Anda di halaman 1dari 25

PERTEMUAN KE-4

PENDIDIKAN PANCASILA

PEMIKIRAN DAN PELAKSANAAN PAnCASILA

Dosen:
Dr. Dra. Herlina Tarigan, MPPM
Kolonel Caj (K) (Purn)
PERTEMUAN MATERI PEMBELAJARAN (TOPIK)
KE-

6 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN


 PERKEMBANGAN PEMIKIRAN PANCASILA MENUNJUKKAN ADANYA
KOMPLEKSITAS PERMASALAHAN DAN HETEREGONITAS PANDANGAN
 PEMIKIRAN TENTANG PRINSIP DASAR KONSISTEN IMPLEMENTASI
PANCASILA
 PEMIKIRAN PANCASILA TENTANG POLITIK KENEGARAAN SEBAGAI
IDEOLOGI BANGSA, DASAR NEGARA DAN SUMBER HUKUM.
 PEMIKIRAN PANCASILA MELALUI JALUR AKADEMIS DENGAN PENDEKATAN
ILMIAH, IDEOLOGIS, THEOLOGIS, MAUPUN FILOSOFIS

2
 PERKEMBANGAN PEMIKIRAN PANCASILA MENUNJUKKAN
ADANYA KOMPLEKSITAS PERMASALAHAN DAN
HETEREGONITAS PANDANGAN
 Heterogenitas adalah keanekaragaman atau
juga kemajemukan. Faktor geografis dan sejarah
di masa lalu, Indonesia memiliki tingkat
Heterogenitas yang cukup tinggi dan bahkan
didaulat sebagai salah satu Negara paling
beragam di dunia. Wilayah yang terdiri atas
pulau dan juga ragam etnis, agama dan adat
istiadat memang menjadikan Indonesia besar
dan kaya. Disatu sisi beresiko dengan
perbedaan. Apabila tidak dikelola dengan baik
akan berpotensi terjadinya konflik.
3
 Permasalah yang didahapi bangsa antara lain kemiskinan, radikalisme, perbedaan
agama dan permasalahan komplek lainnya, masalah sosial perselisihan dalam
masyarakat akibat interaksi sosial antar individu, interaksi sosial dan kelompok, atau
antara suatu kelompok. Dalam keadaan normal masyarakat akan terintegrasi (bersatu)
di dalam kehidupan yang sesuai pada unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, akan
tetapi apabila unsur yang telah menjadi kaidah sosial terjadi benturan, maka dapat
dipastikan bahwa hubungan sosial akan terganggu sehingga memungkinkan terjadi
kegoyahan dalam kehidupan kelompok.

