Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kasus terbesar yang sering menyerang hewan salah satunya adalah kasus gastrointestinal. Penyakit sistem digesti atau gastrointestinal menjadi kasus utama yang dapat disebabkan tatalaksana pemeliharaan yang berkaitan dengan pemberian pakan yang mempunyai dampak langsung maupun tidak langsung pada kesehatan hewan kesayangan seperti anjing dan kucing, atau hal lain seperti infeksi dan infestasi parasit atau penyakit-penyakit yang berkaitan dengan metabolisme. Makalah ini akan membahas kepentingan, titik orientasi, penyakit dan penanganan yang terdapat pada regio anal perineal. Untuk mempelajari penyakit-penyakit yang terjadi pada hewan kesayangan, khususnya penyakit pada anal perineal, dititik beratkan pada prioritas penyakit berdasarkan kasus yang sering terjadi di Indonesia. Namun demikian, untuk melengkapi informasi atau pengetahuan tentang penyakit-penyakit pada daerah anal perineal maka kita dapat memperdalamnya dengan membaca literatur-literatur yang lain ataupun buku-buku teks.

1.2 Tujuan 1. Menyebutkan kepentingan dan titik orientasi pada daerah anal perineal 2. Menyebutkan gejala-gejala utama penyakit di daerah anal perineal pada hewan Kesayangan 3. Menyebutkan diferensial diagnosis penyakit sistem digesti berdasarkan gejala-gejala yang ditemukan 4. Menyebutkan sebab-sebab dari gejala-gejala yang ditemukan pada penyakit di daerah anal perineal pada hewan kesayangan 5. Menyebutkan langkah-langkah pemeriksaan tambahan yang diperlukan berdasarkan gejala-gejala yang ditemukan

PEMBAHASAN
Anatomi topografi adalah ilmu yang mempelajari anatomi berdasarkan daerah atau bagian dari tubuh dan menekankan pada hubungan antara berbagai struktur otot dan saraf dan arteri. Dalam anatomi, anus, dubur, atau lubang bokong (Latin: Anus) adalah sebuah bukaan dari rektum ke lingkungan luar tubuh. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi, yang merupakan fungsi utama anus. Anus bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan dengan rektum dengan dunia luar. Terletak didasar pelvis, dindingnya diperkuat 3spichnter : 1. Spincter Ani Internus, bekerja tidak menurut kehendak 2. Spichnter Levator Ani, bekerja juga tidak menurut kehendak 3. Spinchter Ani Eksternus,bekerja menurut kehendak. Menurut para ahli anatomi, perineum adalah wilayah pelvic outlet di ujung diafragma pelvic (levator ani). Batasannya dibentuk oleh pubic rami di bagian depan ligament sacro tuberous di belakang. Pelvic outletnya di bagi oleh garis melintang yang menghubungkan bagian depan ischial tuberosities ke dalam segitiga urogenital dan sebuah segitiga belakang anal. Anatomi topografi Regio anal perineal mempunyai keunikan dibanding dengan regioregio lain pada tubuh hewan. Regio ini terletak di bawah ekor di bagian sepanjang yang ada bulunya. Memiliki titik orientasi : Anus. Tuber ischii. Pinggir caudal dari caput sacrale urat daging celana. Pada regio banyak ditemukan buluh darah yaitu A. dorsalis penis yang merupakan cabang dari A. spermatica externa pada hewan jantan dan A. clitoridis dan A. vulvaring yang merupakan cabang dari A. pudenda interna dari hewan betina. Pada regio ini juga terdapat sekolompok otot yaitu M. Spinchter ani externus yang terbagi 2 bagian : 1. Bagian yang tunggal : circum anal 2. Bagian ganda : kanan dan kiri masuk ke bagian ekor superficial dan profundal.

