidak mampu menandinginya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian I’jaz Qur’an?
2. Apa Saja Aspek-Aspek I’jazul Qur’an Dalam Kajian Ilmu Balaghah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Pengertian I’jaz Qur’an
2. Untuk mengetahui Apa Saja Aspek-Aspek I’jazul Qur’an Dalam Kajian Ilmu
Balaghah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian I’Jazul Qur’an


Secara bahasa mu’jizat berasal dari kata “a’jaza-yu’jizu-i’jaz” berarti
melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Pelakunya atau ism fi’il (yang
melemahkan) disebut mu’jiz. Tambahan ta’ marbuthah diakhir kata sehingga
menjadi mu’jizah menunjukkan mubalaghah (superlatif) artinya yang sangat
melemahkan.1

Secara Istilah Manna al-Qathan menjelaskan2

‫اظهار صدق النيب يف دعوى الرسا ةل اب ظهار جعز العرب عن معا رضته يف معجزته اختادلة ويه القران و‬
‫جعزالا جيال بعدمه‬
Artinya : Memperlihatkan kebenaran nabi dalam pengakuannya kerasulannya dengan cara
membuktikan kelemahan orang arab dan generasi sesudahnya untuk menandingi
kemukjizatan Al-Qur’an.

Sedangkan menurut Pendapat Ulama tentang I’jazul Qur’an

1. Menurut Al-Jahidz, Al-Jurjani, dan Abd. Qohir Al-Jurjani , bahwa kemukjizatan Al-Qur’an
hanya pada susunan lafal-lafalnya saja.
2. Menurut Muh. Ismail Ibrahim, Az-Zamakhsyari dan Fahnurrazi, bahwa kemukjizatan Al-
Qur’an hanya pada ke ilmiyahannya saja.
3. Menurut Imam Qurtubi bahwa kemukjizatan Al-Qur’an karena uslubnya lain dari yang lain,
susunannya indah, adanya berita kejadian-kejadian yang akan terjadi dsb.
4. Menurut Ar-Zarqani, bahwa kemukjizatan Al-Qur’an ada pada keindahan bahasa dan uslub-
uslubnya, berisi beberapa ilmu pengetahuan, memenuhi semua hajat manusia, adanya berita
Ghoib dll.3

1
Muhammad Gufron, Rahmawati,Ulumul Qur’an,( Yogyakarta: Teras,2013), hlm.23
2
Mana’ Quthon, Mabahis Ulumul Qur’an ( Surabaya : Al-Hidayah,1974), hlm 259
3
Ahmad Syadali & Ahmad Rofi’I, Ulumul Qur,an II ( Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), hlm.20
I’jaz dalam pembicaraan ini ialah menampakan kebenaran Nabi dalam pengakuannya
sebagai seorang Rosul dengan menampakan kelemahan orang Arab untuk menghadapi
mukjizatnya yang abadi, yaitu Qur’an, dan kelemahan generasi-generasi sesudah mereka.
Dan mukjizat adalah sesuatu hal yang luar biasa yang disertai tantangan dalam selamat dari
perlawanan. Al-qur’an digunakan Nabi untuk menantang orang-orang Arab tetapi tidak
sanggup menghadapinya, padahal mereka sedemikian tinggi tingkat fasahah dan balagah-
nya, karena Qur’an adalah mu’jizat.

B. Aspek-Aspek I’Jazul Qur’an Dalam Kajian Ilmu Balaghah


Al Qur’an di tinjau dari aspek bahasa memiliki uslub yang indah dan menarik,
bahasa Al Qur’an mempunyai karekteristik tinggi. Bangsa Arab pada waktu Al
Qur’an diturunkan dapat mengetahui kemukjizat Al Qur’an melalui fitrah yang
mereka miliki, hal ini dikarenakan tingkat bahasa mereka yang tinggi pada saat itu.
Untuk sampai pada pesan-pesan Alquran tentunya diperlukan beberapa alat
agar dapat memahami kandungan isi maknanya. Ilmu ma’ani dipahami sebagai ilmu
yang mengandung kaidah-kaidah yang dapat dijadikan dasar dalam memahami
ayat-ayat suci Alquran dengan mengkaji dari sisi rahasia-rahasia di balik kalimat-
kalimat Allah swt yang disesuaikan dengan konteksnya. Ilmu ini merupakan modal
penting dalam menganalisis ayat-ayat Alquran. Berikut adalah aspek-aspek I’Jazul
Qur’an diantaranya :

