Anda di halaman 1dari 26

MODUL DOPS

STASE KDP
“PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL”

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD TARMIDZI IDRIS
(2111102412116)

PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
TAHUN AJARAN 2021/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan modul mata kuliah
KDP, dengan tepat pada waktunya. Salawat dan taslim senantiasa tercurah
kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, para sahabat
dan pengikutnya yang senantiasa bertasbih sepanjang masa.
Modul ini berisikan tentang informasi mengenai ilmu keperawatan, yaitu
pemeriksaan tand-tanda vital. Penulis menyadari bahwa modul ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan modul ini.
Akhir kata, ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan modul ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Samarinda, 22 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

A. LATAR BELAKANG.........................................................................1

B. TUJUAN...........................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................4

BAB III STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR.....................................7

BAB IV PENUTUP....................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pola penyakit di Indonesia mengalami transisi epidemiologi selama dua
dekade terakhir, yakni dari penyakit menular yang semula menjadi beban utama
kemudian mulai beralih menjadi penyakit tidak menular. Kecenderungan ini
meningkat dan mulai mengancam sejak usia muda. Penyakit tidak menular yang
utama di antaranya hipertensi, diabetes melitus, kanker, dan penyakit paru
obstruktif kronik (Kemenkes RI, 2015).
Hipertensi adalah penyakit yang didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah secara menetap (Dipiro, dkk ., 2011). Umumnya, seseorang
dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan darah berada di atas 140/90 mmHg.
Hipertensi dibedakan menjadi dua macam, yakni hipertensi primer (esensial) dan
hipertensi sekunder. Hipertensi dipicu oleh beberapa faktor risiko, seperti faktor
genetik, obesitas, kelebihan asupan natrium, dislipidemia, kurangnya aktivitas
fisik, dan defisiensi vitamin D (Dharmeizar, 2012). Prevalensi hipertensi yang
terdiagnosis dokter di Indonesia mencapai 25,8% dan Yogyakarta menduduki
peringkat ketiga prevalensi hipertensi terbesar di Indonesia. Tingkat prevalensi
hipertensi diketahui meningkat seiring dengan peningkatan usia dan prevalensi
tersebut cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan
rendah atau masyarakat yang tidak bekerja (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 2013).
Penyakit hipertensi dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit
kardiovaskular. Setiap peningkatan 20 mmHg tekanan darah sistolik atau 10 mmHg
tekanan darah diastolik dapat meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung
iskemik dan strok (Chobanian, dkk., 2003). Terkontrolnya tekanan darah sistolik
dapat menurunkan risiko kematian, penyakit kardiovaskular, strok, dan gagal
jantung. Menjalankan pola hidup sehat setidaknya selama 4–6 bulan terbukti dapat
menurunkan tekanan darah dan secara umum dapat menurunkan risiko
permasalahan kardiovaskular. Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan di

4
antaranya penurunan berat badan, mengurangi asupan garam, olahraga,
mengurangi konsumsi alkohol, dan berhenti merokok (Dipiro, dkk., 2011; Soenarta,
dkk., 2015).
Pemeriksaan tanda – tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien
dalam memantau kondisi pasien atau mengidentifikasi masalah dan
mengevaluasi respons terhadap intervensi yang diberikan. Data ini juga
memberikan sebagian keterangan pokok yang memungkinkan disusunnya
rencana keperawatan. Selanjutnya pengambilan tanda – tanda vital ini dilakukan
dengan jarak waktu pengambilan tergantung pada keadaan umum pasien. Ada
empat komponen tanda vital utama yang harus dipantau secara rutin oleh tenaga
kesehatan yaitu tekanan darah, detak nadi, laju pernapasan, dan suhu tubuh.
Apabila pasien dicurigai sedang menderita kondisi medis yang serius yang dapat
mempengaruhi kehidupan, maka tanda vital akan dipantau secara berulang dan
terus dilakukan evaluasi untuk menilai perkembangan penyakit. Hal ini akan
terus dilakukan sampai didapatkan nilai tanda-tanda vital normal
Jantung adalah bagian tubuh yang menjadi pusat peredaran darah.Detak
jantung adalah debaran yang dikeluarkan oleh jantung akibat aliran darah
melalui jantung. menurutWorld Health Organization(WHO) atau dalam bahasa
Indonesia disebut Organisasi Kesehatan Dunia merupakan salah satu badan
PBB yang bertindak sebagai koordinator kesehatan umum internasional dan
bermarkas di Jenewa yaitu antara 60-100 BPM. Dari hasil pengukuran apabila
detak jantung kurang dari 60 biasa disebut bradycardia dan detak jantung lebih
besar dari 100 biasa disebut tachycardia[2].Namun heart rate sendiri tidak dapat
di tentukan dari 2 setiap individu manusia, hal ini tergantung dari aktifitas fisik,
suhu udara sekitar, posisi tubuh (tidur/ berdiri), tingkat usia, emosi dan obat
obatan yang sedang di konsumsi. Paru-paru adalah organ pada sistem
pernafasan yang berhubungan dengan sistem peredaran darah, dimana
fungsinya untuk menukar oksigen dari udara luar dengan karbondioksida pada
darah.Laju pernafasan adalah cepat atau lambatnya saat kita bernafas.Alat ukur
laju pernafasan (respiration rate) adalah suatu alat yang di gunakan untuk
memantau laju pernafasan dalam kurun waktu 1 menit, pengukuran ini biasa

