Anda di halaman 1dari 27

PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL

OLEH

KELOMPOK 1

ZHADELLA R. ABDULLAH 2119001

MOH. TAUFIQ MANTO 2119004

ADRIANUS JERATU 2119005

URSULA ANGELISTA 2119011

ENO LORIAN 2119012

WIHELMINA WILANTI 2119019

RICHARD SUBOONG 2119043

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena


dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk
bekerja bersama untuk menyelesaikan makalah ini. Dimana makalah ini
merupakan salah satu dari tugas mata kuliah keperawatan dasar.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing
dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan, Oleh sebab itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-
teman. Amin..

DAFTAR IS

2
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................... 3
BAB I.................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN..................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................4
C. TUJUAN....................................................................................................4
BAB II................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN....................................................................................................5
A. Tanda – Tanda Vital.................................................................................5
1. TEKANAN DARAH................................................................................5
2. NADI.......................................................................................................9
3. PERNAFASAN.....................................................................................10
4. SUHU...................................................................................................15
5. SOP TENTANG PEMERIKSAAN TANDA VITAL.......................19

BAB III................................................................................................................25
PENUTUP..........................................................................................................25
A. KESIMPULAN.........................................................................................25
B. SARAN....................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam melakukan suatu asuhan keperawatan, pemeriksaan tanda-
tanda vital sangat dibutuhkan, karena dengan pemeriksaan tersebut
kita dapat membuat beberapa diagnose tentang apa yang dialami
pasien/klien. Ada beberapa pemeriksaan fisik diantaranya adalah
pemeriksaan pernafasan, nadi, tekanan darah dan suhu.
Pemeriksaan tanda – tanda vital merupakan cara yang cepat dan
efisien dalam memantau kondisi klien atau mengidentifikasi masalah
dan mengevaluasi respons terhadap intervensi yang diberikan. Data
ini juga memberikan sebagian keterangan pokok yang memungkinkan
disusunnya rencana keperawatan. Selanjutnya pengambilan tanda-
tanda vital ini dilakukan dengan jarak waktu pengambilan tergantung
pada keadaan umum klien.

B. RUMUSAN MASALAH
1.     Apa saja prosedur pelaksanaan dan tanda – tanda vital
2.     Apa saja masalah yang harus dikaji dan tanda – tanda vital
3.     Berapakah batasan normal setiap tanda – tanda vital

C. TUJUAN
1.    Untuk mengatahui prosedur pelaksanaan dari tanda – tanda vital
2.    Untuk mengatahui masalah yang harus dikaji dan tanda – tanda
vital
3.    Untuk mengetahui batasan normal setiap tanda – tanda vital

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tanda – Tanda Vital


Tanda – tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien dalam
memantau kondisi klien atau mengidentifikasi masalah dan
mengevaluasi respons terhadap intervensi yang diberikan.
Penggunaan tanda – tanda vital memberikan data dasar untuk
mengetahui respons terhadap stress fisiologi/psikologi, respons terapi
medis dan keperawatan. Hal ini sangatlah penting sehingga disebut
tanda – tanda vital.
Waktu untuk mengukur tanda – tanda vital:
 Saat klien pertama kali masuk ke fasilitas
 Saat memeriksa klien pada kunjungan rumah
 Di rumah sakit/fasilitas kesehatan dengan jadwal rutin sesuai
program
 Sebelum dan sesudah prosedur bedah atau diagnostic invasif
 Sebelum, saat, dan setelah transfuse darah
 Saat keadaan umum klien berubah
 Sebelum, saat, dan sesudah pemberian obat.
 Sebelum dan sesudah intervensi keperawatan yang
mempengaruhi tanda – tanda vital
 Saat klien mendapat gejala fisik yang non spesifik
 Menggigil adalah respon tubuh terhadap perbedaan suhu dalam
tubuh.
Jenis – Jenis Tanda – Tanda Vital
1. TEKANAN DARAH
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada
dinding arteri. Darah mengalir karena adanya perubahan tekanan,
dimana terjadi perpindahan dari area bertekanan tinggi ke area
bertekanan rendah. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel

5
berkonstraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan darah sistemik
atau arterial merupakan indicator yang paling baik untuk kesehatan
kardiovaskuler. Tekanan diastolic adalah tekanan terendah yang
terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya
digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan
diastolic, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 –
140/90. Rata – rata tekanan darah normal biasanya 120/80.
Menurut Hayens (2003) tekanan darah timbul ketika
bersikulasi di dalam pembuluh darah berperan penting dalam
proses ini di mana jantung sebagai pompa muscular yang
menyuplai tekanan untuk menggerakkan darah dan pembuluh
darah yang memiliki dinding yang elastic dan kehanan yang kuat.
Tekanan darah di ukur dalam satuan millimeter air raksa (mmHg).
Untuk mengukur tekanan darah maka perlu dilakukan pengukuran
darah secara rutin.
A. Masalah Yang Harus Dikaji Pada Tekanan Darah
Hipertensi
Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yaitu tekanan
diastolic mencapai 140mmHg atau lebih, terapi tekanan
diastolik kurang dari 90mmHg dan tekanan diastolik masih
dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada
usia lanjut sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap
orang mengalami kenaikan tekanan darah. Tekanan diastolik
terus meningkat sampai usia 80 kemudian berkurang perlaha–
lahan bahkan menurun drastis. Hipertensi ini juga disebabkan
oleh berbagai masalah kebutuhan nutrisi, seperti penyebab dari
adanya obesitas serta asupan kalsium, natrium dan gaya hidup.
Penatalaksanaan hipertensi juga dapat menganjurkan
pasien untuk memakai obat anti hipertensi dan turunkan jumlah
dosisnya yang disediakan dengan langkah - langkah :
1) Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan (indek
masa tubuh lebih dari 27 kg)

6
2) Meningkatkan aktivitas fisik aerobik (30/35 menit/hari)
3) Mengurangi asupan natrium (< 100 mmol Na/2,4 gr Na/ 6gr
Nacl/hari)
4) Mempertahankan asupan kalsium yang adekuat (90
mmHg/hari)
5) Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan
kolesterol dalam makanan.
Yang perlu dikaji pada pasien hipertensi:
1) Aktivitas dan istirahat
a) Gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup
menonton
b) Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung takipnea.
2) Sirkulasi
a) Gejala: riwayat hipertensi, arteri korosis penyakit jantung
koroner/katup dan penyakir cerebral vaskuler
b) Kenaikan tekanan darah (pengukuran serial dan
kenaikan tekanan darah) diperlukan untuk menegakkan
diagnosis.
c) Bunyi jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini) S4
(pengerasan ventrikel kiri/hipertrofi ventrikel kiri.
d) Desiran vaskuler terdengar diatas karotis
e) DVJ (distensi vena jugularis)
f) Ekstermitas : perubahan warna kulit, suhu dingin,
pengisian kapiler mungkin lambat tertunda
(vasokontriksi).
g) Kulit pucat, sianosis dan diaphoresis
(konghesif/inpoksemia) kemerahan (veoktamusisoma)
3) Integritas ego
a) Gejala : riwayat perubahan kepribadian ansietas,
depresi, atau marah kronik.

7
b) anda : gelisah, penyempitan kontinu pertahanan, gerak
tangan, sempit, peningkatan pola bicara.
4) Eliminasi
a) Gejala : gangguan ginjal saat ini/yang lalu seperti infeksi
atau riwayat penyakit masa lalu
5) Makanan dan cairan
a) Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup
makanan tinggi garam, lemak, kolesterol, keju, telur, gula
merah.
b) Tanda : berat badan normal atau obeisitas, adanya
edema, konghesti vena. DVJ/Distensi Vena Jugularis
6) Nyeri
a) Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan
jantung (nyeri hilang timbul pada tungkai).
7) Pernafasan
a) Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau
kerja takipnea, ortopnea, dispnea nontural, potok sismol,
batuk tanpa seputum, riwayat merokok.
b) Tanda : bunyi nafas tambahan, distress respiorasi atau
penggunaan otot aksesoris pernafasan sianosis.
8) Keamanan
a) Gejala : gangguan koordinasi atau cara berjalan,
episode perestasia, unilateral, transen, hipotensi
postural.
9) Penyuluhan
a) Gejala: faktor – faktor resiko keluarga: hipertensi
arteroskalerosis, penyakit jantung, DM, penyakit
cerebros vaskuler ginjal.
B. Batasan normal tekanan darah
Umur Tekanan sistolik/diatolik (mmHg)
1 bulan 86/54
6 bulan 90/60
1 tahun 96/65

8
2 tahun 99/65
4 tahun 99/65
6 tahun 100/60
8 tahun 105/60
10 tahun 110/60
12 tahun 115/60
14 tahun 118/60
16 tahun 120/65

