Anda di halaman 1dari 15

GAYA BAHASA AL-QUR’AN DAN GAYA BAHASA PADA PUISI

“AHINNU ILA KHUBZI UMMI” KARYA MAHMOUD DARWISH.

M. Fikri Huzaifi
Ahmadhuzaifi19@gmail.com
Dzulkarnain
zulkarnain11091999@gmail.com
Dwi Rizaldi Mualimin
dwirizaldim@gmail.com

Abstrak
Al-qur’an adalah kitab suci yang Allah turunkan sebagai pedoman
bagi seluruh umat islam dan merupakan mukjizat yang besar. Oleh
karena itu umat islam perlu untuk mengkaji lebih dalam terkait dengan
isi yang terdapat di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dan mendeskripsikan gaya bahasa yang dapat kita temukan dalam
beberapa ayat al-qur’an dan beberapa contoh karya sastra modern
dengan menggunakan kajian stilistika. Adapun metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Sumber data didapatkan
dari beberapa contoh ayat al-qur’an dan potongan kalimat dari karya
sastra modern, seperti; novel, majalah, puisi, cerpen, syair, dll.
Gaya bahasa merupakan satu unsur yang sangat penting dalam karya
sastra modern. Maka biasanya majas akan lebih banyak ditemukan
supaya dapat lebih membangun suasana atau menghidupkan karya.
Seperti majas yang kita temukan dalam suatu karya puisi. Dengan
adanya majas tertentu, maka akan memberikan efek yang lebih hidup
dari puisi tersebut.
Kata kunci: Gaya bahasa Al-Qur’an, Gaya Bahasa Sastra Modern,
Puisi.
A. PENDAHULUAN
Al-qur’an adalah mukjizat yang Allah Turunkan dengan segala
kelebihan dan keindahan gaya bahasa yang terkandung di dalamnya.
Bahasa yang digunakan di dalm Al-qur’an bukan lah bahasa yang
standar (biasa). Akan tetapi, bahasa Arab yang memiliki keindahan
sangat luar biasa sehingga tidak ada yang bisa menandinginya.
Bahkan, bahasa Arab sendiri ikut mempengaruhi perkembangan dan
kemajuan bahasa dan sastra arab. Lalu setelah al-Qur’an turun, para
sastrawan saling berlomba untuk membuat karya yang dapat
menandingi Al-Qur’an. Tapi, semua itu tidaklah berhasil.
Al-qur’an tetap menjadi mukjizat yang tidak pernah ada
tandingannya. Bahkan pada masa itu bangsa Arab sedang berada di
puncak yang sangat tinggi dalam bidang bahasa dan sastranya. Namun,
Al-qur’an dengan mukjizatnya dapat menundukkan kesombongan
bangsa Arab atas segala kemajuan dan perkembangan sastranya. Sejak
saat itu banyak bangsa Arab yang memeluk agama Islam dan tekun
mempelajarinya sebagai karya sastra yang maha agung dan
mengagumi segala keindahan pada setiap kata atau ayat-ayatnya.
Keindahan sastra dalam Al-Qur’an tidak terlepas dari gaya bahasa
yang terkandung di dalamnya yang dapat kita temukan dalam
terjemahan Al-Qur’an itu sendiri. Sehingga dapat dipahami oleh
siapapun yang membacanya. Karena Al-Qur’an diturunkan untuk
dapat dipahami dan dijadikan pedoman hidup bagi umat Islam supaya
mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan baik di dunia maupun
akhirat.
Gaya bahasa sering menjadi bahan analisis yang biasanya terdapat
pada karya sastra berupa novel, majalah, syair, cerpen, puisi ataupun
lirik lagu.
Sastra sebagai hasil pekerjaan seni kreasi. manusia tidak akan
pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya
sastra. Bahasa dan manusia erat kaitannya. Karena pada dasarnya,
keberadaan sastra sering bermula dari persoalan dan permasalahan
yang ada pada manusia dan lingkungannya. Kemudian, dengan adanya
imajinasi yang tinggi seorang pengarang tinggal menuangkan masalah-
masalah yang ada di sekitarnya menjadi sebuah karya sastra.
Media karya sastra adalah bahasa, adapun fungsi bahasa sebagai
karya sastra membawa ciri-ciri tersendiri. Artinya, bahasa sastra adalah