1. Segi Bahasa
Pilihan Allah memilih bahasa Arab menjadi bahasa al-Qur’an bukan
semata-mata karena al-Qur’an pertama kali di turunkan di tengah
masyarakat yang berbahasa Arab, akan tetapi yang tidak kalah penting nya
adalah karena bahasa Arab sangat unik lagi sangat kaya akan kosa kata.
Kosa kata bahasa Arab pada umumnya mempunyai dasar tiga huruf mati

yang dapat di bentuk dengan berbagai bentuk. Misalnya kata )‫ (قال‬yang

berarti berkata, terambil dari huruf qaf )‫(ق‬, waw )‫ (و‬, dan lam )‫(ل‬

. Sedang kata kalam )‫ (كالم‬yang artinya pembicaraan, walaupun terdiri dari


empat huruf, yaitu kaf, lam, alif, dan mim, namun sebenarnya asalnya
hanya terdiri dari tiga huruf, yakni ke empat huruf di atas kecuali alif.7
Contoh lainnya adalah, menurut sahabat Nabi Ibnu Abbas ra. Jika

kata bala )‫ ب(لى‬pada surah al-A’raf ayat 172 di tukar dengan naam )‫(نعم‬,

maka yang menjawab seperti itu berpotensi menjadi kafir, karena na‘ am
di gunakan sebagai jawaban untuk membenarkan satu pertanyaan, baik
pertanyaan itu dengan redaksi positif maupun negatif. “Bukan kah aku ini
Tuhan kamu?” bila di jawab dengan na’am maka ini berarti membenarkan
negasi itu, sehingga jawaban ini berarti, :”Benar engkau bukan tuhan ku”.
Demikian di nukil oleh az-Zarkasyi dalam kitabnya al-Burhan fi ulumil al-
Qur’an, tetapi karena redaksi jawaban pada ayat itu adalah bala yang di
gunakan untuk meng iyakan dalam bentuk positif, walaupun redaksinya
berbentuk negasi, maka pembenaran tersebut adalah meng iyakan
pertanyaan itu setelah sebelumnya membuang bentuk negasinya.
Keistimewaan lain bahasa ini adalah kecendrungannya kepada
penyingkatan atau yang sering di sebut ijaz, yang tentu saja sewaktu-waktu
di perlukan ithnab/berpanjang lebar, dan hanya di perlukan bila benar-
benar di perlukan.
Aspek Bahasa Dalam Kemukjizatan Al Qur’an Al qur’an di tinjau dari
gaya bahasanya atau uslubnya sangat indah dan mempesona. Keindahan
gaya bahasanya membuat para ahli sastera dari golongan Quraisy tidak
mampu untuk menandinginya.4 Meskipun bahasa Arab terus terus
berkembang dari segi kata dan kalimat, akan tetapi hingga kini keindahan
Al Qur’an tidak ada yang menandinginya. Bahkan Al Qur’an dengan
lantang menjelaskan keksuatannya dengan ungkapan Al Qur’an pada surah
Al Isro ayat 88

4
https://republika.co.id/berita/qa7qfu320/kemukjizatan-alquran-ternyata-tak-hanya-dari-segi-bahasa, diakses
pada selasa, 8 September 2022 pukul 23.00
‫ُقْل َّلِٕى ِن اْج َتَم َعِت اِاْل ْن َو اِجْلُّن َعٰٓلى َاْن َّيْأُتْو ا ِمِبْثِل ٰه َذ ا اْلُقْر ٰاِن اَل َيْأُتْو َن ِمِبْثِلهٖ َو َلْو َك اَن َبْع ُضُه ْم ِلَبْع ٍض‬
‫ُس‬
‫َظِه ْيًر ا‬

Artinya : “Katakanlah wahai Rasul, "Sesungguhnya jika seluruh manusia


dan jin berkumpul untuk membuat sesuatu yang serupa dengan Al-
Qur`ān yang diturunkan kepadamu dari segi balagah atau sastranya,
keindahan susunannya, dan ketepatan penempatan lafal-lafalnya, mereka
tidak akan pernah sanggup membuat yang serupa dengannya sekalipun
mereka saling membantu dan menolong satu sama lain."

