Anda di halaman 1dari 25

DEMOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 6 KUBU


DWI NURFIA CHRISDIANTO
( 2224100713 )
Abstrak
Kata Kunci : Demotivasi, Belajar Siswa, Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam,

BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan bagian penting dalam mendukung pemerintah
mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan dimulai dengan proses pembelajaran,
dimana terjadi interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Jika tujuan
pembelajaran tercapai, proses pembelajaran dianggap berhasil. Berhasil tidaknya
suatu tujuan yang ditetapkan dalam pembelajaran sangat bergantung dari proses
pelaksanaan pembelajaran itu ( Astuti, D., Susilo, G., Hariyati, T., & Indah Sari, N.
2018).
Keberhasilan peserta didik dalam belajar pada suatu Sekolah di pengaruhi
oleh beberapa faktor, di antaranya ialah minat belajar peserta didik, minat belajar
merupakan unsur utama dalam keberhasilan belajar peserta didik. Dengan adanya
minat belajar maka proses belajar mengajar berjalan lancar. Minat timbul apabila
individu tertarik pada sesuatu, karena sesuai dengan ada kebutuhannya atau
merasakan bahwa sesuatu yang akan di pelajari di rasakan berarti bagi dirinya dan
peserta didik berniat untuk mempelajarinya. (Marti’in, 2019).
Keberhasilan siswa dalam suatu proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
bagaimana cara siswa tersebut dalam mengikuti proses pembelajaran. Dibandingkan
dengan siswa tanpa gaya belajar efektif, siswa dengan gaya belajar efektif dapat
memperoleh nilai atau prestasi yang lebih baik (Kazmi, 2016). Siswa dituntuk untuk
mampu belajaran secara aktif dalam setiap kegiatan yang dilakukannya.
Pemberlajaran aktif yang dimaksud yaitu pembelajaran yang menuntut siswa agar
aktif membangun pengetahuannya sendiri melalui berbagai kegiatan yang ada saat
proses pembelajaran itu berlangsung (Hanik & Harsono, 2020).
Demotivasi merupakan kajian dari psikologi belajar yang kaitannya mudah
kita sebut dengan motivasi. Ia merupakan suatu gejala atau fenomena dimana proses
motivasi tersebut terhambat oleh banyak hal.
Demotivasi ini sangat penting dikaji, untuk mengatasi salah satu kendala
serius dalam pembelajaran. Karena sebenarnya motivasi memiliki kontribusi besar
dalam menumbuhkan minat pembelajar. Motivasi adalah konsep yang sering muncul
dalam pembicaraan sehari-hari. Motivasi dapat dideskripsikan sebagai kekuatan
pendorong yang memberikan energi dan mengarahkan perilaku manusia (Jenni
Muhonen, Second Language Demotivation: Factors That Discourage Pupils From
Learning The English Language, (University Of Jyvaskyla, 2004)). Oleh karena itu,
dalam konteks pembelajaran motivasi memegang peranan penting dalam mendorong
dan menumbuhkan minat pembelajar
Motivasi dapat menentukan berhasil atau tidaknya proses belajar yang di
lakukan oleh peserta didik. karena belajar tanpa adanya motivasi maka akan sulit
memperoleh hasil belajar yang optimal. Pengalaman dan pengamatan sehari - hari
terhadap peserta didik yang memiliki karakteristik berbeda - beda tentu akan
menghasilkan asumsi yang berbeda pula. Dalam hal ini guru akan mengamati
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. dimana siswa yang
memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih cendrung aktif dalam kegiatan
pembelajaran, begitupun sebaliknya dengan siswa yang memiliki motivasi rendah
dalam belajar tentu cendrung pasif saat kegiatan pembelajaran. Sehingga bisa jadi
siswa yang sebenarnya memiliki kemampuan yang cukup tinggi akan gagal apabila
tidak memiliki motivasi belajar yang cukup tinggi pula. Namun dalam hal ini guru
tidak boleh hanya menyalahkan siswa, sebab mungkin saja guru yang tidak mampu
untuk membangkitkan motivasi belajar siswa (Muhammad Sururuddin , Nirmala
Prihatini, 2018).
Penelitian mengenai Rendahnya minat Belajar Siswa telah banyak di lakukan.
Ada beberapa isu penting yang telah dibicarakan dalam penelitian - penelitian
tersebut. Dari laporan - laporan yang di telusuri, penelitian mengenai Rendahnya
Minat Belajar Siswa ini dapat di petakan menjad dua kecendrungan. Pertama,
Penelitian mengenai tentang Analisis Faktor Penyebab Rendahnya Motivasi Belajar
Siswa di Sekolah selama Pembelajaran Daring (An Nisa Puthree, Dewi Widiana
Rahayu, Muslimin Ibrahim, M. Syukron Djazilan, Tanjung, Rapita., Ritonga,
Tamin., & Siregar, Eva Yanti. 2021, Muhammad C. Moslem, Mumu Komaro ,
Yayat. 2019, Nur Fauziyatun N 2014 ). Hasil temuan yang dipaparkan menunjukkan
Cara meningkatkan motivasi belajar siswa selama pembelajaran daring yaitu
mengoptimalkan peran orang tua dan guru yang sama-sama menjadi pendidik hanya
saja berbeda tempatnya, orang tua mendidik di rumah sedangkan guru mendidik di
sekolahan. Kedua, Penelitian mengenai Rendahnya Motivasi Belajar Siswa Dalam
