Anda di halaman 1dari 8

PENGGUNAAN GAYA BAHASA SIMILE DALAM AL-QUR’AN

Nurhidayat
Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu
Jl. Raden Fatah Pagar Dewa Kota Bengkulu

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan penggunaan bahasa smile dalam menjembatani rasio manusia
yang terbatas dengan bahasa al-qur;an yang serba tidak terbatas. Metode penelitian yang disgunakan adalah
pendekatan kualitatif dengan memperhatikan aspek sastra dan hermeunetik (tafsir), karena berupaya memahami
redaksi teks ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai aspeknya termasuk asbabunnuzul (sebab-sebab turunnya ayat).
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan gaya bahasa simile dalam bentuk penggambaran yang luas
(perumpamaan) yang terdapat dalam al-Qur’an sebanyak 25 buah.

Kata Kunci: Al-Qur’an, bahasa simile dalam Al-Qur’an

LATAR BELAKANG mencoba membuat tandingan al-Qur‟an seperti


Musailamah al-Kazzab.
Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang tiada
tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad Meskipun demikian, sebagian mereka ada yang
saw penutup para nabi dan rasul, dengan perantaraan tidak mau menerima kehadiran al-Qur‟an, karena
malaikat Jibril, ditulis dalam mushaf-mushaf yang pesan-pesan yang dikandungnya tidak sejalan dan
disampaikan kepada kita secara mutawatir (oleh bertentangan dengan kebiasaan, tradisi, dan
orang banyak), serta mempelajarinya merupakan kepercayaan yang diyakini. Sikap penolakan yang
suatu ibadah, dimulai dengan surah al-Fatihah dan mereka lontarkan sesungguhnya bertentangan dengan
ditutup dengan surah al-Nash (Shabuny, 2002). keyakinan yang sebenarnya. Mereka mengatakan
bahwa al-Qur‟an adalah syair, namun mereka sangat
Al-Qur‟an diturunkan oleh Allah kepada Nabi
menyadari akankeindahan susunan dan irama yang
Muhammad saw yang berada di lingkungan
itu tidak mungkin dibuat Muhammad.
masyarakat Arab yang terkenal dengan
kepiawaiannya dalam membuat syair, puisi, dan Dalam bahasa Arab, penggunaan gaya bahasa
bidang sastra lainnya. Demikian semaraknya bergelut yang bermacam-macam untuk mengungkapkan
dengan sastra sampai-sampai diadakan suatu sesuatu sering dilakukan. Hal ini dilakukan dengan
perlombaan yang diselenggarakan secara resmi di tujuan untuk mempermudah pendengar atau pembaca
pasar-pasar sastra. Pasar tersebut antara lain, Ukaz, dalam memahami pesan/pokok pembicaraan. Gaya
Mijannah, Dzul Majaz dan Khaibar. Setelah bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui
diadakan seleksi, syair yang paling bagus dan indah bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan
digantungkan di atas Ka‟bah yang kemudian disebut kepribadian penulis atau penutur. Dengan gaya
al-Muallaqat. Para penyair yang terkenal masa bahasa penutur bermaksud menjadikan paparan
Jahiliyah antara lain, Imru‟ul Qais, Zuhair, Nabighah, bahasanya menarik, kaya, padat, jelas dan lebih
„Antarah, Tharfah dan lain-lain, dengan demikian mampu menekankan gagasan yang ingin
maka sastra Arab semakin berkembang dengan pesat disampaikan serta menciptakan suasana tertentu dan
dan senantiasa muncul para sastrawan-sastrawan menampilkan efek estetis. Efek estetis tersebut
masa Jahiliyah yang didominasi oleh kabilah Quraisy menyebabkan karya sastra bernilai seni. Meskipun
(Umam, 1999). demikian, nilai seni karya sastra tidak semata-mata
disebabkan oleh gaya bahasa saja, tapi juga oleh gaya
Dalam situasi dan kondisi yang demikian itu, al-
bercerita atau penyusunan alurnya, namun gaya
Qur‟an diturunkan oleh Allah SWT dengan gaya
bahasalah yang sangat besar sumbangannya terhadap
bahasa sastra yang tidak tertandingi oleh siapapun.
pencapaian nilai seni karya sastra.
Bahkan al-Qur‟an sendiri menantang siapa saja yang
merasa mampu menandingi keindahan bahasa dan Keunikan dan keistimewaan al-Qur‟an dari segi
sastra dengan membuat semisal al-Qur‟an bahkan bahasa, merupakan kemukjizatan utama dan pertama
satu surat saja padahal banyak orang yang pernah yang ditunjukkan kepada masyarakat Arab ratusan
Manhaj, Vol. 4, Nomor 2, Mei – Agustus 2016