Isu-isu Kontemporer Kebahasaan


bahasa sehari-hari itu sendiri. Kata-katanya dengan sendirinya
terkandung dalam kamus. Perkembangannya pun mengikuti
perkembangan masyarakat pada umumnya.1

B. KAJIAN TEORI
Penelitian atau karya ilmiah mengenai gaya bahasa sudah pernah
dilakukan. Akan tetapi, penelitian atau karya ilmiah tersebut hanya
memfokuskan hanya pada salah satu objek baik dalam gaya bahasa
yang terdapat di dalam Al-Qur’an ataupun gaya bahasa yang
terdapat dalam karya sastra modern. Penelitian ini menggunakan
data/ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an. Hal ini berkaitan pula
dengan kehidupan dan keseharian umat Islam yang tidak pernah
luput dalam setiap kesehariannya dengan Al-Qur’an. Karena Al-
Qur’an sendiri menjadi pedoman dan tuntunan hidup bagi setiap
muslim. Bahkan, menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk
mempelajari dan mengamalkannya.
Dan adapun penelitian mengenai gaya bahasa yang terdapat pada
novel sang pencerah oleh Wahyudi (2011). Dari hasil penelitiannya
setidaknya terdapat 16 jenis majas. Diantaranya; alusio, sinekdok,
metonimia, personifikasi, epitet, simile, metafora, hiperbola,
koreksio, retoris, antithesis, klimaks, anafora, mesodiplosis,
tautologi, dan eponim. Gaya bahasa yang paling dominan dalam
penelitiannya adalah hiperbola serta hubungan antara gaya bahasa
dan tokoh utama novel tersebut menunjukkan nilai-nilai
kemanusiaan dan nilai-nilai keagamaan.2 . Adapun persamaan
dalam penelitian ini adalah sama-sama mengkaji gaya bahasa
(majas). Namun, perbedaannya terletak pada pada objek kajiannya.
Pada penelitian kali ini akan membahas persamaan gaya bahasa
(majas) yang terdapat dalam ayat Al-Qur’an dan salah satu karya
sastra modern dalam bentuk puisi karya Mahmoud Darwish dengan
judul Ahinnu ila Khubzi Ummi. Pada penelitian ini difokuskan
untuk membahas hanya dari segi majas Hiperbola, Paradoks dan
Personifikasi.

1
Ibrahim, Analisis Gaya Bahasa Dalam Kumpulan Novel Mimpi Bayang Jingga, Karya Sanie B. Kuncoro. Jurnal
Sasindo Unpam, 3(3), 35-37.
2
Rahil Helmi, Majas Yang Terkandung Dalam Al-Qur’an Terjemahan Surat Al-Baqoroh, 2017.

Isu-isu Kontemporer Kebahasaan


1. Gaya Bahasa Al-qur’an
Supaya dapat mengetahui dan memahami isi Al-qur’an, tentu
saja kita harus mengetahui pengertian dari gaya bahasa Al-
Qur’an itu sendiri. Berikut adalah beberapa definisi dari gaya
bahasa Al-Qur’an
Gaya bahasa Al-Qur’an terdiri dari tiga suku kata, yatitu;
gaya, bahasa, dan al-qur’an. Gaya bahasa Al-Qur’an yang
dimaksud di sini adalah variasi yang digunakan oleh al-qur’an
dalam mengungkapkan dan menyampaikan yang
3
dikehendakinya . Dan adapun dalam pengertian lain, gaya
bahasa Al-Qur’an adalah susunan yang indah yang berlainan
dengan susunan bahasa Arab4.
Susunan gaya bahasa yang terdapat di dalam Al-Qur’an
sendiri tidak sama dengan gaya bahasa yang terdapat dalam
karya sastra manusia. Karena Al-Qur’an sendiri bukan lah syair
ataupun puisi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa Al-Qur’an adalah
kumpulan kata-kata dan kalimat yang berasal dari sumber dan
redaksi yang sama sehingga Al-Qur’an memiliki karakteristik
yang istimewa dan khas.

