Terjadinya pengalihan harta warisan bukanlah semata-mata hanya untuk memperolah pahala ataupun
melaksanakan perintah Allah, akan tetapi pengoperan harta warisan dilakukan mempunyai banyak
manfaat yang tidak hanya untuk kepentingan pribadi, akan tetapi pendistribusian harta warisan
dilakukan mempunyai banyak fungsi antara lain:
b. Warisan adalah infak ijbari/ tidak dapat ditolak oleh ahli waris yang berhak menerimanya, terkecuali
ia menyumbangkan hartanya kepada orang lain.
c. Pembagian warisan kepada para ahli waris dengan batas-batas yang sudah ditentukan, juga
merupakan ijbari/ tidak dapat dirubah ataupun dibatalkan.
d. Penetapan syariah Islam tentang pembagian harta warisan sesuai dengan ketentuan kehendak dan
kepentingan setiap ahli waris, anak lebih banyak memperoleh bagian dari ayah dan ibu, sebab anak
apalagi yang masih kecil lebih butuh kepada bantuan untu melanjutkan hidup dan kehidupan mereka.
Berbeda dengan ayah dan ibu, biasanya yang sudah tua sudah tidak terlalu mementingkan hidup
ataupun kehidupan di dunia. Begitu juga halnya dengan laki-laki mereka lebih banyak menerima bagian
dari perempuan sebab kewajiban laki-laki lebih banyak dan lebih besar dari kewajiban perempuan, yang
wajib memberi nafkah terhadap isteri dan anknya adalah laki-laki. Dengan ini jelas bahwa menyamakan
bagian laki-laki dan peremuan merupakan tindakan yang tidak adil.
Namun, masih ada saja sebagian dari masyarakat kita malah terjadi cekcok dengan masalah
warisan ini. Sangat miris, padahal hikmah dari paembagian warisan ini sangat bermanfaat, di
antaranya yaitu:
2. Menghindari timbulnya fitnah. Karena salah satu penyebab timbulnya fitnah adalah
pembagian harta warisan yang tidak benar;
Adapun masalah berkenaan dengan pembagian harta waris bagi perempuan yang hanya
mendapat setengah dari bagian laki-laki, di dalamnya terdapat hikmah yang mendalam. Salah
satunya ialah kenyataan bahwa lelakilah yang oleh syariat dibebankan tanggung jawab untuk
memberi nafkah keluarga dan membebaskan perempuan dari kewajiban tersebut, meskipun
perempuan boleh saja ikut mencari nafkah.
Kaum lelaki juga diwajibkan oleh agama islam untuk mengeluarkan mas kawin untuk diberikan
kepada istrinya sebagai jaminan cinta kasih sayangnya ketika keduanya menikah, sedangkan
perempuan tidak dibebani apa-apa
Oleh sebab itu, maka sudah tepat dan adil jika dalam pembagian warisan, laki-laki mendapatkan
bagian yang melebihi bagian perempuan. Karena jika tidak demikian, maka hal itu justru akan
menzalimi kaum laki-laki. Meskipun waris bagi perempuan lebih sedikit, sebenarnya akan
tertutupi dengan maskawin dan nafkah yang menjadi haknya dari seorang suami.
Perlu juga diketahui bahwa dalam pembagian waris bagi perempuan tidak selalu mendapat
bagian yang lebih kecil dari bagian waris lak-laki. Ada kondisi-kondisi tertentu yang
menyebabkan pembagian warisan bagi perempuan sama besarnya dengan bagian waris laki-laki.
