Anda di halaman 1dari 4

Analisis Perbandingan Ruang Lingkup Al-Qur’an Dan Sya’ir menurut Nasr Hamid Abu Zayid

Lalu Muhammad Tamimi

Mahasiswa Fakultas Syariah UIN Maulana Malik IbrahimMalang

@lalutamimi80gmail.com

Abstrak

A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang dibawa oleh baginda besar Muhammad SAW yang mana
sampai saat ini sudah bertahan lebih dari 1400 tahun dimulai saat beliau diutus oleh Allah
SWT pada umur 40 Tahun. Sedangkan mukjizat yang didapatkan oleh Rasulullah sebagai
tanda risalahnya menjadi bukti yang otentik sampai saat ini diantaranya adalah al-Quran
yang menjadi mindset utama atau referensi primer dalam kekayaan intelektual Muslim
setelah Hadis atau sunah.1
Al-quran tidak tidak dapat tidak permasalahan ini akan berkaitan dengan mushaf
yang menjadi rujukan bagi setiap pembacaan ayat al-Qur´an oleh setiap umat Islam di
seluruh dunia. Rujukan yang berbentuk penulisan ayat-ayat al-Qur´an ini adalah diakui
tawqifiyyah daripada Rasulullah s.a.w. oleh jumhur ulama yang menjaganya dari zaman
ke zaman.2
Lafaz mushaf, mishaf atau mushaf bermaksud sebuah kitab yang mengandungi
helaian kertas yang bertulis antara dua penutup. 3 (yang dimaksudkan kitab itu dalam
format buku yang mudah difahami oleh masyarakat modern). Al-Azhari juga diberitakan
menyebut: “ Dikatakan mushaf kerana diperbuat daripada kandungan helaian-helaian
kertas.4
Al-Quran tidak hadir dalam bentuk lembaran kertas tanpa makna. Bahkan
ia tidak semata-mata dibaca dengan lagu tanpa memahami isi kandungannya. Umat
1
Muhammad Aunul Abied Shah, Amin Al-Khuli Dan Kodifikasi Metode Tafsir Dalam Buku Islam Garda Depan
Mosaik Pemikiranislam Timur Tengah (Bandung: Mizan, 2001). 140
2
Mohd Rahim b. Jusoh (2008), Tarikh al-Qur´an & rasm Uthmani, Kuala lumpur, Pustaka Khodim al-Mushaf, h. 97.
3
Ahmad ‘Ali al-Imam, Variant Readings Of The Qur’an (1998), ms.48
4
Ibn Manzur , Lisan al-‘Arab, J. 9, ms. 186
Islam bukan sahaja digalakkan untuk menghafaznya, bahkan setiap Muslim dituntut
memahami maksud perkataan dalam al-Quran serta mentadabbur ayat-ayatnya.5
Syair memiliki posisi amat penting dalam budaya Arab Jahiliyah. Untuk
mengukur seberapa tingkat intelektualitas seseorang pada zaman itu, kepandaian dalam
membuat syair adalah salah satu parameter utama. Syair juga menjadi penyambung lidah
suatu kabilah sebelum berperang.6 Orang arab zaman dahulu sangat mudah untuk
dipengaruhi dengan keindahan Bahasa semata, dengan hal itu untuk mengakui kehebata
Al- Quran, sebesar umat islam tidak menguasai Bahasa arab, untuk itu sangat sulit untuk
merasakan aspek Al-qur’an.7
Teks Al- qur’an mirip dengan puisi dalam hal apa adanya. Yaitu komunikasi,
namu ia berbeda dengan puisi dalam banyak hal. Perbedaan ini terlihat jelas dalam
inditifikasi pihak- pihak yang terlibat dalam proses komunikasi dan hubungan mereka.
Dalam wahyu agama, hubungnnya bersifat vertikal, teks menjadi wahyu sementara
wahyu dalam puisi , hubungannya horizontal karena bangsa arab. Wahyu agama berbeda
dengan wahyu puisi karena ada beberapa perantara antara pembicara wahyu Tuhan dan
penerimanya manusia sementara dalam kasus puisi, komunikasi berlansung tanpa
perantara antara penyair dan pembaca.8
B. Metode Penelitian
Kitab Mafhum Al-Naş Dirasah fi Uhum al-Qur'an merupakan karya ulama
kontemporer Naşı Hamid Abu Zayd, beliau lahir pada 10 Juli 1943 di desa Quhafa
propinsi Tanta, Mesir. Al-Qur’an dan Pi digagas oleh Abū Zayd untuk memberikan
gambaran dalam bagaimana Abu Zayd penolakan Al-Qur’an dan puisi dan penolakan
nabi Muhammad terhadap puisi, Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah Swt
kepada seluruh manusia yang bersumber dari Al-Qur‟an dan Sunnah. Islam adalah agama
yang nyata dan sesuai dengan fitrah manusia yang memilki cita rasa, kehendak, hawa
nafsu, sifat, perasaan dan akal pikiran. Dalam jiwa, perasaan, nurani dan keinginan
manusia terbenam rasa suka akan keindahan, yang mana keindahan tersebut adalah seni. 9
5
Mohd Sukki Othman, (2020 Mac 24). Keutamaan tadabbur al-Quran,
HarianMetro.https://www.hmetro.com.my/addin/2020/03/557832/keutamaan-tadabbur-al-quran
6
Abidin, Z., & Satrianingsih, A. (2018). Perkembangan Dan Masa Depan Bahasa Arab. Diwan : Jurnal Bahasa Dan
Sastra Arab, 3(2), 141. https://doi.org/10.24252/diwan.v3i2.4459
7
Ahmad al-Iskandari & Musthafa al-Inani. tt. Al-Wasith fi al-Adab al-'Araby wa Tarikhihi. Mesir : Dar al-Ma'arif.
8
Abdullah Mustaqim, Studi Al-Qur’an kontenporer ( Jakarta: PT Tiara Wacana, 2002), hlm. 139
9
Thoriq, Beda Seni di Mata Barat dan Islam, www. hidayatullah.com
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dalam bentuk penelitian kepustakaan,
dimana sumber diperoleh melalui buku, jurnal atau tulisan yang berhubungan dengan
penelitian. Dalam penelitian dilakukan kajian perpustakaan dengan menganalisis
berbagai literatur sesuai tujuan dan masalah yang dipertanyakan." Analisis dilakukan
berdasarkan data yang diperoleh dari literature-literatur terkait.
C. Pembahasan
Islam merupakan agama yang dibawa oleh baginda Nabi besar Muhammad SAW
yang mana sampai saat ini sudah bertahan lebih dari 1400 tahun dimulai saat beliau
diutus oleh Allah SWT pada umur 40 Tahun. Sedangkan mukjizat yang didapatkan oleh
Rasulullah sebagai tanda risalahnya menjadi bukti yang otentik sampai saat ini
diantaranya adalah al-Quran yang menjadi mindset utama atau referensi primer dalam
kekayaan intelektual Muslim setelah Hadis atau sunnah.
Al-Quran ditempatkan sebagai sastra asli Arab oleh beberapa ilmuan al-Quran
selaras dengan apa yang disampaikan oleh al-Khuli yang berpendapat bahwa al-Quran
huwa al-huda dan merupakan bagian dari haqaiq tarikhiyah ijtima’iyah yang membuat
al-Quran sebagai alat utama bagi masyarakat yang paling awal menerimanya dengan
bahasa lain bahwa ia adalah fakta lughah wa al-adab.10
Al Khuli berpendapat Qur’an hendaknya diperhatikan terlebih dahulu daripada
hal-hal lain yang memiliki unsur religius ataupun tidak berlandasan syair, al Khuli
mendefinisikan tafsir sebagai kajian sastra yang kritis dengan menggunakan metode yang
valid dan bisa diterima. Al- Khuli memposisikan al- Qur’an sebagai teks suci atau
sebagai “dokumen” sastra suci.
Perbedaan ini terlihat jelas dalam indetifikasi pihak- pihak yang terlibat dalam

