ABSTRAK
1
Materi mentah sebagai pengantar diskusi rutin di Majelis Qur'anic Centre (QC) IAIN
Mataram Rabu Tanggal 17 Juni 2015 di Ruang QC IAIN Mataram.
2
Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Mataram dan Dosen Pascasarjana IAIN
Mataram.
1
PENDAHULUAN
3
M.Darwis Hude, Dkk, Cakrawala..h.4.
2
pembedaan pertama, lalu di sana ada pembedaan yang kedua, yaitu
terhadap huruf-huruf sehingga kita bisa menyimbolkan suara nun
dengan huruf nun, suara lam dengan simbol huruf lam. Disebabkan
karena ''nun' dan ''lam'' adalah dua huruf yang berbeda satu dengan
yang lainnya. Kemudian kita menyimbolkan keduanya dengan dua
simbol yang berbeda untuk membedakan perbedaan.4
Disebabkan karena dasar-dasar pengetahuan manusia adalah
kemampuan untuk membedakan pembedaan (qalam), yang pada
persepsi fua'adi mata berfungsi untuk membedakan warna, dimensi
bentuk yang menjadi kapasitasnya. Sedangkan telinga berfungsi untuk
membedakan suara sesuai dengan kapasitasnya pendengaran.5
Demikian juga indera-indera yang lain, lalu setelah itu muncul pikiran
abstrak dan pengetahuan mengenai hubungan abstrak antara sebagian
dengan sebagian yang lain, yang pertama kali adalah melalui media
bahasa lalu selanjutnya melalui media bahasa yang sifatnya abstrak,
bilangan dan symbol. 6
al-Qur'an menginformasikan bahwa salah satu media untuk
mengadakan pembedaan yang sangat berperan dalam bahasa abstrak
manusia adalah suara ''nun''. Yang demikian itu terdapat dalam
firmannya'' nun, demi al-qalam dan apa yang mereka tuliskan (Q.S.al-
Qalam: 1). Kita bisa melihat di dalam bahasa Arab, bentuk umum yang
merujuk kepada sesuatu yang berakal ataupun tidak berakal adalah
bentuk mim (ma) Q.S.an-Nahl: 49,'' dan kepada Allahlah apa (ma)
yang di langit dan apa (ma) yang di bumi bersujud. Lalu digunakanlah
''nun'' guna membedakan yang khusus untuk yang berakal yaitu
dengan kata ''man'' (Q.S.AL-Ra'd:15) ''dan kepada Allahlah siapa yang
(man) di langit dan siapa (man) di bumi bersujud baik dengan tunduk
4
M.Syahrur, al-kitab wa al-Qur'an: Dialektika Kosmos dan Manusia: Dasar-dasar
Epistimologi Qur'ani, terj. M.Firdaus, (Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia, 2004), cet.1.
h.150. Buku ini diterjemahkan dari bab kedua buku; M.Syahrur, al-Kitab wa al-Qur'an:Qira'ah
Mu'ashirah, (Damaskus: al-Ahali li Thiba'ah wa al-Nashr wa al-Tauzi',1991).
5
Abdul Muis, Komunikasi Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001) h. 23.
6
M.SYahrur, al-Qur'an wa al-Kitab... h.151.
3
atau terpaksa. Ma (huruf mim) adalah bentuk umum (sighah 'ammah)
yang telah digunakan secara historis. Sedangkan man adalah bentuk
khusus (sighah khassah) untuk yang berakal, yang muncul setelah ma
yang di dalamnya digunakan suara nun (ma-n). demikian juga nun
memainkan peran dalam membedakan antara laki-laki dengan
perempuan. Yang demikian itu adalah pada nun an-niswah (nun yang
digunakan untuk menunjukkan jamak perempuan). Antum adalah
bentuk umum untuk laki-laki dan perempuan yang muncul sejak awal.