2. Gaya Bahasa Sastra Modern (Puisi)


Sastra adalah penggunaan bahasa yang memiliki ciri dan
karakteristik yang khas, yang hanya dapat dipahami dengan
pengertian dan konsepsi bahasa yang tepat. Dalam hal ini, dapat
dipahami bahwa sastra dapat dikaji secara linguistik. Berikut
adalah teks yang menjadi pembahasan;
‫أحن إلى خبز أمي‬
‫أحن إلى خبز أمي‬
‫وقهوة أمي‬
‫ولمسة أمي‬
‫وتكبر في الطفولة‬

3
Drs. Hafidz Abdurrahman, M.A., Ulumul Qur’an Praktis. (Bogor: Pustaka Utama, 2004) hlm. 193-194
4
Muhammad Ali Ash-Shaabuuniy, Studi Ilmu Al-Qur’anI, (Bandung: Pustaka Setia, 1998)

Isu-isu Kontemporer Kebahasaan


‫يوما عىل صدر يوم‬
‫وأعشق عمري ألين‬
‫إذا مت‬
‫أخجل من دمع أمي‬
‫خذيني‪ ،‬إذاعدت يوما‬
‫وشاحا لهدبك‬
‫وغطي عظامي بعشب‬
‫تعمد من طهر كعبك‬
‫وشدي وثاقي‬
‫بخصلة شعر‬
‫بخيط يلوح ف ذيل ثوبك‬
‫عساني أصير إلها‬
‫إلها أصير‬
‫إذا ما لمست قرارة قلبك‬
‫ضعيني‪ ،‬إذا ما رجعت‬
‫وقودا بتنور نارك‬
‫وحبل غسيل على سطح دارك‬
‫ألني فقدت الوقوف‬
‫بدون صالة نهارك‬
‫هرمت‪ ،‬فر دي نجوم الطفولة‬
‫حتى أشارك‬
‫صغار العصافري‬
‫درب الرجوع‬
‫لعش انتظارك‬
‫‪(Darwish, 2013, pp. 26–27).‬‬

‫‪Isu-isu Kontemporer Kebahasaan‬‬


Aku Rindu Roti Ibuku
Aku rindu roti ibuku
kopi ibuku
dan sentuhan ibuku
masa kecil tumbuh dalam diriku
dari hari ke hari
Aku mencintai hidupku
Karena jika aku mati
Aku malu pada air mata ibuku
Bawalah aku jika aku kembali suatu hari nanti
sebagai tudung bulu matamu
dan tutupilah tulangku
dengan rumput yang diberkahi oleh sucinya kakimu
perkuatlah ikatanku
dengan helai rambut
dengan benang yang menjuntai dari ujung bajumu
semoga Aku menjadi Tuhan
Aku ingin menjadi Tuhan
tatkala aku bersua dengan relung hatimu
Ketika aku pulang, jadikanlah aku
sebagai bahan bakar tungku perapianmu
sebagai tali jemuran di atap rumahmu
karena aku telah hilang pendirian
tanpa doa siangmu
Aku telah tua
bawakan aku bintang-bintang masa kecil
sehingga aku dapat menemani burung-burung kecil
ke arah pulang
menuju serang penantianmu

Salah satu karya sastra adalah puisi atau syair. Dalam puisi,
terdapat luapan adicita pemikiran yang dapat menghidupkan dan
membangkitkan perasaan serta khayalan. Puisi merupakan
untaian kata yang diluapkan dari seorang penyair yang mampu
memberikan pengalaman, perasaan, dan pemahaman sehingga

Isu-isu Kontemporer Kebahasaan


dapat menyalurkannya untuk pembaca dan pendengar5. Salah
satu penyair arab yang banyak menghasilkan puisi adalah
Mahmoud Darwish. Karya yang paling terkenal miliknya dan
memiliki makna mendalam serta perasaan yang kuat seperti
makna kesedihan, kerinduan, dan depresi adalah puisi Ahinnu Ila
Khubzi Ummi (Aku rindu roti ibuku). Puisi ini mengambil tema
tentang seorang ibu yang dimaknai sebagai ibu pertiwinya, yaitu
Palestina6.

C. METODE PENELITIAN
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kualitatitf dengan menggunakan metode analisis isi
(content analysis). Sesuai dengan objek penelitiannya, data yang
diambil dalam penelitian ini adalah ayat atau teks yang mengandung
gaya bahasa tertentu. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
berbagai macam contoh kalimat gaya bahasa yang dapat kita ambil
ambil dari beberapa ayat Al-qur’an dan puisi Ahinnu ila khubzi ummi
karya Mahmoud Darwish sebagai sumber data utamanya.

5
Maulana Ihsan Ahmad, Representasi Semiotika Roland Barthes Dalam Syair “Ahinnu Ila Khubzi Ummi” karya
Mahmoud Darwish. (2020)
6
Ibid

Isu-isu Kontemporer Kebahasaan


D. PEMBAHASAN
1. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan unuk
meningkatkan efek estetik dengan jalan memperkenalkan serta
memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda
atau hal lain yang lebih umum7. Dari pernyataan gaya bahasa
yang dijelaskan oleh beberapa ahli tidak tampak adanya
perbedaan yang mendasar, bahkan pendapat itu dapat semakin
memperjelas konsep dari gaya bahasa. Dengan demikian dapat
disimpulkan pengertian gaya bahasa adalah bagaimana cara
penulis/penyair menyampaikan ide atau gagasan dengan
memperhatikan dari segi keindahan gaya bahasa.
Dengan ini, maka penulis akan memberikan contoh masing-
masing dari puisi Ahinnu Ila Khubzi Ummi dan ayat dalam kitab
suci Al-Qur’an.

2. Gaya Bahasa dalam Al-Qur’an dan Puisi Ahinnu Ila Khubzi


Ummi
a) Majas Hiperbola :
Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung
pernyataan yang berlebih-lebihan, baik jumlah, ukuran,
ataupun sifatnya, dengan tujuan untuk menekan,
memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya.
Majas hiperbola juga bis kita sebut Mubâlaghah.
Mubâlaghah adalah ekspresi ungkapan yang
mengambarkan sesuatu hal secara berlebihan yang tidak
mungkin (tidak sesuai dengan kenyataan).
Berikut adalah contoh majas hiperbola yang didapatkan
dari Al-Qur’an dan puisi Ahinnu Ila Khubzi Ummi.

ِ ِ ‫ت فِي بح ٍر لُّ ِج ٍي يَّغْ ٰشىه موج ِمن فَ وقِه مو‬


‫ب‬
ٌ ‫ج م ْن فَ ْوقه َس َحا‬
ٌ َْ ْ ْ ٌ َْ ُ ْ َ ْ ٍ ‫ اَ ْو َكظُلُ ٰم‬

7
Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. (Bandung; Angkasa), 2013.

Isu-isu Kontemporer Kebahasaan


ٰ ‫ض اِذَآ اَخرج يده لَم ي َك ْد ي ٰرىها ومن لَّم يجع ِل‬ ٌۢ
ࣖ ‫اللهُ لَه نُ ْوًرا فَ َما لَه ِم ْن نُّ ْوٍر‬ َ ْ َ ْ ْ ََ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ٍ ‫ع‬
ْ َ ْ َ ْ َ ‫ظُلُ ٰم‬
‫ب‬ ‫ق‬
َ ‫و‬ ‫ف‬
َ ‫ا‬ ‫ه‬‫ض‬ُ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ت‬
ٌ

Atau (keadaan orang-orang kafir) seperti gelap gulita di


lautan yang dalam, yang diliputi oleh gelombang demi
gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah gelap
gulita yang berlapis-lapis. Apabila dia mengeluarkan
tangannya hampir tidak dapat melihatnya. Barangsiapa
tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, maka dia tidak
mempunyai cahaya sedikit pun (QS. An-Nur:40)
Pada ayat tersebut mengandung majas hiperbola dan
menjelaskan perumpamaan amalan orang-orang kafir itu
sedikitpun tidak akan mereka dapatkan. Seperti halnya
tangan yang ingin mengambil mutiara di dalam lautan
sedangkan laut itu gelap serta ditambah laut yang diterpa
ombak lalu di atasnya terdapat awan yang sangat mendung.
Sehingga membuatnya nampak mustahil untuk
mendapatkan mutiara (amalan) yang ada di dasar lautan
tersebut. Dan Allah tidak akan memberikan cahaya
(hidayah) melainkan atas kehendak-Nya.
Adapun selanjutnya adalah contoh yang diambil dari
puisi karya Mahmoud Darwish yang diambil pada bait
berikut;
ْ َ‫ َع َسانِي أ‬
‫صي ُر إِلها‬
‫إلها أصير‬
Semoga aku menjadi Tuhan
Aku ingin menjadi Tuhan

Pada bait di atas menunjukkan bahasa yang berlebihan.


Pengarang berharap bisa abadi seperti Tuhan. Keinginan
bisa abadi agar bisa membantu negaranya yang sedang
mengalami peperangan dengan negara Israel.
Kecintaannya terhadap negara terlihat dalam puisinya.
Bahkan, ia menginginkan abadi layaknya Tuhan agar bisa
setiap waktu bisa membantu negaranya dan berharap
negaranya segera damai. Kemudian, seperti dalam bait
lainnya.

Isu-isu Kontemporer Kebahasaan


Isu-isu Kontemporer Kebahasaan
‫ َوقُ ْو ُد ْوا بِتَ نَ ُّوِر ناَ ِر ِك‬
Sebagai bahan bakar apimu

Bait puisi tersebut menunjukkan bahasa yang berlebihan.


Pengarang menggunakan kalimat bahan bakar untuk
menggantikan gambaran dirinya yang bersedia menjadi
bahan bakar sang ibu (negaranya). Itu dilakukan karena
kecintaannya kepada sang ibu (negaranya).

b) Majas Paradoks
Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung
pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada.
Pengungkapan tersebut dinyatakan dengan dua hal yang
seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya
benar8. Berikut adalah contoh majas paradoks yang bisa
kita lihat pada salah satu surat dalam Al-Qur’an, yaitu;
ۡ
ُؕ‫اَ ۡم تُ ِر ۡي ُد ۡو َن اَن تَ ۡسَلُ ۡوا َر ُس ۡولَ ُك ۡم َك َما ُس ِٕى َل ُم ۡو ٰسى ِم ۡن قَ ۡبل‬
ۡ ِ ۡ ِۡ ِ ۡ ۡ ِ
‫السبِ ۡي ِل‬
َّ ‫ضلَّ َس َوآ َء‬َ ‫َوَمن يَّتَ بَ َّدل ال ُکف َر باۡلي َمان فَ َق‬
‫د‬ ۡ

Ataukah kamu hendak meminta kepada Rasulmu


(Muhammad) seperti halnya Musa (pernah) diminta (Bani
Israil) dahulu? Barangsiapa mengganti iman dengan
kekafiran, maka sungguh, dia telah tersesat dari jalan yang
lurus. (QS. Al-Baqoroh:108)
Dalam ayat 108, Apakah kamu menghendaki untuk
meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israil meminta
kepada Musa pada jaman dahulu? dan barangsiapa yang
menukar iman dengan kekafiran, Maka sungguh orang
itu telah sesat dari jalan yang lurus. Kedua frasa yang
bercetak tebal mengisyaratkan hal yang seolah olah
bertentangan namun sebenarnya objek yang
dikemukakan berbeda. Maka dapat disimpulkan hal ini
merupakan majas paradoks.

8
Lafamane, F. Kajian stilistika (komponen kajian stilistika). 2020.

Isu-isu Kontemporer Kebahasaan


Dan berikut contoh serupa yang diambil dari contoh
puisi karya Mahmoud Darwis, yaitu;
‫ وشدي وثاقي‬
‫بخصلة شعر‬
‫بخيط يلوح في ذيل ثوبك‬
perkuatlah ikatanku
dengan tipisnya rambut
dengan benang yang tampak pada lipatan bajumu

Pada bait di atas menunjukkan bahasa yang


bertentangan, namun memiliki suatu kebenaran. Ini terlihat
dalam kalimat ‫( وثاقي‬ikatanku) yang kemudian dilanjutkan
dengan bait yang memiliki ungkapan bertentangan, yaitu
(‫ )بخصلة شعر‬menggunakan (rambut tipis) dan ( ‫بخيط يلوح ف‬

‫( )ذيل ثوبك‬benang yang terlihat pada lipatan baju).


Dari kalimat tersebut jelas bahwa adanya suatu
pertentangan dari kedua kalimat tersebut, akan tetapi dari
keduanya menggambarkan suatu simbol yang identik
dengan kerapuhan. Pemanfaatan gaya bahasa paradoks
dalam puisi Mahmoud Darwis ini menggambarkan bahwa
ada gaya bahasa yang pada mulanya terlihat mengandung
makna pertentangan dari kedua kalimat tersebut. Akan
tetapi, dari keduanya menggambarkan suatu simbol yang
identik dengan kerapuhan.
Pemanfaatan gaya bahasa paradoks dalam puisi
Mahmoud Darwis ini menggambarkan bahwa ada gaya
bahasa yang pada mulanya terlihat mengandung makna
pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada, akan
tetapi pada kalimat selanjutnya menarik perhatian karena
megandung suatu kebenaran.

Isu-isu Kontemporer Kebahasaan


c) Majas Personifikasi
Personifikasi adalah bahasa kiasan yang
menggambarkan sifat-sifat manusia pada binatang,
tumbuhan, benda atau konsep9. Dengan kata lain,
penginsanan atau personifikasi adalah jenis majas yang
meletakkan sifat-sifat insan kepada benda-benda yang tidak
bernyawa dan ide yang abstrak 10. Berikut adalah contoh
yang kami dapatkan dari ayat Al-Qur’an;

َّ
ْ ‫ والل ْي ِل إذَا َع ْس َع‬
‫س‬

Demi malam apabila ia telah larut (meninggalkan


gelapnya) (QS. At-Takwir:17)

Majas personifikasi tampak pada ayat demi malam


apabila telah hampir meninggalkan gelapnya (ayat 71).
Pada ayat tersebut kata malam dikatakan meninggalkan
gelap padahal bumi berputar pada porosnya sehingga
sebagian permukaan bumi terhalangi untuk memperoleh
cahaya matahari. Hal tersebut menyebabkan terjadinya
siang dan malam. Kata malam merupakan benda tidak
bernyawa yang dianggap memiliki sifat seperti
manusia yang dapat meninggalkan sesuatu. Itu
merupakan majas personifikasi.
Dan berikut contoh serupa yang didapatkan dari puisi
karya Mahmoud Darwish, yaitu;
‫ وتكبر في الطفولة‬
Kenangan masa kecil terus tumbuh

Bait di atas menunjukkan bahwa kenangan itu seolah-


olahnya seperti makhluk hidup yang bisa terus mengalami
pertumbuhan. Penyair menggambarkan masa kecil sebagai

9
Syafethi, Semitotik Riffaterre: Kasih Sayang Pada Puisi An Die I Cristoph Friedrich Von Schiller. (Skripsi,
Universitas Yogyakarta). 2016.
10
Laila, A. Gaya bahasa perbandingan dalam kumpulan puisi Melihat Apu Bekerja karya M Aan Mansyur. Jurnal
Gramatika: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 2016.

