Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA

A. Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding
perut (sjamsuhidayat, 2014: 523).
Hernia scrotalis merupakan penonjolan yang keluar dari rongga peritoneum
melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika
inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang,
menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus ( Sjamsuhidayat, 2014 : 527).
Hernia Scrotalis adalah hernia yang terjadi apabila usus masuk kedalam
kantung scrotum ini terjadi bila batang usus melewati cincin abdomen dan mengikuti
saluran sperma masuk ke dalam kanalis inguinalis kemudian masuk kedalam kantong
scrotum dan menekan pada isi kantung scrotum sehingga scrotum membesar.

Hernia scrotalis adalah hernia yang melalui cincin inguinalis dan turun ke
kanalis pada sisi funikulus spermatikus pada bagian anterior dan lateral, yang dapat
mencapai scrotum, hernia ini disebut juga hernia inguinalis indirect
B. Anatomi Fisiologi
Saluran pencernaan makanan merupakan
saluran yang menerima makanan dari luar dan
mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh
dengan jalan proses pencernaan dengan enzim dan
zat cair yang terbentang mulai dari mulut sampai
anus.
Bagian-bagian dari anatomi sistem
pencernaan.
1. Mulut
Mulut merupakan permulaan saluran pencernaan, selaput lendir mulut
ditutup epithelium yang berlapis- lapis. dibawahnya terletak kelenjar-
kelenjar halus yang mengeluarkan lendir. Selaput ini kaya akan pembuluh
darah dan memuat ujung akhir saraf sensoris didalam rongga mulut.
2. Faring
Secara refleks ketika bolus akan memasuki faring, epiglotis membuka
sphincter, oesofagus berelaksasi disertai dengan peran oesofagus dalam
menutup palatum mole sehingga makan tidak masuk kedalam trakea dan
hidung. Secara umum, fungsi dari faring adalah sebagai saluran penghubung
sistem pencernaan dan pernapasan. Disekitar faring juga terdapat tonsil yang
berperan dalam pertahanan (imunitas) tubuh.

3. Oesophagus
Merupakan saluran muskuler dengan panjang 25 cm dibagi menjadi 2 bagian
:
 Pars torachalis oesophagei
 Pars abdominalis oesophage dengan panjang 1,5 – 2,5 cm berbentuk
seperti pyramid. Bagian distal berhubungan dengan gaster /
ventriculus dihubungkan oleh junction oesophagogastrica ( junction
= sambungan ) dan ada juga sphincter oesophagus.

Di cranial dan caudal oesophagus terdapat sphincter yang bernama sphincter


oesophagus. Di oesophagus makanan akan mengalami gerak peristaltic yang
terjadi sekitar 6-10 deik. Apabila peristaltik pertama (peristaltik primer) tidak
bisa mengantarkan makanan ke gaster, maka akan terjadi gerakan peristaltik
sekunder sehingga mendorong makanan ke gaster.

4. Gaster / ventriculus
Merupakan saluran pencernaan setelah oesophagus berfungsi untuk
mencerna bolus secara mekanik menggunakan gerak peristaltik gaster dan
kimiawi (mengeluarkan enzim pencernaan seperti lipase, peptin, HCl).
Makanan yang telah dicerna berjalan menuju duodenum dinamakan kimus.
Tingkat keenceren kimus tergantung pada jumlah zat yang dimakan, air dan
sekresi lambung. Di dalam lambung memiliki fungsi motorik sebagai tempat
penyimpanan makanan, pencampuran makanan, dan pengosongan kimus di
lambung.
5. Usus halus (Intstineum Tenue)
• Fungsi : digesti dan absorbsi (terutama di jejenum)
• Duodenum:
– Bentuk U, panjang ± 24cm
– Retroperitoneal
– Papilla duodeni major  muara ductus choledochus dan ductus
pancreaticus
• Jejenum dan Ileum
– mukosa : terdapat lipatan yang disebut villi berfungsi untuk
memperluas permukaan
– 6-7m, batas tidak tegas  2/5 proximal jejenum, 3/5 distal ileum
– Jejenum: kosong, dinding tebal, lebih vasculer, sebagian besar di r.
umbilicalis
– Ileum : dinding lebih tipis, vascularisasi sedikit, r. hypogastrica –
pelvis
• Vascularisasi:
– A. mesenterica superior
– V. porta

