Anda di halaman 1dari 2

1.

MUKJIZAT AL QUR’AN DITINJAU DARI ASPEK KEBAHASAAN

A. Keahlian Masyarakat Arab


Seperti telah dikemukakan dalam uraian tentang pengertian mukjizat bahwa setiap
Nabi datang dengan mukjizat yang berkaitan dengan “keahlian masyarakat”. Hal ini
karena suatu keistimewaan baru dapat menjadi bukti apabila aspek yang dikemukakan
dapat dimengerti oleh mereka yang ditantang, dan bahwa bukti tersebut akan semakin
membungkamkan apabila aspek tantangan yang dimaksud menyangkuat sesuatu yang
dinilai sebagai keunggulan yang ditantang.
Al Qur’an pertama kali berintraksi dengan masyarakat Arab ada masa Nabi
Muhammad Saw. Keahlian mereka adalah bahasa dan sastra Arab. Dimana-mana terjadi
musabaqah ( perlombaan ) dalam menyusun syair atau khutbah, petuah, dan nasihat.
Syair-syair yang dinilai indah, digantung dika’bah, sebagai penghormatan kepada
penggubahnya sekaligus untuk dapat dinikamati oleh yang melihat atau membacanya.
Penyair mendapat kedudukan yang istimewa dalam masyarakat Arab. Mereka minilai
sebagai pembela kaumnya. Dengan syair dan gubahan, mereka mengatakan reputasi suatu
kaum atau seseorang dan juga sebailiknya dapat menjatuhkan.
Sebenarnya orang-orang Arab yang hidup pada masa turunnya A Qur’an adalah
masyarakat yang paling mengetahui keunikan dan keistimewaan Al Qur’an serta ketidak
mampuan manusia untuk menyusun semacamnya. Tetapi, sebagaian mereka tidak dapat
menerima Al Qur’an karena pesan-pesan yang dikandungnya merupakan sesuatu yang
baru. Hal itu masih ditambah lagi dengan ketidak sejalannya Al Qur’an dengan adat
kebiasaan serta bertentangan dengan kepercayaan mereka, bahkan memorak-
porandakannya. Inilah yang mereka tidak dapat terima. Tetapi, bukanlah muhammad
menyatakan bahwa yang disampaikannya adalah firman Allah.
Dari sini kita dapat berkata bahawa keunikan dan keistimewaan Al Qur’an dari
segi bahasa merupakan kemukjizatan utama dan pertama yang ditunjukan kepada
masyarakat Arab yang dihadapi Al Qur’an lima belas abad yang lalu. Kemukjizatan yang
dihadapkan kepada mereka ketika itu bukan dari isyarat ilmiah Al Qur’an, dan bukan
pula segi pemberitaan gaibnya, karena kedua aspek ini berada di luar pengetahuan dan
kemampuan mereka, bahkan mereka pun menyadari kelemahan mereka dalam bidang
tersebut.
Sebagai contoh, dalam surah terpanjang Al Baqarah pastilah ditemukan ketelitian
dan keindahan bahasa, demikian juga dalam surah Al Kautsar, walaupun surah ini adalah
surah tersingkat. Itu sebabnya telah pula dikemukakan tadi bahwa aspek kebahasaan
merupakan kemukjizatan utama dan pertama yang ditunjukan kepada masyarakat Arab
pada masa Rasulullah Saw. Al Qur’an memiliki keunikan, keistimewaan, dan
kemukjizatan dari aspek tersebut. Untuk itu, marilah terlibat dahulu kita melihat
persyaratan bagi suatu bahasa atau kalimat yang tergolong sebagai bahasa atau kalimat
yang baik dan benar.
B. Para Pakar Bahasa
Pakar-pakar bahasa menetapkan bahwa seseorang dinilai berbahasa dengan baik
apabila pesan yang hendak disampaikannya tertampung oleh kata atau kalimat yang
dirangkai ‫ ( خيراكال م ما قل ودل‬Khair al-kalam ma qalla wa dalla ), yang berati ”sebaik-baik
pembicaraan adalah yang singkat tetapi mencangkup”, demikian demi suatu ungkapan.
Kalimat yang baik adalah tidak bertele-tele, tetapi tidak pula singkat sehingga
mengaburkan pesan. Selanjutnya kata yang dipilih tidak asing bagi pendengaran atau
pengetahuan lawan bicara, dan harus pula mudah diucapkan serta tidak “berat” terdengar
ditelinga. Kata ‫زرات‬A‫ ( مستش‬mustasyzirat ) misalnya dinilai berat karena bergabungnya
sekian banyak huruf yang harus diucapkan dari tempat yang berbeda-beda ( makhrij al-
huruf ). Boleh jadi juga kata dami kata mudah diucapkan huruf-huruf ‫ ( ق‬Qaf ), ‫ ( ر‬Ra’ )
dan ‫ ( ب‬Ba’ ) secara bergantian sulit untuk diucapkan. Misalnya kalimat: ‫( قرب قبر حرب قبر‬
Qurb qabri harb qabrun ) yang berarti “Di dekat kuburan si Harb ada kuburan”.
Di sisi lain harus pula diperhatikan sikap lawan bicara. Boleh jadi dia meragukan
kandungan pembicaraan anda, atau sekedar menduga atau boleh jadi juga telah meyakini
sebelumnya atau belum memiliki ide sama sekali tentang apa yang akan anda sampaikan.
Tingkat dan keadaan lawan bicara seperti dikemukakan ini harus menjadi dasar
pertimbangan dalam menyusun kata atau kalimat anda. Dan yang tidak kurang
pentingnya adalah kesesuaian ucapan anda dengan tata bahasa.
Memilih kata dan menyusun dapat diibaratkan dengan merangkai kembang.
Banyak ragam kembang, ada mawar, ada kamboja, ada pula melati, dan masih banyak
lainnya. Kemudian warna-warna kembang pun beragam. Anda harus pandai memilih
kembang yang sesuai dengan pesan yang ingin anda sampaikan. Anda kembang dan
warna yang menunjukkan asmara membara, ada juga yang bisa diartikan sebagai
lambang kesedihan dan belasungkawa. Tidak indah bunga yang tidak dirangkai, tetapi
buruk apabila merangkainya tidak serasa dan lebih buruk lagi jika terlalu banyak yang
disunguhkan.

Anda mungkin juga menyukai