M. ischio analis atau M. Retractor ani untuk menarik anus kedalam setelah defecasi. Alat penggantung anus yaitu Lig. Suspensorium ani atau urat-urat daging licin. Letaknya tersembunyi di bawah M. Retractor ani dan M. Sphicter ani ganda. Padahewan jantan Lig. Suspensorium ani ini kelak menjadi M. Retractor penis. Pada hewan betina bertemu di ventral vulva. Di daerah ini juga akan ditemukan : M. coccygeus. M. ischiocavernosus. M. bulbocovernosus. M. retrococcygeus. M. semimembranosus. Ada peralihan kulit anus ke selaput lendir kulit disebut Lamina ano cutanea, peralihan selaput lendir anus ke selaput lendir rectum disebut Lamina ano rectale. Bagian perineal merupakan wilayah fibromuskular (berotot serabut) antara vagina dan kanal anus. Pada dataran saggita berbentuk segitiga. Pada sudut segitiganya terdapat ruang rectovaginal dan dasarnya dibentuk oleh kulit perineal antara bagian belakang fouchette vulva dan anus. Dalam badan perineal terdapat lapisan otot fiber bulbospongiosus, dataran perineal melintang dan otot cincin anus bagian luar. Di atas bagian ini terdapat otot dubur membujur dan serat tengah otot puborectalis. Karena itu sandaran panggul dan juga sebagian hiatus urogenitalis antara otot levator ani bergantung pada keseluruan badan perineal. Bagi ahli kesehatan ibu dan anak, istilah perineum merujuk sebagian besar pada wilayah fibromuskular antara vagina dan kanal anus.

Penyakit-Penyakit di Regio Anal Perineal pada Anjing: 2.1 Urethrotomi Penanganan Kasus Batu Ginjal Batu Ginjal adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya batu (urolith) atau kristal-kristal pada saluran air kencing (tractus urinarius). Batu dan kristal tersebut dapat ditemukan di ginjal, urethra, dan kebanyakan di vesika urinaria (kandung kencing). Adanya batu atau kristal tersebut dapat membuat iritasi saluran air kencing, akibatnya saluran tersebut rusak, ditemukan darah bersama urin yang dapat menimbulkan rasa sakit. Banyak kasus yang ditemukan dimana batu

dan kristal tersebut menyebabkan penyumbatan pada saluran air kencing sehingga terjadi retensi urin. Kasus Batu Ginjal pada anjing biasanya anjing susah kencing atau hanya kencing sedikit dan kadang-kadang berdarah. Disamping itu, nafsu makan berkurang atau sama sekali tidak mau makan, lemah, dan muntah.

Tindakan Bedah Urethrotomy dilakukan apabila batu atau kristal tidak berhasil dimasukkan ke dalam vesika urinaria menggunakan kateter. Biasanya urethrotomy dilakukan pada anjing jantan dengan menguakkan preputium ke arah kaudal terlebih dahulu sebelum melakukan sayatan pada penis bagian ventral tepat dimana batu atau kristal berada. Keberadaan batu atau kristal tadi dapat dideteksi dengan menggunakan kateter atau sonde yang panjang. Setelah batu atau kristal diketahui posisinya, maka dilakukan sayatan pada uretra kemudian batu atau kristal tersebut dikeluarkan. Selanjutnya, kateter dimasukkan sampai ke dalam vesika urinaria, lalu sayatan dijahit.

2.2 Fistula Perianal Fistula perianal atau anal furunkulosis adalah kondisi yang ditandai adanya sinus ulserasi tunggal atau multipel yang terjadi hingga 360 derajat daerah sekitar perianal. Hewan umumnya mengalami tenesmus, dyschezia, hematochezia, inkontinensia fekal. Hewan juga sering menjilati daerah anal. Gejala yang lain adalah adanya perdarahan daerah anal, konstipasi dan discharge anorektal yang berbau. Anoreksi dan berat badan turun juga dilaporkan pada penderita ulserasi yang parah disertai infeksi. Secara umum juga terjadi perubahan perilaku. Bangsa anjing besar sering menderita dan insidensi yang paling banyak adalah anjing gembala jerman atau Herder dan Irish setter.