tahun yang lalu.Kemukjizatan yang dihadapkan MASALAH PENELITIAN


kepada mereka ketika itu, bukan dari segi isyarat
1. Bagaimana gambaran umum penggunaan gaya
ilmiah dan pemberitaan gaibnya, karena kedua aspek
bahasa simile al-Qur‟an?
ini berada di luar jangkauan pemikiran mereka. Satu
huruf dalam al-Qur‟an dapat melahirkan keserasian 2. Bagaimanakah makna-makna dalam penggunaan
bunyi dalam sebuah kata, dan kumpulan kata akan gaya bahasa simile dalam al-Qur‟an?
membentuk keserasian irama dalam rangkaian
kalimat, juga dengan kumpulan kalimat akan
merangkai keserasian irama dalam ayat. Inilah yang KERANGKA TEORI
menjadi salah satu mukjizat al-Qur‟an dari Pengertian dan Macam-Macam Gaya Bahasa
sisi lafadz dan usluub-nya.
Menurut Gorys Keraf (2002), gaya bahasa yang
Pemilihan kata dalam al-Qur‟an tidak saja juga dikenal dengan istilah retorika atau style
dalam arti keindahan, melainkan juga kekayaan merupakan bagian dari diksi atau pilihan kata yang
makna yang dapat melahirkan beragam pemahaman. mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata,
Salah satu faktor yang melatari pemilihan kata dalam frasa, atau klausa tertentu untuk menghadapi hierarki
al-Qur‟an adalah keberadaan konteks, baik yang kebahasaan, baik pada tataran pilihan kata secara
bersifat geografis, sosial maupun budaya. Dalam individu, frasa, klausa, kalimat maupun wacana
kajian sosiolinguistik disebutkan, ketika aktifitas secara keseluruhan. Style atau gaya bahasa dapat
bicara berlangsung, ada dua faktor yang turut dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui
menentukan, yaitu faktor situasional dan sosial. bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan
Faktor situasi turut mempengaruhi pembicaraan, kepribadian pemakai bahasa.
terutama pemilihan kata-kata dan bagaimana caranya
mengkode, sedangkan faktor sosial menentukan Para ahli bahasa menyatakan bahwa yang
bahasa yang dipergunakan (Pateda, 1994). Pada saat disebut gaya bahasa adalah cara menyampaikan
berkomunikasi terkadang kita sulit memilih bahasa pikiran dan perasaan dengan kata-kata dalam bentuk
yang tepat untuk mewakili sebuah realitas, apalagi tulisan maupun lisan. Menurut Harimurti
bahasa al-Qur‟an yang sangat menekankan Kridalaksana, penjelasan istilah gaya bahasa secara
aspek keyakinan, pemahaman, ketimbang explaining luas yaitu pertama, pemanfaatan atas kekayaan
(menjelaskan) dan describing (menggambarkan). bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis.
Kedua, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh
Bahasa al-Qur‟an memiliki hakikat yang efek-efek tertentu.Ketiga, keseluruhan ciri-ciri
khusus, berbeda dengan bahasa-bahasa yang lain. bahasa sekelompok penulis sastra (Kridalaksana,
Ia bukan hanya mengacu pada dunia empirik, tetapi 2001).
juga mengacu pada dimensi metafisik. Seperti yang
dipaparkan oleh para ahli bahwa diantara kelemahan Selanjutnya, para ahli bahasa mengatakan
bahasa adalah tidak setiap kata yang diungkap bahwa sebuah gaya bahasa yang baik harus
mengacu pada suatu obyek yang konkrit, empirik dan mengandung tiga unsur sebagai berikut: kejujuran,
dapat dibuktikan secara nyata, misalnya, kata sopan santun, dan menarik (Gorys Keraf, 2002, 113-
jannah (surga) dan naar (neraka). Oleh sebab itu, 115).
dalam upaya mengatasi stagnasi bahasa, maka sangat 1. Kejujuran
realistis bilamana kemudian dikembangkan
penggunaan gaya bahasa simile untuk menjembatani Kejujuran dalam bahasa berarti kita mengikuti
rasio manusia yang terbatas dengan bahasa al-Qur‟an aturan-aturan, kaidah-kaidah yang baik dan benar
yang serba tidak terbatas. dalam berbahasa. Pemakaian kata-kata yang kabur
dan tak terarah, serta penggunaan kalimat yang
Dengan demikian dapat dipahami bahwa dalam berbelit-belit adalah jalan untuk mengundang
al-Qur‟an terdapat aneka ragam gaya bahasa untuk ketidakjujuran. Pembicara atau penulis tidak
mempermudah pendengar atau pembaca dalam menyampaikan isi pikirannya secara terus terang;
memahaminya sesuai dengan factor geografis, social seolah-olah ia menyembunyikan pikirannya itu di
maupun budaya. Selain itu, keaneka ragaman gaya balik rangkaian kata-kata yang kabur dan jaringan
bahasa al-Qur‟an juga dimaksudkan untuk keindahan kalimat yang berbelit-belit tidak menentu. Ia hanya
susunan lafadz dan ketepatan maknanya untuk mengelabui pendengar atau pembaca dengan
mengukuhkan bahwa al-Qur‟an adalah mukjizat yang mempergunakan kata-kata yang kabur dan “hebat”,
tidak akan tertandingi selamanya. Salah satu gaya hanya agar bisa tampak lebih intelek atau lebih dalam
bahasa yang dipergunakan dalam al-Qur‟an adalah pengetahuannya. Di pihak lain, pemakai bahasa yang
gaya bahasa simile. berbelit-belit menandakan bahwa pembicara atau
penulis tidak tahu apa yang akan dikatakannya. Ia
mencoba menyembunyikan kekurangannya di balik