Proses Pembelajaran (Ridha Sabrina, Fauzi, M. Yamin, 2017, Muh. Syahid Surahman
2022). Penelitian ini membahas tentang mengangkat permasalahan mengenai factor
- faktor apa saja yang menjadi penyebab rendahnya motivasi belajar siswa dalam
proses pembelajaran matematika.
Berdasar pada kecenderungan - kecenderungan di atas penelitian ini penting
di lakukan sebagai kebutuhan untuk mengungkapkan Kurangnya motivasi belajar
siswa di Sekolah. Melalui Demotivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam Di SMP Negeri 6 Kubu. Untuk itu diperlukan suatu upaya
dalam rangka meningkatkan motivasi belajar peserta didik dengan cara mengetahui
berbagai faktor penyebab rendahnya motivasi belajar siswa yang bertujuan untuk
dapat memulihkan motivasi belajar pada siswa.
B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada isu Demotivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam Di SMP Negeri 6 Kubu. Secara lebih detail, focus
penelitian ini dapat dijabarkan dalam pertanyaan-pertanyaan sebgai berikut:
1. Bagaimana wujud Demotivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam Di SMP Negeri 6 Kubu.
2. Mengapa terjadi Demotivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam Di SMP Negeri 6 Kubu.
3. Bagaimana dampak Demotivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam Di SMP Negeri 6 Kubu.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus dan pertanyaan penelitian diatas, penelitian ini bertujuan
untuk mendalami Demotivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam Di SMP Negeri 6 Kubu. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menjelaskan wujud dari Demotivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam Di Smp Negeri 6 Kubu.
2. Menjelaskan alasan pentingnya Demotivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam Di Smp Negeri 6 Kubu.
3. Menjelaskan seperti apa dampak Demotivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam Di Smp Negeri 6 Kubu.
D. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi sebagai masukan bagi
lembaga-lembaga pendidikan yang berguna meningkatkan mutu pendidikan,
khususnya bagi para Pendidik, agar dapat mengembangkan pengajaran
Pendidikan Agam Islam dengan pembelajaran yang lebih inovatif dan
menyenangkan bagi siswa.
b. Secara Praktis
Ada tiga macam pemikiran. Pertama, bagi guru tentang pentingnya
memahami penyebab Demotivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agam Islam. kedua, bagi siswa agar dapat meningkatkan minat dan
mengembangkan aktivitas Pembelajaran pada mata Pelajaran Pendidikan Agam
Islam. ketiga, bagi penulis sendiri sebagai penambah wawasan tersendiri.
E. KAJIAN PUSTAKA
Berdasarkan proses kajian pustaka, terdapat beberapa karya ilmiah yang terkait
dengan kajian ini, diantaranya adalah:
Penelitian yang dilakukan oleh Syawaluddin Hanafi (2011), Program
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, tesis dengan judul “Motivasi Belajar Siswa pada
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah Manongkoki
Kabupaten Takalar Propinsi Sulawesi Selatan”. Latar belakang penelitian tersebut
tertulis bahwa guru banyak menjumpai peserta didik yang kurang memiliki motivasi
belajar sehingga prestasi akademiknya tidak sesuai dengan harapan, dan penelitian
tersebut fokus pada motivasi belajar peserta didik dengan rumusan masalah “faktor-
faktor yang mempengaruhi motivasi belajar peserta didik terhadap pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Manongkoki Kabupaten Takalar Sulawesi
Selatan”. Hasil penelitian tersebut secara garis besar, motivasi memiliki peran yang
sangat signifikan dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik, di dalamnya
terdapat faktor motivasi yang berperan, faktor utamanya terdapat pada metode
pembelajaran yang digunakan dalam menyajikan materi SKI. Diketahui bahwa
metode pembelajaran sebagai salah satu faktor motif ekstrinsik yang digunakan
sudah tepat meskipun masih memiliki banyak kekurangan dan tidak variatif. Faktor
motivasi ekstrinsik lainnya yang sangat mendukung dan perlu untuk diperhatikan
oleh pendidik adalah pendekatan pada lingkungan masyarakat dan orang tua peserta
didik, pemberian hadiah, sanksi dan hukuman, sekaligus jalinan komunikasi antara
pendidik dan peserta didik (Syawaluddin Hanafi, Tesis “Motivasi Belajar Siswa pada
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah Manongkoki
Kabupaten Takalar Propinsi Sulawesi Selatan”, (Yogyakarta: Program Pascasarjana
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011), hlm ix). Titik perbedaan dalam penelitian
ini, yaitu mengenai demotivasi, yang mempengaruhi melemahnya motivasi atau
penghambat motivasi yang dikhususkan dalam pembelajaran bahasa Arab.
Karya ilmiah yang kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Faris Keblawi
