Seperti telah dikemukakan dalam uraian tentang pengertian mukjizat bahwa setiap Nabi datang dengan mukjizat yang berkaitan dengan “keahlian masyarakat”. Hal ini karena suatu keistimewaan baru dapat menjadi bukti apabila aspek yang dikemukakan dapat dimengerti oleh mereka yang ditantang, dan bahwa bukti tersebut akan semakin membungkamkan apabila aspek tantangan yang dimaksud menyangkuat sesuatu yang dinilai sebagai keunggulan yang ditantang. Al Qur’an pertama kali berintraksi dengan masyarakat Arab ada masa Nabi Muhammad Saw. Keahlian mereka adalah bahasa dan sastra Arab. Dimana-mana terjadi musabaqah ( perlombaan ) dalam menyusun syair atau khutbah, petuah, dan nasihat. Syair-syair yang dinilai indah, digantung dika’bah, sebagai penghormatan kepada penggubahnya sekaligus untuk dapat dinikamati oleh yang melihat atau membacanya. Penyair mendapat kedudukan yang istimewa dalam masyarakat Arab. Mereka minilai sebagai pembela kaumnya. Dengan syair dan gubahan, mereka mengatakan reputasi suatu kaum atau seseorang dan juga sebailiknya dapat menjatuhkan. Sebenarnya orang-orang Arab yang hidup pada masa turunnya A Qur’an adalah masyarakat yang paling mengetahui keunikan dan keistimewaan Al Qur’an serta ketidak mampuan manusia untuk menyusun semacamnya. Tetapi, sebagaian mereka tidak dapat menerima Al Qur’an karena pesan-pesan yang dikandungnya merupakan sesuatu yang baru. Hal itu masih ditambah lagi dengan ketidak sejalannya Al Qur’an dengan adat kebiasaan serta bertentangan dengan kepercayaan mereka, bahkan memorak- porandakannya. Inilah yang mereka tidak dapat terima. Tetapi, bukanlah muhammad menyatakan bahwa yang disampaikannya adalah firman Allah. Dari sini kita dapat berkata bahawa keunikan dan keistimewaan Al Qur’an dari segi bahasa merupakan kemukjizatan utama dan pertama yang ditunjukan kepada masyarakat Arab yang dihadapi Al Qur’an lima belas abad yang lalu. Kemukjizatan yang dihadapkan kepada mereka ketika itu bukan dari isyarat ilmiah Al Qur’an, dan bukan pula segi pemberitaan gaibnya, karena kedua aspek ini berada di luar pengetahuan dan kemampuan mereka, bahkan mereka pun menyadari kelemahan mereka dalam bidang tersebut. Sebagai contoh, dalam surah terpanjang Al Baqarah pastilah ditemukan ketelitian dan keindahan bahasa, demikian juga dalam surah Al Kautsar, walaupun surah ini adalah surah tersingkat. Itu sebabnya telah pula dikemukakan tadi bahwa aspek kebahasaan merupakan kemukjizatan utama dan pertama yang ditunjukan kepada masyarakat Arab pada masa Rasulullah Saw. Al Qur’an memiliki keunikan, keistimewaan, dan kemukjizatan dari aspek tersebut. Untuk itu, marilah terlibat dahulu kita melihat persyaratan bagi suatu bahasa atau kalimat yang tergolong sebagai bahasa atau kalimat yang baik dan benar. B. Para Pakar Bahasa Pakar-pakar bahasa menetapkan bahwa seseorang dinilai berbahasa dengan baik apabila pesan yang hendak disampaikannya tertampung oleh kata atau kalimat yang dirangkai ( خيراكال م ما قل ودلKhair al-kalam ma qalla wa dalla ), yang berati ”sebaik-baik pembicaraan adalah yang singkat tetapi mencangkup”, demikian demi suatu ungkapan. Kalimat yang baik adalah tidak bertele-tele, tetapi tidak pula singkat sehingga mengaburkan pesan. Selanjutnya kata yang dipilih tidak asing bagi pendengaran atau pengetahuan lawan bicara, dan harus pula mudah diucapkan serta tidak “berat” terdengar ditelinga. Kata زراتA ( مستشmustasyzirat ) misalnya dinilai berat karena bergabungnya sekian banyak huruf yang harus diucapkan dari tempat yang berbeda-beda ( makhrij al- huruf ). Boleh jadi juga kata dami kata mudah diucapkan huruf-huruf ( قQaf ), ( رRa’ ) dan ( بBa’ ) secara bergantian sulit untuk diucapkan. Misalnya kalimat: ( قرب قبر حرب قبر Qurb qabri harb qabrun ) yang berarti “Di dekat kuburan si Harb ada kuburan”. Di sisi lain harus pula diperhatikan sikap lawan bicara. Boleh jadi dia meragukan kandungan pembicaraan anda, atau sekedar menduga atau boleh jadi juga telah meyakini sebelumnya atau belum memiliki ide sama sekali tentang apa yang akan anda sampaikan. Tingkat dan keadaan lawan bicara seperti dikemukakan ini harus menjadi dasar pertimbangan dalam menyusun kata atau kalimat anda. Dan yang tidak kurang pentingnya adalah kesesuaian ucapan anda dengan tata bahasa. Memilih kata dan menyusun dapat diibaratkan dengan merangkai kembang. Banyak ragam kembang, ada mawar, ada kamboja, ada pula melati, dan masih banyak lainnya. Kemudian warna-warna kembang pun beragam. Anda harus pandai memilih kembang yang sesuai dengan pesan yang ingin anda sampaikan. Anda kembang dan warna yang menunjukkan asmara membara, ada juga yang bisa diartikan sebagai lambang kesedihan dan belasungkawa. Tidak indah bunga yang tidak dirangkai, tetapi buruk apabila merangkainya tidak serasa dan lebih buruk lagi jika terlalu banyak yang disunguhkan.