Didalam usus halus terjadi pencernaan mekanik dengan gerak peristaltik


dinding usus serta perncernaan dengan mengeluarkan enzim dari pankreas dan
hepar. Di usus halus juga terjadi absorbs nutrisi dan zat-zat yang berguna
untuk tubuh. Sebagai nutrisi yang diserap disalurkan ke hati untuk diolah.
6. Usus besar (Intestinum Carasum )
Berfungsi dalam mengabsorbsi air , mineral dan vitamin & membuang feces.
Panjangnya 1,5 m. memiliki bagian khas yaitu taenia coli, haustrae,
appendices epiploica.
Yang terdiri dari 4 bagian yaitu :
 Caecum merupakan muara ileum (orificium ileocaecalis) dan appendix
vermiformis
 Colon
Terdiri dari 4 bagian yaitu :
• Colon ascendens:
– 12-20cm, valva ileocecalis – flexura coli dextra
– Retroperitoneal
• Colon transversum
– 40-50cm
– Paling besar
– Flexura coli dextra – flexura coli sinistra
– Penggantung: mesocolon transversum
• Colon descendens
– Flexura coli sinistra – apertura pelvis superior
– retroperitoneal
• Colon sigmoideum
– Bentuk S, panjang 15-80cm
– Bentuk dan posisi tergantung pada jumlah isinya, yaitu feses
– Colon descendens – rectum
– Penggantung: mesocolon sigmoideum

 Rectum dan canalis analis


– Panjang lk 12cm
– Tidak mempunyai penggantung usus (mesenterium)
– Bagian yang melebar: ampulla recti
– Pada rectum terdapat plexus hemorhoidalis. Jika membesar disebut
hemoroid
– Berakhir sebagai anus pada perineum
– m. sphincter ani internus (otot polos), dalam keadaan normal tertutup
– m. sphincter ani externus (otot lurik), bisa di kendalikan

C. Etiologi
Hernia scrotalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab
yang didapat (akuistik), hernia dapat dijumpai pada setiap usia, prosentase lebih
banyak terjadi pada pria, berbagai faktor penyebab berperan pada pembukaan
pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui
oleh kantung dan isi hernia, disamping itu disebabkan pula oleh faktor yang dapat
mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
Faktor yang dapat dipandang berperan kausal adalah adanya peninggian
tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia, jika
kantung hernia inguinalis lateralis mencapai scrotum disebut hernia scrotalis.
Penyebab lain yang memungkinkan terjadinya hernia adalah:
1. Hernia inguinalis indirect, terjadi pada suatu kantong kongenital sisa dan
prosesus vaginalis.
2. Kerja otot yang terlalu kuat.
3. Mengangkat beban yang berat.
4. Batuk kronik.
5. Mengejan sewaktu miksi dan defekasi.
6. Peregangan otot abdomen karena meningkatkan tekanan intra abdomen (TIA)
seperti: obesitas dan kehamilan.
D. Patofisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut, akan menarik perineum
ke daerah scrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan
prosesus vaginalis peritonei, pada bayi yang baru lahir umumnya prosesus ini
telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut, namun dalam beberapa hal seringkali kanalis ini tidak menutup karena
testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering
terbuka, bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka dalam
keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan
timbul hernia inguinalis lateralis congenital pada orang tua kanalis tersebut telah
menutup namun karena merupakan lokus minoris persistence, maka pada keadaan
yang menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat, kanalis tersebut dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateral akuisita keadaan yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal adalah kehamilan, batuk
kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada saat defekasi, miksi
misalnya pada hipertropi prostate.
Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus
inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior
kemudian hernia masuk ke dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup
panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus, dan bila berlanjut
tonjolan akan sampai ke scrotum yang disebut juga hernia scrotalis

