PERALATAN DIAGNOSTIK II
TENSIMETER
Dosen Pembimbing:
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dengan
ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah diagnostik yang berjudul "Tensimeter".
Adapun makalah diagnostik tentang "Tensimeter" ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses
pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah
agama ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah tentang “Tensimeter” ini
dapat diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca. Selain itu,
kritik dan saran dari Anda kami tunggu untuk perbaikan makalah ini nantinya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................................................................4
Rumusan masalah...........................................................................................................4
Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Prinsip Kerja....................................................................................................................5
Blok Diagram..................................................................................................................6
Pemeliharaan…………………………...........................................................................7
Pengoperasian………………………………………………………………………….8
Troubleshooting………………………………………………………………………10
Hubungan Alat Terhadap Tubuh Manusia…………………………………………….11
Perkembangan Alat…………………………………………………………………...12
BAB III PENUTUP
Kesimpulan...................................................................................................................16
Saran………………………………………………………………………………….16
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
Prinsip kerja Tensimeter merujuk pada prinsip kerja U-Tube Manometer. Nama U-
Tube diambil dari bentuk tabungnya yang menyerupai huruf U.
Manometer adalah alat pengukur tekanan yang menggunakan tinggi kolom (tabung)
yang berisi liquid statik untuk menentukan tekanan. Manset dipasang ‘mengikat’
mengelilingi lengan dan kemudian ditekan dengan tekanan di atas tekanan arteri lengan
(brachial) dan kemudian secara perlahan tekanannya diturunkan. Pembacaan tinggi mercuri
dalam kolom (tabung manometer) menunjukkan peak pressure (systolic) dan lowest
pressure(diastolic).
Tabung manometer akan diisi dengan cairan yang disebut cairan manometrik. Cairan
yang tekanannya akan diukur harus memiliki berat jenis yang lebih rendah dibanding cairan
manometrik, oleh karena itu pada alat pengukur tekanan darah dipilih air raksa sebagai cairan
manometrik karena air raksa memiliki berat jenis yang lebih besar dibandingkan dengan
berat jenis darah. Berikut skema pengukuran tekanan menggunakan manometer.
Tekanan pada titik A sama besarnya dengan pada titik 1. Tekanan di titik 2 adalah
tekanan di titik 1 ditambah dengan Y1h1. Tekanan di titik 2 sama dengan tekanan di titik 3,
yaitu Y2h2. Berdasarkan persamaan besar tekanan di titik 2 dan titik 3, dapat dituliskan
sebuah persamaan :
PA + Y1h1 = Y2h2
Fluida pada A dapat berupa liquid atau gas. Bila fluida pada A berupa gas, pada
umumnya tekanan Y1h1 dapat diabaikan, karena berat dari gas sangat kecil sehingga P2
hampir sama dengan PA. Oleh karena itu berlaku persamaan :
PA=Y2h2
Dalam kasus alat pengukur tekanan darah, h2 adalah tinggi cairan merkuri
pembacaan pada kaca tabung dan Y2 adalah berat spesifik dari merkuri.
Berikut ini adalah tambahan penjelasan teknis :
Stetoskop biasanya diletakkan diantara lengan (arteri pembuluh darah) dekat siku dan
‘bebatan kain bertekanan’ yang mengikat lengan. Tujuan bebatan kain dipompa (diberi
5
tekanan) agar aliran darah yang melewati pembuluh darah arteri di lengan jadi terhenti. Pada
saat tekanan dalam bebatan kain dilepaskan perlahan-lahan, dan kemudian darah mulai dapat
mengalir lagi melalui pembuluh darah arteri, maka dari stetoskop akan terdengar suara
wussshhhh…(suara sedkit menghentak). Hal itu merupakan pertanda untuk ‘mencatat’
penampakan ukuran pada manometer, yang merupakan tekanan darah systolic. Dan
seterusnya sampai suara (wushhh…) tidak terdengar kembali yang mana itu merupakan
ukuran tekanan darah dyastolic (dilihat dari displai manometer).
Ukuran tekanan darah normal untuk manusia dewasa (dengan kondisi saat
pengukuran normal, tidak setelah berolahraga):
Systolic : kurang dari 120 mmHg (2,32 psi atau 15 kPa)
Diastolic : kurang dari 80 mmHg (1,55 atau 10 kPa
Tensimeter Aneroid
Blok Diagram
Tensimeter Digital
Blok Diagram
6
Push button digunakan untuk menyalakan rangkaian keseluruhan. Kemudian
sensor MPX yaitu sensor tekanan akan bekerja untuk mendeteksi tekanan pada manset.
Ketika tekanan pada manset kurang, maka motor akan bekerja untuk memompa
manset sesuai setting. Program digunakan untuk memproses hasil tekanan darah yang
akan ditampilkan dalam display. Kemudian apabila pengukuran tekanan darah sudah
selesai. Maka udara akan keluar secara otomatis melalui solenoid. Sehingga solenoid
berperan sebagai jalan keluar masuknya udara menuju manset.
Keterangan:
7
Tensimeter Aneroid
1. Setelah pengukuran selesai, lilitkan manset dengan tensimeter dan pompa serta
simpan dalam kotaknya bersama dengan stetoskop.
2. Buang semua udara dalam manset sebelum disimpan.
3. Jangan pernah menyentuhkan manset atau komponen lainnya dengan benda tajam.
4. Akurasi tensimeter dapat diperiksa secara visual : pastikan jarum berhenti di dalam
area “0” saat manset keeadaan kosong, normalnya kalibrasi dilakukan setiap 2
tahun.
Tensimeter Digital
1. Hindarkan dari suhu dan kelembaban yang terlalu tinggi baik dalam penggunaan
atau penyimpanan.
2. Hindarkan dari zat-zat kimia yang dapat merusak alat.
3. Hindarkan dari benda-benda tajam.
4. Jagalah agar manometer (tabung mercury, gauge, atau LCD) dari benturan benda
keras .
TENSIMETER ANEROID
1. Yang harus dilakukan pertama kali adalah pastikan pasien yang akan anda periksa
tekanan darahnya rileks dengan cara membiarkan pasien untuk beristirahat selama ± 5
menit sebelum pengukuran. Setelah itu persilahkan pasien untuk duduk dengan posisi
lengan sejajar dengan jantung dan kaki menapak pada lantai. Pastikan lengan pasien
tidak terhalangi oleh benda apapun yang dapat mempengeruhi pengukuran.
2. Balutkan manset pada lengan pasien dan pastikan tidak ada udara pada manset. Jika
pada manset masih terdapat udara maka hilangkan udara tersebut.
3. Perhatikan garis tanda arteri yang dicetak pada manset. Garis tanda arteri ini harus
diletakkan pada lipatan dalam siku saat pemasangan manset.
4. Mulailah pompa bulb sampai angka minimal 150mmHg pada laki-laki dan dibawah
150mmHg pada perempuan.
5. Setelah itu buka katup (valve) secara perlahan-lahan 3mmHg/detik sambil
memperhatikan meteran gauge. Simpangan pertama yang terkuat adalah sistolik dan
simpangan terakir yang terkuat adalah diastolik.
8
TENSIMETER AIR RAKSA
TENSIMETER DIGITAL
1. Pastikan tidak ada udara yang tersisa di dalam bladder pada manset.
2. Ukuran manset juga harus sesuai dengan pemasangan yang benar. Walau pun tipe
automatis/digital bila manset yang digunakan tidak tepat, maka hasil pengukurannya
pun akan tidak tepat.
3. Bila memakai model tensimeter digital yang wrist (model di pergelangan tangan),
gunakanlah pergelangan tangan kiri. Karena Model wrist sangat sensitif sehingga lebih
baik menggunakan tangan yang paling dekat dengan jantung.
4. Posisi pemasangan manset harus memperhatikan artery marking (penanda posisi arteri)
yang ada pada manset.
5. Sebelum menekan tombolnya, pastikan tingginya manset sama dengan jantung,
sehingga disarankan diperiksa dalam keadaan duduk.
6. Tekan tombol pemompa, dan tunggulah dengan sabar sampai alat benar-benar berhenti
bekerja.
7. Baca hasilnya pada layar
9
2.5 Troubleshooting Tensimeter
Tensimeter Digital
Tensimeter Raksa
Air raksa naiknya pelan Tabung kaca pengukur Membersihkan tabung kaca
pelan atau tidak sesuai kotor. pengukur dengan
dengan tekanan udara yang menggunakan kawat yang
ada di manset ujungnya diberi kapas
Air raksa pada saat awal Air raksa kurang Mengisi kembali air raksa
tidak menunjuk angka 0 sampai pada posisi nol
(nol)
Bulb bila dipompa tidak valve inlet atau klep masuk Ambil kapas, alkohol dan
dapat menggelembung kotor kawat halus, bersihkan valve
kembali dengan cepat inlet / klep masuk dengan
cara kawat halus ujungnya
diberi kapas dan basahi
dengan alkohol
Tensimeter Aneroid
Manset setelah dipompa Manset bocor atau ada Pompa bulb sampai manset
kempis kembali hubungan antar selang keras, kemudian selang
dekat manset tekuk dan
tekan dengan kuat sehingga
10
penghubung yang kurang tidak ada udara yang keluar.
kencang. Perhatikan apakah manset
kempis
Jarum pada manometer tidak Kerusakan pada manometer Mengecek manometer, ganti
bergerak jika perlu
Bulb bila dipompa terasa valve outlet atau klep keluar Lepaskan valve outlet dari
keras kotor bulb , buka filternya dengan
cara menggunakan pinset
untuk menjepit dan tarik
keluar, bersihkan filter
Ditemukan oleh Samuel Siegfried Karl Rotter von Basch pada tahun
1881, sphygmomanometer masih memiliki bentuk yang sederhana. Alat ini terdiri dari bola
karet yang diisi air untuk membatasi aliran darah di arteri. Selanjutnya, bola tersebut
dihubungkan ke kolom yang berisi air raksa yang berfungsi sebagai satuan pengukuran atau
disebut juga mmHg (milimeter air raksa).