Isu-isu Kontemporer Kebahasaan


waktu yang dipersonifikasikan dengan suatu makhluk
hidup sehingga terkesan bahwa kenangan itu ada dan
terus mengalami perkembangan. Apabila kita
menggunakan gaya bahasa personifikasi, kita memberikan
ciri-ciri kualitas, yaitu kualitas pribadi orang kepada benda-
benda yang tidak bernyawa atau pun kepada gagasan-
gagasan.

ِ ‫ت قَ رارةَ قَ لْب‬
!‫ك‬ َ َ َ ُ ‫ إِذَا َما لَ َم ْس‬
jika aku menyentuh ke dalam hatimu!

Bait tersebut juga menunjukkan bahasa yang seakan-


akan memiliki sifat seperti manusia. Ini tampak dalam
penggunaan kata (‫( )قلبك‬hatimu) sebagai benda mati
(perasaan), yang seakan-akan memiliki sifat yang sama
dengan makhluk hidup di mana manusia dapat
menyentuhnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
dari kedua kutipan diatas sudah menggambarkan
pemanfaatan dari gaya bahasa personifikasi yang
mengandung makna mendeskripsikan benda-benda mati
atau sesuatu yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki
sifat kemanusian.

E. KESIMPULAN
Gaya bahasa Al-Qur’an memiliki ciri-ciri yang menjadikannya
lebih indah dengan memahami maknanya dengan sempurna.
Keindahan tersebut nampak dari penggunaan majas yang khas.
Oleh karena itu, Al-Qur’an sendiri menjadi mukjizat yang
memperlihatkan kepada seluruh manusia bahwa ini adalah karya
agung dan tidak ada satu pun bisa menandingi keindahannya.
Gaya bahasa pula merupakan satu unsur yang sangat penting
dalam karya sastra modern. Maka biasanya majas akan lebih
banyak ditemukan supaya dapat lebih membangun suasana atau
menghidupkan karya. Seperti majas yang kita temukan dalam suatu
karya puisi. Dengan adanya majas tertentu, maka akan memberikan
efek yang lebih hidup dari puisi tersebut.

Isu-isu Kontemporer Kebahasaan


DAFTAR PUSATAKA
Abdurrahman, Hafidz., 2004, Ulumul Qur’an Praktis. (Bogor:
Pustaka Utama) hlm. 193-194
Ahmad, Maulana Ihsan., 2020, Representasi Semiotika Roland
Barthes Dalam Syair “Ahinnu Ila Khubzi Ummi” karya Mahmoud
Darwish.
Ash-Shaabuuniy, Muhammad Ali., 1998, Studi Ilmu Al-Qur’anI,
(Bandung: Pustaka Setia)
Helmi, Rahil., 2017, Majas Yang Terkandung Dalam Al-Qur’an
Terjemahan Surat Al-Baqoroh.
Ibrahim, Analisis Gaya Bahasa Dalam Kumpulan Novel Mimpi
Bayang Jingga, Karya Sanie B. Kuncoro. Jurnal Sasindo Unpam,
3(3), 35-37
Lafamane, F., 2020, Kajian stilistika (komponen kajian
stilistika).
Laila, A., 2016, Gaya bahasa perbandingan dalam kumpulan
puisi Melihat Apu Bekerja karya M Aan Mansyur. Jurnal
Gramatika: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
Syafethi, 2016, Semitotik Riffaterre: Kasih Sayang Pada Puisi
An Die I Cristoph Friedrich Von Schiller. (Skripsi, Universitas
Yogyakarta).
Tarigan, 2013, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
(Bandung; Angkasa).

Isu-isu Kontemporer Kebahasaan

Anda mungkin juga menyukai