E. Manifestasi Klinis
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha,
benjolan tersebut bisa mengecil dan menghilang pada saat istirahat dan bila
menangis, mengejan mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri dapat
timbul kembali, bila terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri, keadaan umum
biasanya baik pada inspeksi ditemukan asimetri pada kedua sisi lipat paha,
scrotum atau pada labia dalam posisi berdiri dan berbaring pasien diminta
mengejan dan menutup mulut dalam keadaan berdiri palpasi dilakukan dalam
keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya dan dicoba mendorong
apakah benjolan dapat di reposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada
anak-anak kadang cincin hernia dapat diraba berupa annulus inguinalis yang
melebar.
Pemeriksaan melalui scrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral dari
tuberkulum pubikum, ikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis
internus pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk, bila masa tersebut
menyentuh ujung jari maka itu adalah hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila
menyentuh sisi jari maka itu adalah hernia inguinalis medialis.
F. Pemeriksaan diagnostik
 Pasien disuruh memutar kepalanya kesamping dan batuk atau mengejan.
Lakukan inspeksi daerah inguinal dan femoral untuk melihat timbulnya
benjolan endadak selama batuk, yang dapat menunjukkan hernia. Jika pasien
mengeluh nyeri selama batuk, tentukan lokasi nyeri dan periksa kembali
daerah tersebut
 Bila sudah ada benjolandapat diperiksa dengan cara meminta pasien untuk
berbaring bernafasdengan mulut untuk mengurangi tekanan inntra abdominan,
lalu scrotu diangkat perlahan-lahan
 Limfadenopati inguinal. Perhatikan apakah ada infeksi pada kaki seisi,
tindakan diagnostiknya yaitu :
i. foto thoraks
ii. laboratorium : peningkatan SGOT
iii. EKG : biasanya dilakukan untuk persiapan operasi.
G. Penatalaksanaan
1. Konservatif
Pengibatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia
yang telah reposisi
2. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia
inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis
ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia adalah hernioraphy, yang terdiri
dari hermiotomi dan hermioplasti
a. Herniotomi
Dilakukan penbebasan kantong hernia sampai kelehernya. Kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu
dipotong.
b. Hernioplasti
Dilakukan tindakan pengecilan anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding dibelakang kanalis inguinalis. Hernioplasti
lebih penting artinya dalam hal mencegah terjadinya residitif
dibandingkan dengan hemiostomi.
Hal yang perlu diperhatikan dalam tindakan pembedahan pada pasien hernia
adalah antara lain adalah prinsip pembedahan
 Herniotomi : eksisi jantung hernianya saja untuk pasien anak
 Hermiorafi : memperbaiki defek, perbaikan dengan defek, perbaikan
dengan jaring (mesh) yang biasa dilakukan untuk hernia inguinalis,
yang dimasukkan melalui bedah terbuka atau laproskopi
Hal yang perlu diperhatikan untuk perawatan post operasi:\
 Hindari penyakit yang mungkin terjadi yaitu : perdarahan, syok, muntah,
distensi, kedinginan, infeksi, dekubitus, sulit BAK.
 Observasi keadaan klien
 Lakukan perawatan luka dan ganti balutan operasi sesuai jadwal
 Perhatikan drainase
 Penuhi kebutuhan nutrisi klien
 Mobilisasi diri secara dini terutama pada hari pertama dan hari kedua
o Perawatan tidur dengan sikap fowler (sudut 45o-60o)
o Hari kedua boleh duduk (untuk herniotomi hari ke-5)
o Hari ketiga boleh jalan (untuk herniotomi hari ke-7)
 Diet dan pemenuhan kebutuhan nutrisi
o Hari 0: bila pengaruh obat anastesi hilang boleh diberi minum sedikit-
dikit
o Hari 1 : diet bubur sumsum dan susu cair ( herniotomi sama dengan
laparostomi)
o Hari 2 : diet bubur sering
o Hari 3 : berturut-turut diet ditingkatkan
H. WOC
Aktivitas mengejan saat bak atau bab, batuk kronis,
mengangkat benda berat, obesitas

Merangsang lokus minoris resistance

Tekanan intra abdominal meningkat

Kanalis inguinalis tertekan oleh isi abdomen (usus)

Kanalis inguinalis terbuka, isi abdomen (usus) masuk ke dalam


kanalis inguinalis

Prosesus tidak mengalami obliterasi (tetap terbuka)

HERNIA INGUINALIS

medialis lateralis

Penonjolan isi perut Obstruksi Funikulus spermatikus


TIA kronik di lateral pembuluh usus
epigastrik inferior
Otot dinding Gangguan Peristal Kanalis
Trigonum hasselbach Melalui annulus inguinalis aliran isi tic usus inguinalis
melemah internus dan tergang
Regangan mesentrium,
isi segmen masuk ke vaskuler gu
kantung hernia usus
Penonjolan ke belakang kanalis
inguinalis dan terpisah dari
vesikulus spermatikus Hernia Mual, Pembesaran
strangulata diare, skrotum
konstipasi,
Tidak turun ke anoreksia
skrotum Kerusakan Nyeri pada
neuromuskuler, daerah Resiko perubahan
spasme otot. inguinalis nutrisi
Hernioraphy

