Keperawatan Kritis
KELOMPOK 2
RA 2018 KEPERAWATAN
ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020-2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya penyusun tidak
akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu nabi Muhammad Sallallahu ‘alaihi Wasallam yang kita nanti-nantikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala atas limpahan nikmat sehat-Nya
baik itu berupa sehatfisik maupun sehat akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas kelompok dari mata kuliah Keperawatan Kritis dengan judul
“pemantauan hemodinamik pasien kritis ”.
Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan didalamnnya. Untuk itu, Penyusun mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada semua dosen yang
telah mengajar di mata kuliah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................................3
BAB 1............................................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN.........................................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................................4
C. Tujuan...............................................................................................................................................................4
BAB 2............................................................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN............................................................................................................................................................4
A. Pemantauan Hemodinamik.............................................................................................................................4
B. Pemantauan Hemodinamik Non Invasive.....................................................................................................5
C. Pemantauan Hemodinamik invasive.............................................................................................................17
BAB 3..........................................................................................................................................................................26
Penutup........................................................................................................................................................................26
A. Kesimpulan.....................................................................................................................................................26
B. Saran............................................................................................................................................................... 26
Daftar Pustaka..............................................................................................................................................................27
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemantauan Hemodinamik adalah sarana untuk menilai status sistem kardiovaskuler seorang pasien
apakah berfungsi baik dengan menggunakan alat-alat monitor medis dan merupakan bagian dari
seluruh rangkaian proses pengumpulan data penyakit dan kondisi klinis penderita mulai dari
anamnesis, pemeriksaan fisik dan berbagai pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan sesuai
dengan indikasi seperti pemeriksaan laboratorium darah rutin, fungsi hati, laboratorium urin,
pemeriksaan radiologi, rekam jantung, dan lain-lain. Pemeriksaan Hemodinamik meliputi aspek
fisik sirkulasi darah, fungsi jantung dan karakterisitik fisiologis vaskular perifer . Pemantauan
Hemodinamik dapat dikelompokkan menjadi noninvasif, invasif, dan turunan. Pengukuran
hemodinamik penting untuk menegakkan diagnosis yang tepat, menentukan terapi yang sesuai, dan
pemantauan respons terhadap terapi yang diberikan pengukuran hemodinamik ini terutama dapat
membantu untuk mengenali syok sedini mungkin, sehingga dapat dilakukan tindakan yang tepat
terhadap bantuan sirkulasi (Hinds dan Watson 1999, dalam Jevon dan Ewens 2009). Kegagalan
sirkulasi akut dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat dan tidak terdistribusi dengan baik dan
dapat menimbulkan hipoksia generalisataSebagai suatu fenomena fisiologis yang kompleks, syok
merupakan kondisi yang megancam nyawa dengan berbagai penyebab, jika tidak dilakukan terapi,
maka akan terjadi kematian sel, disfungsi organ, dan akhirnya kematian Pemantauan hemodinamik
akan membantu perawat dalam mengenali tanda-tanda awal syok, membantu penatalaksanaan sesuai
waktunya, mengevaluasi respons terapi, dan mengembalikan tahap awal sekuele yang mematikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian pemantauan Hemodinamik ?