2. NADI
Nadi adalah gerakan atau aliran darah pada pembuluh darah
arteri yang dihasilkan oleh kontraksi dari ventrikel kiri jantung.
Denyut nadi adalah rangsangan kontraksi jantung yang dimulai
dari NODES SINOURI atau NODUS SINOS ATRIAL yang
merupakan bagian atas serambi kanan jantung. Salah satu
indikator kesehatan jantung adalah terjadinya peningkatan denyut
nadi pada saat beristirahat. Pemeriksaan nadi sangat penting
dilakukan agar petugas kesehatan yang melakukan pemeriksaan
nadi dapat mengetahui keadaan nadi (frekuensi irama dan kuat
lemah nadi ). Mengukur denyut nadi yang terasa pada pembuluh
darah arteri yang disebabkan oleh gelombang darah yang mengalir
di dalamnya sewaktu jantung memompa darah ke dalam aorta
atau arteri.
Tujuan pemeriksaan nadi adalah :
 Untuk mengetahui kerja jantung
 Untuk menegetahui jumlah denyut jantung yang terasa pada
pembuluh darah.
 Untuk menentukan denyut nadi normal atau tidak.
Kecepatan denyut jantung bereaksi terdapat rangsangan
yang ditimbulkan oleh system saraf simpatis dan saraf
parasimpatis, beberapa hal yang mempengaruhi jumlah denyut:
emosi, nyeri, aktivitas, dan obat-obatan. Kecepatan denyut nadi
bertambah bila tekanan darah turun karena jantung berusaha
meningkatkan keluarnya darah.
A. Masalah Yang Harus Dikaji Pada Pemeriksaan Nadi

9
Kecepatan Nadi (Pulse Rate)
Pulse Rate (jumlah denyutan perifer yang dirasakan selama
1 menit) à dihitung dengan menekan arteri perifer dengan
menggunakan ujung jari
1) Tachycardia: nadi >100 -150 x/mntà jantung overwork à
oksigenasi sel tidak  adequat
2) Palpitasi : perasaan berdebar-debar, sering menyertai
tachycardi
3) Bradycardia : denyut nadi < 60 x/mnt àkejadian lebih
sedikit dibandingkan tachycardia
Denyut Nadi  sangat fluktuatif dan meningkat dengan :
1) exercise,
2) illness,
3) Injury
4) emotions.

B. Batasan normal nadi


Usia Denyut nadi (x/permenit)
Balita 120-160
Anak 90 – 140
Pra sekolah 80 – 110
Sekolah 75 – 100
Remaja 60 – 90
Dewasa 60-100

3. PERNAFASAN
Pernafasan atau respirasi adalah peristiwa menghirup udara
dari luar yang mengandung O2 (oksigen) ke dalam tubuh, serta
menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 (karbon
dioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh. Penghisapan ini
disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi. Secara
normal orang dewasa bernafas kira – kira 16 – 20 x/menit,
sementara bayi dan anak kecil lebih cepat daripada orang dewasa.
Naiknya kecepatan bernafas disebut polypnea. Jika suhu badan

10
naik kecepatan bernafas bertambah, karena tubuh berusaha
melepaskan diri dari kelebihan panas. Pemeriksaan pernafasan
merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses
pengambilan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai frekuensi, irama,
kedalaman dan tipe atau pola pernafasan.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pola pernafasan:
1) Faktor fisiologis
a) Menurunnya kemampuan meningkatkan O2 seperti pada
anemia
b) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti
obstruksi saluran pernafasan bagian atas.
c) Hivopolemia sehingga tekanan darah menurun yang
mengakibatkan terganggunya O2
d) Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada
seperti pada kehamilan, obeisitas, penyakit kronis,
seperti TBC paru.
2) Faktor perkembangan
a) Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran
pernafasan dan merokok
b) Dewasa, muda dan pertengahan, diet yang tidak sehat,
kurang aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit
jantung dan paru.
c) Dewasa tua adanya proses penuaan yang
mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas
menurun
3) Faktor perilaku
a) Nutrisi
b) Exercise: akan meningkatkan kebutuhan oksigen
c) Merokok: nikotin menyebabkan fase konstruksi
pembuluh darah perifer dan koroner.
d) Kecemasan

11
4) Faktor lingkungan
a) Tempat kerja
b) Suhu lingkungan
c) Ketinggian dari permukaan air laut
Faktor yang meningkatkan frekuensi pernafasan:
1) Olahraga
2) Stress
3) Peningkatan suhu lingkungan
4) Penurunan konsentrasi oksigen pada darah yang tinggi
Tujuan menghitung pernafasan :
1) Mengetahui keadaan umum pasien
2) Mengikuti perkembangan penyakit
3) Membantu menentukan salah satu penyokong diagnose