108
Nurhidayat; Penggunaan Gaya Bahasa

berondongan kata-kata hampa.Bahasa adalah alat alusi, simile, asosiasi, eufemisme, pars pro toto,
untuk kita bertemu dan bergaul. Oleh sebab itu, epitet, eponim, dan hipalase;
bahasa harus digunakan pula tepat dengan
b. Gaya bahasa perulangan, meliputi: aliterasi,
memperhatikan sendi kejujuran.
anafora, anadiplosis, mesodiplosis, epanolipsis,
2. Sopan santun dan epizeuksis;
Pengertian sopan santun adalah memberi c. Gaya bahasa sindiran, meliputi: ironi, sinisme,
penghargaan atau menghormati orang yang diajak innuendo, sarkasme, satire, dan antifrasis;
bicara, khususnya pendengar atau pembaca. Rasa
d. Gaya bahasa pertentangan, meliputi: paradoks,
hormat dalam gaya bahasa dimanifestasikan melalui
antitesis, litotes, oksimoron, dan histeron
kejelasan dan kesingkatan. Menyampaikan sesuatu
prosteron;
secara jelas berarti tidak membuat pembaca atau
pendengar memeras keringat untuk mencari apa yang e. Gaya bahasa penegasan, meliputi: repetisi dan
ditulis atau dikatakan. Di samping itu, pembaca atau paralelisme.
pendengar tidak perlu membuang-buang waktu untuk
Dengan demikian, gaya bahasa simile
mendengar atau membaca sesuatu secara panjang
lebar, kalau hal itu diungkapkan dalam beberapa termasuk bagian dari gaya bahasa perbandingan,
rangkaian kata. Kejelasan dengan demikian akan yaitu gaya bahasa kiasan yang menyamakan satu hal
dengan hal lain.dengan mempergunakan kata-kata
diukur dalam beberapa butir kaidah berikut, yaitu:
perbandingan seperti: bagai, sebagai, bak, seperti,
a. kejelasan dalam struktur gramatikal kata dan semisal, seumpama, laksana, sepantun, penak, dan
kalimat; kata-kata perbandingan yang lain. Gaya bahasa
perbandingan meliputi: hiperbola, metonimia,
b. kejelasan dalam korespondensi dengan fakta
personifikasi, perumpamaan, metafora, sinekdok,
yang diungkapkan melalui kata-kata atau kalimat
alusi, asosiasi, eufemisme, pars pro toto, epitet,
tadi;
eponim, dan hipalase.
c. kejelasan dalam pengurutan ide secara logis;
1. Hiperbola
d. kejelasan dalam penggunaan kiasan dan
Hiperbola dalah gaya bahasa yang
perbandingan.
dilambangkan kata-kata yang membawa pernyataan
Kesingkatan sering jauh lebih efektif daripada yang berlebih-lebihan dengan tujuan untuk
jalinan yang berliku-liku.Kesingkatan dapat dicapai menegaskan atau menekankan pandangan, perasaan,
melalui usaha untuk mempergunakan katakata secara dan pikiran. Dengan kata lain, hiperbola adalah
efisien, meniadakan penggunaan dua kata atau lebih semacam gaya bahasa yang mengandung suatu
yang bersinonim secara longgar, menghindari pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-
tautology; atau mengadakan repertisi yang tidak besarkan sesuatu hal. Berdasarkan beberapa pendapat
perlu. di atas dapat disimpulkan mengenai gaya bahasa
hiperbola. Hiperbola adalah gaya bahasa yang
3. Menarik
mengandung pernyataan berlebih-lebihan dari
Sebuah gaya yang menarik dapat diukur melalui kenyataan. Contoh: Harga beras selalu memuncak
beberapa komponen berikut: variasi, humor yang (maksudnya harga beras selalu naik dengan harga
sehat, pengertian yang baik, tenaga hidup (vitalitas), yang sangat tinggi)
dan penuh daya khayal (imajinasi). Penggunaan
2. Metonimia
variasi akan menghindari monotoni dalam nada,
struktur, dan pilihan kata. Untuk itu, seorang penulis Gaya bahasa metonimia adalah gaya bahasa
perlu memiliki kekayaan dalam kosa kata, memiliki penamaan terhadap suatu benda dengan
kemauan untuk mengubah panjang-pendeknya mempergunakan nama pabrik, merek dagang, nama
kalimat, dan struktur-struktur morfologis. Humor penemu, nama jenis, dan lain-lain. Dengan kata lain,
yang sehat berarti gaya bahasa itu mengandung metonimia adalah sebagai gaya bahasa yang
tenaga untuk menciptakan rasa gembira dan nikmat. mempergunakan nama benda tersebut sebagai
Vitalitas dan daya khayal adalah pembawaan yang pengganti menyebutkan jenis bendanya karena
berangsur-angsur dikembangkan melalui pendidikan, mempunyai pertalian yang sangat dekat.
latihan, dan pengalaman.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat
Secara umum, gaya bahasa dapat dibedakan disimpulkan mengenai gaya bahasa metonimia.
menjadi lima macam, yaitu: Metonimia adalah penamaan terhadap suatu benda
dengan mempergunakan nama yang sudah terkenal
a. Gaya bahasa perbandingan, meliputi: hiperbola,
atau melekat pada suatu benda tersebut. Contoh: Ia
metonimia, personifikasi, metafora, sinekdok,