 Pancasila memiliki lima sila yang berisi solusi dari setiap permasalahan yang terjadi.
Masalah sosial yang pada saat ini terjadi di Indonesia dapat memberikan efek yang
berarti adalah pengganguran, korupsi, konflik Ras, kenakalan remaja, narkoba, dan
pendidikan yang rendah.
 Heterogenitas tafsir Pancasila tidak hanya menyentuh Pancasila secara keseluruhan
tetapi juga pada masing-masing sila di dalamnya, termasuk bagian mana diantara sila
tersebut yang utama.
 Heterogenitas tafsir atas Pancasila meliputi tafsir berdasar agama atau tafsir theologis,
contoh Pancasila versi Islam, Pancasila versi Katolik, Pancasila versi Kristen dan Pancasila
versi Marxis.
 Tafsir dalam pendekatan ideologis bersifat eklektis, tafsir filosofis dan sejarah. Ragam
pendekatan yang digunakan meliputi pendekatan ideologis, pendekatan ilmiah,
pendekatan filosofis dan pendekatan ideologis.
 Penerapan Pancasila tidak lagi dihadapkan pada ancaman pemberontakan yang ingin
mengganti Pancasila dengan ideologi lain, akan tetapi lebih dihadapkan pada kondisi
kehidupan masyarakat yang diwarnai oleh kehidupan yang serba bebas.
 Kebebasan yang mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia saat ini meliputi berbagai
macam bentuk mulai dari kebebasan berbicara, berorganisasi dan berekspresi.
 Kebebasan tersebut di satu sisi dapat memacu kreativitas masyarakat, tapi disisi lain
juga bisa mendatangkan dampak negatif yang merugikan bangsa.
 Hal negatif yang timbul sebagai akibat penerapan konsep kebebasan yang tanpa batas,
seperti munculnya pergaulan bebas, pola komunikasi yang tidak beretika dapat memicu
terjadinya perpecahan.
 Tantangan lain dalam penerapan Pancasila adalah menurunnya rasa persatuan dan
kesatuan diantara sesama warga bangsa saat ini adalah yang ditandai dengan adanya
konflik di beberapa daerah, tawuran antarpelajar, tindak kekerasan yang dijadikan
sebagai alat untuk menyelesaikan permasalahan.
 Pemecahan berbagai kompleksitas permasalahan di dapat ditempuh dengan dua jalur,
yaitu jalur pemikiran politik kenegaraan, dan jalur pemikiran akademis.
 Jalur Pemikiran politik kenegaraan tujuan utamanya adalah untuk pengambilan
keputusan atau kebijakan, lebih mengutamakan aspek pragmatis, sehingga kurang
memperhatikan aspek koherensi, konsistensi, dan korespondensi. Akibatnya berbagai
kebijakan justru kontra produktif dan bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
 Jalur akademis, yaitu dengan pendekatan ilmiah, ideologis, theologis, maupun filosofis.
Pemikiran akademis berfungsi sebagai sumber bahan dan kritik bagi pemikiran politik
kenegaraan. Sebaliknya kasus-kasus yang tidak dapat dipecahkan oleh para pengambil
kebijakan merupakan masukan yang berharga bagi pengembangan pemikiran akademis.
Setiap pemikiran akademis belum tentu dapat diterapkan dalam kebijakan politik
kenegaraan, sebaliknya setiap kebijakan politik kenegaraan belum tentu memiliki validitas
yang tinggi jika diuji secara akademis.
 PEMIKIRAN TENTANG PRINSIP DASAR KONSISTEN
IMPLEMENTASI PANCASILA
 Berdasarkan pengalaman sejarah bahwa upaya
implementasi Pancasila telah dilakukan sejak masa
Pemerintahan Presiden Soekarno, yang dibagi
menjadi tiga yaitu : tahap perjuangan 1945-1949,
pemerintahan RIS, dan tahap setelah Dekrit
Presiden 5 Juli 1959.
 Secara de yure upaya untuk mengimplementasikan
Pancasila tersurat dalam UU No. 4 Tahun 1959
tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di
Sekolah, pasal 3 dan pasal 4 yang dengan tegas
menyatakan bidang pendidikan dan pengajaran
adalah untuk mewujudkan Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. 8
 Namun secara de facto indoktrinasi Pancasila secara terencana dan sistematis belum
dapat direalisasikan karena hambatan politik, ekonomi dan keamanan.
 Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, implementasi Pancasila dilaksanakan
dengan Penataran P4 dengan tujuan agar setiap warga negara dapat memahami hak
dan kewajibannya sehingga mampu bersikap dan berperilaku dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
 Secara institusional kebijakan ditempuh melalui jalur pendidikan, baik tingkat dasar,
menengah hingga Perguruan Tinggi, dengan kurikulum yang berisi materi untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam hidup bernegara berdasarkan
Pancasila.
 Paradigma yang diangkat adalah menciptakan stabilitas politik yang dinamis, namun
paradigma dan kebijakan yang digulirkan ternyata tidak sesuai dengan jiwa Pancasila.
Bahkan Pancasila ditafsirkan dalam hubungan dengan kepentingan kekuasaan
pemerintah yang sentralistik.

 Paska reformasi, pemahaman dan pengamalan Pancasila mengalami berbagai hambatan


yang berat dan sulit diprediksi, yang bermuara pada ancaman disintegrasi bangsa serta
penurunan kualitas kehidupan dan martabat bangsa.