(2014), University of Aberdeen, Al-Maktoum Institute for Arabic and Islamic
Studies, Jurnal yang berjudul “Demotivation Among Arabic Learners of English as
a Foreign Language”. Secara garis besar, penelitian tersebut menyatakan bahwa
banyak penelitian telah dilakukan pada motivasi belajar bahasa tetapi kurang pada
demotivasi diantara peserta didik pada umumnya dan bahasa kedua peserta didik
pada khususnya. Penelitian tersebut meminta 294 remaja Arab yang belajar bahasa
Inggris sebagai bahasa asing di Israel untuk menulis tentang faktor-faktor yang
mendemotivasi mereka. Tindak lanjut wawancara dengan 25 peserta didik serta 10
guru bahasa Arab-Inggris dilakukan untuk memberikan lebih banyak wawasan ke
dalam fenomena yang diteliti. Data menunjukkan bahwa guru bahasa Inggris dirujuk
secara langsung dan tidak langsung oleh hampir separuh peserta didik. Tanpa diduga,
data juga mengungkapkan bahwa sekitar setengah responden mengacu pada aspek
bahasa Inggris yang menurunkan motivasi mereka seperti kesulitan dengan tata
bahasa dan kosa kata (Faris Keblawi, “Demotivation among Arab learners of English
as a foreign language”,(University of Aberdeen: Jurnal Al-Maktoum Institute for
Arabic and Islamic Studies, 2005), hlm.49). Titik persamaan dengan penelitian ini
yaitu pada obyek penelitian tentang demotivasi dan pembelajaran bahasa kedua, akan
tetapi disini juga terdapat perbedaan, yaitu penelitian ini bersumber data dari peserta
didik yang berdomilisi dan asli orang Indonesia yang sedang belajar dan
mempelajari bahasa Arab, bukan pada orang Arab yang sedang belajar dan sedang
mempelajari bahasa Inggris.
Karya ilmiah yang ketiga yaitu penelitian yang dilakukan oleh Olha
Halushchack dan Mykhailo Halushchak (2016), Jurnal dengan judul “The Causes of
Appearance and Ways of Staff’s Demotivation Solving in Organizations”. Secara
garis besar, penelitian ini menyatakan bahwa pada tahap pertama demotivasi,
karyawan merasa tidak nyaman, tetapi tidak dapat mengetahui penyebabnya, tingkat
aktivitas manajemen yang tidak sesuai, organisasi tenaga kerja yang tidak
memuaskan di tempat kerja, dan ketidakmungkinan untuk memuaskan kepentingan
pribadi. Tahap berikutnya ditandai oleh ekspresi ketidakpuasan oleh karyawan yang
kehilangan motivasi: ketidaksepakatan untuk melakukan tugas-tugas tertentu dari
pemimpin atau kinerja tugas dengan cara sendiri, pemenuhan parsial tanggung jawab
fungsional, perilaku agresif dan ketidak puasan sistem motivasi dalam organisasi
(Olha Halushchack dan Mykhailo Halushchak, “The Causes of Appearance and
Ways ofStaff’s Demotivation Solving in Organizations”, (Jurnal: Socio-Economic
Problems and The State,14 (1), 2016), hlm. 140). Penelitian tersebut merupakan
factor dan proses demotivasi staf pemecahan dalam organisasi bukan pada
pembelajaran bahasa Arab seperti yang terurai jelas pada tujuan penelitian ini.
Karya ilmiah yang keempat yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ferdian
Utama (2016), dengan judul “Peningkatan Motivasi Belajar Anak melalui
Keteladanan Guru dan Pola Asuh Orang Tua di TK Sultan Agung Yogyakarta”. Latar
belakang penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat kegelisahan mengenai
motivasi belajar anak yang kian hari semakin menurun, sedangkan hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa keteladanan yang dilakukan guru dalam peningkatan
motivasi belajar anak adalah dengan selalu mencontohkan dari materi yang akan
disajikan, memberikan keteladanan perkataan dan perbuatan yang baik, dan
menceritakan cerita dari tokoh nabi dan rasul, selalu mengucapkan salam, berdo’a
ketika memulai pembelajaran, memberikan pola asuh demokratis terhadap anak, dan
memberikan hadiah kepada anak. Keseluruhannya mendapatkan keberhasilan sesuai
yang diharapkan oleh guru dan orang tua, baik berupa karya anak maupun semangat
anak dalam belajar, dan prestasi-prestasi yang diraih oleh anak (Ferdian Utama, Tesis
“Peningkatan Motivasi Belajar Anak melalui Keteladanan Guru dan Pola Asuh
Orang Tua di TK Sultan Agung Yogyakarta”, (Yogyakarta: Program Pascasarjana
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016), hlm vii). Penelitian tersebut menyatakan
bahwa terdapat kegelisahan terhadap motivasi belajar anak, hal ini menjadi suatu titik
persamaan. Namun, di dalamnya juga terdapat perbedaan bahwa penelitian ini
dilakukan untuk menggali informasi lebih mendalam mengenai demotivasi peserta
didik dalam pembelajaran bahasa Arab.
Kesimpulan penelitian - penelitian tersebut, Demotivasi Belajar Siswa,
khususnya Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 6 Kubu
masih sangat sedikit mendapat perhatian, kebanyakan mengenai motivasi dan
prestasi belajar, sehingga demotivasi ini masih diperlukan penelitian yang lebih
mendalam.