Penemuan ini semakin disempurnakan oleh Scipione Riva-Rocci, seorang dokter anak dan ahli
penyakit dalam asal Italia, pada tahun 1896. Rocci menambahkan
komponen manset atau cuff yang ditempatkan pada lingkar lengan dan terhubung ke alat
pemompa udara. Cuff akan terisi udara secara perlahan dan menekan aliran darah di lengan
hingga denyut nadi tidak terdeteksi. Berbeda dengan versi Samuel Siegfried, adanya cuff ini
dapat memberikan hasil yang lebih akurat.
Sphygmomanometer yang sering Anda temukan di puskesmas, klinik, dan rumah sakit
merupakan versi dari Riva-Rocci. Air raksa (merkuri), bola pompa, dan manset (cuff)
merupakan tiga komponen utamanya. Namun, seiring perkembangan, pemakaian air raksa
mulai ditinggalkan karena sangat berbahaya jika menyentuh kulit dan saluran pernafasan.
12
Tensimeter aneroid
Seiring meningkatnya kesadaran akan bahaya air raksa (merkuri), penggunaannya secara
perlahan mulai ditinggalkan. Bahkan, Uni Eropa secara resmi telah melarang penjualan alat
kesehatan yang mengandung merkuri sejak 3 April 2009. Hal inilah yang kemudian
mempengaruhi munculnya aneroid sphygmomanometer.
Selain lebih aman, aneroid sphygmomanometer juga semakin banyak digunakan karena dapat
memberikan hasil yang lebih akurat, handal, dan terpercaya, dibandingkan versi merkuri.
Namun, tetap membutuhkan cara manual agar bisa mengetahui kondisi tekanan darah si pasien.
Peran dari stetoskop masih sangat diperlukan untuk mendeteksi denyut nadi, sehingga
mendapatkan hasil tekanan sistolik dan diastolik.
3 Tensimeter Digital
Dalam perkembangan teknologi masa kini, dalam dunia medis pun di tuntut alat kesehatan
dari zaman ke zaman harus user friendly dimana memudahkan para pemakai alat kesehatan
tersebut dan hal ini juga membuat nyaman para pasien.
Generasi Pertama
13
Gambar Tensimeter digital gen 1
pada generasi ini, tensimeter digital masih memakai valve untuk memberikan tekanan
udara pada manset dan sekaligus mengeluarkannya. Jadi hampir sama dengan tensimeter
air raksa Cuma membedakan tensimeter ini manual dengan di tampilkan di layar lcd.
Generasi Kedua
Pada generasi kedua ini tensimeter seperti gambar di atas sudah banyak yang memakai.
Jadi untuk tensimeter jenis ini angin otomatis akan memompakan ke mansetnya dan begitu
pula membuang angin tersebut secara otomatis. Jadi tensimeter ini lebih mudah di gunakan
dan efisien sekali.
Generasi Ketiga
14
Gambar Tensimeter Digital gen 3
Pada generasi ketiga yang menurut kami terakhi ini, pemakaiannya lebih canggih lagi
karena dipakai di pergelangan tangan lalu tinggal di aktifkan maka akan terbaca otomatis
tekanan darah kita.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tensimeter adalah alat kesehatan yang digunakan untuk mengukur tekanan darah
dan saat ini dikembangkan untuk keperluan dunia medis. Tensimeter terbagi menjadi
beberapa jenis, di antaranya yaitu tensimeter Hg/ tensimeter air raksa, tensimeter aneroid
dan tensimeter digital. Tensimeter air raksa bekerja secara manual dan menggunakan air
raksa. Apabila air raksa tersebut bocor maka akan menyebabkan gangguang bahkan
kematian pada manusia. Tensimeter aneroid bekerja secara manual, tetapi tidak
mengguanakan air raksa sehingga aman untuk digunakan. Tensimeter digital bekerja secara
otomatis, dan tanpa menggunakan air raksa.
3.2 Saran
Mungkin dalam penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mengharapkan, kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Agar dalam penulisan makalah kedepannya bisa lebih baik
16
Daftar Pustaka
Sumber : http://planetcopas.blogspot.com/2012/08/prinsip-kerja-tensimeter.html
https://www.academia.edu/24511008/PRINSIP_KERJA_TENSIMETER
https://www.wellcommshop.com/evolusi-tensimeter-dari-tradisional-menuju-serba-
digital
http://prolabme.blogspot.com/2016/05/sejarah-perkembangan-alat-ukur-tekanan.html
17