 Perkembangan tersebut disebabkan oleh dinamika politik yang menyalahgunakan


Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa dengan mengingkari nilai-nilai luhur
untuk tujuan kekuasaan.
 Menurut Kristiadi 2011: 529 bahwa Perilaku politik para pemegang kekuasaan yang
mengingkari Pancasila tersebut akhirnya berpengaruh pada rentannya elemen bangsa
dibawahnya untuk melaksanakan Pancasila secara murni dan konsekuen.
 Bahkan di lingkungan perguruan tinggi tidak lagi diajarkan materi Pancasila.
Selanjutnya tantangan lain yang dihadapi adalah munculnya ego kedaerahan dan
primordialisme sempit. Fenomena ini mengindikasikan bahwa Pancasila seolah-olah
tidak lagi memiliki kekuatan untuk dijadikan paradigma dan batas pembenaran dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
 Gerakan reformasi terlihat oleh derasnya arus eforia kebebasan. Sehingga sebagian
masyarakat seperti lepas kendali dan tergelincir ke dalam perilaku yang anarkis, timbul
berbagai konflik sosial yang tidak kunjung teratasi, dan bahkan di berbagai daerah
timbul gerakan yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa serta keutuhan NKRI.

 Bangsa Indonesia sampai saat ini terus dilanda krisis multidimensional di segenap aspek
kehidupan, sehingga terjadi krisis moral yang mengarah pada demoralisasi.
 Mencermati pengalaman sejarah perjuangan bangsa dan dalam kaitan dengan
perspektif ilmu, khususnya teori fungsionalisme struktural, maka Indonesia sebagai
suatu negara yang majemuk sangat membutuhkan nilai bersama yang dapat dijadikan
sebagai nilai pengikat integrasi (integrative value), titik temu (common denominator),
jati diri bangsa (national identity) dan sekaligus nilai yang baik dan mampu diwujudkan
(ideal value).
 Nilai bersama ini diharapkan dapat diterima, dimengerti, dan dihayati. Dalam konteks
kehidupan berbangsa dan bernegara, nilai-nilai tersebut dapat diimplementasikan oleh
setiap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sehingga dapat berperan untuk
membangun stabilitas dan komunitas politik, sehingga perlu diinternalisasikan agar
dapat dihayati melalui pendidikan Pancasila.
 Implementasi Pancasila melalui pendidikan diperlukan bagi pembangunan manusia
seutuhnya kedepan karena Pancasila mengandung nilai-nilai penting tentang dasar
negara, ideologi dan falsafah hidup bangsa.
 PEMIKIRAN PANCASILA TENTANG POLITIK
KENEGARAAN SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA,
DASAR NEGARA DAN SUMBER HUKUM
 Dasar Negara adalah dasar untuk mengatur
penyelenggaraan ketatanegaraan suatu negara
dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, serta pertahanan dan keamanan.
 Dasar negara merupakan falsafah negara yang
berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber
hukum. Falsafah negara atau dasar negara menjadi
sikap hidup, pandangan hidup bagi masyarakat,
bangsa, dan negara.

13
 Indonesia, sebagai suatu bangsa, mempunyai ragam budaya, suku bangsa, bahasa serta
agama yang berbeda-beda. Atas perbedaan ini, Indonesia, mempunyai falsafah sendiri
dalam penyelenggaraan ketatanegaraannya.
 Dasar Negara atau falsafah bangsa Indonesia merupakan perwujudan dari nilai luhur
dari Bangsa Indonesia, yakni PANCASILA.
 Indonesia sebagai suatu bangsa/negara yang menyangkut dengan urusan negara atau
pemerintahannya dalam mewujudkan kebaikan dan kemakmuran bersama (POLITIK),
yang warga negaranya dalam berbagai suku bangsa, bahasa, agama dan budaya yang
berbeda-beda,
 Dasar Negara dalam menjalankan pemerintahannya berdasarkan negara hukum yang
berlandaskan pada Pancasila, UUD 1945 dan peraturan-peraturan lainnya yang
mengatur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (NEGARA HUKUM).
 Indonesia, sebagai suatu bangsa/negara yang menyangkut dengan urusan negara atau
pemerintahannya dalam mewujudkan kebaikan dan kemakmuran bersama (POLITIK),
yang warga negaranya dalam berbagai suku bangsa, bahasa, agama dan budaya yang
berbeda-beda, (DASAR NEGARA) dalam menjalankan pemerintahannya berdasarkan
negara hukum yang berlandaskan pada Pancasila, UUD 1945 dan peraturan-peraturan
lainnya yang mengatur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.(NEGARA HUKUM).