5
digunakan untuk mediagnosis suatu penyakit. Menurut WHO pengukuran normal
pada orang dewasa adalah 12-20 brpm.
Dari hasil pengukuran laju pernafasan biasa disebut eupnea, sedangkan
jumlah pernafasan yang melebihi rata-rata disebut tachypnea dan lebih rendah
dari ratarata jumlah pernafasan biasa disebut bradypena. Diagnosis detak
jantung dan laju pernafasan sangat memudahkan dokter untuk mengetahui dan
memantau kondisi kesehatan vital seseorang. Pentingnya penerapan teknologi
dalam bidang biomedis sangat berpengaruh besar untuk mendukung kinerja
dokter atau ahli medis dan khususnya pelayanan kesehatan ke pasien salah
satunya adalah pengukuran detak jantung dan laju pernafasan.
Mengigat pentingnya pemeriksaan detak jantung dan laju pernafasan
Maka dari itu dibutuhkan alat detak jantung dan laju pernafasan
yangportabledilengkapi diagnosis, praktis (mudah dibawa dan mudah
digunakan), dan memudahkan paramedis untuk memantau keadaan jantung dan
paru-paru. Diharapkan dengan adanya alat ini penderita penyakit jantung dan
paru-paru akan lebih terkontrol, karena dalam alat akan dilakukan pengukuran
secara real timeuntuk mendapatkan detak jantung dan laju pernafasan per menit,
serta didapatkan hasil kondisi denyut jantung yang normal, bradypnea,
tachypnea dan hasil kondisi laju pernafasan yang normal, bradypnea, tachypnea.

B. Tujuan
Untuk mengetahui Tanda-tanda vital pada pasien hipertensi.

6
BAB II
PEMBAHASAN
A. PEMERIKSAAN TANDA –TANDA-TANDA VITAL
Tanda-tanda vital merupakan bagian dari data dasar yang dikumpulkan oleh
perawat selama pengkajian. Perawat mengkaji tanda-tanda vital kapan saja klien masuk
ke bagian keperawatan kesehatan. Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi pengukuran
suhu tubuh, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan dan tekanan darah. Pemeriksaan
tersebut merupakan indikator dari status kesehatan, pemeriksaan ini menunjukkan
keefektifan sirkulasi, respirasi, fungsi neural dan endokrin tub)uh. Karena sangat penting,
maka disebut dengan tanda-tanda vital (Potter,perry 2005).
Banyak faktor seperti suhu lingkungan, latihan fisik, dan efek sakit yang
menyebabkan perubahan tanda-tanda vital, kadang-kadang di luar batas normal.
Pemeriksaan tanda-tanda vital memberi data status kesehatan klien, seperti respon
terhadap stres fisik dan psikologis, terapi medis dan keperawatan, perubahan tanda-tanda
vital, dan mendakan perubahan fungsi fisiologis. Perubahan pada tanda-tanda vital dapat
juga menandakan kebutuhan dilakukannya intervensi keperawatan dan medis
(Potter,perry 2005).
1. Pemeriksaan Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang
didorong dengan tekanan dari jantung (hasil dari curah jantung dan tahanan pembuluh
perifer). Tekanan sistemik atau arteri darah, tekanan darah dalam sistem arteri tubuh,
adalah indikator yang baik tentang kesehatan kardiovaskular. Melakukan pemeriksaan
darah bertujuan untuk mengetahui keadaan hemodinamik klien dan keadaan kesehatan
secara menyeluruh.Tekanan darah sistolik yaitu tekanan maksimum dinding arteri pada
saat kontraksi ventrikel kiri. Tekanan darah diastolik yaitu tekanan minimum dinding
arteri pada saat relaksasi ventrikel kiri. Pengukuran tekanan darah merupakan gambaran
resistensi pembuluh darah, cardiac output, status sirkulasi dan keseimbangan cairan.
Unit standar untuk pengukuran tekanan darah adalah milimeter air raksa (mm
Hg). Pengukuran menandakan sampai setinggi mana tekanan darah dapat mencapai
kolom air raksa. Tekanan darah dicatat dengan pembacaan sistolik sebelum diastolik

7
(mis. 120/80). Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik adalah tekanan nadi.
Untuk tekanan darah 120/80, tekanan nadinya adalah 40.
a. Fisiologi Tekanan Darah Arteri
Tekanan darah menggambarkan interelasi dari curah jantung, tahanan vaskular
perifer, volume darah, viskositas darah
dan elastisitas arteri. Pengetahuan perawat
tentang variabel hemodinamik
membantu dalam pengkajian
perubahan tekanan darah.

8
Gambar 1. Anatomi jantung
b. Curah Jantung
Curah jantung seseorang adalah volume darah yang dipompa jantung (volume
sekuncup) selama 1 menit (frekuensi jantung) :
Curah jantung = Frekuensi jantung x Volume sekuncup
Tekanan darah (TD) bergantung pada curah jantung dan tahanan vaskular perifer.
Tekanan darah = Curah jantung x Tahanan vaskular perifer
Bila volume meningkatkan dalam spasium tertutup, seperti pembuluh darah,
tekanan dalam spasium tersebut meningkat. Jadi jika curah jantung meningkat, darah
yang dipompakan terhadap dinding arteri lebih banyak, menyebabkan tekanan darah naik.
Curah jantung dapat meningkat sebagai akibat dari peningkatan frekuensi jantung,
kontraktilitas yang lebih besar dari otot jantung, atau peningkatan volume darah.
Peningkatan frekuensi jantung tanpa perubahan kontraktilitas atau volume darah
mengakibatkan penurunan tekanan darah.
c. Tahanan Perifer
Sirkulasi darah melalui jalur arteri,arterior,kapiler, venula dan vena. Arteri dan
arteriol dikelilingi oleh otot polos yang berkontraksi atau relaks untuk mengubah ukuran
lumen. Ukuran arteri dan arteriol berubah untuk mengatur aliran darah bagi kebutuhan
jaringan lokal. Tahanan pembuluh darah perifer adalah tahanan terhadap aliran darah
yang ditentukan oleh tonus otot vaskular dan diameter pembuluh darah . Semakin kecil
lumen pembuluh, semakin besar tahanan vaskular terhadap aliran darah. Dengan naiknya
tahanan, tekanan darah arteri juga naik. Pada dilatasi pembuluh darah dan tahanan turun,
tekanan darah juga turun.
d. Volume Darah
Pada orang dewasa volume sirkulasi darahnya adalah 5000ml. Normalnya volume
darah tetap konstan. Jika volume meningkat, tekanan terhadap dinding arteri menjadi
lebih besar. Misalnya, penginfusan yang cepat dan tidak terkontrol dari cairan intravena
meningkatkan tekanan darah. Bila darah sirkulasi menurun, seperti pada kasus hemoragi
atau dehidrasi, tekanan darah menurun.
e. Viskositas

9
Kekentalan atau viskositas darah mempengaruhi kemudahan aliran darah
melewati pembuluh yang kecil. Hematrokit atau presentase sel darah merah dalam darah,
menentukan viskositas darah. Apabila hematokrit meningkat, aliran darah lambat,
tekanan darah arteri naik. Jantung terus berkontraksi lebih kuat lagi untuk mengalirkan
darah yang kental melewati sistem sirkulasi.
f. Elastisitas
Normalnya dinding darah arteri elastis dan mudah distensi. Jika tekanan dalam
arteri meningkat, diameter dinding pembuluh meningkat untuk mengakomodasi
perubahan tekanan. Kemampuan distensi arteri mencegah perlebaran fluktuasi tekanan
darah.
2. Faktor yang Memepengaruhi Tekanan Darah
a. Usia
Tingkat normal tekanan darah bervariasi sepanjang kehidupan. Meningkat pada
masa anak-anak. Tingkat tekanan darah anak-anak atau remaja dikaji dengan
memperhitungkan ukuran tubuh dan usia ( Task Force on Blood Pressure Control in
Children 1987).

Tabel 1. Tekanan Darah Normal Rata-Rata


Tekanan Darah
Usia
(mm Hg)
Bayi baru lahir (300g) 40 (rerata)
1 Bulan 85/54
1 Tahun 95/65
6 Tahun 105/65
10-13 Tahun 110/65
14-17 Tahun 120/75
Dewasa Tengah 120/80
Lansia 140/90

10
b. Stress
Ansietas, takut, nyeri, dan stress emosi mengakibatkan stimulasi simpatik, yang
meningkatkan frekuensi darah, curah jantung dan tahanan vaskular perifer. Efek stimulasi
simpatik meningkatkan tekanan darah.

c. Ras
Frekuensi hipertensi (tekanan darah tinggi) pada orang Afrika Amerika lebih
tinggi daripada orang Eropa Amerika. Kematian yang dihubungkan dengan hipertensi
juga lebih banyak pada orang Afrika Amerika. Kencederungan populasi ini terhadap
hipertensi berhubungan dengan genetik dan lingkungan.
d. Medikasi
Medikasi secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi tekanan darah
seperti medikasi antihipertensi dan analgesik narkotik yang dapat menurunkan tekanan
darah.
e. Variasi Diurinal
Tingkat tekanan darah biasanya rendah pada pagi-pagi sekali, secara berangsur-
angsur naik pagi menjelang siang dan sore, dan puncaknya pada senja hari atau malam.
f. Jenis Kelamin
Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah pada anak
laki-laki atau perempuan. Setelah pubertas, pria cenderung memiliki bacaan tekanan
darah yang lebih tinggi. Setelah menopause, wanita cenderung memiliki tekanan darah
yang lebih tinggi dari pada usia tersebut.
3. Hipertensi
Hipertensi adalah faktor utama penyebab kematian karena stroke dan faktor yang
memperberat infark miokard (serangan jantung). Hipertensi merupakan gangguan
asimtomatik yang sering terjadi ditandai dengan peningkatan tekanan darah secara
persisten. Kategori hipertensi telah dibuat dan menetapkan intevensi medis (Tabel 2.)
Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah untuk Usia Dewasa 18 Tahun dan Lansia*
Sistolik Diastolik
Kategori
(mm Hg) (mm Hg)
Normal <130 < 85

11
Normal Tinggi 130 – 139 85 – 89
Hipertensi
DERAJAT 1 140 – 159 90 – 99
(Ringan) 160 – 179 100 – 109
DERAJAT 2 180 – 209 110 – 119
(Sedang) ≥210 ≥ 120
DERAJAT 3 (Berat)
DERAJAT 4 (Sangat
Berat)
*Tidak mengosumsi obat antihipertensi dan tidak sakit akut.
Hipertensi dihubungkan dengan pengerasan dan hilangnya elastisitas dinding
arteri . Tahanan vaskular perifer meningkat dalam pembuluh yang keras dan tidak elastis.
Jantung harus memompa melawan tahanan yang lebih besar secara kontinu. Sebagai
akibatnya, aliran darah ke organ seperti jantung, otak dan ginjal vital menurun.
Individu dengan riwayat keluarga hipertensi berisiko untuk mengalami hipertensi.
Kegemukan, merokok, pengguna berat alkohol, kadar kolesterol tinggi dan terpapar stres
secara kontinu juga dihubungkan dengan hipertensi. Apabila klien didiagnosa hipertensi,
perawat membantu mengajarkan mereka tentang nilai tekanan darah, perawatan dan
terapi tindak lanjut jangka panjang, gejala yang biasa diabaikan (gejala yang tidak terasa),
kemampuan terapi untuk mengontrol tetapi tidak menyembuhkan hipertensi dan rencana
terapi yang konsisten yang memastikan gaya hidup yang relatif normal ( Joint National
Comitte on Delection, Evaluation, and Treatment of High Blood Plessure, 1993).

4. Hipotensi
Hipotensi dipertimbangkan secara umum saat tekanan darah sistolik turun sampai
90 mm Hg atau lebih rendah. Meskipun kebanyakan orang dewasa tekanan darahnya
rendah, bagi kebanyakan orang, tekanan darah yang rendah merupakan temua yang tidak
normal yang dihubungkan dengan keadaan sakit.
Hipotensi terjadi karena dilatasi arteri pada dasar vaskular, kehilangan volume darah
dalam jumlah yang banyak (mis. Hemoragi), atau kegagalan otot jantung memompa

12
secara adekuat (mis. Infark miokard). Hipotensi dihubungkan dengan dengan pucat, kulit
belang berkeringat, kelam pikir.
5. Alat Pemeriksaan Tekanan Darah
Metode klasik memeriksa tekanan ialah dengan menentukan tinggi kolom cairan
yang memproduksi tekanan yang setara dengan tekanan yang diukur. Alat pengukuran
tekanan darah disebut sfigmomanometer. Stigmomanometer terdiri dari manometer
tekanan, manset oklusif yang menutupi kantung karet yang dapat menggembungkan
manset. Dua jenis sfigmomanometer adalah manometer aneroid dan air raksa (Gambar
1.1).

Gambar 2. sfigmomanometer : Kiri manometer aneroid, Kanan manometer air


raksa.

Tabel 3. Perbedaan manometer aneroid dan manometer air raksa.


Jenis
Kekurangan Kelebihan
Stigmomanometer
Manometer aneroid Memerlukan kalibrasi Memiliki keuntungan
biomedikal dalam ringan, portabel dan rapi.
interval rutin untuk
memverifikasi
keakuratannya.
Pengulangan kalibrasi
Manometer air raksa Manometer air raksa tidak diperlukan.
berpotensi pecah dan air

13
raksa keluar. Sehingga
akan berpotensi jika
tidak berada dalam
wadah yang sesuai.