A. Masalah yang harus dikaji pada pernafasan


1) Ritme pernafasan
a) Eupnea : irama normal
b) Kusmaul : cepat dan dalam
c) Hiperventilasi : pernafasan dalam, kecepatan normal
Biot’S : Cepat dan dalam, berhenti tiba2, kedalaman
sama (kerusakan saraf)
d) Cheyne stoke : bertahap dangkal – lebih cepat dan
dalam – lambat –apnea (kerusakan saraf)
e) Retraksi interkosta : kemungkinan retraksi pada obstruksi
jalan nafas
f) Orthopnea :  sesak pada waktu posisi berbaring
g) Suara batuk : produktif / tidak

2) Palpasi
a) Nyeri dada tekan :kemungkinan fraktur iga
b) Kesimetrisan ekspansi dada

12
        Caranya :     
- letakkan kedua telapak  tangan secara datar
- Bisa pada anterior, sisi dan posterior
- Anjurkan tarik nafas
        Amati : normal bila gerakan tangan simetris
- Taktil fremitus
       Caranya :    
- Letakkan tangan sama dengan cara pemeriksaan
ekspansi dada
- Anjurkan pasien menyebut tujuh-tujuh / enem-
enam
- Rasakan getaran
Kurang bergetar : pleura effusion, pneumothoraks
- Lakukan pada seluruh permukaan dada
(atas,bawah,kiri,kanan,  depan,belakang)
3) Perkusi
a) Suara perkusi
- Paru normal : sonor/resonan
- Pneumothoraks : hipersonor
- Jaringan padat (jantung, hati) : pekak/datar
- Daerah yang berongga : tympani
- Batas organ
b) Sisi dada kiri : dari atas ke bawah ditemukan
sonor/resonan- tympani : ICS 7/8 (Paru-lambung)
c) Sisi dada  kanan : ICS 4/5 (paru-Hati)
d) Dinding posterior  :-Supraskapularis (3-4jari di pundak)
batas atas paru
- Setinggi vertebratorakal 10 garis skapula batas
bawah    paru

4) Auskultasi
a) Suara / bunyi nafas vesikuler

13
- Terdengar disemua lapang paru normal
- Bersifat halus, nada rendah
- Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi
- Bronchovesikuler
b) Ruang interkostal pertama dan kedua area interskapula
c) Nada sedang, lebih kasar dari vesikuler
d) Inspirasi sama dengan ekspirasi
e) Bronchial
f) Terdengar di atas manubarium,
g) Bersifat kasar, nada tinggi
h) Inspirasi lebih pendek dari ekspirasi
i) Suara ucapan
j) Anjurkan penderita mengucapkan tujuh-tujuh berulang2
secara berisik sesudah inspirasi
k) Lakukan dengan intonasi yang sama kuat sambil
mendengarkan secara sistematik disemua lapang paru
dengan menggunakan stetoskop
l) Bandingkan bagian kiri dan kanan
5) Suara Tambahan
a) Ronchi (ronchi kering)
Suara yang tidak terputus, akibat adanya getaran dalam
lumen saluran pernafasan karena penyempitan : ada
sekret kental/lengket
b) Rales (ronchi basah)
Suara yang terputus, akibat aliran udara melewati cairan
dan terdengar pada saat inspirasi

c) Wheezes – wheezing

14
Suara terdengar akibat obstruksi jalan napas, terjadi
penyempitan sehingga ekspirasi dan inspirasi terganggu,
sangat jelas terdengar saat ekspirasi.
B. Batasan Normal Pernafasan
Usia Frekuensi (x/menit)
Balita 30 – 60
Anak 30 – 50
Pra sekolah 25 – 32
Sekolah 20 – 30
Remaja 16 – 19
Dewasa 12 – 20

4. SUHU
Pemeriksaan suhu merupakan salah satu pemeriksaan yang
digunakan untuk menilai kondisi metabolisme dalam tubuh ,
dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui
metabolisme darah. Suhu tubuh perlu dijaga keseimbangannya,
yaitu antara jumlah panas yang hilang dengan jumlah panas yang
diproduksi. Proses pengaturan suhu terletak pada hypothalamus
dalam sistem saraf pusat. Bagian depan hypothalamus dapat
mengatur pembuangan panas dan bagian hypothalamus belakang
mengatur upaya penyimpanan panas.
Perubahan suhu tubuh diluar kisaran normal akan
mempengaruhi titik pengaturan hypothalamus. Perubahan ini
berhubungan dengan produksi panas berlebihan, kehilangan
panas minimal, atau kombinasi hal di atas. Sifat perubahan akan
mempengaruhi jenis masalah klinis yang dialami klien
Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh:
 Usia : pengaturan suhu tubuh tidak stabil sampai pubertas,
lansia sangat sensitif terhadap suhu yang ekstrem.
 Olahraga: meningkatkan produksi panas.
 Kadar hormon: perempuan mengalami frekuensi suhu tubuh
yang lebih besar dari laki – laki.