Contohnya adalah jika seseorang yang wafat meninggalkan ayah, seorang ibu, dan anak, maka
pembagiannya mengikuti firman Allah swt yang berbunyi,
“Dan untuk dua orang ibu bapak, bagi masing-masingnya seperenam dar harta yang
ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak…” (QS. An-Nisa`:11)
Bahkan dalam kondisi tertentu, bagian waris perempuan bisa lebih banyak dibandingkan dengan
waris laki-laki. Seperti seorang perempuan anak tunggal yang ditinggal mati oleh ayahnya,
memiliki setengah dari harta waris ayahnya, atau dua orang anak perempuan yang ditinggal mati
oleh ayahnya, berhak mewarisi duapertiga dari harta ayahnyam, jika mereka tidak memiliki
saudara laki-laki. Jika pun si mayit memiliki seorang ayah, maka ayahnya hanya berhak
mewarisi seperenam dari harta si mayit. Aturan in termaktub dalam firman Allah swt yang
berbunyi:
“… Dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka duapertiga dari
harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separuh
harta. Dan untuk dua orang ibu bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang
ditinggalkan…” (QS An-Nisa`:11)
Islam telah mengatur hak waris dengan sedemikian rupa dengan memperhatikan keadilah kepada
pihak keluarga yang ditinggalkan dengan permasalahan yang akan di hadapi tidak peduli pada
zaman apapun. Hal ini guna menjamin keadilan dan keharmonisan dalam sebuah keluarga
sehingga tidak terjadi perselihan, seperti yang kerab terjadi sekarang ini. []
Pembagian yang benar adalah bahwa harta ayah dan harta ibu tidak digabung menjadi satu.
Logikanya, setiap orang punya harta masing-masing dan masing-masing punya ahli waris
sendiri-sendiri. Meski pun keduanya suami isteri.
Maka sebelum pembagian warisan, harus dipastikan terlebih dahulu, harta mana saja yang
menjadi hak milik ayah dan harta mana saja yang menjadi hak milik ibu. Seandainya ada harta
yang dimiliki bersama, maka harus dipastikan prosentasi nilai kepemilikan masing-masing.
Baik suami maupun isteri, sama-sama saling mewarisi. Tergantung siapa yang meninggal
duluan. Kalau yang meninggal duluan itu suami, maka isteri berhak mendapatkan warisan dari
suaminya. Besarnya 1/4 bagian (25%) bila almarhum tidak punya anak. Atau 1/8 (12,5%) bila
almarhum tidak punya anak.
Sebaliknya juga demikian, bila isteri meninggal duluan, maka suami akan menerima warisan dari
harta milik isterinya. Besarnya 1/2 bagian (5o%) bila almarhumah tidak punya anak. Atau 1/4
(25%) bila almarhumah tidak punya anak.
Sedangkan hubungan orang tua dan anak, juga ada keterkaitan saling mewarisi. Tergantung siapa
yang meninggal duluan. Bila yang meninggal itu anak duluan, maka ayah dan ibu masing-
masing berhak mendapat 1/6 dari harta si anak.
Sebaliknya bila yang meninggal ayah duluan atau ibu duluan, maka anak akan menerima warisan
dengan beberapa kemungkinan:
1. Bila anaknya laki-laki saja, maka mereka menjadi ahli waris dalam bentuk ashabah.
Mereka berhak atas sisa harta yang telah sebelumnya menjadi hak ahli waris
almarhum/ah yang merupakan ashabul furudh.
2. Bila anaknya ada yang laki-laki dan juga ada yang perempuan, maka pembagiannya
sama, hanya bedanya jatah anak laki-laki lebih besar 2 kali lipat dari jatah anak
perempuan.
3. Bila anaknya perempuan semua minimal 2 orang, mereka semua mendapat 2/3 dari total
harta ayah atau ibu mereka.
4. Bila hanya ada anak perempuan tunggal, dia berhak atas 1/2 (50%) dari total harta
ayahnya atau ibunya.
5. Sedangkan anak tiri, sudah jelas tidak mendapat warisan. Hanya anak kandung saja yang
menerima warisan.
Maka dalam kasus anda, harus ada dua kali pembagian warisan. Pertama, pembagian warisan
atas harta ayah anda. Yang berhak menerima (ahli waris) adalah:
Isteri (dalam hal ini ibu anda) yang mendapat 1/8 bagian
2 orang anak perempuan kandung sebesar 2/3 dari total harta ayah, sedangkan anak laki
tapi dia bukan anak ayah melainkan anak tiri ayah, tidak mendapat warisan.
Sisanya untuk para ashabah dari ayah, yaitu saudara ayah, atau ayahnya ayah (kakek),
atau pamannya ayah, atau anak pamannya ayah yang laki-laki. Kalau mereka masih ada,
mereka pun berhak juga. Kalau mereka masih ada, maka sisa dari harta menjadi hak
mereka.
Setelah membagi harta pribadi milik ayah, barulah kita membagi harta pribadi milik ibu. Suami
almarhumah (ayah anda) jelas tidak dapat warisan, karena beliau sudah wafat terlebih dahulu.
Maka ahli waris beliau adalah: