DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH :
1.3. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
1.
2.
2
Yudikatif, maupun semua bidang kenegaraan lainnya. Aktualisasi Obyektif
ini terutama berkaitan dengan peraturan perundang-undangan Indonesia
Contohnya adalah dalam penyelenggaraan kenegaraan maupun tertib
hukum Indonesia, asas politik dan tujuan negara, serta pelaksanaan
konkretnya didasarkan pada dasar falsafah negara (Pancasila)
Seluruh hidup kenegaraan dan tertib hukum di Indonenesia didasarkan
atas serta diliputi oleh dasar filsafat negara, asas politik dan tujuan negara,
yakni Pancasila, diantaranya:
- Garis-garis Besar Haluan Negara.
- Hukum, perundang-undangan dan peradilan.
- Pemerintahan.
- Politik dalam negeri dan luar negeri.
- Keselamatan, keamanan dan pertahanan.
- Kesejahteraan
- Kebudayaan
- Pendidikan dan lain sebagainya.
3
Unsur politik, baik dibidang wakil rakyat, maupun hanya seorang
walikota ,haruslah mengikuti pedoman pengalaman pancasila. Karena seperti
yang kita ketahui bahwa pancasila merupakan pedoman dari bangsa Indonesia.
Sehingga dapat mewujudkan cita – cita bangsa. Dan dengan demikian bangsa
kita ini akan maju, memperoleh pemimpin yang dapat membawa nama bangsa
Indonesia bangga dimata bangsa lain. Akan lebih jelas lagi apabila aktualisasi
pancasila dan undang – undang 1945 itu dapat diwujudkan pada semua aspek
bidang terutama dibidang politik, karena mempengaruhi
perkembangan Negara Indonesia. Urusan Politik selalu berhubungan dengan
kepentingan umum. Negara atau pemerintah sebagai organisasi yang paling
berkompeten dan bertanggung jawab dalam mengurusi kepentingan umum.
Bila dikaitkan dengan kebijakan negara, politik sebagai serangkaian
tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh
pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu demi
kepentingan seluruh masyarakat
Pengembangan politik yang dilandasi kedaulatan rakyat sesuai dengan hak
asasi manusia, dalam membangun kehidupan politik haruslah dilihat dari aspek
berikut :
Sistem politik nasional yang berkedaulatan rakyat, demokratis dan terbuka
Kemandirian partai politik dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.
Pendidikan politik kepada masyarakat untuk mengembangkan budaya politik
yang demokratis
Landasan aksiologis (sumber nilai) sistem politik Indonesia adalah dalam
pembukaan UUD 1945 alenia 4, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-undang dasar Negara Indonesia, yang terbentuk
dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang Berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemasusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan social bagi seluruh rakyat indonesia”. Sehingga sistem politik
Indonesia adalah Demokrasi Pancasila.
4
Dimana demokrasi pancasila itu merupakan sistem pemerintahan dari rakyat
dalam arti rakyat adalah awal mula kekuasaan Negara sehingga rakyat harus ikut
serta dalam pemerintahan untuk mewujudkan suatu cita-cita. Organisasi sosial
politik adalah wadah pemimpin-pemimpin bangsa dalam bidangnya masing-
masing sesuai dengan keahliannya, peran dan tanggung jawabnya. Sehingga
segala unsur-unsur dalam organisasi sosial politik seperti para pegawai Republik
Indonesia harus mengikuti pedoman pengamalan Pancasial agar berkepribadian
Pancasila karena mereka selain warga negara Indonesia, juga sebagai abdi
masyarakat, dengan begitu maka segala kendala akan mudah dihadapi dan tujuan
serta cita-cita hidup bangsa Indonesia akan terwujud.
Nilai dan roh demokrasi yang sesuai dengan visi Pancasila adalah
yang berhakikat:
a) Kebebasan, terbagikan, kesederajatan, keterbukaan, menjunjung etika dan
norma kehidupan.
b) Kebijakan politik atas dasar nilai-nilai dan prinsip-prinsip demokrasi yang
memperjuangkan kepentingan rakyat , kontrol publik.
c) Pemilihan umum yang lebih berkualitas dengan partisipasi rakyat yang seluas-
luasnya.
d) Supremasi hukum.