2.3 Prolapsus Rektum Prolapsus rektum adalah protrusio atau keluarnya satu atau lebih lapisan rektum melalui anal orifisium. Prolapsus yang terjadi dapat bersifat parsial atau komplet bergantung pada struktur yang terlibat. Pada prolapsus rektum parsial, hanya lapisan mukosa yang keluar, sementara pada prolapsus rektum komplet semua lapisan rektum ikut keluar. Prolapsus rektumini
4

dapt terjadi pada semua bangsa anjing dan tidak tergantung jenis kelamin. Sebagian besar kasus terjadi pada hewan yang lebih muda. Hewan akan menunjukkan dyschezia, tenesmus yang berkaitan dengan penyakit anorektal atau inflamasi kolon (typhlitis, colitis, proctitis). Pada pemeriksaan fisik tampak adanya massa silindris panjang yang keluar dari rektum, pada prolapsus rektum parsial hanya mukosa rektum yang keluar.

2.4 Anal Sac Disorder Gangguan anal sac pada anjing tebagi menjadi tiga yaitu impaction, sacculitis dan abses anal sac. Ketiga tipe tersebut dapat terjadi dalam satu proses dengan berbagai tahapan. Tidak ada predisposisi jenis kelamin atau umur. Bangsa anjing kecil sering mengalami problem anal sac yaitu miniatur poodle, toy poodle, chihuahua. Problem anal sac jarang terjadi pada kucing. Hewan sering mengalami tenesmus, pruritus perianal, perubahan perilaku. Sulit duduk, gelisah. Ekor biasanya ditekuk. Discharge perianal bila abses pecah. Pyotraumatik dermatitis.

2.5 Dyschezia Dan Hematochezia Dischezia adalah kesulitan defekasi yang disertai rasa sakit, sedangkan hematochezia adalah adanya darah segar pada feses Tenesmus, feses sangat keras jika pasien mengalami konstipasi. Pasien dengan gejala hematochezia biasanya ditemukan adanya massa atau polip melalui palpasi digital pada rektum.

2.6 Anal Gland Penyakit Anal Gland merupakan masalah utama yang terdapat pada anjing dan kucing. Anal gland (kelenjar anus) yang dapat disebut juga sebagai kantung anus dapat mengalami penyumbatan, infeksi dan bernanah. Hewan peliharaan yang terinfeksi akan berusaha menjilati daerah anus mereka, menyeret dubur mereka ke lantai, atau memiliki masalah buang air besar. Sikap-sikap yang ditujunkan ini berhubungan dengan anal gland, bukan dikarenakan cacingan, seperti kepercayaan banyak orang. Jika anjing dan kucing di perhatikan dari belakang, anal gland (yang disebut sebagai kantung anus) berlokasi pada setiap sisi dan berada sedikit dibawah lubang anus, pada posisi

pukul 4 dan pukul 8. Terdapat sebuah saluran kecil dibawah kulit, saluran tersebut menuju lubang yang berada di dekat anus. Penyumbatan, infeksi dan abses pada anal gland dapat timbul. Cara anal gland timbul yaitu seperti penyesuaian pada hewan peliharaan, kekentalan dari sekresi kelenjar tersebut, atau tingkat kelembutan kotoran, kelenjar dan salurannya sering menjadi tersumbat, ketika hal ini terjadi, hewan peliharaan akan duduk dan menyeret dubur mereka ke lantai. Ini disebut sebagai scooting. Baik anjing dan kucing akan menjilati daerah anus mereka secara berlebihan. Bakteri membuat jalan mereka ke kantung anus, kemungkinan melalui saluran. Ini merupakan kondisi yang sangat menyakitkan, dan tanda-tanda pertama yang mungkin kelihatan adalah hewan peliharaan anda berusaha menggigit atau mencakar, jika anda berusaha memegang daerah di dekat ekor mereka.

Gambar anal anjing

2.7 Hernia Perineal Hernia Perianal merupakan Proses masuknya organ-organ abdominal (usus kecil, rectum, prostate,VU dan lemak) secara tidak normal ke dalam daerah sekitar anus (perineum) pada anjing atau dan kucing sering juga disebut RPD. Biasanya kondisi ini terjadi akibat dari kelemahan sekunder dari otot-otot disekitar diafragma pelvis. Gejala dan tanda klinis yang terdeteksi antara lain hewan mengalami kesulitan dalam urinasi, konstipasi dan terdapat pembengkakan di daerah sekitar anus.

Penderita RPD dominan pada anjing jantan umur 7 9 tahun yang tidak dikastrasi dan jarang terjadi pada anjing betina dan kucing walaupun kadang ada juga kasus pada kucing. 2/3 kasus RPD terjadi secara unilateral dan umumnya pada sisi sebelah kanan. RPD terjadi karena adanya ketidakseimbangan hormonal, penyakit prostat, konstipasi dan tenesmus serta akibat atropi muscular. Retrofleksio vesika urinaria merupakan kasus darurat pada RPD karena kantung VU akan terjepit dan terputar sehingga penanganannya perlu dilakukan katerisasi untuk mengeluarkan urin terlebih dahulu. Jika dengan kateter urin tidak bisa maka segera dilakukan sitosentesis agar posisi kantung VU bisa kembali pada posisi normal. Pada kucing RPD terjadi karena adanya megacolon, perineal urethrostomy dan tumor perianal (adenocarcinoma pada anal sac).

Orientasi daerah pembedahan Pasien diletakkan pada posisi sternal pada permukaan meja daerah ventral abdomen ditunjang/diganjal dengan penahan dari pasir atau bekas botol infus yang diisi pasir agar posisi pantat agak terangkat, dengan posisi demikian maka gravitasi akan mengarah keperut sehingga mempermudah mengembalikan organ yang prolaps ke rongga abdomen.

Sayatan dilakukan sedikit dibawah ekor pada garis medial tuberositas ischii, sayatan dilakukan hingga lapisan subkutan. Fascia perianal di diseksi dengan arteri klem tumpul dan dipisahkan ke lateral dan medial. Kantung hernia dibuka dan biasanya berisi cairan yang dapat di aspirasi terlebih dahulu. Kadang ditemukan lemak yang nekrosa akibat terjepit, selain itu akan terlihat juga kelenjar prostate, VU atau usus yang kadang turut masuk kekantung hernia. Yang perlu diperhatikan selain otot2nya adalah struktur pembuluh syaraf dan pembuluh darah agar tidak mengalami kerusakan. A. pudenda interna dan syaraf yang melintas mulai dari sisi medial ke dorsal m.obturator internal dapat teramati. Otot-otot dan ligamentum biasanya digunakan dalam penanganan RPD, sedangkan pada kucing tidak ada ligamentum sacrotuberosii dan kedua m.spinchter ani tidak begitu tebal. Apabila m. levator ani tidak dapat dijahit karena terlalu tipis/robek maka dapat dilakukan flapping atau penutupan dengan menggunakan m. obturator internal dan m.gluteus superficialis. Insertio tendon kedua otot tersebut dipisahkan dari perlekatannya kemudian otot-otot tersebut dapat digunakan sebagai penutup (flapping) RPD, dengan tehnik flap ini biasanya jarang terjadi pengulangan operasi tetapi resiko dari tehnik ini adalah dapat mengakibatkan kerusakan urethra apabila pengerjaannya tidak teliti.
7