6. Prinsip pengukuran
Gambar 3. prinsip pemeriksaan tekanan darah
Tekanan darah diukur menggunakan
sebuah manometer berisi air raksa. Alat itu
dikaitkan pada kantong tertutup yang
dibalutkan mengelilingi lengan atas
(bladder & cuff). Tekanan udara dalam
kantong pertama dinaikkan cukup di atas
tekanan darah sistolik dengan pemompaan
udara kedalamnya. Ini memutuskan aliran
arteri brakhial
dalam lengan atas, memutuskan aliran darah ke dalam arteri lengan bawah.
Kemudian,udara dilepaskan secara perlahan-lahan dari kantong selagi stetoskop digunakan
untuk mendengarkan kembalinya denyut dalam lengan bawah.
a. Pemilihan sphymomanometer (blood pressure cuff)
Sphygmomanometer adalah alat yang digunakan untuk pengukuran tekanan
darah, yang terdiri dari cuff, bladder dan alat ukur air raksa. Dalam melakukan
pemeriksaan ini harus diperhatikan :
1) Lebar dari bladder kira-kira 40 % lingkar lengan atas (12 - 14 cm pada dewasa).
2) Panjang bladder kira-kira 80 % lingkar lengan atas.
3) Sphygmomanometer harus dikalibrasi secara rutin.

14
Gambar 4. Atas bagian manometer aneroid, bawah bagian stetoskop
b. Persiapan pengukuran tekanan darah
Pada saat akan memulai pemeriksaan, sebaiknya :
1) Pasien dalam kondisi tenang.
2) Pasien diminta untuk tidak merokok atau minum yang mengandung kafein
minimal 30 menit sebelum pemeriksaan.
3) Istirahat sekitar 5 menit setelah melakukan aktifitas fisik ringan.
4) Lengan yang diperiksa harus bebas dari pakaian.
5) Raba arteri brachialis dan pastikan bahwa pulsasinya cukup.
6) Pemeriksaan tekanan darah bisa dilakukan dengan posisi pasien berbaring,
duduk, maupun berdiri tergantung dari tujuan pemeriksaan. Hasil pemeriksaan
tersebut dipengaruhi oleh posisi pasien.
7) Posisikan lengan sedemikian sehingga arteri brachialis kurang lebih pada level
setinggi jantung.

15
8) Jika pasien duduk, letakkan lengan pada meja sedikit diatas pinggang dan kedua
kaki menapak di lantai.
9) Apabila menggunakan tensimeter air raksa, usahakan agar posisi manometer
selalu vertikal, dan pada waktu membaca hasilnya, mata harus berada segaris
horisontal dengan level air raksa.
10) Pengulangan pengukuran dilakukan beberapa menit setelah pengukuran pertama.

7. Pemeriksaan nadi/arteri
Nadi adalah aliran darah yang menonjol dan dapat diraba di berbagai tempat pada
tubuh. Nadi merupakan indikator status sirkulasi. Sirkulasi merupakan alat melalui apa sel
nutrien dan membuang sampah yang dihasilkan dari metabolisme. Supaya sel berfungsi
secara normal, harus ada aliran darah yang kontinue dan dengan volume sesuai yang
didistribusikan darah ke sel-sel yang membutuhkan nutrien (Potter, Perry 2005). Jumlah
denyut yang terjadi dalam 1 menit adalah kecepatan nadi. Volume darah yang di pompa
oleh jantung dalam 1 menit adalah curah jantung. Volume sekuncup adalah darah yang
masuk ke aorta.
Tujuan dilakukan pemeriksaan adalah :
1. Mengetahui jumlah denyut nadi dalam 1 menit.
2. Menegtahui keadaan umum pasien.
3. Mengetahui integritas sistem kardiovaskular.
4. Mengikuti perjalanan penyakit.
a. Fisiologi dan Regulasi
Aliran darah mengaliri tubuh dalam sirkuit yang kontinu. Implus elektris berasal
dari nodus sianoatrial (AV) berjalan melalui otot jantung untuk menstimulasi konstraksi
jantung. Pada setiap konstraksi ventrikel, darah yang masuk ke aorta sekitar 60 sampai 70
ml (volume sekuncup). Pada setiap ejeksi volume sekuncup, dinding aorta berdistensi,
menciptakan gelombang denyut yang dengan cepat berjalan melalui bagian akhir arteri.
Gelombang denyut bergerak 15 kali lebih cepat melalui aorta dan 100 kali lebih cepat
melalui arteri kecil daripada volume darah yang diejeksikan (Guyton, 1991).
Faktor mekanisme, neural, dan kimia meregulasi kekuatan kontraksi jantung dan
volume secukupnya. Tetapi bila faktor mekanis, neural atau kimia tidak dapat mengubah

16
volume sekuncup, perubahan frekuensi jantung akan mengakibatkan perubahan pada
tekanan darah. Jika frekuensi jantung meningkat, waktu yang dibutuhkan untuk mengisi
jantung jadi lebih sedikit. Jika frekuensi jantung perlahan, waktu pengisian ditingkatkan
dan tekanan darah meningkat. Ketidakmampuan tekanan darah berespon terhadap
peningkatan dan penurunan frekuensi jantung dapat mengindikasikan deviasi kesehatan
(Potter, Perry 2005).
b. Pengkajian Nadi
Frekuensi nadi dapat dikaji pada setiap arteri, namun arteri radialis dan arteri
karotid dapat mudah diraba pada nadi perifer. Pada saat kondisi klien tiba-tiba memburuk,
area karotid adalah yang terbaik untuk menemukan nadi dengan cepat. Jantung akan
menghantarkan darah melalui arteri karotid secara terus-menerus ke otak. Bila curah
jantung secara signifikan, nadi perifer akan melemah dan sukar diraba. Nadi radialis dan
apikal merupakan tempat yang paling sering digunakan untuk mengkaji frekuensi nadi.
Jika nadi radialis pada pergelangan tangan tidak normal atau intermiten akibat disritmia,
atau tidak bisa diraba karena luka atau balutan gips yang dapat dikaji adalah nadi apikal.
Nadi apikal merupakan tempat terbaik untuk mengkaji nadi bayi atau nadi anak kecil
karena nadi perifer dalam dan sulit untuk dipalpasi dengan akurat (Potter, Perry 2005).
Gambar 5. Lokasi titik nadi pada tubuh.

Tabel 5. Lokasi Nadi

17
Tempat Letak Kriteria Pengkajian
Tempora Di atas tulang tngkorak, Bagian yang mudah dicapai
l di atas dan lateral digunakan untuk mengkaji
terhadap mata. nadi pada kanak-kanak

Sepanjang tepi medial Bagian yang mudah dicapai


Karotid otot stemokleido mastoid digunakan pada syok
di leher. psikologis atau henti
Rongga interkostal jantung saat bagian lain
keempat sampai kelima tidak dapat diraba.
Apikal pada garis midklavikular
kiri. Bagian ini untuk
mengauskultasi nadi apikal.
Alur di antra otot bisep Bagian ini digunakan untuk
Brakial dan trisep fosa mengkaji status sirkulasi ke
antekubital. lengan bawah.
Radial atau sisi ibu jari
Radial dari jari telunjuk pada Bagian ini digunakan untuk
pergelangan tangan. mengauskultasi tekanan
darah.
Bagian ulnar dari
Ulnar pergelangan tangan.

Bagian yang biasa


Di bawah ligamen digunakan untuk mengkaji
Femoral inguinal, di tengah antara karakter nadi perifer dan
simfisis fubis dan spina mengkaji status sirkulasi ke
iliaka anterior superior. tangan.

Bagian yang biasa


Di belakang tumit pada digunakan untuk mengkaji

18
Poplitea fossa poplitea. status sirkulasi ke tangan.
Bagian ini juga digunakan
Bagian dalam untuk tes Allen
Tibia pergelangan kaki di
Postireor bawah maleolus medial. Bagian ini digunakan untuk
mengkaji status nadi pada
Sepanjang bagian atas saat syok psikologis atau
Pedis kaki, diantara tendon henti jantung saat nadi lain
Dorsal ekstensi dari jari kaki tidak dapat diraba dan
pertama dan besar. digunakan untuk mengakaji
sirkulasi ke tungkai.

Bagian ini digunakan untuk


mengkaji status sirkulasi ke
tungkai bawah.

Bagian ini digunakan untuk


mengkaji status sirkulasi ke
kaki.

Bagian digunakan untuk


mengkaji status sirkulasi ke
kaki.

c. Karakter Nadi
Pengkajian nadi radialis termasuk pengukuran frekuensi, irama, kekuatan dan kesamaan.
Pada saat mengauskultasi nadi apikal, perawat hanya mengkaji frekuensi dan irama.
d. Frekuensi

19
Banyak praktisi lebih menyukai membuat dasar pengukuran dari frekuensi nadi saat klien
dalam posisi duduk, berdiri dan berbaring. Secara temporer frekuensi jantung meningkat saat
seseorang berubah posisi dari berbaring keduduk atau berdiri.
Tabel 6. Frekuensi Nadi Normal
Usia Frekuensi Nadi (denyut/menit)
Bayi 120 -160 /mnt
Todler 90- 140 /mnt
Prasekolah 80- 110/mnt
Usia Sekolah 75-100/mnt
Remaja 60-90/mnt
Dewasa 60-100/mnt
Dimodifikasi dari Hazinski MF : Children are different . Pada Hazinski MF. Editor :Nursing Care of critically ill
child, St. Louis 1984.
e. Irama
Secara normal irama merupakan interval reguler yang terjadi antara setiap denyut nadi
atau jantung. Disritmia irama denyut yang tidak normal.
f. Kekuatan
Kekuatan atau amplitudo dari nadi menunjukkan volume darah yang diejeksikan ke
dinding arteri pada setiap kontraksi jantung dan kondisi sistem pembuluh darah arterial yang
mengarah pada nadi. Kekuatan nadi dapat dikelompokkan atau digambarkan dengan kuat.
g. Kesamaan
Perawat perlu mengkaji kedua nadi radialis untuk membandingkan karakteristik masing-
masing. Nadi pada satu ekstremitas mungkin tidak sama karena keadaan sakit ( fromasi trombus
(bekuan),pembuluh darah menyimpang(sindrom iga servikal atau diseksi aortik).

20
BAB III
SOP PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBELAJARAN


PENGUKURAN TTV

Tujuan umum

Mahasiswa mampu melakukan pengukuran TTV dengan benar

Tujuan Khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan tujuan mengukurTTV
2. Menjelaskan tahapan prosedur mengukur TTV
3. Menerapkan prosedur mengukur TTV secara benar

Pengertian

21
Pengukuran fungsi tubuh yang paling dasar untuk mengetahui tanda klinis, berguna
untuk mengakkan diagnosis suatu penyakit, dan berfungsi dalam menentukan
perencanaan perawatan medis dan keperawatan yang sesuai
Tanda-tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah.
Mengukur tanda-tanda vital bertujuan untuk memperoleh data dasar, mendeteksi atau
memantau perubahan klien dan memantau klien yang berisiko untuk perubahan

Tujuan pengukuran TTV

1. Mengetahui status kesehatan klien secara umum


2. Sebagai data dasar untuk menentukan tindakan medik dan tindakan keperawatan
3. Memonitor klien dengan risiko ketidakseimbangan status tanda vital

Nama Mahasiswa:

NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.


Pengkajian
1 Kaji penggunaan obat-obatan yang mempengaruhi tanda vital
klien
2 Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tanda vital klien
seperti usia, terapi, aktivitas, dan latihan, perubahan posisi,
nyeri, merokok, kecemasan, dan demam
3 Kaji nilai laboratorium yang berhubungan dengan perubahan
tanda vital
4 Kaji adanya tanda dan gejala perubahan sistem jantung-paru

5 Diagnosa keperawatan yang sesuai:



Fase pre interaksi
6 Mencuci tangan
7 Mempersiapkan alat
 Jam tangan demgan jarum detik
 Termometer
 Spigmomanometer
 Stetoskop
 Tissue dan kapas alkohol
 Alat tulis dan kertas
 Handscoon
Fase Orientasi
8 Memberi salam dan menyapa nama klien
9 Memperkenalkan diri
10 Melakukan kontrak
11 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan
12 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan
13 Mendekatkan alat-alat
Fase Kerja
14 Membaca basmalah
15 Memasang tirai / penutup
16 Mengatur posisi klien semifowler / supine
17 Memakai sarung tangan

22
18 Membersihkan aksila yang lebih jauh dengan tissue, pasang
termometer dan letakkan tangan klien menyilang di atas dada
19 Menggulung lengan baju bagian atas pada lengan yang akan
dilakukan pengukuran tekanan darah
Melakukan palpasi arteri brachialis, memasang manset 2.5 cm
20
diatas arteri brachialis
21 Meletakkan diafragma stetoskop diatas arteri brachialis
22 Memompa manset sampai tekanan 30 mmHg diatas titik dimana
denyut tidak terdengar
23 Membuka katup dan membiarkan air raksa turun secara
perlahan, tentukan tekanan sistolik dan diastolik
24 Menghitung nadi selama satu menit penuh
25 Menghitung pernafasan selama satu menit penuh
26 Mengangkat termometer lalu membaca hasilnya
27 Mencuci termometer dengan air sabun, desinfektan dari arah
pangkal ke ujung termometer ( reservoir ). Kemudian dengan air
bersih dari ujung ke pangkal
28 Mengeringkan termometer dan menurunkan suhunya
Fase Terminasi
29 Membaca hamdalah
30 Merapikan klien dan memberikan posisi yang nyaman
31 Mengevaluasi respon klien
32 Memberi reinforcement positif
33 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya
34 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca
doa

Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala


klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau
maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau,
sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan
sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap salam pada
pasien.
35 Mengumpulkan dan membersihkan alat
36 Melepaskan sarung tangan & mencuci tangan
Evaluasi
37 Bandingkan hasil pengukuran dengan rentang nilai normal dan
hasil pengukuran sebelumnya
38 Evaluasi status kesehatan klien
Dokumentasi
39 catat waktu dan tanggal prosedur pengukuran TTV
40 catat hasil pengukuran TTV pada daftar list pasien
41 catat komplikasi yang terjadi selama dan sesudah prosedur
42 toleransi klien terhadap prosedur yang dilakukan.

Keterangan :
Tidak = 0 Ya = 1

Jumlah nilai yang didapat


Nilai Akhir = X 100
Jumlah keseluruhan poin yang dinilai

23
Evaluasi Diri/Penguji
........................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................

Pembimbing/Penguji

(……………………………….)

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah memahami tentang tanda-tanda vital dan kesimpulanya adalah
kesehatan pada tubuh kita itu sangat penting. Terutama bagi tanda-tanda vital
seperti respirasi, denyut nadi, tekanan darah, dan suhu badan. Bagaimana
prosedur pelaksanaan yang berperan penting kepada masyarakat ataupun pasien
dan bertujuan untuk menambah pengetahuan. Seperti pada tekanan darah, seiring
dengan bertambahnya umur seseorang maka tekanan darah akan meningkat dan
emosi ataupun rasa nyeri yang di alami oleh seseorang itu juga berpengaruh
terhadap meningkatnya tekanan darah.
Dengan demikian suhu tubuh dapat menunjukan keadaan metabolisme
dalam tubuh, denyut nadi dapat menunjukan perubahan pada sistem
kardiovaskular, frekuensi pernapasan dapat menjukan fungsi pernapasan, dan

24
tekanan darah dapat menilai kemampuan sistem kardiovaskuler, yang dapat di
kaitkan dengan denyut nadi.

B. Saran
Bagi bidang keilmuan dan bagi praktisi keperawatan serta rumah
sakit diharapkan dapat meningkatkan kepuasan dengan memberikan
asuhan keperawatan secara komprehensif, pendidikan kesehatan yang
lebih di tekankan khususnya pada penderita dengan kasus pasca operasi
untuk meningkatkan proses penyembuhan, dan dapat dimanfaatkan oleh
mahasiswa bahwa:
1. Pengkajian
Melakukan pengkajian sebaiknya dilakukan dengan cara
mengkaji semua faktor yang mempengaruhi nyeri, seperti faktor
fisiologis, psikologis, perilaku, emosional, dan sosiokultural karena
nyeri merupakan pengalaman yang subyektif dan dirasakan berbeda
pada masing-masing individu sehingga semua faktor tersebut harus
terkaji dan teratasi.
2. Diagnosa
Menegakkan diagnosa keperawatan sebaiknya dilakukan
berdasarkan pengumpulan dan analisis data yang cermat karena
diagnosa yang akurat dibuat hanya setelah pengkajian lengkap
semua variable untuk memprioritaskan diagnosa keperawatan
sesuai dengan konsep kebutuhan dasar manusia.
3. Intervensi
Intervensi keperawatan dibuat sesuai dengan teori-teori yang
ada dan apa yang dibutuhkan pasien. Membuat tujuan atau kriteria
hasil harus terdapat tolak ukur sehingga perawat dapat mengukur
dan memantau perkembangan pasien terhadap tindakan yang
dilakukan sudah berhasil atau belum berhasil.
4. Implementasi

25
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus dilakukan secara
berkelanjutan dengan melakukan asuhan keperawatan dengan dan
untuk pasien. Menuliskan informasi dengan cara
mendokumentasikannya sehingga penyedia layanan kesehatan
selanjutnya dapat melakukan tindakan dengan tujuan dan
pemahaman serta dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan
pasien sampai kriteria hasil atau tujuan tercapai.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara teliti dengan menganalisis respon
pasien, mengidentifikasi faktor yang berkontribusi terhadap
keberhasilan atau kegagalan, dan perencanaan untuk
mengidentifikasi apakah tindakan keperawatan yang diberikan telah
sesuai, perlu dilanjutkan atau perlu dimodifikasi untuk mencapai
kriteria hasil dan tujuan yang telah dibuat oleh perawat

DAFTAR PUSTAKA

Potter, Perry. 2005. Fundamental of Nursing edisi 4. Jakarta : EGC.


Kusyati, Eni.2004. Ketrampilan Prosedur Laboraturium Keperawatan Dasar. Jakarta :
EGC.
Laboratorium Ketrampilan Keperawatan PSIK FK UGM. 2002. Skills lab pendidikan
ketrampilan keperawatan program B semester I tahun ajaran 2002/2003. Yogyakarta:
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada; Hal. 11-
21. 4
https://narayihaa.wordpress.com/2013/08/11/efusi-perikardial/
http://ikhsanthedoctor.blogspot.co.id/2013/07/askep-efusi-perikardial.html
https://narayihaa.wordpress.com/2013/08/11/efusi-perikardial/

26

Anda mungkin juga menyukai