F. KAJIAN TEORI
1. Demotivasi
Demotivasi atau Amotivasi adalah suatu gejala kemunculan rasa malas
atau kurang memiliki motivasi dalam belajar. Salah satu faktor utama demotivasi
di ranah pendidikan terjadi karena peserta didik kurang memahami pentingnya
belajar, atau kurang melihat nilai positif dari belajar.
Konsep motivasi diperkenalkan oleh Deci dan Ryan (1985). Dalam
definisi mereka, demotivasi relatif mengacu pada tidak adanya motivasi yang
tidak disebabkan oleh kurangnya minat awal melainkan oleh perasaan individu
jika tidak kompeten dan ketidakberdayaan saat menghadapi aktivitas. Dengan
demikian, peristiwa yang memotivasi adalah peristiwa yang terjadi dalam diri
seseorang yang menandakan ketidak mampuannya untuk menguasai beberapa
situasi atau peristiwa (1985:110). Singkatnya, amotivasi mengacu pada
kurangnya motivasi dan pembelajar yang termotivasi adalah seseorang yang
berpikir 'tidak ada gunanya saya mengejar ini'.
Amotivasi dapat berasal dari berbagai sumber. Vallerand (1997, seperti
dikutip dalam Dörnyei 2001) telah menemukan empat alasan mengapa pembelajar
menjadi tidak termotivasi. Pertama, seorang pembelajar berpikir dia tidak
memiliki kemampuan. Kedua, seorang pembelajar tidak berpikir bahwa strategi
yang harus diikuti cukup efektif. Ketiga, seorang pembelajar berpikir bahwa usaha
diperlukan untuk mencapai hasil terlalu berlebihan. Keempat, pembelajar merasa
tidak berdaya berpikir bahwa usahanya tidak penting mengingat besarnya tugas
untuk dicapai.
Demotivasi adalah sejumlah pengaruh negatif yang dapat menggagalkan
motivasi yang sedang tumbuh. Seorang pembelajar yang mengalami demotivasi
adalah seseorang yang pernah termotivasi namun kemudian kehilangan komitmen
atau minat belajarnya dikarenakan beberapa alasan. ( Dornyei dan Ushioda,
2010:138)
Demotivasi dapat berkembang menjadi amotivasi (Dörnyei 2001), yaitu
serangkaian pengalaman yang mendemotivasi dapat menyebabkan kerugian total
motivasi, yaitu amotivasi. Ambil, misalnya, seorang pelajar yang guru bahasa
Inggrisnya terus mempermalukannya dengan sengaja. Mungkin saja karena ini
mendemotivasi pengalaman, pelajar ini secara bertahap kehilangan minat dalam
bahasa.
Namun, jika demotivasi tidak ada lagi karena alasan, tingkat motivasi bisa
kembali normal. Misalnya, pembelajar yang dijelaskan di atas bisa mendapatkan
kembali dirinya minat dalam bahasa Inggris jika guru pengganggu diganti dengan
orang lain.
Dörnyei (2001) menunjukkan bahwa demotivasi tidak berarti bahwa
pembelajar telah kalah motivasinya sepenuhnya. Sebaliknya, pengaruh positif itu
awalnya dibuat dasar motivasi perilaku masih bisa ada. Contohnya, seorang
pembelajar mungkin masih sangat termotivasi untuk belajar bahasa Inggris,
karena ini adalah dunia yang penting bahasa, bahkan jika gurunya, katakanlah,
tidak kompeten atau jahat. Ketika sebuah pembelajar telah kehilangan
motivasinya sama sekali yang mengacu pada amotivasi (dibahas di atas).
Perbedaan antara kedua konsep terkait ini adalah ketika sebuah pembelajar yang
termotivasi adalah seseorang yang telah menemukan harapan hasil umum tidak
realistis untuk beberapa alasan, pembelajar yang terdemotivasi adalah seseorang
yang motivasinya mengalami penurunan karena beberapa faktor eksternal.
2. Pengertian Belajar
Istilah belajar erat kaitannya dengan pembelajaran. Pembelajaran secara
etimologi berasal dari bahasa Inggris disebut sebagai instruction. Istilah
instruction bermakna upaya yang membelajarkan seseorang atau kelompok orang
melalui berbagai upaya, strategi, metode, dan pendekatan yang mengarah pada
tujuaniyang telahidirencanakan. Pembelajaran juga bermakna sebagai kegiatan
guru secaraiterprogram dalam desain instruksional untuk membuat peserta didik
belajar secaraiaktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar (Abdul
Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2016), h. 4).
.Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Kementerian
Pendidikan Nasional, UU. No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2006) ).
Sementara itu, menurut AECT (Association for Educational
Communication and Technology) bahwa pembelajaran atau instructional adalah
bagian dari pendidikan. Pembelajaran merupakan suatuisistem yang di dalamnya
terdiri dari komponen-komponen sistem instruksional yaitu komponen pesan,
orang, bahan, peralatan, iteknik, dan latar atau lingkungan (Abdul Majid, Strategi
Pembelajaran, h. 5).
Para ahli atau pakar memberikan definisi tentang pembelajaran yaitu:
menurut Corey pembelajaran adalah suatu proses ‚lingkungan seseorang secara
sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut dalam tingkah laku tertentu.
Pembelajaran merupakan subjek khusus dari pendidikan.‛ Sementara itu, menurut
Mohammad Surya bahwa pembelajaran adalah ‚proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.‛ Sedangkan menurut Oemar Hamalik mengatakan bahwa
pembelajaran adalah ‚kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan, prosedur yang mempengaruhi dalam mencapai
tujuan pembelajaran.‛ Terakhir menurut Gagne dan Brigga bahwa ‚pembelajaran
adalah rangkaian peristiwa (events) yang mempengaruhi pembelajaran sehingga
proses belajar mengajar berlangsung dengan mudah ( Abdul Majid, Strategi
Pembelajaran, h.4).
Menurut Sardiman menyebutkan istilah pembelajaran dengan interaksi
edukatif. Interaksiiedukatif yang dimaksud adalah interaksi yang dilakukan secara
sadar dan mempunyai tujuan untuk mendidik dalam rangka mengantarkan peserta
didik menjadi pribadi yang cakap serta dewasa secara fisik dan mental.
Pembelajaran merupakaniproses yangimembimbing pesertaididik dalam
kehidupannya, yakni membimbing dan mengembangkan diri sesuai dengan tugas
perkembanganiyang harus di jalani (Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi dalam
Belajar dan Mengajar (Jakarta; Rajawali Pers, 2018), h. 24).
Dari pendapat Sardiman di atas, dapat dipahami bahwa pembelajaran
sebagai suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing,
membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar.
Pembelajaran berkenaan dengan kegiatan bagaimana guru mengajar serta
proses peserta didik belajar. Dalam hal ini pembelajaran merupakan suatu
kegiatan yang di sadari dan di rencanakan yang menyangkut tiga hal yaitu
perencanaan, pelaksanaan idan evaluasi ( R. Ibrahim dan Nana Syaodih S,
Perencanaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta,2010), h. 50). Selanjutnya
menurut Sudjana pembelajaran adalah proses yang diatur sedemikian rupa
menurut Langkah-langkah tertentu agar pelaksanaannya mencapai hasil yang di
harapkan (Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar
Baru Algensindo,2002), h. 136).
Untuk memperoleh pengertian yang objektif tentang belajar, terutama
belajar dusekolah. Perlu dirumuskan secara jelas tentang pengertian belajar.
Pengertian belajar sudah banyak dikemuhkan oleh para ahli psikologi termasuk
ahli psikologi pendidikan.
Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupahkan suatu proses
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam
seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefenisikan sebagai
berikut:
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan., (Ahmad. Sabir, Setrategi
Belajar Mengajar (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hal. 2).
3. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum membahas tentang pengertian pendidikan agama Islam, terlebih
dahulu penulis akan kemukakan pengertian pendidikan. “Kata pendidikan secara
etimologi berasal dari kata didik yang berarti proses perubahan tingkah laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
pendidikan dan pelatihan” (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ,Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 204). Dalam bahasa
Arab istilah ini dikenal dengan kata tarbiyah dengan kata kerjanya rabba-yurabbi-
tarbiyatan yang berarti mengasuh, mendidik, dan memelihara ( A. Warson Munir,
Kamus Al-Munawwir, (Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-Buku Ilmiah
Keagamaan, 1984), h.505).
Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang
kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran
Islam. Bila disingkat, pendidikan agama Islam adalah bimbingan terhadap
seseorang agar menjadi muslim semaksimal mungkin., ( Ahmad Tafsir, Ilmu
Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992),
hal. 32). Dalam dokumen Kurikulum 2013, PAI mendapatkan tambahan kalimat
“dan Budi Pekerti” sehingga Menjadi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti,
sehingga dapat diartikan sebagai pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam
mengamalkan ajaran agama Islam, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya
melalui mata pelajaran pada semua jenjang pendidikan.
Dalam undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, h.2).
Pendidikan agama Islam menunjukkan warna pendidikan tertentu, yaitu
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami menghayati, hingga mengimani, ajaran
agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain
dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud
kesatuan dan persatuan bangsa (Ramayulis, 2014: 21).
Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan
mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara
menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang padal akhirnya dapat mengamalkan
serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup (Halimatus Sa‟diyah, 2018: h.
134)
Menurut Ki Hajar Dewantara sebagaimana dikutip oleh Hasbullah, bahwa
pendidikan adalah “menurut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya” (Hasbullah, Dasar-Dasar
Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009),h.4). 31
Berdasarkan pengertian di atas, pendidikan dapat diartikan sebagai usaha
secara sadar yang dilakukan orang dewasa untuk menyiapkan seseorang menuju
kedewasaan, bercakapan tinggi, berkepribadian, berakhlak mulia dan kecerdasan
berpikir melalui bimbingan pengajaran dan latihan. Melalui Pendidikan
diharapkan anak dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap
lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya
sehingga dapat menghantarkannya pada cita-cita yang diharapkan.
Sedangkan pengertian pendidikan agama Islam menurut Abdul Majid dan
Dian Andayani adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka
mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan
ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah
ditentukan untuk mencapai tujan yang telah ditetapkan (Abdul Majid dan Dian
Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep Dan
Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet.3, h.
132).
Menurut Alisuf Sabri pengertian pendidikan agama Islam (PAI) yaitu:
“Sebagai usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini,
memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran atau dengan memperhatikan tuntutan untuk
menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama
dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional” (M. Alisuf
Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),
h.111).
Menurut Zakiyah Daradjat, pendidikan agama Islam adalah:
“Pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam yang berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai
dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, mengamalkan ajaran-
ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta
menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya
demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat
kelak” (Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1996), cet.3, h.86).
Pendidkan agama Islam menurut Ahmad Tafsir dalam buku Ilmu
Pendidikan Dalam Perspektif Islam menyatakan bahwa “pendidikan agama Islam
adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia
berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam” (Ahmad Tafsir, Ilmu
Pendidikan Islam Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Rosdakarya,2005), h.32).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan pendidikan agama islam adalah pendidikan yang didasarkan
pada ajaran agama Islam agar siswa dapat memahami, menghayati, mengamalkan
ajaran-ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta
pengalaman dan menjadikan jaaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu
sebagai pandangan hidup agar kelak mendapat kebahgiaan hidup di dunia dan di
akhirat.
G. METODELOGI PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan fenomenologi, yakni