PENUTUP
3.1 Kesimpulan Anatomi topografi adalah ilmu yang mempelajari anatomi berdasarkan daerah atau bagian dari tubuh dan menekankan pada hubungan antara berbagai struktur otot dan saraf dan arteri. Dalam anatomi, anus, dubur, atau lubang bokong (Latin: nus) adalah sebuah bukaan dari rektum ke lingkungan luar tubuh. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi, yang merupakan fungsi utama anus. Pada kasus batu ginjal dilakukan urethrotomy apabila tidak berhasil dimasukkan ke dalam vesika urinaria menggunakan kateter. Biasanya urethrotomy dilakukan pada anjing jantan dengan menguakkan preputium ke arah kaudal terlebih dahulu sebelum melakukan sayatan pada penis bagian ventral tepat dimana batu atau kristal berada. Kasus fistula perineal hewan umumnya mengalami tenesmus, dyschezia, hematochezia, inkontinensia fekal. Hewan juga sering menjilati daerah anal. Kasus prolapsus rektum hewan akan menunjukkan dyschezia, tenesmus yang berkaitan dengan penyakit anorektal atau inflamasi kolon (typhlitis, colitis, proctitis). Pada pemeriksaan fisik tampak adanya massa silindris panjang yang keluar dari rektum, pada prolapsus rektum parsial hanya mukosa rektum yang keluar. Kasus Anal Sac Disorder hewan sering mengalami tenesmus, pruritus perianal, perubahan perilaku. Sulit duduk, gelisah. Ekor biasanya ditekuk. Discharge perianal bila abses pecah. Pyotraumatik dermatitis. Kasus Dyschezia Dan Hematochezia, hewan mengalami Tenesmus, feses sangat keras jika pasien mengalami konstipasi. Pasien dengan gejala hematochezia biasanya ditemukan adanya massa atau polip melalui palpasi digital pada rektum. Kasus Anal Gland hewan peliharaan yang terinfeksi akan berusaha menjilati daerah anus mereka, menyeret dubur mereka ke lantai, atau memiliki masalah buang air besar. Sikap-sikap yang ditujunkan ini berhubungan dengan anal gland, bukan dikarenakan cacingan, seperti kepercayaan banyak orang. Dan pada kasus hernia perineal gejala dan tanda klinis yang terdeteksi antara lain hewan mengalami kesulitan dalam urinasi, konstipasi dan terdapat pembengkakan di daerah sekitar anus.

DAFTAR PUSTAKA
Greiner, T.P., R.G. Johnson, C.W. Betts. 1983. Diseases of the Rectum and Anus. in : Text Book of Veterinary Internal Medicine. Disease of the Dog and Cat. Editor Ettinger. 2nd Edition. W.B. Saunders. Philadelphia. 1493-1522 Harvey, C.E., J. OBrien, L.E. Rossman, N.H. Stoller. 1983. Oral, Dental, Pharyngeal and Salivary Gland Disorders. in : Text Book of Veterinary Internal Medicine. Disease of the Dog and Cat. Editor Ettinger. 2nd Edition. W.B. Saunders. Philadelphia. 1126-1190

Lorenz, M.D. 1983. Diseases of the Large Bowel. in : Text Book of Veterinary Internal Medicine. Disease of the Dog and Cat. Editor Ettinger. 2nd Edition. W.B. Saunders. Philadelphia. 1346-1371

Sherding, R.G. 1983. Diseases of the Small Bowel. in : Text Book of Veterinary Internal Medicine. Disease of the Dog and Cat. Editor Ettinger. 2nd Edition. W.B. Saunders. Philadelphia. 1278-1345

Tilley, L.P., F.W.K. Smith. 1999. The 5-Minutes Veterinary Consult. Canine and Feline. 3rd Edition. Lippincot Williams & Wilkins. Twedt, D.C., W.E. Wingfield. 1983. Diseases of Stomach. in : Text Book of Veterinary Internal Medicine. Disease of the Dog and Cat. Editor Ettinger. 2nd Edition. W.B. Saunders. Philadelphia. 1233-1277

Watrous, B.J. 1983. Esophageal Disease. in : Text Book of Veterinary Internal Medicine. Disease of the Dog and Cat. Editor Ettinger. 2nd Edition. W.B. Saunders. Philadelphia. 1191-1232

Yin, S.A. 1993. The Small Animal Veterinary Nerdbook. 2nd Edition. W.B. Saunders. Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai