Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PANCASILA

IMPLEMENTASI NILAI NILAI PANCASILA DALAM LINGKUNGAN


PEMERINTAHAN

DISUSUN OLEH
- Azzahra Shafira D. Hidayat 22013010161 Akuntansi
- Boy Daniel Rasat 22012010131 Manajemen
- Mohammad Akbar Dwi Ferdianto 22013010241 Akuntansi
- Muhammad Ken Rafly 22013010144 Akuntansi
- Nila Fatihatur Rohmah 22012010018 manajemen

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


JL. RUNGKUT MADYA NO.1, GN. ANYAR, KEC. GN. ANYAR, KOTA
SURABAYA, JAWA TIMUR 60294
2022
IMPLEMENTASI NILAI NILAI PANCASILA DALAM LINGKUNGAN
PEMERINTAHAN

BAB 1

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pancasila harus diamalkan dalam setiap kegiatan, tak terkecuali dalam kegiatan
penyelenggaraan negara atau pemerintahan. Penyelenggaraan negara harus berdasarkan pada
nilai-nilai Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945.

Soekarno menyebut Pancasila sebagai philosopische grondslag atau pandangan hidup


bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila memiliki dua kepentingan yaitu:

a. Pancasila diharapkan senantiasa menjadi pedoman dan petunjuk dalam


menjalani keseharian hidup manusia Indonesia baik dalam berkeluarga,
bermasyarakat maupun berbangsa.

b. Pancasila diharapkan sebagai dasar negara sehingga suatu kewajiban bahwa


dalam segala tatanan kenegaraan entah itu dalam hukum, politik, ekonomi
maupun sosial masyarakat harus berdasarkan dan bertujuan pada Pancasila.

Kedudukan Pancasila Dikaitkan Dengan Theorie Von Stafenufbau Der


Rechtsordnung Hans Kelsen (1881 – 1973), ahli hukum dan filsuf Austria,
terakhir berkarir di University of Berkeley Amerika Serikat, dan dikenal sebagai
pencetus Teori Hukum Murni, memiliki gagasan yang dikenal dengan stufenbau
theorie yang pada hakikatnya merupakan usaha untuk membuat kerangka suatu
bangunan hukum yang dapat dipakai dimanapun.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini tidak lain agar kita bisa mengetahui dan lebih
memahami bagaimana Implementasi Nilai Nilai Pancasila Dalam Lingkungan Pemerintahan.

1.3 Sistematika
Dalam menyusun makalah Landasan Kultural Pendidikan Pancasila ini memuat
beberapa hal yang saling berkaitan antara bab I sampai dengan bab V. Hal-hal tersebut antara
lain:
Bab 1 : Pendahuluan, membahas tentang latar belakang, tujuan, dan
sistematika penulisan.

Bab 2 : Permasalahan, membahas tentang rumusan masalah

Bab 3 : Pembahasan, membahas tentang Implementasi Nilai-Nilai Pancasila


Dalam Lingkungan Pemerintahan

Bab 4 : Kesimpulan dan Saran, membahas tentang kesimpulan dan saran dari
makalah ini.

Bab 5 : Penutupan, berisi tentang ucapan terimakasih


BAB 2

2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan implementasi nilai-nilai Pancasila?

2. Bagaimana kedudukan Pancasila dalam penyelenggaraan pemerintahan di


Indonesia?

3. bagaimana implementasi nilai-nilai pancasila dalam penyelenggaraan pemerintah?

4. Apakah ada Hambatan dalam mengimplentasikan dilingkungan pemerintah, jika


ada upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi hambatan hambatan tersebut?
BAB 3

3. Pembahasan

3.1. Maksud Dari Implementasi Nilai-Nilai Pancasila

1. 1. Implementasi Nilai
Pancasila Dalam Sistem
Ketatanegaraan Indonesia
2. Implementasi dalam hal
ini dapat diartikan
sebagai pelaksanaan atau
penerapan
3. ataupun juga keadaan
gerak, tentunya
pelaksanaan atau keadaan
gerak dari nilai pancasila
4. dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia.
Secara teoritis nilai dasar
Pancasila pada
5. umumnya dikemukakan
Dayanto (2013)
menyatakan konsepsi
paradigmatik Negara
6. hukum Indonesia yang
hendak dibangun dan
dikembangkan tidak bisa
dipisahkan dari
Implementasi dalam hal ini dapat diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan ataupun
juga keadaan gerak, tentunya pelaksanaan atau keadaan gerak dari nilai pancasila dalam
sistem ketatanegaraan Indonesia. Secara teoritis nilai dasar Pancasila pada umumnya
dikemukakan Dayanto (2013) menyatakan konsepsi paradigmatik Negara hukum
Indonesia yang hendak dibangun dan dikembangkan tidak bisa dipisahkan dari Pancasila
sebagai ideologi atau jalan hidup (modus vivendi) berbangsa dan bernegara yang secara
yuridis-konstitusional sudah diterima dan ditetapkan pada 18 Agustus 1945 sebagai filsafat
dan ideologi negara sebagaimana terdapat dalam alenia keempat Pembukaan UUD 1945
yang menyebutkan bahwa: “…dengan berdasar pada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan Yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Nilai-nilai pancasila
tersebut harus sesuai sistem ketatanegaraan Indonesia terutama dalam penyelenggaraan
sistem pemerinatahan yang demokratis.
3.2. Kedudukan Pancasila Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

Pancasila dalam kedudukannya sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber
hukum dasar nasional, menjadikan Pancasila sebagai ukuran dalam menilai hukum yang
berlaku di negara Indonesia. Hukum yang dibuat dan berlaku di negara Indonesia harus
mencerminkan kesadaran dan rasa keadilan yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Hukum
di Indonesia harus menjamin dan merupakan perwujudan serta tidak boleh bertentangan
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 dan interpretasinya dalam tubuh UUD 1945 tersebut.

Pancasila dalam posisinya sebagai sumber semua sumber hukum, atau sebagai sumber hukum
dasar nasional, berada di atas konstitusi, artinya Pancasila berada di atas UUD 1945. Jika
UUD 1945 merupakan konstitusi negara, maka Pancasila adalah Kaidah Pokok Negara yang
Fundamental (staats fundamental norm)[1].

Kaidah pokok yang fundamental itu mempunyai hakikat dan kedudukan yang tetap, kuat dan
tidak berubah bagi negara tersebut. Pancasila tidak dapat diubah dan ditiadakan, karena Ia
merupakan kaidah pokok yang fundamental. Bung Karno menyebut Pancasila itu sebagai
philosofische grondslag (fundamen filsafat), pikiran sedalam-dalamnya, untuk kemudian di
atasnya didirikan bangunan “Indonesia merdeka yang kekal dan abadi”.

Pancasila menjadi sumber tertib hukum atau yang lebih dikenal sebagai sumber dari segala
sumber hukum. Hal demikian, telah dikukuhkan oleh memorandum DPR-
Gotong Royong yang kemudian diberi landasan yuridis melalui Ketetapan MPR No.
XX/MPRS/1966 jo. Ketetapan MPR No. V/MPR/1973 jo Ketetapan MPR No.
IX/MPR/1978[8]. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum dimaksudkan sebagai
sumber dari tertib hukum negara Indonesia. Menurut Roeslan Saleh, fungsi Pancasila sebagai
sumber segala sumber hukum mengandung arti bahwa Pancasila berkedudukan sebagai:

1. Ideologi hukum Indonesia;


2. Kumpulan nilai-nilai yang harus berada di belakang keseluruhan hukum Indonesia;
3. Asas-asas yang harus diikuti sebagai petunjuk dalam mengadakan pilihan hukum di
Indonesia;
4. Sebagai suatu pernyataan dari nilai kejiwaan dan keinginan bangsa Indonesia, juga dalam
hukumnya.

Keberadaan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum kemudian kembali


dipertegas dalam Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum Dan Tata
Urutan Peraturan Perundang-Undangan. Pasal 1 TAP MPR itu memuat tiga ayat:
1. Sumber hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan peraturan
perundang-undangan;
2. Sumber hukum terdiri dari sumber hukum tertulis dan hukum tidak tertulis;
3. Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana tertulis dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945, yaitu

Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan,
serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan batang
tubuh Undang-Undang Dasar 1945.

Pengaturan TAP MPR di atas lebih memperjelas maksud dari istilah sumber hukum dalam
sistem hukum di Indonesia bahwa yang menjadi sumber hukum (tempat untuk menemukan
dan menggali hukum) adalah sumber yang tertulis dan tidak tertulis. Selain itu, menjadikan
Pancasila sebagai rujukan utama dari pembuatan segala macam peraturan perundang-
undangan.

Dikatakan demikian, karena nilai-nilai Pancasila seperti sebagai pandangan hidup, kesadaran,
cita-cita hukum dan cita-cita moral tidak lagi mendapatkan legitimasi yuridis. Terutama,
sistem hukum modern sudah banyak dipengaruhi oleh aliran pemikiran positivisme hukum
yang hanya mengakui peraturan-peraturan tertulis. Untuk itu, adalah suatu kekeliruan apabila
tidak menerangkan secara eksplisit mengenai Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum.

Menariknya, supremasi Pancasila dalam sistem hukum kembali ditemukan dalam Undang-
Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Pada
Pasal 2 Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 ini disebutkan “Pancasila merupakan sumber
segala sumber hukum negara”. Undang-undang tersebut kemudian diganti dengan Undang-
Undang No. 12 Tahun 2011 (sebagaimana terakhir diubah sebagian dengan Undang-Undang
No. 15 Tahun 2019) yang mengatur tentang hal yang serupa.

Dengan demikian, keberadaan Pancasila kembali menjadi supreme norm dalam sistem


hukum negara Indonesia sehingga Pancasila sebagai suatu pandangan hidup, kesadaran dan
cita-cita hukum maupun cita-cita moral bangsa terlegitimasi secara yuridis.