15
 Lingkungan : suhu tubuh secara normal berubah 0,5˚ selama
24 jam titik terendah pada pukul 1 – 4 dini hari.

A. Masalah yang harus dikaji pada pemeriksaan suhu


1) Demam
Demam bisa terjadi disebabkan karena mekanisme
pengeluaran panas tidak mampu untuk memertahankan
kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas
sehingga mengakibatkan suhu dalam tubuh menjadi tidak
normal.
Demam merupakan mekanisme pertahanan yang
penting. Peningkatan ringan suhu sampai 39°C
meningkatkan sistem imun tubuh. Demam juga
meruapakan bentuk pertarungan akibat infeksi karena
virus menstimulasi interferon (substansi yang bersifat
melawan virus).
Pola demam berbeda bergantung pada pirogen.
Peningkatan dan penurunan jumlah pirogen berakibat
puncak demam dan turun dalam waktu yang berbeda.
Selama demam, metabolisme meningkat dan
konsumsi oksigen bertambah. Metabolisme tubuh
meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan suhu.
Frekuensi jantung dan pernapasan meningkat untuk
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh terhadap nutrient.
Metabolisme yang meningkat menggunakan energi yang
memproduksi panas tambahan.
2) Hipertermia
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh
sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan
produksi panas.

16
Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat
memengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Hipertermia
malignan adalah kondisi bawaan dimana tidak dapat
mengontrol produksi panas yang terjadi ketika orang yang
rentan menggunakan obat-obatan anastetik tertentu.
3) Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus
terhadap dingin memengaruhi kemampuan tubuh untuk
memproduksi panas sehingga akan mengakibatakan
hipotermia. Hipotermia diklasifikasikan  melalui
pengukuran suhu inti:
- Ringan: 33°-36°.
- Sedang: 30°-33°.
- Berat: 27°-30°.
- Sangat berat: <30°.
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara
berangsur dan tidak diketahui selama beberapa jam.
Ketika suhu tubuh turun menjadi 35°C, orang yang
mengalami hipotermia mengalami gemetar yang tidak
terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu
menilai.
Jika suhu tubuh turun dibawah 34,4°c, frekuensi
jantung, pernapasan, dan tekanan darah turun. Jika
hipotermia terus berlangsung, disritmia jantung akan
berlangsung, kehilangan kesadaran, dan tidak responsif
terhadap stimulus nyeri.
4) Kelelahan Akibat Panas
Kelelahan akibat panas terjadi akibat kehilangan
cairan dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh
lingkungan yang terlalu panas. Tanda dan gejala kurang
volume cairan adalah hal yang umum selama kelelahan
akibat panas.

17
5) Heat Stroke
Lingkungan dengan suhu tinggi dapat memengaruhi
mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heat
stroke. Penderita heat stroke tidak berkeringat karena
kehilangan elektrolit sangat berat dan malfungsi
hipotalamus. Heat stroke dengan suhu yang lebih besar
dari 40,5°C mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel
dari semua organ tubuh.
Itulah beberapa kondisi penyakit yang disebabkan
oleh adanya perubahan suhu tubuh. Adanya perubahan
suhu tubuh memang sangat sulit dicegah dan manusia
hanya dapat melakukan peminimalan resiko dari penyakit-
penyakit yang berkaitan dengan perubahan suhu tubuh
seperti demam, kelelahan, heat stroke, dan lainnya.
Hal tersebut bisa dilakukan dengan rajin
memeriksakan kondisi tubuh ke dokter secara rutin,
mengonsumsi makanan sehat, berolahraga secara teratur,
dan mencukupi kebutuhan tidur Anda.
Dengan demikian, penyakit apapun bisa dicegah. Jika
mampu menyerang sekalipun, resiko penyakitnya tak akan
terlalu parah dan juga proses penyembuhannya relatif
cepat karena orang yang senantiasa menjaga kebugaran
dan kesehatan tubuhnya memiliki daya imun yang kuat.
B. Batasan normal pemeriksaan suhu
Usia Suhu (Derajat
Celcius)
3 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37,0
7 tahun 36,8
9 tahun 36,7
13 tahun 36,6
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

18
No. Dokumen No. Revisi Halaman
… exp.
PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan
Ketua STIK GIA Makassar

( Rasdin, S.Kep.Ns.M.Kep.)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR …

PENGERTIAN Pemeriksaan tanda vital (Vital Sign) merupakan suatu cara untuk
mendeteksi adanya perubahan sitem tubuh. Tanda vital meliputi suhu
tubuh, denyut nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah. Tanda
vital mempunyai nilai sangat penting pada fungsi tubuh. Adanya
perubahan tanda vital, misalnya suhu tubuh dapat menunjukkan
keadaan metabolisme dalam tubuh; Denyut nadi dapat menunjukkan
perubahan pada sistem kardiovaskuler; Frekuensi pernafasan dapat
menunjukkan fungsi pernafasan; dan Tekanan darah dapat menilai
kemampuan sistem kardiovaskuler yang dapat dikaitkan dengan
denyut nadi.

TUJUAN  Untuk mengetahui adanya kelainan pada pasien


 Mengetahui kondisi dan perkembangan vital sign pasien
 Mengetahui frekuensi, irama pernafasan, frekuensi nadi,
tekanan darah dan suhu tubuh pasien

Semua tenaga
KEBIJAKAN /
INDIKASI

medis dan
paramedis wajib
mengenakan
sarung tangan steril
pada saat

19
melakukan tindakan
a. Indikasi
 Luka terbuka
 Luka bakar
 Infeksi
 Penggunaan obat imunisupresi
 Cedera pada hipotalamus
 Pemejaman yang lama pada suhu yang ekstrim
 Reaksi terhadap transfusi darah
b. Kontra indikasi
 Bayi
 Anak kecil
 Klien dengan bedah oral
 Nyeri atau trauma pada mulut
 Klien dengan kacau mental atau tidak sadar
 Pernapasan mulut
 Riwayat kejang
 Menggigil
PERALATAN 1. Handscoon
2. Thermometer  air raksa
3. 3 botol masing-masing berisi: Cairan sabun, cairan
desinfektan, air bersih.
4. Tissue
5. Tensimeter : Spingomanometer/tensi air raksa
6. Stetoskop
7. Jam tangan/stopwatch
8. Baki beserta alasnya
9. Bengkok
10. Grafik perkembangan vital sign
11. Alat lulis
Ta Tahap PraInteraksi
PROSEDUR KERJA
1. Menyiapkan alat dan pasien dengan benar
2. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar dan posisi
pemeriksa dengan benar

B.     Tahap Orientasi

1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik


2. Menjelaskan tujuan  dan prosedur tindakan pada

20
keluarga/pasien
3. Memberikan kesempatan pasien bertanya
4. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

Tahap Kerja
A. Mengukur Suhu Aksila
1. Mencuci tangan
2. Membawa alat-alat kedekat pasien
3. Menjeaskan prosedur kepada pasien
4. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (duduk/terlentang)
5. Minta pasien membuka lengan baju (kalau perlu dibantu)
6. Bila ketiak basah keringkan dengan tisu
7. Ambil termometer dari tempat nya (bila termometer dilarutan
desinfektan ambil dan bersihkan dengan tisu dari pangkal ke
reservoir dengan arah memutar, kemudian masukkan ke air
bersih dan bersihkan dengan tisu)
8. Cek termometer pastikan suhunya dibawah 35° C
9. Letakkan termmeter tepat pada lengan aksial pasien, lengan
pasien fleksi di atas dada
10. Tunggu sampai 5-10 menit kemudian angkat, bersihkan dan
baca hasilnya
11. Menginformasikan hasil pemeriksaan ke pasien
12. Merapikan kembali pakaian pasien dan membantu ke posisi
yang nyaman
13. Masukkan dalam larutan sabun bersihkan dengan tisu dari
pangkal ke reservoir dengan gerakan sirkuler, masukkan ke
larutan desinfektan bersihkan dengan tisu kemudian masukkan
ke air bersih dan bersihkan dengan tisu dari pangkal ke
reservoir dengan gerakkan sirkuler
14. Menurunkan air raksa sampai reservoir kemudian masukkan
termometer dalam tempatnya
15. Mencuci tangan
16. Mencatat hasil pengukuran suhu pada buku catatan

B. Mengukur Suhu Oral


1. Mencuci tangan
2. Membawa alat-alat kedekat pasien
3. Menjeaskan prosedur kepada pasien
4. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (duduk/terlentang)
5. Ambil termometer dari tempat nya (bila termometer dilarutan
desinfektan ambil dan bersihkan dengan tisu dari pangkal ke
reservoir dengan arah memutar, kemudian masukkan ke air
bersih dan bersihkan dengan tisu)
6. Cek termometer pastikan suhunya dibawah 35° C
7. Minta paien membuka mulut nya, dengan perlahan letakkan
termometer dibawah lidah
8. Minta pasien mengatupkan bibirnya
9. Tunggu sampai 3-5 menit kemudian angkat, bersihkan dan

21
baca hasilnya
10. Menginformasikan hasilnya ke pasien
11. Merapikan kembali pakaian pasien dan membantu posisi yang
nyaman
12. Masukkan ke dalam larutan sabun bersihkan dengan tisu dari
pangkal ke reservoir dengan gerakan sirkuler, masukkan ke
larutan desinfektan bersihkan dengan tisu kemudian masukkan
ke air bersih dan bersihkan dengan tisu dari pangkal ke
reservoir dengan gerakkan sirkuler
13. Menurunkan air raksa sampai reservoir kemudian masukkan
termometer dalam tempatnya
14. Mencuci tangan
15. Mencatat hasil pengukuran suhu pada buku catatan

C. Mengukur Suhu Rektal


1. Mencuci tangan
2. Membawa alat-alat kedekat pasien
3. Menjelaskan prosedur pada pasien
4. Menutup gorden/pintu ruangan
5. Memakai sarung tangan
6. Membantu pasien dalam posisi sim’s (pasien anak dapat
berbaring tengkurap)
7. Minta pasien menurunkan pakaian bawah sampai dibawah
gluteal (kalau perlu dibantu)
8. Membuka panta sampai pelepasan tampak dari luar, bila
pelepasan tampak kotor bersihkan dengan tisu
9. Ambil termometer dari tempatnya
10. Cek termometer pastikan suhunya dibawah 35 C
11. Mengolesi vaselin/ lubrikasi pada ujung termometer (2,5-4cm
untuk dewasa dan 1,5-2,5 cm untuk bayi/anak)
12. Dengan tangan kiri tak dominan meninggikan bokong atas
pasien
13. Masukkan termometer ke dalam rektal secara perlahan (bila
terasa ada tahanan segera tarik termometer)
14. Pegang termometer
15. Tunggu 2-3 menit kemudian angkat, bersihkan dan baca
hasilnya
16. Menginformasikan hasil pemeriksaan ke pasien
17. Merapikan kembali pakaian pasien dan membantu ke posisi
yang nyaman
18. Masukkan kedalam larutan sabun bersihkan dengan tisu dari
pangkal ke rervoir dengan gerakan sirkuler, masukan ke
larutan desinfektan bersihkan dengan tisu dengan gerakan
sirkuler kemudian masukkan ke air bersih kan dengan tisu dari
pangkal ke rervoir dengan gerakan sirkuler
19. Menurunkan air raksa sampai reservoir kemudian masukkan
termometer dalam tempatnya
20. Melepas sarung tangan

22
21. Mencucci tangan
22. Mencatat hasil pengukuran suhu pada buku catatan

D. Mengkaji Denyut Nadi


1. Mencuci tangan
2. Membawa alat-alat kedekat pasien
3. Menjelaskan prosedur kepada pasien
4. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (duduk/terlentang)
5. Meraba / menentukan letak arteri/ denyut nadi yang akan
dihitung
6. Memeriksa denyut nadi dengan cara meletakkan ujung jari, jari
tengan, dan jari manis diatas arteri yang akan dihitung
7. Bila denyut nadi sudah terba teratur, pegang jam tangan
dengan penunjuk detik pada tangan yang lain
8. Menghitung denyut nadi selama ¼ menit (bila nadi teratur)
hasilnya dikalikan 4, jika nadi tidak teratur hitung selama 1
menit penuh
9. Merapikan pasien kembali dan membantu pasien ke posisi
yang nyaman
10. Menginformasikan hasil pemeriksaan ke pasien dan memberi
tahu pasien tindakan sudah selesai
11. Mencuci tangan
12. Mencatat hasil pengukuran suhu pada buku catatan

E. Mengkaji Pernafasan
1. Mencuci tangan
2. Membawa alat-alat kedekat pasien
3. Menjelaskan prosedur kepada pasien
4. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (duduk/terlentang)
5. Meletakkan lengan pasien pada posisi rileks
6. Mengobservasi satu siklus pernafasan lengkap kemudian
mulai menghitung frekuensi pernafasan dan memperhatikan
kedalaman, irama, serta karakter pernafasan selama 30 detik
hasilnya dikalikan 2 bila pernafasan teraturtapi jika pernafasan
tidak teratur atau pasien bayi/anak kecil hitung selama satu
menit penuh
7. Mengatur kembali posisi pasien yang nyaman
8. Menginformasikan hasil pemeriksaan ke pasien dan
memberitahu bahwa tindakan sudah selesai
9. Mencuci tangan
10. Mencatat hasil pengukuran suhu pada buku catatan