109
Manhaj, Vol. 4, Nomor 2, Mei – Agustus 2016

membeli sebuah mercy (maksudnya sebuah mobil untuk seluruhnya atau sebaliknya, menggunakan
bermerk mercy). nama seluruh untuk sebagian.
3. Personifikasi 6. Alusi
Personifikasi merupakan gaya bahasa yang Alusi adalah gaya bahasa yang merujuk secara
menganggap benda mati sebagai manusia Sementara tidak langsung pada suatu tokoh atau peristiwa yang
itu Rachmat Djoko Pradopo (1997; 75) berpendapat sudah diketahui. Gorys Keraf menyatakan bahwa
bahwa personifikasi adalah kiasan yang alusi adalah semacam acuan yang berusaha
mempersamakan benda dengan manusia, benda- mensugestikan kesamaan antara orang, tempat, atau
benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir, dan peristiwa.
sebagainya seperti manusiaMenurut Gorys Keraf
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat
(2002; 142), personifikasi adalah semacam gaya
disimpulkan mengenai gaya bahasa alusi. Alusi
bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda
adalah gaya bahasa yang merujuk sesuatu secara
mati atau barangbarang yang tidak bernyawa seolah-
tidak langsung kesamaan antara orang, peristiwa,
olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan Berdasarkan
atau tempat. Contoh: jangan seperti kura-kura dalam
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
perahu (maksudnya, pura-pura tidak tahu).
mengenai gaya bahasa personifiksi. Personifikasi
adalah gaya bahasa yang mempersamakan benda- 7. Asosiasi
benda mati seolah-olah dapat hidup atau mempunyai
Asosiasi adalah gaya bahasa yang menyebutkan
sifat kemanusiaan. Contoh: Daun itu melambai-
lambai tampak menyambut kedatangan kita perbandingan terhadap suatu benda, yaitu gaya
(maksudnya, daun digambarkan seperti tangan bahasa perbandingan yang bersifat
memperbandingkan sesuatu dengan keadaan lain
manusia).
yang sesuai dengan keadaan yang dilukiskan.
4. Metafora Dengan kata lain asosiasi adalah memperbandingkan
suatu benda terhadap benda lain sehingga membawa
Metafora adalah gaya bahasa yang
asosiasi benda yang diperbandingkan, dengan
memperbandingkan benda dengan benda lain yang
demikian sifat benda pertama lebih jelas.
mempunyai sifat yang sama. Pendapat lain
mengatakan bahwa metafora adalah sebagai gaya Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat
bahasa perbandingan atau analogi dengan disimpulkan mengenai gaya bahasa asosiasi. Asosiasi
membandingkan dua hal secara langsung, tetapi adalah gaya bahasa yang berusaha membandingkan
dengan cara singkat dan padat, secara langsung, dan sesuatu dengan hal lain yang sesuai dengan keadaan
dalam bentuk singkat. yang digambarkan. Contoh: Rambutnya bagai
mayang terurai (maksudnya, rambutnya indah).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan mengenai gaya bahasa metafora. 8. Eufemismus
Metafora adalah membandingkan dua hal secara
Eufemismus adalah gaya bahasa perbandingan
langsung dengan singkat. Contoh: Pidato kepala
yang bersifat menggantikan satu pengertian dengan
sekolah berkobar-kobar ( maksudnya, semangat
pidatonya disamakan dengan nyala api). kata lain yang hampir sama untuk menghaluskan
maksud. Gorys Keraf menyatakan bahwa
5. Sinekdok eufemismus yakni semacam acuan berupa
ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung
Sinekdok adalah semacam bahasa figuratif yang
perasaan orang, atau ungkapan-ungkapan yang halus
mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk
untuk menggantikan acuan-acuan yang mungkin
menyatakan keseluruhan atau mempergunakan
dirasakan menghina, menyinggung perasaan, atau
keseluruhan untuk menyatakan sebagian. Para ahli
mensugestikan sesuatu yang tidak menyenangkan
bahasa mengelompokkan sinekdok menjadi dua,
(Gorys Keraf, 2002; 132).
yaitu pars pro toto, yang menyatakan sebagian untuk
seluruh. Contoh: Ibu membeli dua karung beras Pendapat lain menyatakan bahwa eufemismus
(maksudnya bukan karung beras saja tetapi dengan adalah wacana yang dituturkan dengan maksud halus
berasnya juga). Adapun totem pro parte adalah yang sehingga mengaburkan makna aslinya.
menyatakan seluruh untuk sebagian. Contoh:
pertandingan sepak bola itu dimenangkan Indonesia Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat
(maksudnya bukan seluruh rakyat Indonesia, tetapi disimpulkan mengenai gaya bahasa eufemismus.
Eufemismus adalah gaya bahasa yang berusaha
hanya kesebelasannya saja).
menggunakan ungkapan-ungkapan lain dengan
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat maksud memperhalus. Contoh: Ayahnya sudah tak
disimpulkan mengenai sinekdok. Sinekdok adalah ada di tengah-tengah mereka (maksudnya, ayahnya
gaya bahasa yang menggunakan nama sebagian telah meninggal).