2. Terbagi berapa jenis pemantauan Hemodinamik ?
3. Bagaimana metode pemantauan Hemodinamik ?
4. Apa saja tatalaksana pada Pemantauan Hemodinamik ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Hemodinamik
2. Untuk mengetahui jenis pemantauan Hemodinamik
3. Untuk mengetahui metode pemantauan Hemodinamik
4. Untuk mengetahui tatalaksana pada Pemantauan Hemodinamik
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pemantauan Hemodinamik
1. Definisi
Pemantauan Hemodinamik adalah sarana untuk menilai status sistem kardiovaskuler seorang pasien apakah
berfungsi baik dengan menggunakan alat-alat monitor medis dan merupakan bagian dari seluruh rangkaian
proses pengumpulan data penyakit dan kondisi klinis penderita mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
berbagai pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan sesuai dengan indikasi seperti pemeriksaan
laboratorium darah rutin, fungsi hati, laboratorium urin, pemeriksaan radiologi, rekam jantung, dan lain-lain
2. Tujuan
Tujuan dari pemantauan Hemodinamik adalah untuk mengidentifikasi perubahan status hemodinamik
secara dini sehingga dapat dilakukan intervensi segera, untuk evaluasi segera respon pasien terhadap suatu
intervensi seperti obat-obatan dan dukungan mekanik, dan evaluasi efektivitas fungsi kardiovaskuler seperti
cardio output dan indeks
3. Konsep umum
Hemodinamik pasien yang menjalani operasi dalam anestesi umum dikatakan dalam batas normal bila
semua organ vital berfungsi dengan baik, misalnya: tekanan darah dalam batas normal, nadi tidak takikardi
atau bradikardi, saturasi oksigen baik, warna kulit tidak sianosis, gambaran elektrokardiogram dalam batas
normal, dan produksi urin normal. Data-data Hemodinamik yang diperoleh di evaluasi secara cermat dan
teliti serta digabungkan dengan seluruh kondisi klinis pasien, sehingga dokter anestesi/ klinikus dapat
dengan segera melakukan intervensi/ tindakan terhadap gangguan kardiovaskuler yang timbul. Berapa
banyak parameter Hemodinamik pasien yang akan dipantau tergantung dari kondisi penyakit penderita,
sarana-prasarana alat monitor Hemodinamik yang tersedia di rumah sakit tersebut serta ketrampilan si
dokter anestesi memasang peralatan monitor tersebut dan ketepatan menginterpretasikan data-data yang
diperoleh untuk mengoptimalkan kondisi pasien. Sekalipun demikian sarana pemantauan Hemodinamik
tidak dapat menggantikan fungsi pemantauan klinis yang dilakukan dokter dan perawat secara cermat,
teratur dan berkesinambungan
Kurva EKG menggambarkan proses listrik yang terjadi pada atrium dan ventrikel. EKG normal
terdiri dari gelombang P, Q, R, S dan T serta kadang terlihat gelombang U. Selain itu ada juga
beberapa interval dan segmen EKG.
- Gelombang P menggambarkan depolarisasi atrium, lebar normal 0,08 – 0,10 detik, tinggi
tidak lebih dari 2,5 mm.
- Kompleks QRS menggambarkan sistol ventrikel (depolarisasi ventrikel), lebar normal 0,06
- 0,10 detik dan gelombang T menggambarkan repolarisasi ventrikel. Elektrokardiogram
memberikan nilai diagnostik pada keadaan aritmia jantung, hipertropi atrium dan ventrikel, iskemia
dan infark otot jantung, pemakaian obat-obatan terutama digitalis dan antiaritmia, gangguan
keseimbangan elektrolit terutama kalium, perikarditis serta dapat juga digunakan untuk menilai
fungsi pacu jantung. Rekaman EKG lengkap umumnya dibuat 12 hantaran. Hantaran EKG tertentu
dapat digunakan untuk menilai gangguan otot jantung yang terjadi. Hantaran II paralel dengan
atrium, menghasilkan voltage gelombang P yang lebih besar, dapat digunakan untuk menegakkan
diagnosis disritmia dan iskemia dinding inferior otot jantung. Hantaran V dapat digunakan untuk
mendeteksi iskemia dinding anterolateral ventrikel kiri. Idealnya, karena setiap hantaran
memberikan informasi unik maka hantaran II dan hantaran V5 harus dipantau secara bersamaan.
Kriteria umum yang digunakan untuk menegakkan diagnosis iskemia miokard adalah bila depresi
segmen ST > 1 mm setelah akhir kompleks QRS, Q patologis (kedalaman gelombag Q >1/3 tinggi
R) menggambarkan infark miokard lama, dan elevasi segmen ST >2 mVolt menggambarkan infark
miokard.
Gambar 2.5 Gambaran elektrokardiogram (EKG) normal
Kriteria irama sinus (SR) atau EKG normal adalah sebagai berikut:
Irama teratur.
Frekuensi jantung (HR) antara 60-100 x/menit.
Gelombang P normal, setiap gelombang P diikuti gelombang QRS dan T.
Interval PR normal (0,12 – 0,20 detik).
Gel QRS normal (0,06 – 0,12 detik).
Semua gelombang sama.
Irama EKG yg tidak mempunyai kriteria tersebut disebut disritmia atau
aritmia.
8. Oksimetri Nadi
nadi adalah sensasi denyutan yang dapat diraba di arteri perifer yang terjadi karena gesekan
atau aliran darah ketika jantung berkontraksi. Ketika ventrikel kiri berkontraksi darah di
pompakan ke aorta dan diteruskan ke arteri seluruh tubuh yang menimbulkan suatu
gelombang tekanan yang bergerak cepat pada arteri dan dapat dirasakan. Frekwensi denyut
nadi dapat dihitung dalam satu menit dan sama dengan frekwensi jantung. Pemeriksaan
denyut nadi secara palpasi dapat dilakukan antara lain di: arteri radialis, ateri dorsalis pedis,
arteri tibialis posterior, arteri poplitea, arteri femoralis. Frekwensi denyut nadi cenderung
berkurang dengan bertambahnya usia seseorang. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
denyut nadi: usia, jenis kelamin, bentuk tubuh, aktivitas, suhu tubuh, keadaan emosi, volume
darah, dan obat-obatan.
Untuk memonitor denyut nadi secara terus menerus atau secara intermitten dapat dilakukan
dengan menggunakan oksimetri nadi. Oksimetri nadi adalah alat pemantau nadi dan saturasi
oksigen darah arteri secara non invasif. Oksimetri nadi wajib digunakan pada setiap operasi
pasien yang menggunakan anestesi, tidak ada kontraindikasi. Prinsip kerja oksimetri nadi
adalah menggabungkan oksimetri dan pletismograf untuk mengukur saturasi oksigen darah
arteri, yang menggambarkan saturasi oksigen dengan molekul hemoglobin. Oksimetri terdiri
dari dioda dan fotodioda, dioda merupakan sumber cahaya yang memancarkan cahaya merah
dan infrared, sedangkan fotodioda adalah detektor cahaya yang dapat ditempatkan dijari-jari
tangan, jari-jari kaki, daun telinga dan kadang-kadang di batang hidung. Daun telinga lebih
cepat mendeteksi saturasi oksigen karena waktu sirkulasi telinga ke paru-paru lebih pendek.
Daya serap hemoglobin jenuh dan hemoglobin tereduksi terhadap cahaya merah dan infrared
berbeda (Hukum Lambert - Beer). Oksihemoglobin (HbO2) lebih banyak menyerap sinar
infrared (990 nm) sedangkan deoksihemoglobin lebih banyak menyerap cahaya merah (660
nm) sehingga dengan mata telanjang mudah tampak berwarna biru atau sianosis.
Oksimetri nadi sangat bermanfaat digunakan di
Ruang unit terapi intensif.
Untuk deteksi dini hipoksemia pada pasien-pasien sakit kritis seperti PPOK, gagal
jantung, ARDS, pneumonia, aspirasi, cedera kepala, stroke dan gangguan lain yang
memerlukan ventilasi mekanik.
Kamar bedah.
Untuk pasien-pasien yang menjalani pembedahan dengan teknik anestesia khusus
seperti torakotomi, bedah jantung terbuka, hernia diafragmatika, neonatus dan lain-
lain.
Ruang pemulihan.
Untuk deteksi dini hipoventilasi paska anestesi/ bedah.
Beberapa keadaan yang dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan hasil pengukuran saturasi
oksigen oksimetri nadi:
Saturasi oksigen meningkat palsu pada hemoglobin abnormal seperti karboksilb > 3.4
gr%, metHb ≥ 1.5 gr%, sulfHb ≥ 0,5 gr%
Saturasi oksigen menurun palsu bila kadar bilirubin tinggi.
Perfusi jaringan yang buruk akan mengurangi aliran darah dan absorpsi cahaya seperti
pada pasien-pasien sakit kritis dengan curah jantung rendah, hipotermia dan resistensi
vaskuler sistemik tinggi.
Signal oksimetri nadi hilang karena artefak, cahaya ruangan berlebihan, gerak
berlebih, obat vasokonstriktor yang digunakan pada anestesi lokal dan sinar yang
dipancarkan dan dioda ke fotodioda bocor.
9. Kapnografi
Kapnograf adalah alat yang sangat bernilai digunakan untuk memantau fungsi pernapasan
dan jantung selama pasien teranestesi terutama pada anestesi umum, tidak ada kontraindikasi
pemakaian. Mekanisme kerja kapnograf sama dengan oksimetri nadi diatur oleh hukum
Lambert – Beer, sinar infra merah akan diabsorbsi oleh CO2. Adaptor kapnograf ditempatkan
pada sirkuit pernapasan yang terhubung dengan monitor.
Kapnograf adalah alat terpercaya untuk mendeteksi keberhasilan intubasi trakea, tetapi
tidak bisa digunakan untuk memprediksi kedalam intubasi bronkus. Peningkatan ruang rugi
ventilasi alveolar (dead space physiology) seperti pada tromboemboli paru, emboli udara
vena, dan berkurangnya perfusi paru akan menurunkan kadar ETCO2 dibanding dengan
kadar CO2 darah arteri (PaCO2). Dalam keadaan normal, kadar CO2 yang dideteksi
kapnograf (ETCO2) lebih rendah ± 4 mmHg bila dibandingkan dengan kadar CO2 darah
arteri (PaCO2) yang diperiksa dengan analisis gas darah. Penurunan kadar ETCO2 secara
tiba-tiba pada saat operasi bedah otak (craniotomy) merupakan petunjuk kuat telah terjadi
emboli udara, komplikasi utama pada operasi otak posisi duduk.
10. Ekokardiografi
Alat noninvasif untuk memeriksa pembuluh-pembuluh darah besar dan jantung dengan
menggunakan gelombang ultrasound. Gelombang ultrasound dihasilkan oleh elemen
piezoelektrik yang bekerja sebagai transmitter dan receiver. Bila gelombang ultrasound
mengenai permukaan jaringan yang diperiksa akan dikirimkan gambaran yang sesuai dengan
daya serap masing-masing jaringan. Ekokardiografi sudah menjadi alat yang sangat berharga
untuk menegakkan diagnosis penyakit jantung. Pemeriksaan ekokardiografi transtorakal
(TTE) dan ekokardiografi transesofagus (TEE) sangat bermanfaat digunakan untuk menilai
fungsi jantung perioperatif oleh dokter anestesia, baik sebelum operasi dan paska operasi.
Untuk diagnosis penyakit strutur jantung seperti kelainan katup jantung, shunting, dan
kelainan aorta.
5) Prosedur
Prosedur ini dilakukan dengan tujuan sebagai pedoman untuk penggantian cairan pada
klien dengan kondisi penyakit yang serius; memperkira kan kekurangan volume darah;
menentukan tekanan dalam atrium kanan dan vena sentral; dan meng evaluasi kegagalan
sirkulasi. Adapun peralatan yang diperlukan yaitu; (Nurachmah, 2000)
Set tekanan vena
Set vena seksi
Set infus dan cairan yang akan dipakai
Stopcock 3-4 buah (transduser tekanan mungkin akan digunakan)
Standar infus
Manometer
Plester
Monitor EKG
Garisan Karpenter (waterpass)
Prosedur Pelaksanaan
1. Mencuci tangan.
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pengukuran tekanan vena sentral kepada klien dan
keluar ganya.
3. Menempatkan klien pada posisi datar yang di inginkan untuk mendapatkan titik nol.
4. Menentukan titik nol manometer sesuai dengan tinggi atrium kanan yang
diperkirakan.
5. Memutar stopcock sehingga cairan infus mengalir ke dalam manometer sampai batas
20 25 cm 4,0
6. Memutar stopcock sehingga cairan dalam ma nometer mengalir ke arah/ke dalam
pembuluh darah klien.
7. Mengamati fluktuasi cairan yang terdapat dalam manometer dan catat pada angka
dimana cairan bergerak stabil. Ini adalah tekanan vena sentral.
8. Mengembalikan klien ke posisi semula.
9. Memutar stopcock ke arah semula agar cairan infus mengalir dari botol ke pembuluh
darah vena klien.
10. Mencatat nilai tekanan vena sentral dan posisi klien pada saat pengukuran. Tekanan
normal berkisar 5-12 cm H,O
11. Menilai kondisi klinis klien setelah pengambilan tekanan vena sentral.
12. Mengobservasi tanda-tanda komplikasi.
13. Mempertahankan kesterilan lokasi insisi.
14. Mendokumentasikan prosedur dan respons klien pada catatan klien.
3) Tujuan :
- Untuk menilai indeks jantung, preload, status volume intravaskuler, dan kadar
oksigen vena campur pasien dengan hemodinamik tidak stabil,
- Untuk angiografi koroner (jalur masuknya lewat pembuluh darah di tangan atau
selangkangan)
- Untuk kateterisasi jantung kanan (jalur masuk kateter pada prosedur ini adalah lewat
pembuluh darah di leher atau selangkangan)
- Untuk biopsi jantung (paling sering melalui jalur pembuluh darah leher)
4) . Indikasi :
1. Pasien dalam resiko tinggi: EF rendah, gagal jantung akut, hipertensi pulmonal dan
instabilitas hemodinamik.
2. Pasien pasca operasi bedah jantug secara konservatif.
3. Pasien syok septik
5) Kontraindikasi:
1. Tidak ada kontraindikasi absolute
2. Kontraindikasi realtif misalnya dengan gangguan koagulasi, prostetik jantung kanan, pace
maker endokardial, penyakit vaskuler berat.
6) lndikasi penggunaan kateter arteri pulmonalis :
a. Menentukan tekanan arteri pulmonalis dan tekanan oklusi/ desak arteri pulmonalis.
b. Jalur pemberian cairan dan obat melalui vena sentralis.
c. Mengukur curah jantung dengan teknik termodilusi.
d. Mengukur nilai hemodinamik curah jantung dan tekanan arteri pulmonalis.
e. Mengukur saturasi O2 vena campur.
f. Mengevaluasi respon penderita terhadap terapi yang dibcrikan.
g. Menegakkan diagnosis defek septum ventrikel.
h. Keadaan darurat dapat digunakan untuk mengatur frekuensi denyut jantung melalui lumen
paceport kateter arteri pulmonalis.
Ada beberapa metode yang kurang invasif dan dapat digunakan untuk memantau
hemodinamik seperti pengukuran curah jantung termodilusi transpulmoner, analisis kontur
denyut nadi, dan pengukuran bioimpedansi dinding dada. Saturasi oksigen darah atrium
kanan dapat juga digunakan untuk menilai kecukupan pengiriman oksigen jaringan dan
ekstraksi oksigen jaringan, dibandingkan dengan saturasi oksigen vena campur (normal 75
%).
PAC sebagai standar emas, bisa ditempatkan melalui vena jugularis, subklavia, atau
vena femoralis ke atrium kanan melewati ventrikel kanan sampai arteri pulmonal.