 Karena itu, sangatlah dipertanyakan jika di sebuah negara hukum yang berdasarkan
Pancasila, belum tercapai suatu keadilan. Yang artinya, pelaksanaan negara hukum
belum bisa dikatakan berhasil, baik disebabkan karena pemerintahnya sebagai
pemegang kekuasaan dan pembuat kebijakan umum (POLITIK), maupun
masyarakatnya/ warga negaranya.
 Sebagai Ilustrasi apabila ada wacana dari Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan dan
pembuat kebijakan yang ingin memisahkan antara POLITIK dan AGAMA dalam sistem
pemerintahan negara Indonesia, tentu akan menimbulkan pertanyaan besar, akan
membuat suatu gejolak sosial didalam masyarakat/ warga negara Indonesia. Hal ini
dikarenakan, sebagai Negara Hukum yang sudah mempunyai dasar negara sebagai
landasan hukum yang dalam pelaksanaan fungsi Politiknya, tidak boleh bertentangan
dengan dasar negara yakni Pancasila sebagai Dasar Hukum Negara Indonesia.
 Sehingga, apabila ada wacana atau keinginan untuk memisahkan Politik dan Agama,
tentu saja hal ini sama dengan ingin merubah dasar negara. Karena, sebagai Negara
Hukum yang pemerintahannya berdasarkan Hukum yang mempunyai perangkat-
perangkat negara yang mengatur tentang hukum, dan yang menjadi dasar hukum
utamanya adalah Pancasila. sehingga apabila terjadi, maka Indonesia, tidak lagi bisa
dikatakan sebagai Negara Hukum, karena pemerintahnya sendiri telah melanggar atau
menyalahi perangkat negara yang mengatur tentang hukum itu sendiri.
 PEMIKIRAN PANCASILA MELALUI JALUR AKADEMIS
DENGAN PENDEKATAN ILMIAH, IDEOLOGIS
THEOLOGIS, MAUPUN FILOSOFIS
 Pendekatan ilmiah adalah pendekatan
disipliner dan pendekatan ilmu pengetahuan
yang funsional terhadap masalah tertentu.
Pendekatan ilmiah wujudnya adalah metode
ilmiah. Metode ilmiah merupakan prosedur
dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut
ilmu.
 Pendekatan ideologis adalah pendekatan dalam
penelitian hukum yang menekankan pada
pencarian kaidah ideal.

17
 Pendekatan Filosofis adalah pengetahuan dengan akal pikiran mengenai dasar dasar
hakikat yang ada, sebab adanya sesuatu, asal adanya sesuatu dan hukumnya. Dengan
filosofis kita mempelajari hakikat ini dengan logika, akal, dan rasa.
 Pendekatan Teologis adalah pembahasan materi tentang eksistensi Tuhan. Biasanya
teologis selalu disimpulkan sebagai ilmu yang berkaitan dengan ketuhanan.
Pendekatan teologi ini cenderung kepada normatif dan subjektif terhadap agama.
 Pancasila memiliki dan memenuhi syarat-syarat sebagai pengetahuan ilmiah sehingga
dapat dipelajari secara ilmiah.
 Pancasila juga memiliki susunan kesatuan yang logis, hubungan antar sila yang
organis, susunan hierarkhis dan berbentuk piramidal, dan saling mengisi dan
mengkualifikasi.
 Pancasila diletakkan sebagai objek studi ilmiah, yakni pendekatan yang dimaksudkan
dalam rangka penghayatan dan pengamalan Pancasila yakni suatu penguraian yang
menyoroti materi yang didasarkan atas bahan-bahan yang ada dan dengan segala
uraian yang selalu dapat dikembalikan secara bulat dan sistematis kepada bahan-bahan
tersebut. Sifat dari studi ilmiah haruslah praktis dalam arti bahwa segala yang diuraikan
memiliki kegunaan atau manfaat dalam praktek.
 Contoh pendekatan ilmiah terhadap Pancasila antara lain: pendekatan historis,
pendekatan yuridis konstitutional, dan pendekatan filosofis.
 Pancasila sebagai teologi bukan berarti pancasila menggantikan kedudukan agama.
Bukan pula menjadikan pancasila sebaga “Tuhan” yang diyakini oleh agama-agama.
Namun menjadikan pancasila sebagai landasan teologis kehidupan umat beragama.
Artinya dalam menjalin hubungan baik antar pemeluk agama, untuk saling toleran
diperlukan kekuatan yang sifatnya kultural diterima oleh semua agama.
 Pancasila memiliki kedudukan sebagai basis nilai dalam membangun sikap
keberagamaan di tengah kemajemukan agama dan juga budaya.
 Maka teologi kebhinekaan atau ke Pancasilaan adalah sebuah keniscayaan. Prinsip
teologi ini lahir dari bumi pertiwi. Teologi pancasila merupakan budaya masyarakat
pribumi yang menjunjung kesantunan dan kerahamahan dalam budaya beragama.
 Pancasila mengabadikan semua nilai tersebut dalam sistem kebhinekaan dan
kepancasilaan.
 Teologi pancasila lahir dari budaya majemuk. Artinya kemajemukan adalah
keniscayaan sejarah. Kemajemukan adalah Kehendak yang tidak bisa ditolak.
Kemajemukan adalah nilai kehidupan berbangsa bagi kesatuan dan persatuan.
 Melalui budaya majemuk, perjuangan bangsa Indonesia dalam memerdekakan diri
menjadi langkah gerakan kolektif demi mewujudkan Negara yang maju dan
berkembang.
 Teologi pancasila adalah nafas perjuangan dan pembebasan. Teologi inilah yang
menggerakkan para pejuang bangsa merebut dan menegakkan kemerdekaan.
 Melalui teologi Pancasila, semua elemen bangsa, kyai, santri, pesantren, turut serta
berjuang melawan penjajah demi kemerdekaan bangsa.
 Pendekatan ideologis terkandung Makna Ideologi Pancasila antara lain:
 Pancasila sebagai seperangkat ide atau gagasan yang sistematis.
 Pancasila sebagai pedoman cara hidup.
 Pancasila sebagai cita-cita yang hendak dicapai.
 Pancasila sebagai prinsip yang dipegang teguh.
 Pancasila sebagai ideologi negara memiliki fungsi dan peranan antara lain:
 Sebagai inspirasi seseorang untuk menemukan identitas dan jati diri
kebangsaannya.
 Sebagai prinsip dasar untuk memahami dan menafsirkan kehidupannya dalam
konteks berbangsa dan bernegara.
 Sebagai kekuatan yang memotivasi seseorang untuk melaksanakan hak dan
kewajibannya sebagai warga begara.
 Sebagai pedoman seseorang dalam bertindak bagi bangsanya.
 Sebagai inspirasi tumbuhnya jiwa nasionalisme dan patriotisme.
 Sebagai sarana keilmuwan yang menghubungkan warga negara terhadap
pemikiran para pendiri bangsanya.
 Sebagai jalan untuk menemukan jawaban mengapa bangsa Indonesia didirikan.
 Pendekatan Filosofis Pancasila dapat diartikan bahwa Pancasila pada dasarnya
merupakan sistem filsafat, mengandung arti bahwa bagian-bagian Pancasila yang
paling menonjol adalah sila-silanya saling berkaitan erat sehingga membentuk suatu
struktur menyeluruh, dari struktur yang terbentuk itu munculah nilai-nilai
kebijaksanaan dan cinta.

 Mengapa negara Indonesia harus memilih filsafat pancasila sebagai dasar atau
pedoman atau pandangan hidup berbangsa dan bernegara (ideologi). Awalnya,
ideologi diartikan sebagai kajian terhadap ide. Pada sisi lain ideologi pada masa-masa
awal merupakan teori ide-ide untuk pembangunan lembaga-lembaga masyarakat.
REFERENSI

24
Terima Kasih
Selamat Belajar
25

Anda mungkin juga menyukai