Perbaikan moral tiap individu yang berimbas pada budaya anti-korupsi serta
melaksanakan tindakan sesuai aturan yang berlaku adalah sedikit contoh
aktualisasi Pancasila secara Subjektif. Aktualisasi secara objektif seperti
perbaikan di tingkat penyelenggara pemerintahan. Lembaga - lembaga negara
mesti paham betul bagaimana bekerja sesuai dengan tatanan Pancasila. Eksekutif,
legislatif, maupun yudikatif harus terus berubah seiring tantangan zaman. Pada
harian Kompas, tanggal 01 April 2003 tertera bahwa. “Demokrasi sebagai suatu
sistem kehidupan di dalam masyarakat dijamin keleluasaannya untuk
mengekspresikan kepentingan”. Pada kalimat itulah yang kemudian berkembang
bahwa kepentingan kelompok cenderung akan lebih besar daripada kepentingan
nasional. Demi kepentingan kelompok / partai, mereka rela menggunakan segala
5
cara untuk mempertahankan kekuasaan dan untuk memperbesar cengkeramannya
pada upaya penguasaan bangsa. Pada kenyataannya kepentingan rakyat dan
kepentingan Nasional justru diabaikan pada hal mereka itu adalah konstituen yang
harusnya mendapat perhatian.
Penyelenggaraan negara yang menyimpang dari ideologi pancasila dan
mekanisme Undang Undang Dasar 1945 telah mengakibatkan ketidakseimbangan
kekuasaan diantara lembaga-lembaga negara dan makin jauh dari cita-cita
demokrasi dan kemerdekaan yang ditandai dengan berlangsungnya sistem
kekuasaan yang bercorak absoluth karena wewenang dan kekuasaan Presiden
berlebih (The Real Executive) yang melahirkan budaya Korupsi kolusi dan
nepotisme sehingga terjadi krisis multidimensional pada hampir seluruh
aspek kehidupan. Ini bisa dilihat betapa banyaknya pejabat yang mengidap
penyakit “amoral”, hampir di setiap komunitas BUMN maupun BUMS, birokrasi,
menjadi lumbung dan sarang “tikus - tikus” yang hari-harinya menghisap uang
negara dengan praktik KKN atau kolusi, korupsi, dan nepotisme.
Sejak Republik Indonesia berdiri, masalah korupsi, kolusi, dan nepotisme
selalu muncul ke permukaan. Bermacam-macam usaha dan program telah
dilakukan oleh setiap pemerintahan yang berkuasa dalam memberantas korupsi
tetapi secara umum hukuman bagi mereka tidak sebanding dengan kesalahannya,
sehingga gagal untuk membuat mereka kapok atau gentar. Mengapa tidak
diterapkan, misalnya hukuman mati atau penjara seumur hidup bagi yang terbukti.
6
BAB III
PENUTUP
1.
3.1 Kesimpulan
2. Mendukung Globalisasi
Agenda politik Indonesia sejalan dengan globalisasi yang bersifat positif.
Oleh karena itu, Indonesia menghindari politik luar negeri yang
melakukan intervensi terhadap negara lain dengan tujuan tertentu.
Sebagai contoh, beberapa negara maju melakukan intervensi politik
untuk mengeksploitasi sumber daya alam ngara lain.
7
3. Politik luar negeri yang tegas
Indonesia mengambil sikap tegas menyangkut intervensi politik tentang
hak asasi, terorisme dan lingkungan hidup. Sikap tegas Indonesia
dilakukan berdasar orientasi pada kepentingan nasional, bukan
kepentingan negara lain atau pihak yang lebih kuat.
3.2 Saran
8
DAFTAR PUSTAKA
http://amirmukhlis06.blogspot.com/2014/11/aktualisasi-pengalaman-pancasila-
dan.html
http://dewity.blogspot.com/2010/12/aktualisasi-pancasila-di-bidang-politik.html