2. Segi Makna di Balik Pemilihan Bentuk Kata (Mufrad, Mutsanna dan


Jama’) dalam Alquran

Tentunya Allah swt dalam memilih diksi atau kata yang tepat adalah suatu
hal yang pasti dan tidak bisa diragukan lagi, kenapa tidak Dialah Yang
Maha mengetahui segalanya. Namun maksud pengungkapan rahasia pemilihan
diksi dalam Alquran ini adalah untuk menyelami keindahan bahasa Alquran
yang begitu teliti dalam menentukan kata yang dipakai agar bisa menjadi
pedoman bagi manusia dalam berbahasa serta mengungkapkan makna yang
tersirat di balik pemilihan kata tersebut. Ketika Alquran dibaca dengan seksama
dengan jalan mentadabburi ayat-ayatnya serta mendalami teks-teksnya maka
akan jelas terlihat bahwa ada beberapa lafaz yang selamanya diungkapkan
dalam bentuk tunggal, tidak ada bentuk dua dan jamaknya, seperti kata “Jannah”.
Kata “al-jannah” dalam Alquran disebutkan dalam 3 bentuk yaitu bentuk
tunggal “jannah”, bentukmusanna (dua) “jannatani” dan bentuk jamak
“jannat”.5
Ketika disebutkan dalam bentuk tunggal maka yang dimaksudkan
adalah jenis surga itu seperti dalam QS. Ali Imran/3 : 13

‫َو َس اِر ُعْٓوا ِاىٰل َم ْغِفَر ٍة ِّم ْن َّر ِّبْمُك َو َج َّنٍة َع ْر ُض َها الَّس ٰم ٰو ُت َو اَاْلْر ُۙض ُاِعَّد ْت ِلْلُم َّتِقَۙنْي‬
Artinya : Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan
kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk
orang-orang yang bertakwa.

Kemudian yang kedua diungkapkan dalam bentuk jamak “jannat”


ketika makna yang terkandung untuk menggambarkan berbagai macam

5
Haniah, Al Balaghah Al Arabiyah Studi Ilmu Ma’ani dalam Menyingkap Pesan Ilahi, (Makasar: Alaudin University
Press, 2013), hlm. 166-168
surga dan banyaknya nikmat yang ada di dalamnya. Seperti dalam QS. Al-
Taubah/10 : 72

‫ًة‬ ‫َط‬
‫ِّي‬ ‫َد الّٰل اْل ْؤ ِمِن اْل ْؤ ِم ٰن ِت ّٰن ٍت ْجَتِر ِم ْحَتِت ا اَاْل ٰه ٰخ ِلِد ِف ا ٰس ِك‬
‫ْي ْن َه ْن ُر ْيَن ْيَه َو َم َن َب ْيِف‬ ‫َج‬ ‫َو َع ُه ُم َنْي َو ُم‬
‫ࣖ ّٰن ِت ْد ٍن ۗ ِر ْض اٌن ِّم الّٰلِه َاْك ۗ ٰذ ِلَك اْلَف اْل ِظ‬
‫ُه َو ْو ُز َع ُم‬
‫ْي‬ ‫َبُر‬ ‫َج َع َو َو َن‬
Artinya : Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan
mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di
dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. Dan keridhaan
Allah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.

Alquran menggambarkan betapa banyak nikmat yang ada dalam surga sehingga kata
tersebut disebutkan dalam bentuk jamak “jannat”. Beda halnya dengan neraka yang di
dalamnya siksaan yang pedih maka Alquran hanya menyebutnya dalam bentuk tunggal “al-
nar” dan tidak pernah diungkapkan dalam bentuk jamak.