Memungkinkan pengukuran tekanan langsung di atrium kanan / tekanan vena sentral =
Central Venous Pressure (CVP), tekanan arteri pulmonal /Pulmonary Arterial Pressure
(PAP), dan tekanan baji /Pulmonary Artery Occlusion pressure (PAOP) secara serentak, yang
pada gilirannya mengindikasikan tekanan pengisian di atrium kiri. Pengambilan sampel darah
dari port distal (arteri pulmonal) memungkinkan pengukuran Saturasi vena sentral (SvO2 ),
dengan menggunakan fiber optic reflectometry yang memantau terus SvO2 . Curah jantung
(CO) diukur dengan thermodilution, bolus saline dingin diberikan melewati atrium kanan,
dan termistor yang terletak 4 sentimeter dari ujung kateter mendeteksi penurunan suhu.
Pengukuran curah jantung ini, bagaimanapun bukanlah pemantauan kontinu yang
sesungguhnya karena ia mewakili nilai rata-rata 5 menit terakhir, dan perubahan curah
jantung selama preload atau afterload tidak dapat dinilai secara instan. PAC juga mengukur
beberapa variabel seperti resistensi vaskular sistemik dan pulmonary, kerja stroke ventrikel
kiri dan kanan, dan rasio ekstraksi oksigen. Elektroda intrakardiak memungkinkan
pemantauan aktivitas listrik, dari mana variabel volumetrik seperti fraksi ejeksi ventrikel
kanan (RVEF) dan penilaian kontinu dari volume diastolik akhir ventrikel kanan (CEDV)
dapat diukur, memberikan informasi mengenai kontraktilitas ventrikel kanan dan preload.
Indikasi terbaik untuk PAC adalah gagal jantung ventrikel kanan atau hipertensi pulmonal,
mengingat tidak ada perangkat pemantauan lain yang mampu memberikan pengukuran
langsung terhadap tekanan di jantung kanan dan sirkulasi pulmonal
7). Lokasi kateter
1. Pemasangan kateter dilakukan dengan kanulasi secara perkutan melalui vena subklavia,
batas bila melalui vena subklavia kanan RA 10 cm, RV 20 cm, PA 35 cm, PWP 40 cm.
Sedangkan melalui vena subklavia kiri, batas RA 15 cm RV 25 cm, PA 45 cm, PWP 50 cm.
2. Pemasangan melalui vena julgularis interna kanan batas RA 15 cm, RV 25 cm, PA 40 cm,
PWP 45 cm. Bila lokasi pemasangn di vena julgularis interna kiri batas RA 20 cm, RV 30
cm, PA 45 cm, PWP 50 cm.
3. Lokasi pemasangan kateter bisa melalui vena basilica atau vena brachialis dilakukan secara
cutdown.
8). Interpretasi gelombang arteri pulmonal (PA)
Terdiri dari sistolik, diastolik dan nilai rata rata. Seiring usia, tekanan arteri pulmonal
meningkat. Usia lebih dari 60 tahun, nilai rata rata tekanan arteri pulmonal (PA) = 16 •} 3
mmHg. Usia kurang dari 60 tahun nilai rata rata PA = 12 •} 2 mmHg. Sistolik PA
menggambarkan aliran darah dari ventrikel kanan (RV) ke PA dan selama diastole katup
mitral terbuka diikuti darah yang dari PA masuk ke LA dan LV. Gelombang tekanan arteri
pulmonal digunakan untuk diagnose berbagai kondisi jantung yang abnormal.
3. Teknik pengukuran tekanan arteri pulmonal
Prinsip yang harus diperhatikan saat melakukan pengukuran tekanan arteri pulmonal
yaitu Pengukuran dan pencatatan gelombang PA sebaiknya dilakukan pada waktu akhir
ekspirasi, dikarenakan pada waktu akhir ekspirasi tekanan mitral polmunal dialveolar adalah
0. Sama dengan tekanan atsmosfer ( 750 mmHg ). Pengukuran pada inspirasi dipengaruhi
oleh venus return karena saat inspirasi sebagai pompa. Membantu darah kembali masuk
kejantung. Pada waktu ekspirasi, darah lebih banyak dalam pembuluh dikarenakan tidak ada
yang membantu memompa darah ke jantung.
Teknik pengukuran tekanan arteri pulmonal :
1. Cuci tangan
2. Atur posisi yang nyaman saat pengukuran. Posisi sampai dengan posisi tidur lebih tinggi
600. Pengukuran pada posisi duduk tidak dianjurkan. Pada posisi tidur miring 300 - 900 dapat
dilakukan selama prinsip sudut yang terbentuk dengan posisi miring tersebut diperhatikan.
3. Yakinkan bahwa kateter yang terpasang tidak ada yang terlipat, cairan yang masuk, berada
pada posisi yang tepat.
4. Lakukan kalibrasi
5. Perhatikan nilai yang ada pada monitor dan dikorelasikan dengan morfologi gelombang
yang tampak pada monitor dengan klinis pasien.
6. Dokumentasikan data yang ada
7. Cuci tangan
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemantauan Hemodinamik adalah sarana untuk menilai status sistem kardiovaskuler
seorang pasien apakah berfungsi baik dengan menggunakan alat-alat monitor medis
dan merupakan bagian dari seluruh rangkaian proses pengumpulan data penyakit dan
kondisi klinis penderita mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan berbagai
pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan sesuai dengan indikasi seperti
pemeriksaan laboratorium darah rutin, fungsi hati, laboratorium urin, pemeriksaan
radiologi, rekam jantung, dan lain-lain. Pemantauan hemodinamik terbagi atas 2 yakni
invasive dan non invasive
B. Saran
1. Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya serta
dapat menjadi referensi untuk pembuatan makalah selanjutnya.
2. Kritik dan masukan sangat diharapkan agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Daftar Pustaka
Kobe, J., Mishra, N., Arya, V., Al-Moustadi, W., Nates, W., & Kumar, B. (2019). Cardiac
output monitoring: Technology and choice. Annals of Cardiac Anaesthesia, 22(1), 6.
https://doi.org/10.4103/aca.ACA_41_18
Peck, M., & Hamilton, M. (2012). Encyclopedia of Intensive Care Medicine: Esophangeal
Doppler (J.-L. Vincent & J. B. Hall, eds.). https://doi.org/10.1007/978-3-642-00418-6
Sirait, R. H. (2016). Pemantauan Hemodinamik Pasien. In PKB Ilmu Kesehatan Anak XVI.
Sri, A. (2015). Monitoring Hemodinamik Pasien Gawat Darurat. 1, 7–25.
Agu, L. A., & Eka, T. (2018). Pemantau Hemodinamik dari Invasif menuju Tidak Invasif.
Hidayanti, Afif Nurul. dkk. (2018). Gawat Darurta Medis Dan Bedah. Surabaya: Airlangga
University. (diakses pada 13 April 2021)
https://books.google.co.id/books?
id=4KmwDwAAQBAJ&pg=PA13&dq=metode+tekanan+vena+sentral&hl=jv&sa=X&
ved=2ahUKEwjquLyLsfrvAhVFOSsKHRmICZIQ6AEwAXoECAQQAg#v=onepage&
q=metode%20tekanan%20vena%20sentral&f=false
Nurachmah, E. (2000). Prosedur Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC. (diakses pada
13 April 2021)
https://books.google.co.id/books?
id=UHkM0R1bq2IC&pg=PA76&dq=tekanan+vena+sentral+adalah&hl=id&sa=X&ved
=2ahUKEwj9w5e18_nvAhXf63MBHZrxCXcQ6AEwAXoECAIQAw#v=onepage&q=t
ekanan%20vena%20sentral%20adalah&f=false
Sirait, R. H. (2020). Pemantauan Hemodinamik Pasien. In PKB Ilmu Kesehatan Anak XVI.