F. Mengukur Tekanan Darah


1. Mencuci tangan
2. Membawa alat-alat kedekat pasien
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur pada pasien
4. Mendesinfeksi gagang stetoskop yang akan ditempelkan ke
telinga dan juga mendesinfeksi diafragma stetoskop

23
5. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
6. Meletakkan tensimeter dsamping atas lengan pasien
7. Meminta/membantu pasien menggulung/membuka lengan baju
yang akan diperiksa
8. Memasang manset pada lengan atas kira-kira 2,5cm diatas
fossa cubiti (jangan terlalu kuat) dan dan panah pada maset
sejaja dengan arteri brakhialis
9. Meraba arteri brakhialis dengan jari tengan dan telunjuk
10. Memakai stetoskop pada telinga, meletakkan bagian
diafragma stetoskop diatau arteri brakhialis dang
memegangnya dengan ibu jari atau beberapa jari
11. Menutup klep/skrup pompa balon dengan memutar searah
jarum jam dan membuka kunci air raksa jika menggunakan
tensi air raksa
12. Memompa 30 mmHg diatas titik pulsasi hilang
13. Membuka skrup pelan-pelan (air raksa turun kira-kira 2-3
mmHg/detik)
14. Mendengarkan denga seksama sambil membaca skala air
raksa dimana suara denyut arteri terdengar pertama sampai
menghilang (denyut pertama adalah tekanan sistolik dan
denyut terakhir adalah suara tekanan diasstolik)
15. Mengempeskan dengan cepat setelah suara denyut tidak
terdengar sampai air raksa pada angka nol (jika ingin
mengulang pemeriksaan tunggu kira-lira 2 menit)
16. Membuka manset, digulung/dilipat yang rapi kemudian manset
ditempatkan pada tempatnya, air rakasa dikunci, tensimeter
ditutup
17. Mengatur kembali posisi pasien
18. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada pasien dan
memberitahu bahwa tindakan sudah selesai
19. Mencuci tangan
20. Mencatat hasil pengukuran suhu pada buku catatan

Tahap Terminasi

1. Melakukan evaluasi tindakan


2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

REFFERENSI A.Poter, Praticia, Pery, 2012, Keterampilan dan Prosedur Dasar,


Mosby: Elsevier Science

24
25
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah memahami tentang tanda-tanda vital. Dan kesimpulannya
adalah kesehatan pada tubuh kita itu sangat penting. Terutama bagi
tanda-tanda vital seperti denyut nadi, tekanan darah, pernapasan,
suhu badan, dan berat badan. Bagaimana prosedur pelaksanaan
yang berperan penting kepada masyarakat atau pun pasien dan
bertujuan untuk menambah pengetahuan. Seperti pada tekanan
darah, seiring dengan bertambahnya umur seseorang maka tekanan
darah akan meningkat. Dan emosi ataupun rasa nyeri yang di alami
oleh seseorang itu juga berpengaruh terhadap meningkatnya tekanan
darah.
Dengan demikian Suhu tubuh dapat menunjukkan keadaan metabolisme
dalam tubuh, denyut nadi dapat menunjukkan perubahan pada sistem
kardiovaskular, frekuensi pernapasan dapat menunjukkan fungsi pernapasan,
dan tekanan darah dapat menilai kemampuansistem kardiovaskuler, yang dapat
dikaitkan dengan denyut nadi.

B. SARAN
Dari penjelasan di atas kita harus lebih teliti untuk mengkaji suatu
tanda–tanda vital. Karena kalau kita tidak teliti dalam mengkaji tanda–
tanda vital maka kita tidak bisa memberikan evaluasi respon klien
terhadap intravena yang diberikan karena pemeriksaan tanda – tanda
vital merupakan bagian dari proses pemeriksaan pasien.

26
DAFTAR PUSTAKA

Alimul H. A. Aziz. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia Jilid 1. Jakarta:


Salemba Medika. .2010. Kebutuhan Dasar Manusia Jilid 2.
Jakarta: Salemba Medika.

A.Poter, Praticia, Pery, 2012, Keterampilan dan Prosedur Dasar, Mosby:


Elsevier Science

Yuni Kusmiati. 2010. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Keperawatan.


Yogyakarta: Fitramaya .

Hidayat, A.Aziz Alimul, 2015, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia


Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika

Joyce, K & Everlyn, R.H. (2016). Farmakologi Pendekatan Proses


Keperawatan. Jakarta : EGC

Mubarak,Iqbal wahit,2015 Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan


Aplikasi Dalam Praktik,Jakarta : EGC

27

Anda mungkin juga menyukai