Sedangkan antunna adalah bentuk kalimat yang khusus untuk
perempuan. Artinya bahwa mim al-jamâ'ah mendahului nun al-niswah
dalam penggunaan secara historis.7
Dengan demikian bahwa suara nun dalam konteks historisnya
mempunyai peran sangat besar untuk memberikan pembedaan ( al-
taqlim). Oleh sebab itulah suara nun diikuti dengan firman-Nya'' demi
al-qalam''. Dengan penambahan al-taqlim (pembedaan), maka
bertambahlah suara susunan dari segala dan inilah yang dinamakan
attashthir (pengkomposisian). Oleh sebab itulah dilanjutkan dengan
''wa ma yasthurun''. Yasthurûn muncul dari kata sathara yang dalam
bahasa Arab mempunyai asal yang mandiri, yang menunjuk kepada
makna keteraturan sesuatu (classification) atau dengan istilah Arab (al-
tashnif). Artinya bahwa al-qalam adalah membedakan sebagian dari
sesuatu dengan sebagian yang lain. Inilah yang diistilahkan dengan
identification. Lalu diikuti dengan menyusun segala sesuatu sesuai
dengan tempatnya, inilah yang dinamakan at-tashthir. Dari kata
sathara juga muncul kata al-usthurah (mitos) yaitu menyusun sebagian
dari segala sesuatu yang salah dengan sebagian yang lain, untuk
menghasilkan sebuah cerita. Oleh sebab itu dinamakan usthurah.
Suara nun bisa menambahkan pembedakan beberapa hal dari sebagian
yang lain, di samping juga menambahkan pembedaan ( al-taqlim) yang
7
Muhammad al-Damiry, al-Shihâfah fi Dhau'i al-Islâm, (Madinah: Maktabah al-
Islamiyah, 1403 H), cet. 1. h. 65.
4
membawa kepada adanya al-tashnif (penyusunan). Inilah yang
dikehendaki oleh Q.S. al-qalam: 1-2).8
Dalam konteks pemaknaan suara Nun tersebut menunjukkan
begitu pentingnya suara bacaan al-Qur'an, yang semestinya harus
dibaca sesuai dengan Lisan Arabiyyin Mubiin (dengan bahasa Arab
yang Jelas).
Lantas bagaimana jika al-qur'an dibaca dengan langgam bi lisaan
sasakiyyin mubiin wa jawiiyin mubin?
8
M.SYahrur, al-Qur'an wa al-Kitab…h. 207.
5
nagham terinspirasi dari nyanyian budak-budak kafir yang menjadi
tawanan perang. Kedua teori tersebut menegaskan bahwa lagu-lagu Al
Quran berasal dari khazanah tradisional Arab (tentu saja berbau
padang pasir). Dengan teori ini pula ditegaskan bahwa lagu-lagu Al
Quran idealnya bernuansa irama Arab. Sehingga apa yang pernah
ditawarkan Mukti Ali dalam sebuah kesempatan pertemuan ilmiah
tentang pribumisasi lagu-lagu al-Quran (misalnya menggunakan
langgam es lilin dan dandang gulo) tidak dapat diterima. Pada Masa
akhir ini sesuai dengan perkembangan maka melalui teori konvergensi
asal bersesuaian dengan nahgam Arab klasik.
Meski kedua teori tersebut hampir benar adanya tapi tetap saja
muncul permasalahan. Jika memang benar nagham al-Quran berasal
dari seni Arab lalu siapakah yang pertama kali mengkonversikannya
untuk lagu al-Quran? Sampai di sini ketidakjelasan. Dan lagi, jika
memang benar nagham al-Quran berasal dari nyanyian tentu dapat
direpresentasikan dalam not balok atau oktaf tangga nada. Tapi
kenyataannya tidaklah demikian, nagham al-Quran sangat sulit
ditransfer ke dalam notasi angka atau nada. Dan karena sifat
eksklusifisme inilah kemudian yang “memaksa” bahwa metode sima’i,
talaqqi, dan musyahafah merupakan satu-satunya cara dalam
mentransmisikan lagu-lagu al-Quran.