110
Nurhidayat; Penggunaan Gaya Bahasa

9. Pars pro toto sebuah kata tetapi sebenarnya kata tersebut untuk
menjelaskan kata yang lain. Contoh: Ia berbaring di
Pars pro toto adalah gaya bahasa yang
atas sebuah bantal yang gelisah. (yang gelisah adalah
menyatakan sebagian untuk seluruhnya. Pendapat
manusianya, bukan bantalnya).
tersebut sejalan dengan pendapat Ade Nurdin dkk,
yang menyatakan sebagian untuk keseluruhan 13. Simile
(nurdin, 2002; 25).
Simile adalah gaya bahasa yang bermaksud
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat tamsil atau kiasan yang membandingkan dua objek
disimpulkan mengenai gaya bahasa pars pro toto. yang mempunyai sifat dan nilai yang sama. Simile
Pars pro toto merupakan suatu bentuk penggunaan selalu menggunakan kata sandi seperti, bagai,
bahasa sebagai penggantian dari wakil keseluruhan. umpama, atau, bak. Secara lebih lanjut Gorys Keraf
Contoh: Sudah lama Feri tidak kelihatan batang mendefinisikan simile adalah perbandingan yang
hidungnya (maksudnya, bukan hanya batang bersifat secara langsung menyatakan sesuatu sama
hidungnya tetapi orangnya). dengan hal yang lain. Kata-kata yang biasanya
digunakan antara lain: seperti, bagaikan, laksana,
10. Epitet
sama, dan sebagainya (Gorys Keraf, 2002; 139).
Epitet adalah gaya bahasa berwujud seseorang
Sementara itu, pendapat lain menyatakan simile
atau sesuatu benda tertentu sehingga namanya
adalah perbandingan antara sesuatu dengan sesuatu
dipakai untuk menyatakan sifat itu. Dengan kata lain,
yang lain, yang dibuat secara langsung melalui
epitet adalah semacam acuan yang menyatakan suatu
penggunaan kata-kata tertentu, misalnya: bak,
sifat atau ciri yang khusus dari seseorang atau
bagaikan, laksana, ibarat, seperti, umpama, serupa,
sesuatu hal.
dan semacamnya. Contohnya: Bibirnya seperti
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat delima merekah.
disimpulkan mengenai gaya bahasa epitet. Epitet
Al-Qur’an Dan Gaya Bahasanya
adalah gaya bahasa acuan yang menjadi suatu ciri
dari seseorang atau sesuatu hal. Contoh: Lonceng Manna‟ Khalil Al-Qatthan dalam bukunya
pagi untuk ayam jantan. Mabahits Fi Ulum Al-Qur’an memberikanpengertian
sehubungan dengan penamaan Al-Qur‟an. Ia
11. Eponim
menyebutkan bahwapara Ulama telah menyebutkan
Eponim adalah gaya bahasa yang dipergunakan defenisi Al-Qur‟an yang mendekati maknanya dan
seseorang untuk menyebutkan sesuatu hal atau nama membedakannya dari yang lain (Al-Qatthan,
dengan menghubungkannya dengan sesuatu 1981). Selanjutnya, ia memberikan pengertian
berdasarkan sifatnya Gorys Keraf menyatakan bahwa bahwa Al-Qur‟an itu adalah kalam Allah yang di
eponim adalah suatu gaya bahasa di mana seseorang turunkan kepada nabi Muhammad SAW yang
yang namanya begitu sering dihubungkan dengan pembacanya adalah suatu ibadah.
sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk
menyatakan sifat itu. Al-Qur‟an mempunyai gaya bahasa yang khas
dan tidak dapat ditiru oleh para sastrawan Arab. Hal
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat itu karena adanya susunan yang indah yang berlainan
disimpulkan mengenai gaya bahasa eponim. Eponim dengan setiap susunan Yang diketahui mereka dalam
adalah pemakaian nama seseorang yang dihubungkan bahasa Arab.Mereka melihat Al-qur‟an memakai
berdasarkan sifat yang sudah melekat padanya. bahasa dan lafazh bahasa Arab, tetapi bukan puisi,
Contoh: Hercules sedang membantu mengamankan bukan prosa atau sya‟ir. Mereka tidak mampu
situasi (maksudnya, orang yang kuat). membuat seperti itu dan putus asa yang selanjutnya
12. Hipalase merenungkan hingga timbul rasa kagum dan
menerimanya, lalu sebagian dari mereka masuk Islam
Hipalase adalah semacam gaya bahasa di mana seperti Umar bin Khattab.
sebuah kata tertentu dipergunakan untuk
menerangkan sebuah kata yang seharusnya Bahasa dan kalimat demi kalimat dalam Al-
dikenakan pada sebuah kata yang lain. Pendapat lain Qur‟an semuanya mempunyai keistimewaan sendiri
mengatakan hipalase adalah gaya bahasa yang yang berbeda dengan kalimat biasa di luar Al-
menggunakan kata tertentu untuk menerangkan Qur‟an.Bahasa Al-Qur‟an mampu menjelaskan
sesuatu, namun kata tersebut tidak tepat bagi kata sesuatu yang abstrak dengan menggunakan sesuatu
yang diterangkannya. yang kongkrit dan dapat dirasakan oleh panca indera.
Penggunaan bahasa seperti itu yang lazim di sebut
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat matsal (perumpamaan) tidak akan mengalami krisis
disimpulkan mengenai gaya bahasa hipalase. bahasa, senantiasa sesuai dan serasi selamanya.
Hipalase merupakan gaya bahasa yang menerangkan

