PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Keluhan sulit menelan atau disfagia merupakan salah satu gejala kelainan atau penyakit
di orofaring dan esofagus. Keluhan ini akan timbul bila terdapat gangguan gerakan otot-otot
menelan dan gangguan transportasi makanan dari rongga mulut ke lambung. Manifestasi
klinik yang sering ditemukan ialah sensasi makanan yang tersangkut didaerah leher atau
dada ketika menelan.1 Disfagia dapat menjadi ancaman serius bagi kesehatan seseorang
karena risiko pneumonia aspirasi, malnutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, dan
obstruksi jalan napas.2
Berdasarkan penyebabnya, disfagia dibagi atas 3 jenis, yaitu disfagia mekanik,
disfagia motorik dan disfagia oleh gangguan emosi.1 Gangguan yang dapat menyebabkan
disfagia dapat mempengaruhi proses menelan pada fase oral, faring, dan esofagus. Anamnesis
secara menyeluruh dan pemeriksaan fisik dengan teliti sangat penting dalam diagnosis dan
pengobatan disfagia. Pemeriksaan fisik harus mencakup pemeriksaan leher, mulut, orofaring,
dan laring. Pemeriksaan neurologis juga harus dilakukan.2
Pemeriksaan endoskopi serat optik pada proses menelan mungkin diperlukan.
Gangguan menelan mulut dan faring biasanya memerlukan rehabilitasi, termasuk modifikasi
diet dan pelatihan teknik dan manuver menelan. Pembedahan jarang diindikasikan untuk
pasien dengan gangguan menelan. Pada pasien dengan gangguan berat, makanan sulit
melewati rongga mulut dan faring secara keseluruhan dan pemberian nutrisi enteral mungkin
diperlukan. Pilihan meliputi gastrostomy endoskopi perkutan dan kateterisasi intermiten
oroesophageal.2
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.7 Disfagia
Disfagia merupakan salah satu gejala kelainan atau penyakit di orofaring dan
esofagus. Keluhan ini akan timbul bila terdapat gangguan gerakan otot-otot menelan
dan gangguan transportasi makanan dari rongga mulut ke lambung. Berdasarkan
penyebabnya, disfagia terbagi atas:1
Disfagia mekanik
Disfagia mekanik timbul bila terjadi penyempitan lumen esophagus. Penyebab
utama disfagia mekanik adalah sumbatan lumen esophagus oleh massa tumor dan
benda asing. Penyebab lain adalah akibar peradangan mukosa esophagus, striktur
lumen esophagus, serta akibat penekanan lumen esophagus dari luar, misalnya
pembesaran kelenjar timus, kelenjar tiroid, kelemjar getah bening di mediastinum,
pembesaran jantung, dan elongasi aorta.1
Disfagia motorik
Keluhan disfagia motorik disebabkan oleh kelainan neuromuscular yang berperan
dalam proses menelan. Lesi di pusat menelan di batang otak, kelainan saraf otak n.
V, n. VII, n. IX, n. X dan n. XII, kelumpuhan otot faring dan lidah serta gangguan
peristaltic esophagus dapat menyebabkan disfagia. Penyebab utama dari disfagia
motorik adalah akalasia, spasme difus esophagus, kelumpuhan otot faring dan
skleroderma esophagus.1
Disfagia oleh gangguan emosi
Keluhan disfagia dapat juga timbul bila terdapat gangguan emosi atau tekanan jiwa
yang berat. Kelainan ini dikenal sebagai globus histerikus.1
2.7.1 Epidemiologi
Prevalensi disfagia pada dewasa paling banyak diatas 50 tahun yakni sekitar 7 –
22 % populasi. Disfagia berhubungan dengan penuaan dan semakin meningkatnya umur
harapan hidup maka pasien usia tua dengan disfagia akan makin meningkat. Etiologi paling
banyak adalah stroke yaitu sekitar 81 %, kanker kepala leher 19 %.
2.7.2 Patogenesis Disfagia
Proses menelan merupakan proses yang kompleks. Setiap unsur yang berperan
dalam proses menelan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan.