proses dan hubungan mereka. Dalam wahyu agama, sementara dalam wahyu puisi,
hubunganya bersifat horizontal, karena orang arab memandang jin sebagai suku yang
10
Adz-Dzahabi, Muhammad Husain. “At Tafsir Wal Mufassirun.” In Jilid 1. Kairo, 1979. Al-Khuli, Amin. Manãhîj Tajdîd
Fî An-Nahwa Al-Balãgah Wa Tafsîr Wa Al-Adab. Kairo: Dar al-Ma’arif, 1961.
tinggal di daeragh khusus di padang pasir. Wahyu agama berbeda dengan wahyu puisi
karena ada beberapa perantara antra pembicara wahyu (Tuhan) dan penerimanya
(manusia), itulah yang dinamakan dengan wahyu Al- Qur’an komunikasi atau waahyu
puisi ini terjadi tanpa ada perantara pihak ketiga antara penyair atau permaisuri jin. 11
Syair atau puisi memiliki ciri khas dalam gaya bahasa, Adapun gaya Bahasa yang
digunakan oleh soang penyair dapat menggiring pembaca untuk memahami makna
maksud syair yang dibaca. Penerimaan tersebut bisa berbentuk makna maksud yang
disampaikan karena syair sendiri dibuat oleh seniman. Untuk itu perlu mengkaji atau
memahami makna secara mendalam gaya Bahasa yang digunakan penyair yang terdapat
dalam teks sastra tersebut.
Stilistika sebagai bidang kebahasaan yang menghadirkan suatu pendekatan dan
metode untuk menganalisis tujuan dan fungsi teks tidak hanya terbatas pada sastra
melainkan juga pada teks non-sastra. Salah satu teks sastra yang bisa dianalisis dengan
kajian stilistika adalah puisi. Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra selain cerpen
dan novel yang memperhatikan aspek bunyi di dalamnya, mengungkapkan pengalaman
imajinatif, emosional serta intelektual penyair yang diambil dari kehidupan individu dan
social.12
Seorang penyair yang berasal dari Arab bernama Nizar Qabbani. Nizar Qabbani
lahir di Damaskus pada tahun 1932. Keindahan gaya bahasanya yang diguanakan oleh
Nizar Qabbani memiliki gaya Bahasa yang sangat indah, namu sarat akan makna.
Sehingga banyak yang tertarik untuk membahasa karya Nizar Qabbani seperti yang
dilakukan oleh Ismail Suliman Almazaidah. Penelitian tersebut berjudul “Nizar Qabbani's
Attitude towards Arab-Israeli Peace Treaties: An Analysis of his Poetic Contents”.
Penelitian ini mengkaji sikap Nizar Qabbani terkait perjanjian damai dengan Israel.
Penelitian yang dilakukan oleh Ismail Suliman Almazaidah menggunakan pendekatan
analisis wacana dalam membedah puisi Nizar Qabbani. Hasil dari penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa Nizar Qabbani menolak perjanjian antara Arab dan Israel.13

11
Abdullah Mustaqim, Studi Al-Qur’an kontenporer ( Jakarta: PT Tiara Wacana, 2002), hlm. 139

12
Chaer, Abdul. 2007. Kajian Bahasa Struktur Internal, Pemakaian dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
13
Al Mazaydah, I. (2019). Nizar Qabbani’s attitude towards Arab-Israeli peace treaties: An analysis of his poetic
contents.

Anda mungkin juga menyukai