111
Manhaj, Vol. 4, Nomor 2, Mei – Agustus 2016

Sejarah mengatakan bahwa para sastrawan Arab Data dalam penelitian ini berupa ayat-ayat al-
telah terkenal dengan kemampuan untuk merangkai Qur‟an yang menggunakan gaya bahasa simile
kata-kata dalam satu bentuk kemasan yang indah,
3. Teknik Pengumpulan Data
baik dalam bentuk puisi maupun prosa. Akan tetapi,
tidak seorangpun di antara mereka yang berani Teknik pengumpulan data yang digunakan
memproklamirkan dirinya untuk menentang gaya dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi
bahasa Al-Qur‟an. Sejarah juga mencatat bahwa dan teknik catat. Metode dokumentasi adalah
turunnya Al-Qur‟an terjadi pada saat orang-orang mencari data mengenai hal-hal atau variable
Arab mencapai kejayaan dalam kesustraan.Saat itu yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
bahasa Arab Telah mencapai satu titik kesempurnaan dan lain sebagainya. Adapun teknik catat adalah
kehalusan serta keindahan sampai-sampai hasil sebah pencatatan terhadap data dilanjutkan dengan
karya sastra dapat dijual dengan harga yang tinggi di klasifikasi data dengan alat tulis.
pusat-pusat pasar sastra. Dalam kondisi demikianlah
Al-Qur‟an berdiri tegak di hadapan para ahli bahasa 4. Teknik Analisis Data
dengan sikap menantang agar manusia mendatangkan Teknik analisis data yang dilakukan dalam
semisal Al-Qur‟an, lalu volume tantangan di penelitian ini adalah teknik dasar pilah unsur
turunkan dengan hanya membuat sepuluh surat penentu (PUP), yaitu memilah-milah data yang
semisal Al-Qur‟an. Setelah itu volume tantangan itu bersangkutan dengan referensi atau acuan.
lebih di peringan lagi dengan hanya membuat surat
saja semisal Al-Qur‟an. Namun demikian, tidk 5. Langkah-langkah Penelitian
seorang pun dari mereka yang sanggup menandingi Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh
atau mengimbanginya, padahal mereka adalh orang- dalam penelitian ini diupayakan sesuai dengan
orang yang pantang dikalahkan (Al-Qatthan, 1981; metode yang digunakan dan bukan
261). menggunakan program yang ada dalam software
Waktu terus berjalan silih berganti melewati komputer. Langkah-langkah tersebut adalah:
ahli-ahli bahasa Arab, namun kemukjizatan Al- a. Menetapkan masalah yang akan dibahas
qur‟an tetap tegar bagai gunung yang menjulang
tinggi.Di hadapannya semua kepala bertekuk lutut, b. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan
tidak terpikir oleh mereka untuk mengimbangai dan dengan masalah tersebut dengan terlebih
mengalahkan Al-Qur‟an. Hal ini senantiasa akan dahulu membuat deskripsi mengenai
tetap demikian keadaanya hingga hari kiamat kelak. indikasi ayat-ayat yang mengandung gaya
bahasa simile.
Gaya bahasa Al-Qur‟an sebenarnya tidak keluar
dari aturan-aturan kalam yang telah di buat oleh c. Mempelajari ayat-ayat dimaksud secara
orang-orang Arab itu sendiri, baik lafazh dan huruf- komprehensif sehingga diketahui maksud
hurufnya maupun susunan dan uslub-uslubnya.Akan dan tujuannya.
tetapi, kelebihan Al-Qur‟an adalah adanya keserasian d. Menganalisa ayat-ayat dimaksud, kemudian
jalinan huruf-hurufnya, susunan bahasa dan uslub- mengklasifikasikannya berdasarkan gaya
uslubnya. Ungkapannya indah, uslubnya manis, ayat- bahasa yang digunakan sesuai kaidah bahasa
ayatnya teratur, serta memperhatikan siatuasi dan arab dan sastra arab.
kondisai dalam berbagai macam bayannya
Secara umum, penelitian ini bertumpu pada
METODE PENELITIAN metode penelitian kepustakaan (library research),
yaitu dengan mempelajari bahan-bahan bacaan yang
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan berhubungan dengan masalah yang menjadi objek
pendekatan kualitatif dengan memperhatikan aspek pembahasan ini. Bahan-bahan tersebut meliputi
sastra dan hermeunetik (tafsir), karena berupaya buku-buku, majalah dan lain sebagainya.
memahami redaksi teks ayat-ayat al-Qur‟an dari
berbagai aspeknya termasuk asbabunnuzul (sebab- TEMUAN PENELITIAN
sebab turunnya ayat). Tema yang dibahas adalah
ayat-ayat al-Qur‟an yang sarat akan nilai sastra Al-Qur‟an terbagi dalam 30 juz, 114 surat dan
khususnya penggunaan gaya bahasa simile. 6236 ayat. Menurut perhitungan para ahli, jumlah
kata dalam al-Qur‟an sebanyak 74.499 dan jumlah
1. Objek Penelitian suku katanya adalah 325.345. ayat-ayat al-Qur‟an
Objek yang dikaji dalam penelitian ini adalah tidak disusun secara kronologis. Lima ayat pertama
gaya bahasa simile dan makna gaya bahasa diturunkan di gua hira pada malam 17 Ramadhan
simile yang terdapat dalam al-Qur‟an. tahun pertama sebelum hijrah atau pada malam
2. Data dan Sumber Penelitian nuzulul qur‟an ketuka Nabi Muhammad berusia 40
tahun, saat ini ayat ayat-ayat tersebut terletak dalam