Kata “al-jannah” juga diungkapkan dalam bentuk musanna (dua) “jannatani” seperti
dalam QS. Al-Rahman/55: 46

Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua syurga

Ayat ini ditujukan kepada dua golongan yaitu manusia dan jin, seakan ingin
mengatakan bahwa bagi dua golongan di antara kalian yang takut saat menghadap Tuhannya
akan mendapatkan dua surga; yang satu untuk manusia yang satu lagi untuk jin.
3. Segi isyarat ilmiah

Pemaknaan kemukjizatan al-Quran dalam segi ilmiyyah adalah dorongan serta


stimulasi al-Quran kepada manusia untuk selalu berfikir keras atas dirinya sendiri dan alam
semesta yang mengitarinya. Al-Quran memberikan ruangan sebebas-bebasnya pada pergulan
pemikiran ilmu pengetahuan sebagaimana halnya tidak ditemukan pada kitab-kitab agama
lainnya yang malah cenderung restriktif. Pada khirnya teori ilmu pengetahuan yang telah
lulus uji kebenaran ilmiahnya akan selalu koheheren dengan al-Quran. Al-Quran dalam
mengemukakan dalil-dalil, argument serta penjelasan ayat-ayat ilmiah, menyebutkan isyarat-
isyarat ilmiah yang sebagaiannya baru terungkap pada zaman atom, planet dan penaklukan
angkasa luar sekarang ini. Diantaranya adalah :

1. “Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah
mereka tiada juga beriman?” (QS. Al-Anbiya’: 30). Dalam ayat ini terdapat isyarat
ilmiah tentang sejarah tata surya dan asal mulanya yang padu, kemudian terpisah-
pisahnya benda-benda langit (planet-planet), sebagian dari yang lain secara gradual.
Begitu juga di dalamnya terdapat isyarat tentang asal-usul kehidupan yaitu dari air.

2. “Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan)


dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan
sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (QS. Al-Hijr: 22) ayat ini
meberikan isyarat tentang peran angin dalam turunnya hujan begitu juga tentang
pembuahan serbuk bunga tumbuh-tumbuhan.

3. “Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam Keadaan bermacam-
macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka,” (QS. Al-
Zalzalah: 6) adanyan pemeliharaan dan pengabadian segala macam perbuatan
manusia di dunia. Dan jika ini dapat dilakukan manusia, maka pastilah itu jauh lebih
mudah bagi Allah

4. “Bukan demikian, sebenarnya Kami Kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya


dengan sempurna.” (QS. Al-Qiyamah: 4) dianatara kepelikan penciptaan manusia
adalah sidik jarinya. Ayat ini menyebtkan kenyataan ilmiah bahwa tidak ada jari-jari
tangan seorang manusia yang bersidik jari yang sama dengan manusia yang lainnya.6

6
Hamdani, Pengantar Studi Al-Quran, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya,2015), hlm.114
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
1. Pengertian I’jazul quran adalah Secara bahasa mu’jizat berasal dari kata
“a’jaza-yu’jizu-i’jaz” berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu
Memperlihatkan kebenaran nabi dalam pengakuannya kerasulannya dengan
cara membuktikan kelemahan orang arab dan generasi sesudahnya untuk
menandingi kemukjizatan Al-Qur’an
2. Aspek-Aspek I’Jazul Qur’an Dalam Kajian Ilmu Balaghah
a. Segi Bahasa
b. Segi Makna di Balik Pemilihan Bentuk Kata (Mufrad, Mutsanna dan
Jama’) dalam Alquran
c. Segi isyarat ilmiah
B. Saran
Demikian makalah ini penulis susun, semoga dapat memberi manfaat bagi
siapa saja yang membacanya. Tentulah penulis menyadari akan kekurangan dalam
makalah ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak demi perbaikan makalah yang akan datang
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Syadali & Ahmad Rofi’I, 1997 Ulumul Qur,an II ,Bandung: CV. Pustaka Setia

Hamdani, 2015 Pengantar Studi Al-Quran, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya
Haniah, 2013Al Balaghah Al Arabiyah Studi Ilmu Ma’ani dalam Menyingkap Pesan Ilahi,
Makasar: Alaudin University Press
https://republika.co.id/berita/qa7qfu320/kemukjizatan-alquran-ternyata-tak-hanya-dari-segi-
bahasa, diakses pada senin, 8 September 2022 pukul 23.00

Mana’ Quthon,,1974 Mabahis Ulumul Qur’an Surabaya : Al-Hidayah


Muhammad Gufron, 2013, Rahmawati,Ulumul Qur’an, Yogyakarta: Teras

Anda mungkin juga menyukai