Anda di halaman 1dari 3

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

Mata Kuliah : Pancasila


Hari / Tgl. : Sesuai Hari Kuliah
Dosen : Rojil Nugroho Bayu Aji, S.Hum, MA.

Soal

1. Mengapa para pendiri bangsa Indonesia lebih memilih pendekatan civic nationalism
daripada ethno nasionalism dalam membangun bangsa dan negara (tunjukkan
penguatannya dari fase pembibitan, perumusan dan pengesahan Pancasila - tidak lagi
Piagam Jakarta)?
2. Saat ini banyak kelompok-kelompok yang menginginkan Indonesia tidak lagi
menggunakan Pancasila dan tidak lagi NKRI. Jelaskan pendapatmu tentang hal tersebut
dalam pandangan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Indonesia!

Petujnjuk:
o Uraikan setiap jawaban ke dalam tulisan 300-400 kata
o Nilai akan diambil dari kedalaman gagasan, argumentasi dan penggunaan referensi

---Selamat Mengerjakan—
LEMBAR JAWABAN
Nama : Narasurya Ray Pasad
NIM : 22051204094
Prodi : Teknik Informatika
UTS : Pendidikan Pancasila

JAWABAN :

1. Pertama kita harus tau dulu ap aitu civic nationalism dan ethno nationalism:
Civic-nationalism : Pengertian liberalisme adalah suatu paham dan tradisi politik yang mengusung
kebebasan dan persamaan hak bagi setiap individu di dalam masyarakat. Artinya, suatu negara dan
pemerintahnya harus menghormati dan melindungi kebebasan dan hak setiap warganya dalam berbagai
aspek kehidupan manusia.

Ethno-nationalism: Jenis nasionalisme yang mendefinisikan “ Bangsa” berdasarkan etnis. Gagasan


utama yang diangkat oleh kelompok nasionalis etnis adalah "bangsa didefinisikan oleh warisan budaya
yang sama, yang biasanya mencakup bahasa yang sama, agama yang sama, dan nenek moyang etnis
bersama".

Pada kemunculan Pancasila menurut yudi Latif ada 3 fase yakni; fase pembibitan.fase perumusan,dan
fase pengesahan.

a. Pada saat Fase “pembibitan” yang dimulai sekitar 1920-an dalam bentuk rintisan-rintisan gagasan
untuk mencari sintesis antarideologi dan Gerakan. Seperti pada saat pergantian sila pertama yang
awalnya “Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajibkan menjalankan syariat islam bagi
pemeluknya” yang akhirnya diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”, dikarenakan
Indonesia adalah negara dengan ragam budaya dan agama yang tidak harus dipukul rata dengan
satu kepercayaan golongan tertentu saja. seiring dengan proses “penemuan” Indonesia sebagai
kode kebangsaan bersama (civic nationalism) yang dikukuhkan melalui peristiwa sumpah pemuda.

b. Fase “perumusan” dimulai pada masa persidangan pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan (BPUPK), 29 Mei-1 Juni 1945, dengan Pidato Soekarno (1 Juni) sebagai
mahkotanya yang memunculkan istilah Panca Sila. dengan pidato soekarno sebagai mahkotanya
memunculkan istilah Pancasila. Gagasan persatuan nasional awal bisa dilihat dari pemikiran 102
Lembaran Sejarah, Vol. 11, No. 1, April 2014 Tjiptomangoenkusumo yang menginginkan
terciptanya "kesatuan dalam perbedaan", sebuah masyarakat yang hidup bersama dalam
keselarasan, menghormati satu sama lain sebagai orang yang sama-sama sederajat (Scherer, 1985:
151,320). Rumusan Pancasila dari Pidato Soekarno itu lantas digodok dalam pertemuan Chuo
Sangi In yang membentuk “Panitia Sembilan”, yang melahirkan rumusan baru Pancasila dalam
versi Piagam Jakarta, pada 22 Juni. Pancasila yang dijadikan sebagai dasar negara dirubah urutan
dan bunyi sila-silanya agar dianggap lebih memadai dalam konteks bernegara. Pemindahan
dilakukan pada sila kelima ketuhanan menjadi pertama namun ditambahkan dengan “kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknyanya”. Terhadap perubahan urutan dan
redaksi Pancasila dalam Piagam Jakarta tidak ada yang mempermasalahkan secara serius kecuali
dalam hal penambahan kata kewajiban menjalankan syariat Islam. Oleh berbagai tokoh nasionalis
kebangsaan, hal ini malah tidak merepresentasikan situasi riil Indonesia yang terdiri dari berbagai
agama, budaya dan adat istiadat. Ini tercermin dalam sidang PPKI yang bertugas untuk
mempersiapkan kemerdekaan sekaligus konstitusi.

c. Fase Pengesahan : pada sidang PPKI 18 Agustus 1945, Piagam Jakarta tetap diterima sebagai
pembukaan UUD kecuali penggunaan kalimat "kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknyanya" yang pada akhirnya diubah menjadi "Yang Maha Esa".

2. Tentu saya tidak setuju akan hal tersebut karena Pancasila adalah landasan NKRI. Jika
pondasinya (Pancasila) diubah atau tidak ada, Maka NKRI bisa hancur. Pancasila menurut
pandangan dan kajian para founding fathers dan para ahli, Pancasila sudah mengakomodasi
semua aspek historis, budaya, keyakinan, geografis dan demografis suku bangsa yang ada di
Nusantara ini.
Lalu kenapa ada Gerakan radikalisme tersebut? Karena bagi kelompok tersebut Pancasila
bukanlah ideologi yang tepat. Saya menduga bahwa kelompok yang menolak ideologi Pancasila
jugalah kelompok yang menolak NKRI sebab tidak sesuai dengan visi kenegaraan yang termuat
dalam bayangan mereka.
Bagian apa dalam Pancasila dan NKRI yang sebetulnya perlu diubah?

1. Bagi komunisme, penekanan terletak pada sila kelima (keadilan sosial) yang merata
(Orde Lama).
2. Bagi nasionalisme, penekanan terletak pada sila ketiga (persatuan Indonesia),
termasuk jika hal tersebut memuat unsur kekerasan (Orde Baru).
3. Bagi wahabiisme, penekanan terletak pada sila pertama (Ketuhanan yang mahaesa
menurut ideologi agama tersebut) dengan tujuan menjadikan Indonesia negara Islam
atau semi-Islam.
Dengan kata lain, terdapat kepentingan-kepentingan politis di balik sebuah upaya untuk
mengubah ideologi negara. Ketika komunisme mencoba untuk menguasai negara, militer
mengemukakan nasionalisme untuk menekan komunisme. Dan ketika nasionalisme
sekuler dari rezim Orde Baru terkesan militeristik, maka wahabiisme mencoba untuk
mengganti warna sekuler menjadi Islami di era Orde Reformasi.

Laclau dan Mouffe merangkum berbagai gerakan atau perjuangan radikalisme yang tidak
berbasis kelas dan bukan gerakan proletar (pekerja), seperti gerakan kaum urban,
Gerakan lingkungan, gerakan anti-otoriterisme, gerakan anti-institusi, gerakan feminis,
gerakan anti-rasisme, gerakan berbasis etnis, dan lain sebagainya sebagai fenomena
gerakan sosial baru

Di Indonesia sendiri sekarang juga masih ada Gerakan radikal yang berbasis etnis, salah
satunya yaitu Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang bertujuan menjadikan Papua
sebagai negara merdeka lepas sebagai bagian dari provinsi Indonesia. Mereka merasa
diperlakukan tidak adilmoleh pemerintah Indonesia terutama berkaitan dengan alokasi
sumber daya yang tidak seimbang antara Papua dan pemerintah pusat.

Dari contoh tersebut, Banyak penduduk Indonesia yang berusia muda dan bila tidak
dilakukkan pembinaan yang positf bisa membahayakan. Faktor yang bisa menimbulkan
radikalisme yaitu emosi keagamaan atau solidaritas keagamaan dan berbahaya bila
melekat pada orang yang pengetahuan agamanya dangkal. . Disini kita semua harus
waspada. Kita harus jaga diri kita,anak-anak kita atau teman-teman kita dari idiologi
radikal.

Sumber

Latif, Yudi (2011). Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas dan Aktualitas Pancasila. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Latif, Yudi, Reaktualisasi Pancasila, Mizan, Bandung, 2015.

Latif, Yudi, Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2011.

http://www.pekerjadata.com/2015/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi

Anda mungkin juga menyukai