112
Nurhidayat; Penggunaan Gaya Bahasa

surat al-‟Alaq. Adapun ayat terkhir yang diturunkan antara benda dengan
di Padang Arafah ketika Nabi Muhammad berusia 63 keadaan
tahun pada tanggal 9 Zulhijjah tahun 10 Hijrah. Ayat
tersebut saat ini berada dalam surat al-Maidah ayat 3. Jumlah 25
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis
lakukan dapat diketahui bahwa penggunaan gaya Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuat tabel
bahasa simile dalam bentuk penggambaran yang luas penggolongan makna penggunaan gaya bahasa simile
(perumpamaan) yang terdapat dalam al-Qur‟an yang terdapat dalam al-Qur‟an sebagai berikut:
sebanyak 25 buah. Adapun datanya sebagai berikut.
N Makna gaya Jumlah
Penelitian tentang penggunaan gaya bahasa No bahasa simile
simile dalam al-Qur‟an setelah dilakukan teknik
analisis dokumen data, diperoleh sebanyak 25 data 1Gaya bahasa simile 3
yang berupa ayat al-Qur‟an. Penelitian penggunaan 1 yang bermakna
gaya bahasa simile dalam al-Qur‟an dibagi menjadi anjuran untuk
lima macam, yaitu: pertama, gaya bahasa simile yang melakukan sesuatu
membandingkan antara manusia dengan keadaan. 2Gaya bahasa simile 11
Kedua, gaya bahasa simile yang membandingkan 2 yang bermakna
antara manusia dengan manusia. Ketiga, gaya bahasa anjuran untuk
simile yang membandingkan antara manusia dengan meninggalkan
binatang. Keempat, gaya bahasa simile yang sesuatu
membandingkan antara keadaan dengan keadaan.
Kelima, gaya bahasa simile yang membandingkan 3Gaya bahasa simile 11
antara keadaan dengan keadaan. 3 yang menjelaskan
sesuatu yang abstrak
Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuat table
dengan sesuatu yang
penggolongan penggunaan gaya bahasa simile yang
kongkrit
terdapat dalam al-Qur‟an sebagai berikut:
Jumlah 25
Aspek
N gaya bahasa Jumlah gaya
No simile bahasa simile .
1Gaya bahasa simile 4
KESIMPULAN
1 yang
membandingkan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
antara manusia peneliti menemukan beberapa makna yang terdapat
dengan keadaan dalam penggunaan gaya bahasa simile dalam al-
Qur‟an. Secara umum, makna tersebut terdiri dari
2Gaya bahasa simile 4 tiga macam, yaitu: pertama, gaya bahasa simile yang
2 yang berisi anjuran untuk melakukan sesuatu. Kedua, gaya
membandingkan bahasa simile yang berisi anjuran untuk
antara manusia meninggalkan sesuatu. Ketiga, gaya bahasa simile
dengan manusia yang digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang
abstrak dengan contoh yang kongkrit.
3Gaya bahasa simile 3
3 yang
DAFTAR PUSTAKA
membandingkan
antara manusia Abdul Fatah lasyin, al-Bayan fi Dlau’i Asalib al-
dengan binatang Qur’an, Mesir: Dar Ma‟arif, 1985.
Ahmad al-Hasymi, Jawahir al-Balaghah fi Ma’ani
4Gaya bahasa simile 7
wa al-Bayan wa al-Badi’, Mesir: Maktabah
4 yang
Dar ikhya‟ al-Kutub al-Arabiyyah, 1985.
membandingkan
antara keadaan .............................,Jawahir al-Adab, Mesir:
dengan keadaan Maktabah Dar ikhya‟ al-Kutub al-Arabiyyah,
1985.
5Gaya bahasa simile 7
Andre Hardjana, Kritik Sastra: Suatu Pengantar,
5 yang
Jakarta: Gramedia, 1983
membandingkan

113
Manhaj, Vol. 4, Nomor 2, Mei – Agustus 2016

Azyumardi Azra, Sejarah dan Ulum al-Qur’an,


Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999.
Badudu, J.S, dan Sutan Mohammad Zain, Kamus
Umum Bahasa indonesia, Jakarta: Pustaka
Sinar harapan, 1994, h. 1227.
Badruddin Muhammad bin Abdullah, al-Zarkasyi, al-
Burhan fi Ulum al-Qur’an, Beirut: dar Kutub
al-Ilmiah, 1988
Bustami A. Gani dan Chatibul Umam, Beberapa
Aspek Ilmiah Tentang al-Qur’an, Jakarta: PT.
Pustaka Litera Antar Nusa, 1994.
Ibrahim Anis, al-mu’jam al-Wasith, Kairo: Majma‟
al-Lughah al-Arabiyyah, 1973.
Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakr al-Suyuthi, al-
Itqan fi Ulum al-Qur’an, Jakarta: Dinamika
Berkah Utama, t.th
Jarim Ali dan Mustafa Amin, al-Balaghah al-
Wadihah,al-Bayan wa al-Ma’ani wa al-badi’,
Surabaya: Bungakul indah, 1957.
Al-Maidani abdurrahman hasan, al-Amtsal al-
Qur’aniah, Beirut: Dar al-Qolam, 1980.
Manna‟ al-Qatthan, Mabahits fi ulum al-Qur’an,
Beirut: Muassasah al-Risalah, 1981.
M. Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an Ditinjau dari
Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan
Pemberitaan Gaib, Bandung: Mizan, 1997.
-------------------------, Tafsir al-Mishbah: Pesan,
Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Jakarta:
Lentera Hati, 2006
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa, Tafsir al-Maraghi,
Beirut: Dar al-Fikr, 1365 h.
Muhammad Ali Abu hamdah, Min Asalib al-bayan fi
al-Qur’an, Amman: maktabah al-Risalah al-
haditsah, 1983
Al-Rifa‟I Muhammad Nasib, Ringkasan Tafsir Ibnu
Katsir, Jakarta: gema Insani Press, 1999.
Al-Shalih Subhi, Mabahits fi Ulum al-Qur’an,
Beirut: Dar Ilmi li al-Malayin, 1988, Cet. Ke-
17.
Al-Suyuthi Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakr,
al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, Mesir: Isa al-baby
al-Halabi, t.th.
Toha K, Riris, dan Sarumpaet, Pedoman Penelitian
Sastra Anak, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2010.

114

Anda mungkin juga menyukai