pendekatan yang mencoba menggali dan menemukan pengalaman hidup manusia

terhadap diri dan hidupnya. Dalam penelitian ini, peneliti fenomoenologi untuk

mengetahui Demotivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama

Islam Di Smp Negeri 6 Kubu.

Pendekatan kualitatif adalah cara kerja penelitian yang menekankan pada

aspek pendalaman data demi mendapatakan kualitas dari hasil suatu penelitian

(Ibrahim 2015:52).

Jadi pendekatn kualitatif ini adalah penelusuran atau mencari secara

intensif menggunakan prosedur alamiah untuk menghasilkan kesimpulan naratif

baik tertulis maupun lisan berdasarkan analisis data tertantu. Maksudnya mencari

intensif ialan meneliti secara sabar dan tekun dalam waktu 3-6 bulan terlibat

dalam fenomena sampai mendapatkan makna sebenarnya.

2. Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dari mana data

penelitian diperoleh. Adapun sumber data dibagi menjadi dua yaitu:

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer yang dimaksud adalah keseluruhan sumber

datautama yang menjadi objek penelitian dengan cara peneliti memperoleh

data dilapangan, yang bersumber dari guru dan peserta didik SMP Negeri 6

KUBU.
2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yang dimaksud adalah data yang

mendukung data primer yang dapat diperoleh di luar objek penelitian, yang

meliputi: dokumen-dokumen siswa SMP Negeri 6 KUBU atau buku-buku

yang relevan dengan masalah yang menjadi fokus penelitian yang berkaitan

dengan motivasi belajar yaitu, meliputi data tentang gambaran umum SMP

Negeri 6 KUBU, sejarah berdirinya Madrasah dan keadaan siswa yang ada

di SMP Negeri 6 KUBU. Berikut data maka digali dari kepala sekolah

berupa:

1) Identitas SMP Negeri 6 KUBU.


2) Sejarah berdirinya SMP Negeri 6 KUBU.
3) Letak geografis SMP Negeri 6 KUBU.
4) Visi dan Misi SMP Negeri 6 KUBU.
5) Struktur organisasi SMP Negeri 6 KUBU.
6) Sarana dan SMP Negeri 6 KUBU.
3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode

observasi dan metode dokumentasi. Adapun metode tersebut:

1. Observasi

Observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang

dilakukan secara sistematis, dengan prosedur yang terstandar (Suharsimi

Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta : Rineka

Cipta, 2010), h. 265). Dalam menggunakan metode tersebut agar lebih

efektif maka peneliti menggunakan pedoman observasi dan list dokumentasi

sebagai instrument dalam penelitian. Iinstrumen tersebut berisi item-item

tentang catatan peneliti Demotivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran


Pendidikan Agama Islam. Teknik observasi ini digunakan untuk mengamati

secara langsung dan tidak langsung tentang Demotivasi Belajar Siswa Pada

Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Smp Negeri 6 Kubu.

Metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data yang dilakukan

oleh peneliti dengan cara terjun langsung ke lapangan dan mengamati secara

langsung Demotivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama

Islam Di SMP Negeri 6 Kubu.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)

yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Pewawancara dalam penelitian ini

adalah peneliti sendiri sedangkan yang akan diwawancarai adalah pimpinan,

tenaga pendidik, serta peserta didik SMP Negeri 6 Kubu.

Pada penelitian ini, metode wawancara digunakan terhadap

beberapa

subjek penelitian untuk dapat mengetahui bagaimana bentuk pembelajaran

yang dilakukan oleh pendidik di SMP Negeri 6 Kubu. Wawancara yang ini

digunakan untuk dapat mengetahui lebih mendalam Demotivasi Belajar

Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung

dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-

peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, data yang relevan penelitian.


Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk

mengumpulkan di SMP Negeri 6 Kubu. Data para Siswa dan Siswi serta

tentang visi dan misi SMP Negeri 6 Kubu, sarana dan SMP Negeri 6 Kubu.

dan hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini.

4. Triangulasi data

Adapun triangulasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi partisipasi

Observasi partisipasi dalam penelitian memungkinkan peneliti

untuk berpartisipasi secara langsung dalam penelitian. Bentuk

partisipasi peneliti dalam penelitian yakni dengan mengamati secara

langsung faktor-faktor penyebab kurangnya motivasi belajar

Pendidikan Agama Islam.

Wawancara mendalam digunakan peneliti untuk mengkaji secara lebih

terperinci terhadap pembelajaran ekspositori dalam mata pelajaran PAI.

b. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan peneliti sebagai bukti telah melakukan

penelitian.

4. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, instrumen utamanya adalah peneliti sendiri untuk

menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan

membuat kesimpulan atas temuannya (Iskandar, Metodologi Penelitian

Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif), (Jakarta: GP Press, 2008), h.


222). Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai instrumen kunci dalam

mengumpulkan data dengan menggunakan:

1. Pedoman Observasi

Instrumen data dalam observasi ini berisi catatan tentang implementasi

Demotivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di

SMP Negeri 6 Kubu.

2. List Dokumentasi

List dokumentasi berisi tentang dokumen tertulis tentang Demotivasi Belajar

Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMP Negeri 6 Kubu.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik

analisis deskriptif kualitatif. Menurut Winartha teknik analisis deskriptif kualitatif

merupakan suatu metode yang digunakan dalam menganalisis, menggambarkan,

dan meringkas berbagai kondisi, situasi dari berbagai data yang dikumpulkan

berupa hasil obsevasi dan dokumentasi atau pengamatan mengenai masalah yang

diteliti yang terjadi di lapangan. Dengan kata lain deskriptif kualitatif merupakan

suatu cara analisis atau pengolahan data dengan jalan menyusun secara sistematis

dalam bentuk kalimat atau kata-kata, kategori-kategori mengenai suatu variable

tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum.

Pengolahan data dapat dilakukan setelah data yang diperlukan terkumpul.

Pengolahan data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah

karena dengan pengolahan data maka data tersebut dapat diberi arti dan makna

yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Data mentah yang telah

dikumpulkan perlu dipecah-pecahkan dalam kelompok-kelompok, diadakan


kategorisasi, dilakukan manipulasi serta diperas sedemikian rupa sehingga data

tersebut mempunyai makna untuk menjawab masalah dan bermanfaat untuk

menguji hipotesa atau pertanyaan penelitian.

Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan pola analisis

nonstatistik, artinya pola yang sesuai untuk data deskriptif atau data textular, atau

juga biasa disebut analisis isi (content analysis), karena data deskriptif dalam

penelitian ini dianalisis menurut isinya. Adapun tahapan analisis datanya yaitu :

1. Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dari catatan peneliti melalui observasi di lapangan

yang berkaitan dengan Demotivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam Di Smp Negeri 6 Kubu

2. Reduksi Data

Setelah data terkumpul, maka peneliti menganalisis dan melakukan

pemilihan data pokok, merangkum, memfokuskan pada hal-hal penting,

sesuai dengan data yang dibutuhkan pada penelitian ini. Sehingga dapat

memudahkan peneliti untuk mengembangkan dan menemukan teori baru

yang bersifat temuan.

3. Penyajian Data

Setelah menganalisis dan mengumpulkan data yang dibutuhkan,

peneliti melakukan penyajian data dengan teks yang bersifat naratif dan

memberi makna terhadap data-data yang dianggap sudah jelas.

4. Penarikan Kesimpulan

Setelah keseluruhan tahapan telah dilalui maka penarikan kesimpulan

dapat dilakukan. Sejak awal ke lapangan dan juga dalam proses pengumpulan
data, peneliti meyimpulkan inti dari hasil penelitian yang dilakukan di

lapangan.

6. Uji Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini dengan melakukan

teknik pemeriksaan data kualitatif Moleong, untuk menguji apakah data yang

diperoleh dalam penelitian itu adalah sah dan benar (Sugiyono, Metode Penelitian

Pendidikan, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif , (Bandung: Alfabeta, 2016), h.

254-261).

Berikut ini beberapa Teknik pemeriksaan data yang dilakukan untuk

menjamin keabsahan data hasil penelitian yaitu:

1. Referensi

Referensi dilakukan dengan membuat catatan lapangan, membuat transkrip

pengamatan dimana peneliti berperan serta dan mengumpulkan dokumen

untuk memperkuat hasil pengamatan.

2. Triangulasi

Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang menggabungkan

berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.

Penggunaan triangulasi berfungsi menguji kredibilitas data dengan berbagai

Teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data (Sulaiman Saat dan Sitti

Mania, Pengantar Metodologi Penelitian: Panduan Bagi

Peneliti Pemula (Gowa: Pusaka Al-Maida, 2020), h. 98). Macam-macam

teknik triangulasi yakni: triangulasi data/sumber data, triangulasi peneliti,

triangulasi teoritis, dan triangulasi metodologi.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. Sabir, Setrategi Belajar Mengajar (Jakarta: Quantum Teaching, 2005

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2016,

Dörnyei, Zoltan 2001. Teaching and researching motivation. Harlow: Longman.

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 1992),

Zoltan Dornyei & Ema Ushioda, “Teaching and researching motivation”, (2nd ed.).

(Harlow, England; New York: Longman Journal, 2010), hlm. 138

Kementerian Pendidikan Nasional, UU. No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2006)

Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi dalam Belajar dan Mengajar (Jakarta; Rajawali

Pers, 2018)

R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta,2010)

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru

Algensindo,2002)

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam Dalam Perspektif Islam, (Jakarta:

Rosdakarya,2005)

A. Warson Munir, Kamus Al-Munawwir, (Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-Buku

Ilmiah Keagamaan, 1984)

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009)

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi

(Konsep Dan Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2006),

M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005)
Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996)

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta : Rineka

Cipta, 2010)

Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan

Kualitatif),(Jakarta: GP Press, 2008)

Saat, Sulaiman dan Sitti Mania. Pengantar Metodologi Penelitian: Panduan Bagi Peneliti

Pemula , Gowa: Pusaka Al-Maida, 2020.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta, cv.