Pada zamannya, Rasulullah SAW adalah seorang qari’ yang
membaca al-Quran dengan suara indah dan merdu. Abdullah bin
Mughaffal pernah mengilustrsikan suara Rasulullah dengan
terperanjatnya unta yang ditunggangi Nabi ketika Nabi melantunkan
surah al-Fath. Para sahabat juga memiliki minta yang besar terhadap
ilmu nagham ini. Sejarah mencatat sejumlah sahabat yang berpredikat
sebagai qari’, di antaranya adalah: Abdullah Ibnu Mas’ud dan Abu Musa
Al Asy’ari. Pada periode tabi’in, tercatat Umar bin Abdul Aziz dan Safir
Al Lusi sebagai qari’ kenamaan. Sedangkan periode tabi’ tabi’in dikenal
nama Abdullah bin Ali bin Abdillah Al Baghdadi dan Khalid bin Usman
bin Abdurrahman.
6
Kendati di masa awal Islam sudah tumbuh lagu-lagu al-Quran,
namun perkembangannya tak bisa dilacak karena tak ada bukti yang
dapat dikaji. Hal ini dimungkinkan karena pada saat itu belum ada alat
perekam suara. Transformasi seni baca al-Quran berlangsung secara
sederhana dan turun temurun dari generasi ke generasi. Sejarah juga
tak mencatat perkembangan pasca tabi’in. Apresiasi terhadap seni al-
Quran semakin tenggelam seiring dengan semakin maraknya umat
Islam melakukan olah akal (berfilsafat), olah batin (tasawwuf), dan
olah laku ibadah (fiqh). Selain itu, barangkali ini yang paling mendasar
bahwa dibutuhkan kemampuan khusus untuk masuk dalam kualifikasi
qari’, terumata menyangkut modal suara. Modal ini lebih merupakan
hak perogratif Allah untuk diberikan kepada yang dikehendaki-Nya.
Pada abad ke-20, kedua model lagu tersebut masuk ke
Indonesia. Transmisi lagu-lagu tersebut dilakukan oleh ulama-ulama
yang mengkaji ilmu-ilmu agama di sana yang pulang ke tanah air untuk
mengembangkan ilmunya, termasuk seni baca al-Quran. Lagu Makkawi
sangat digandrungi di awal perkembangannya di Indonesia karena
liriknya yang sangat sederhana dan relatif datar. Lagu Makkawi
mewujud dalam barzanji. Beberapa qari’ yang menjadi eksponen aliran
ini adalah: KH Arwani, KH Sya’roni, KH Munawwir, KH Abdul Qadir, KH
Damanhuri, KH Saleh Ma’mun, KH Muntaha, dan KH Azra’i Abdurrauf.
Memasuki paruh abad 20, seiring dengan eksebisi qari’ Mesir ke
Indonesia, mulai marak berkembangan lagu model Mishri. Pada tahun
60-an pemerintah Mesir mensuplai sejumlah maestro qari’ seperti
Syeikh Abdul Basith Abdus Somad, Syeikh Musthofa Ismail, Syeikh
Mahmud Kholil Al Hushori, dan Syeikh Abdul Qadir Abdul Azim. Animo
dan atensi umat Islam Indonesia terhadap lagu-lagu Mishri demikian
tinggi. Hal ini disebabkan karakter lagu Mishri yang lebih dinamis dan
merdu. Keadaan ini cocok dengan kondisi alam Indonesia. Sejumlah
qari’ yang menjadi elaboran lagu Mishri adalah : KH Bashori Alwi, KH
Mukhtar Lutfi, KH Aziz Muslim, KH Mansur Ma’mun, KH Muhammad
Assiry, dan KH Ahmad Syahid.
7
Seni baca Al-Quran baru menampakkan geliatnya pada awal
abad 20 M yang berpusat di Makkah dan Madinah serta di Indonesia
sebagai negeri berpenduduk mayoritas Muslim yang sangat aktif
mentransfer ilmu-ilmu agama (termasuk nagham) sejak awal 19 M.
Hingga hari ini Makkah dan Mesir merupakan kiblat nagham dunia.
Masing-masing kiblat memiliki karakteristik tersendiri. Dalam makkawi
dikenal lagu Banjakah, Hijaz, Mayya, rakby, Jiharkah, Sikah, dan
Dukkah. Sementara pada Misri terdapat Bayyati, Hijaz, Shoba, Rashd,
Jiharkah, Sikah, dan Nahawand.
Nagham Yang sangat sering ditampilkan Qari /Qari’ah dimasa
kini: 1. Nagham bayati yang terdiri dari bayati qoror, bayati nawa,
bayati jawab, bayati jawabul jawab. 2. Nagham shaba yang terdiri dari
shoba Asli, shoba jawab, shoba ajami salalim su’ud, shoba ajami
salalim nuzul. Shoba bastanjar. 3. nagham Hijaz yang terdiri dari hijaz
asli, hijas kard, hijaz kard-kurd, hijaz kur. 4.Nagham nahawand yang
terdiri nahawand asli , nahawand usysyaq. 5. Naghan sikka yang terdiri
diri sikka asli,sikka ramal, sikka misri, sikka turk. 6. Naghan ras yang
terdiri dari ras asli, ras alan nawa, ras syabir.
Nagham ini bisa dikembangkan dengan bermacam variasi, yang
dikembangkan dengan banyak mendengarkan bacaan Syaiekh
Mustofha Ismail, Syeikh Mustofha Ghalwas dan lainnya dan juga
dengan banyak mendengarkan lagu-lagu padang pasir dari sumber
aslinya, seperti lagu-lagu Ummi Kulsum, Muhammad Abdul Wahhad
dan lainnya. Kita dapat mengembangkan sendiri dan bisa juga dengan
memasukkan irama lainnya yang munasabah (sesuai).
8
Pro-kontra di kalangan ummat Islam seputar Langgam bacaan di luar
yang tersepakati saat ini, dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok:9
Syeikh Ali Bashfar memberikan kritik dan catatan terkait video muratal
dengan lagu Dandanggulo macapat Jawa tersebut yang dibacakan oleh
Muhammad Yaser Arafat.
9
Lihat di website tentang langgam bacaan Jawa atau Nusantaran pada berikut ini: »
Soal Bacaan Qur’an Dengan Langgam Jawa, NU Garis Lurus Kecam Keras Menag
http://www.nugarislurus.com/2015/05/soal-bacaan-quran-dengan-langgam-jawa-nu-garis-
lurus-kecam-keras-menag.html#ixzz3bP8j42GL NUGarisLurus;Menag minta masyarakat tak
saling salahkan soal tilawah langgam Jawa Ketum PBNU: Tilawah langgam Jawa boleh asal
tidak mengurangi tajwid Menteri Agama pastikan baca Alquran berlanggam Jawa atas izin
ulama PKS nilai baca Alquran berlanggam Jawa tak masalah Intelektual NU: Tak ada dalil
baca Alquran wajib berlanggam Arab Habib Rizieq: Jokowi dan menteri agama, tobat atau
lengser! 'Tilawah Alquran langgam Jawa sah selama hukum bacaannya benar.
10
Seperti dikutip dari Fimadani, Ahad (17/05),
9
mereka (masyarakat) dengar ini al-Qur'an atau tembang-tembang
hiburan yang diciptakan manusia.11
11
Zainul Majdi, Larang baca Al-qur'an Langgan Sasak, Radar Lombok edisi Senin 15
Juni 2015. keterangan ini disampaikan di saat Launching Buku Biografi Lalu Mudjitahid yang
diawali dengan pembacaan kalam Ilahi oleh Ustaz Saprianto dengan Langgam Sasak.
12
Republika Edisi Ahad 17-5-2015 tentang bacaan langgam Jawa.
10
kata dan qafiyahnya, bunyi-bunyi di akhir bait. Bahkan sekaligus
mengandung pula misi dalam isi jenis langgam itu. Ketika jenis lagunya
Dandanggulo maka ya hanya angan-angan manis. Lantas, ketika
ternyata untuk melagukan Ayat-ayat Al-Qur’an, berarti sama dengan
“memerkosa” ayat Allah untuk diresapi sebagai angan-angan manis
belaka. Betapa celakanya! Lantas nanti ketika membaca al-Qur’an
dengan langgam jenis lainnya, misalnya Durmo (sindiran untuk orang
songong, tak peduli totokromo/ tatakrama), bagaimana kalau itu untuk
membaca ayat-ayat tentang Keagungan Allah Ta’ala? Perlu diketahui,
tatacara melagukan dan menyusun bait-bait syair lagu langgam Jawa
itu mirip dengan ilmu ‘Arudh wal qawafi dalam Sastra Arab. Kalau
dalam Langgam Jawa ada Dandanggulo (yang ketika disebut jenis itu)
maka mencakup isinya bermakna sekitar angan-angan manis. Irama
lagu nyanyiannya sudah tertentu, termasuk panjang pendeknya, jumlah
bait syairnya, huruf-huruf akhir baitnya dan sebagainya.
وض َو َنل َع ُب ُقل َأ ِبأ َّ َِّلل َو َء َأي ِت ِهۦ َو َر ُسو ِل ِهۦ ُك ُنتمُ َو َل ِئن َس َأل َت ُهم َل َي ُق ُول َّن ِإ َّن َمأ ُك َّنأ َن ُخ
ُ ََل َتع َتذ ُر ْوأ َقد َك َفرُتم َبع َد إ َيم ِن ُكم إن َّنع ُف َعن َطأ ِئ َفة م٦٥ ون
نكم ُن َع ِذب َطأ ِئ َف َة َ َتس َتهز ُء
ِ ِ ِ ِ ْ ِ َّ َ
َ
]٦٦-٦٥, [سورة ألتوبة٦٦ ِبأن ُهم كأنوأ مج ِر ِمين ُ ُ َ
Dan satu hal yang sangat perlu diingat, Langgam Jawa Dandanggulo,
Durmo dan sebagainya itu hanya bisa digunakan untuk tembang alias
nyanyian. Maka ketika disuarakan, walau yang disuarakan itu Al-Qur’an,
kesannya ya tetap nyanyian. Jadi sama dengan membanting ayat suci
11
menjadi nyanyian belaka. Apakah setega itu kita mau memperlakukan
ayat-ayat Allah Ta’ala?
Dari Auf bin Malik dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,bersabda: Aku khawatir atas
kamu sekalian enam: pemerintahan orang-orang yang bodoh, penumpahan darah, jual
hukum, memutus (tali) persaudaraan/ kekerabatan, generasi yang menjadikan Al-Qur’an
sebagai nyanyian, dan banyaknya polisi (aparat pemerintah, yang berarti banyak
kedhaliman). (HR Thabrani, shahih menurut Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ hadits no. 216)
ل َومَا إِمَار َُة الس َفهَا ِء َ ِن إِمَا َر ِة الس َفهَا ِء َقا ُ َّ ك
ْ َّللا م َ ج َر َة أَ َعا َذ
ْ ن ُع َ لل
ِ ِك ْعبِ ْب َ م َقا َ ََّسل
َ هو ُ َّ ي صَلَّى
ِ َّللا َعلَ ْي َّ ِن ال َّنب َّ َأ
ْ ُ َ َ َ َ َ ُ ُ
ِْهم ْ ُ
ِ ذبِ ِهم وَأ َعانَهم َعلى ظلم ْ ِ صدقهم بِك ْ ُ َّ ْ َّ ُ َ ْ َ ْ َ ُ
َ ل أ َمرَاء يَكونون بَعدِي َل يَقتَدون بِهَديِي وََل يَستَنون بِسنتِي فمَنْ َ ْ َ ُ ُ َ َقا
م ْ ِه ْ ُ
ِ م َعلى ظلم َ ُ ُ
ْ م ي ِع ْنه َ
ْ م وَلْ ذبِ ِه َ
ِ م بِك ُ ْ
ْ م يصَدِقه ُ ْ َن ل َ ْ ح ْوضِي َوم َ ي َ ُ َ
َّ م وََل يَرِدوا َعل ُ ُ
ْ ست ِم ْنه َ
ْ ك ل ْيسوا مِنِي وَلُ َ َ َِف ُأولئ
َ
َّ ََسيَرِ ُدوا َعل ْ ك مِنِي وَأَنَا ِم ْن ُه ُ
ح ْوضِي َ ي َ م و َ ِ األلباني َفأولَئ: جابر بن عبدهللا المحدث: الراوي
صحيح لغيره: خالصة حكم المحدث2242 : صحيح الترغيب الصفحة أو الرقم: المصدر
Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Ka’b bin’ Ujroh,
“Semoga Allah melindungimu dari pemerintahan orang-orang yang bodoh”, (Ka’b bin ‘Ujroh
Radliyallahu’anhu) bertanya, apa itu kepemerintahan orang bodoh? (Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam) bersabda: “Yaitu para pemimpin negara sesudahku yang tidak mengikuti
petunjukku dan tidak pula berjalan dengan sunnahku, barangsiapa yang membenarkan
mereka dengan kebohongan mereka serta menolong mereka atas kedholiman mereka maka
dia bukanlah golonganku, dan aku juga bukan termasuk golongannya, mereka tidak akan
datang kepadaku di atas telagaku, barang siapa yang tidak membenarkan mereka atas
kebohongan mereka, serta tidak menolong mereka atas kedholiman mereka maka mereka
adalah golonganku dan aku juga golongan mereka serta mereka akan mendatangiku di atas
telagaku. (Musnad Ahmad No.13919, shahih lighairihi menurut Al-Albani dalam Shahih at-
Targhib).