3.3. implementasi nilai-nilai pancasila dalam penyelenggaraan pemerintah

1) Ketuhanan Yang Maha Esa


Berikut nilai-nilai penyelenggaraannya:
 Pengakuan adanya causa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
 Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah
menurut agamanya.
 Tidak memaksa warga negara untuk beragama, tetapi diwajibkan memeluk agama
sesuai hukum yang berlaku.
 Atheisme dilarang hidup dan berkembang di Indonesia.
 Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama, toleransi
antarumat dan dalam beragama.
 Negara memfasilitasi bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warga dan
menjadi mediator ketika terjadi konflik antar agama.
2) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Berikut nilai-nilai penyelenggaraannya:
 Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan karena
manusia mempunyai sifat universal.
 Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa, hal ini juga bersifat
universal.
 Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah. Hal ini berarti yang dituju
masyarakat Indonesia adalah keadilan dan peradaban yang tidak pasif. Perlu
pelurusan dan penegakan hukum yang kuat jika terjadi penyimpangan, karena
keadilan harus direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Persatuan Indonesia Nilai-nilai
penyelenggaraannya sebagai berikut:
 Nasionalisme
 Cinta bangsa dan tanah air
 Menggalang persatuan dan kesatuan bangsa
 Menghilangkan penonjolan kekuatan atau kekuasaan, keturunan, dan perbedaan
warna kulit.
 Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggulangan.
4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Nilai-nilai penyelenggaraannya sebagai berikut:
 Hakikat sila ini adalah demokrasi. Demokrassi dalam arti umum, yaitu
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
 Permusyawaratan, artinya mengusahakan putusan bersama secara bulat, baru
sesudah itu diadakan tindakan bersama. Di sini terjadi simpul yang penting yaitu
mengusahakan outusan bersama secara bulat.
 Dalam melakukan putusan diperlukan kejujuran bersama. Hal yang perlu diingat
bahwa keputusasn bersama dilakukan secara bulat sebagai konsekuensi adanya
kejujuran bersama.
 Perbedaan secara umum demokrasi di negara barat dan di negara Indonesia, yaitu
terletak pada permusyawaratan rakyat.
5) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Beriku nilai-nilainya:
 Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan
berkelanjutan.
 Seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan bagi kebahagiaan bersama
menurut potensi masing-masing.
 Melindungi yang lemah agar kelompok warga massyarakat dapat bekerja sesuai
dengan bidangnya.

3.4. Hambatan dalam implementasi pancasila di lingkungan pemerintah dan


upayanya

Dalam implementasinya di lingkungan pemerintahan sendiri Pancasila masih mengalami


beberapa hambatan, diantaranya seperti kurangnya kesadaran akan pentingnya penerapan
nilai-nilai Pancasila dalam lingkungan pemerintahan, masih banyaknya pejabat dan pegawai
pemerintahan yang kurang memahami nilai-nilai Pancasila, dan kurangnya pemantapan
dalam pemahaman akan pentingnya nilai-nilai pancasila menjadi beberapa faktor penghambat
implementasi nilai-nilai pancasila di lingkungan pemerintahan. Upaya yang bisa dilakukan
untuk mengatasi hal tersebut bisa dengan lebih meningkatkan pemahaman akan pentingnya
nilai-nilai Pancasila di lingkungan pemerintahan, hal tersebut bisa dilakukan dengan
melakukan seminar dan penyuluhan rutin di instansi-instansi negara. Selain itu kesadaran
individu juga memainkan peran penting dalam memperlancar implementasi nilai-nilai
Pancasila di lingkungan pemerintahan.
BAB 4

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Pancasila sebagai philosopische grondslag atau pandangan hidup bangsa Indonesia memiliki


kedudukan sebagai staats fundamental norm yang merupakan dasar asas dalam mendirikan
negara, besifat tetap, tidak dapat diubah. Hukum di Indonesia tidak membenarkan perubahan
Pancasila, karena ia sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sebagai sumber hukum
dasar nasional di Indonesia. Penegasan serta legitimasi kedudukan Pancasila sebagai sumber
segala sumber hukum negara (kaitannya dengan theorie von stufenfbau der rechtsordnung)
selain telah secara jelas termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, juga telah
secara jelas tercantum dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 sebagaimana terakhir
diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019.
BAB 5

PENUTUP

Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi Implementasi


Nilai-Nilai Pancasila Dalam Lingkungan Pemerintahan dalam makalah ini. Kami
mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang
jelas, dimengerti, dan lugas. Kami sangat mengharapakan saran dan kritik dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami, semoga dengan
adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca. Terimakasih,
Wassalamualaikum Wr.Wb.

DAFTAR PUSTAKA

Terimakasih Kepada

 Kompas.com

 www.mkri.id
 www.researchgate.net

 www.djkn.kemenkeu.go.id

Anda mungkin juga menyukai