Ibrahim, 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung ALFABETA,CV,)

Ramayulis. (2014). Metododologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Jurnal/ Skripsi

Marti’in, 2019 Analisis Tentang Rendahnya Minat Belajar Peserta Didik Kelas Xi Sma

Negeri 5 Pontianak, Artikel Penelitian Bimbingan Konseling Vol 1. 2019

Muhammad Sururuddin 2018, Nirmala Prihatini, 2018, Analisis Berbagai Faktor

Penyebab Rendahnya Motivasi Belajar Siswa Kelas IV Sdn 3 Tebaban,

Jurnal DIDIKA: Wahana Ilmiah Pendidikan Dasar. Vol. IV, No. 1 :

Januari– Juni 2018

Muhammad Nur Ihsan 2016. Motivasi Belajar Siswa Pada Pelajaran Pendidikan Agama

Islam. (Studi Kasus Siswa/siswi SMP Negeri 181 Jakarta Pusat), Skripsi,

Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN

Syarief Hidayatullah Jakarta

Hanafi, Syawaluddin. 2011. Tesis “Motivasi Belajar Siswa pada Pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah Manongkoki Kabupaten


Takalar Propinsi Sulawesi Selatan”. Yogyakarta: Program Pascasarjana

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Halushchack, Olha dan Mykhailo Halushchak. 2016. “The Causes of Appearance and

Ways of Staff’s Demotivation Solving in Organizations”. Jurnal: Socio-

Economic Problems and The State.

Keblawi, Faris. 2005. “Demotivation among Arab learners of English as a foreign

language”. University of Aberdeen: Jurnal Al-Maktoum Institute for

Arabic and Islamic Studies.

Utama, Ferdian. 2016. Tesis “Peningkatan Motivasi Belajar Anak melalui Keteladanan

Guru dan Pola Asuh Orang Tua di TK Sultan Agung Yogyakarta”.

Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Kazmi, R. (2016). Pengaruh Kedisiplinan Siswa Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi

Belajar Bahasa Indonesia. Jurnal SAP (Susunan Artikel Pendidikan), 1(1),

27– 35.

Astuti, D., Susilo, G., Hariyati, T., & Indah Sari, N. (2018). Pengaruh Konsentrasi

Belajar dan Kemandirian Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika

Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Balikpapan Tahun Ajaran 2017/2018. Jurnal

Pendidikan Matematika, 1(2), 102–113.

Hanik, N. R., & Harsono, S. (2020). Implementasi Model Pembelajaran Komparasi yang

Diintegrasikan dengan Pendekatan Kolaboratif Ditinjau dari Kemampuan

Analisis Mahasiswa. Jurnal Komunikasi Pendidikan, 4(2),114–122

.http://journal.univetbantara.ac.id/index.php/komdik %0AP - ISSN

Jenni Muhonen, 2004 Second Language Demotivation: Factors That Discourage Pupils

From Learning The English Language, (University Of Jyvaskyla,)


Noels, K. L. Pelletier, R. Clément and R. Vallerand 2003. Motivational orientations and

self-determination. Zoltan Dörnyei ed. A supplement to Language

Learning 53: Supplement 1, 33-63. University of Michigan: Blacknell

Publishing

Deci, Edward L. and Richard M. Ryan 1985. Intrinsic motivation and selfdetermination

in human behavior. New York: Plenum Press.

Tanjung, Rapita., Ritonga, Tamin., & Siregar, Eva Yanti. 2021. Analisis Faktor-

Faktor Penyebab Rendahnya Motivasi Belajar Siswa Mts Negeri 1

Tapanuli Tengah Disaaat Pandemi Covid-19. JURNAL MathEdu

(Mathematic Education Journal)

Sabrina, Ridha,. Fauzi & Yamin, M dkk. 2017. Faktor – Faktor Penyebab Rendahnya

Motivasi Belajar Siswa Dalam Proses Pembelajaran Matematika Di

Kelas V SD Negeri Garot Geu Ceu Aceh Besar. Jurnal Ilmiah

Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Unsyiah

. Muhammad C. Moslem, Mumu Komaro , Yayat. 2019. Faktor-Faktor Yang

Menyebabkan Rendahnya Motivasi Belajar Siswa Dalam Mata

Pelajaran Aircraft Drawing Di SMK. Journal of Mechanical Eingineering

Education.

Nur Fauziyatun N. 2014. Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Rendahnya Motivasi

Belajar Siswa Kelas Ix Smp Negeri 22 Semarang Tahun Ajaran

2013/2014. Skripsi Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Semarang

Muh. Syahid Surahman 2022, Penyebab Kurangnya Motivasi Belajar Pendidikan Agama

Islam Dan Cara Mengatasinya Di Sekolah Dasar Negeri Mangasa 1


Kabupaten Gowa. Skripsi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah

Dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Sa‟diyah, Halimatus. (2018). Internalization Of Islamic Character Education To

Students In Elementary School (SD) Plus Nurul Hikmah Pamekasan

Madura. International Journal on Islamic Educational Research. Sunan

Kalijaga.

Anda mungkin juga menyukai