Keberhasilan mekanisme menelan ini tergantung dari beberapa faktor, yaitu: 1
1. Ukuran bolus makanan
2. Diameter lumen esophagus yang dilalui bolus
3. Kontraksi peristaltik esophagus
4. Fungsi sfingter esophagus bagian atas dan bagian bawah
5. Kerja otot-otot rongga mulut dan lidah
Integrasi fungsional yang sempurna akan terjadi bila system neuromuscular
mulai dari susunan saraf pusat, batang otak, persarafan sensorik dinding faring dan
uvula, persarafan ekstrinsik esophagus serta persarafan intrinsic otot-otot esophagus
bekerja dengan baik, sehingga aktivitas motorik berjalan lancar. Kerusakan pusat
menelan dapat menyebabkan kegagalan aktivitas komponen orofaring, otot lurik
esophagus dan sfingter esophagus bagian atas. Oleh karna otot lurik esophagus dan
sfingter esophagus bagian atas juga mendapat persarafan dari inti motor n. vagus, maka
aktivitas peristaltic esophagus masih tampak pada kelainan di otak. Relaksasi sfingter
esophagus bagian bawah terjadi akibat perenggangan langsung dinding esophagus.1
2.7.3 Diagnosis
2.7.3.1 Anamnesis
Untuk menegakkan diagnosis, diperlukan anamnesis yang cermat untuk
menentukan diagnosis kelainan atau penyakit yang menyebabkan timbulnya disfagia.
Jenis makanan yang mmenyebabkan disfagia dapat memberikan informasi kelainan
yang terjadi. Pada disfagia mekanik mula-mula kesulitan menelan hanya terjadi pada
waktu menelan makanan padat. Bolus makanan tersebut kadang-kadang perlu di dorong
dengan air dan pada sumbatan yang lebih lanjut, cairan pun akan sulit ditelan. Bila
sumbatan ini terjadi secara progresif dalam beberapa bulan, maka harus dicurigai
kemungkinan adanya proses keganasan di esofagus. Sebaliknya pada disfagia motorik,
yaitu pada pasien akalasia dan spasme difus esofagus, keluhan sulit menelan makanan
padat dan cairan terjadi dalam waktu yang bersamaan.1
Waktu dan perjalanan keluhan disfagia dapat memberikan gambaran yang
lebih jelas untuk diagnostik. Disfagia yang hilang dalam beberapa hari dapat
disebabkan oleh peradangan. Disfagia yang terjadi dalam beberapa bulan dengan
penurunan berat badan yang cepat dicurigai adanya keganasan di esofagus. 1
Lokasi rasa sumbatan di daerah dada dapat menunjukan kelainan esfagus
bagian torakal, tetapi bila sumbatan terasa di leher, maka kelainannya di faring atau
esofagus bagian servikal. Gejala lain yang mmenyertai disfagia seperti masuknya cairan
ke dalam hidung waktu minum menandakan adanya kelumpuhan otot faring.1
2.9 Komplikasi
Disfagia menyebabkan penurunan pemasukan kkal- atau makanan yang mengandung
protein sehingga harus diperhatikan apakah pasien mengalami kekurangan kalori protein
(KKP). Penderita disfagia akan mengalami kesulitan menelan makanan sehingga suplai
nutrisi yang dibutuhkan tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan
cairan berkurang. Dampak lanjut akan mengalami defisiensi zat gizi dan tubuh mengalami
gangguan metabolisme.2
2.10 Penatalaksanaan
Terdapat pengobatan yang berbeda untuk berbagai jenis dysphagia. Setelah penyebab
disfagia ditemukan, pembedahan atau obat-obatan dapat diberikan. Jika dengan mengobati
penyebab dysphagia tidak membantu, dokter mungkin akan mengirim pasien kepada ahli
patologi hologist yang terlatih dalam mengatasi dan mengobati masalah gangguan menelan.6
Pengobatan dapat melibatkan latihan otot ntuk memperkuat otot-otot facial atau untuk
meninkatkan koordinasi. Untuk lainnya, pengobatan dapat melibatkan pelatihan menelan
dengan cara khusus. Sebagai contoh, beberapa orang harus makan denan posisi kepala
menengok ke salah satu sisi atau melihat lurus ke depan. Menyiapkan makanan sedemikian
rupa atau menghindari makanan tertentu dapat menolong orang lain. Sebagai contoh, mereka
yang tidak dapat menelan minuman mungkin memerlukan pengental khusus
untukminumannya. Orang lain mungkin garus menghindari makanan atau minuman yang
panan ataupun dingin. 6
Untuk beberapa orang, namun demikian, mengkonsumsi makanan dan minuman lewat
mulut sudah tidak mungkin lagi. Mereka harus menggunakan metode lain untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi. Biasanya ini memerlukan suatu system pemberian makanan, seperti suatu
selang makanan (NGT), yang memotong bagian menelan yang tidak mampu bekerja normal6
Berbagai pengobatan telah diajukan unutk pengobatan disfagia orofaringeal pada dewasa.
Pendekatan langsung dan tidak langsung disfagia telah digambarkan. Pendekatan langsung
biasnya melibatkan makanan, pendekatan tidak langsung biasanya tanpa bolus makanan.
Modifikasi diet
Merupakan komponen kunci dalam program pengobatan umum disfagia. Suatu diet
makanan yang berupa bubur direkomendasikan pada pasien dengan kesulitan pada fase
oral, atau bagi mereka yang memiliki retensi faringeal untuk mengunyah makanan padat.
Jka fungsi menelan sudah membaik, diet dapat diubah menjadi makanan lunak atau semi-
padat sampai konsistensi normal.
Suplai Nutrisi
Efek disfagia pada status gizi pasien adalah buruk. Disfagia dapat menyebabkan malnutrisi
Banyak produk komersial yang tersedia untuk memberikan bantuan nutrisi. Bahan-bahan
pengental, minuman yang diperkuat, bubur instan yang diperkuat, suplemen cair oral. Jika
asupan nutrisi oral tidak adekuat, pikirkan pemberian parenteral.
Hidrasi
Disfagia dapat menyebabkan dehidrasi. Pemeriksaan berkala keadaan hidrasi pasien
sangat penting dan cairan intravena diberikan jika terapat dehidrasi
Pembedahan
- Pembedahan gastrostomy
Pemasangan secara operasi suatu selang gastrostomy memerlukan laparotomy dengan
anestesi umum ataupun 13phin.
- Cricofaringeal myotomy
Cricofaringeal myotomy (CPM) adalah prosedur yang dilakukan unutk mengurangi
tekanan pada 13phincter faringoesophageal (PES) dengan mengincisi komponen otot
utama dari PES.
Injeksi botulinum toxin kedalam PES telah diperkenalkan sebagai ganti dari CPM.
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN
Keluhan kesulitan menelan (disfagia) merupakan salah satu gejala kelainan atau
penyakit di orofaring dan esophagus. Keluhan ini timbul bila terdapat gangguan gerakan otot-
otot menelan dan gangguan transportasi makanan dari rongga mulut ke lambung.
Berdasarkan penyebabnya, disfagia dibagi atas: disfagia mekanik, disfagia motorik dan
disfagia oleh gangguan emosi. Disfagia mekanik timbul bila terjadi penyempitan lumen
esophagus. Disfagia motorik disebabkan oleh kelainan neuromuscular yang berperan dalam
proses menelan. Keluhan disfagia dapat juga timbul bila terdapat gangguan emosi atau
tekanan jiwa yang berat yang dikenal sebagai globus histerikus.
Berdasarkan lokasinya, disfagia dibagi atas: disfagia orofaringeal dan disfagia
esophageal. Disfagia orofaringeal adalah kesulitan mengosongkan bahan dari orofaring ke
dalam kerongkongan, hal ini diakibatkan oleh fungsi abnormal dari proksimal ke
kerongkongan. Disfagia esophagus adalah kesulitan transportasi makanan ke kerongkongan.
Hal ini diakibatkan oleh gangguan motilitas baik atau obstruksi mekanis.
Untuk diagnosis selain anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang untuk diagnosis kelainan disfagia fase oral dan fase faring adalah
Videofluoroskopi Swallow Assesment (VFSS) dan Flexible Endoscopy Evaluation of
Swallowing (FEES).1
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Ketujuh. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI, 2012
2. Paik NJ. 2018. Dysphagia. Medscape : Drug and Disease. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/324096-overview#showall [diakses pada 26
Januari 2019
3. Nagel. P., Gurkov, R., Dasar – Dasar Ilmu THT: Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta : 2012
4. Netter, Frank H. Atlas Of Human Anatomy 25th Edition. Jakarta: EGC, 2014.
5. Michael R, Evaluating Dysphagia. Journal of medicine. Vol 12, hal 3593-3648
6. Mary Courtney Moore. Buku Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi Edisi II.