14
www. fatwaazhar.com diakses tanggal 20 Mei 2015, tentang langgam bacaan
dalam al-Qur'an.
12
Kedua: al-qur'an itu bukan hanya diturunkan orang Arab saja namun
untuk seluruh umat islam.
15
Dekan Fakultas Dakwah dan Ushuluddin Universitas Al-Azhar Cairo Mesir.
lihat Berikut ini penjelasannya seperti merdeka.com lansir dari quraishshihab.com,
16
13
orang Bugis, dan lain-lain, maka bukankah itu lebih baik selama
ketentuan bacaan telah terpenuhi?
Hadits tersebut kalaupun dinilai shahih, maka itu bukan berarti bahwa
langgam selain langgam Arab beliau larang. Bukankah beliau
menganjurkan untuk membaca dengan baik dan indah, apalagi
sementara pakar hadits menilai riwayat yang diriwayatkan oleh an-
Nasaiy al-Baihaqy dan at-Thabarani di atas lemah karena dalam
rangkaian perawinya terdapat Baqiyah bin al-Walid yang dikenal lemah
dalam riwayat-riwayatnya.
17
Koran Republika, Edisi 12 April 2015, Tentang Rektor IIQ Membolehkan langgam
Jawa.
18
akun twitternya @lukmansaifuddin, Minggu (17/5/2015).
14
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Muis, Komunikasi Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001)
M.Syahrur, al-kitab wa al-Qur'an: Dialektika Kosmos dan Manusia:
Dasar-dasar Epistimologi Qur'ani, terj. M.Firdaus, (Bandung: Yayasan
Nuansa Cendekia, 2004), cet.1.
M.Syahrur, al-Kitab wa al-Qur'an:Qira'ah Mu'ashirah, (Damaskus: al-
Ahali li Thiba'ah wa al-Nashr wa al-Tauzi',1991).
Muhammad al-Damiry, al-Shihâfah fi Dhau'i al-Islâm, (Madinah:
Maktabah al Islamiyah, 1403 H), cet. 1.
http://www.nugarislurus.com/2015/05/soal-bacaan-quran-dengan-
langgam-jawa-nu- garis-lurus-kecam-keras-
menag.html#ixzz3bP8j42GL NUGarisLurus
Republika Edisi Ahad 17-5-2015 tentang bacaan langgam Jawa.
Musnad Ahmad No.13919, shahih lighairihi menurut Al-Albani dalam
Shahih at-Targhib).
www. fatwaazhar.com diakses tanggal 20 Mei 2015, tentang langgam
bacaan dalam al-Qur'an.
15
merdeka.com lansir dari quraishshihab.com, Rabu
(20/5)www.quraishshihab.com, Rabu 20/5 tentang hukum bacaan
langgam Jawa.
Koran Republika, Edisi 12 April 2015, Tentang Rektor IIQ Membolehkan
langgam Jawa.
Zainul Majdi, Larang baca Al-qur'an Langgan Sasak, Radar Lombok
edisi Senin 15 Juni 2015.
16