Kerusakan
mobilitas nyeri
fisik Perubahan
ansietas
perfusi
jaringan
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data yang diperoleh atau dikali tergantung pada tempat terjadinya, beratnya,
apakah akut atau kronik, pengaruh terhadap struktur di sekelilingnya dan
banyaknya akar syaraf yang terkompresi.
a. Aktivitas/istirahat
Tanda dan gejala: > atropi otot , gangguan dalam berjalan
riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam
waktu lama.
b. Eliminasi
Gejala: konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya
inkontinensia atau retensi urine.
c. Integritas ego
Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan timbulnya
paralysis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
d. Neuro sensori
Tanda dan gejala: penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot
hipotonia, nyeri tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan dan
kaki.
e. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala: sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk paku,
semakin memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan badan.
f. Keamanan
Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.

2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


Diagnosa NOC NIC
Nyeri berhubungan a. Pain level Pain management
dengan iritasi, tekanan, b. Pain control  Lakukan oengkajian
dan sensitifitas pada c. Comfort level nyeri secara
area rektal Kriteria hasil: komprehensif
 Mampu mengontrol termasuk lokasi,
nyeri karakteristik, durasi,
 Melaporkan bahwa frekuensi, kualitas,
nyeri berkurang dan faktor presiptasi
dengan menggunakan  Observasi reaksi
manajemen nyeri nonverbal dari
 Mampu mengenali ketidaknyamanan
nyeri (skala, intensitas,  Gunakan teknik
frekuensi, dan tanda komunikasi
nyeri) terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman nyeri
pasien
 Evaluasi pengalamn
nyeri dimasa lampau
 Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
 Kurangi faktor
presipitasi nyeri
 Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menemukan
intervensi
 Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
Analgetic administration
 Temukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat
 Cek intruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Monitor TTv sebelum
dan sesudah
pemberian analgetik
pertama kali
 Evaluasi efektifitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
Ansietas berhubungan 1. Anxiety control Anxiety reduction
dengan rencana 2. Coping  Jelaskan semua
pembedahan dan rasa 3. Impulse control prosedur dan apa
malu Kriteria hasil : yang dirasakan
 Klien mampu selama prosedur
mengidentifikasi dan  Berikan informasi
mengungkapkan gejala faktual mengenai
cemas diagnosis, tindakan
 Mengidentifikasi, prognosis
mengungkapkan dan  Identifikasi tingkat
menunjukkan teknik kecemasan
untuk mengontrol  Dorong pasien untuk
cemas mengungkapkan
 TTV dalam batas perasaan, ketakutan,
normal persepsi
 Instruksikan pasien
menggunkan teknik
relaksasi
Resiko tinggi infeksi 1. Immune status Infection control
berhubungan dengan 2. Knowledge : infection  Bersihkan lingkungan
insisi pembedahan control setelah dipakai pasien
3. Risk control lain
Kriteria hasil :  Batasi pengunjung
 Klien bebas dari tanda bila perlu
dan gejala infeksi  Gunakan sabun
 Menunjukkan aantimikroba untuk
kemampuan untuk mencuci tangan
mencegah timbulnya  Tingkatkan intake
infeksi nutrisi
 Jumlah leukosit dalam  Berikan terapi
batas normal antibiotik bila perlu
Infection protection
 Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan lokal
 Monitor hitung
granulosit, WBC
 Monitor kerentanan
terhadap infeksi
 Berika perawatan
kulit pada daerah
epidema
 Dorong masukan
nutrisi yang cukup
 Dorong masukan
cairan
 Dorong istirahat
 Ajarkan keluarga dan
pasien tanda dan
gejala infeksi
 Ajarka cara
menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan
infeksi
 Laporkan kultur
positif
Perubahan eliminasi 1. Urinary elemination Urinary retention care
urinaria berhubungan 2. Urinary contiunece  Monitor intake dan
dengan rasa tkut nyeri Kriteria hasil output
setelah operasi  Kandung kemih  Monitor penggunaan
kosong secara penuh obat antikolinergik
 Tidak ada residu urine  Monitor derajat
>100-200 distensi bledder
 Intake cairan dalam  Instruksikan pada
rentang normal pasien dan keluarga
 Bebas dari infeksi untuk mencatat
saluran kemih output cairan
 Tidak ada spasme  Stimulasi reflek
bladder bladder dengan
 Balance cairan kompres dingin pada
seimbang abdomen
 Kateterisasi bila perlu
 Monitor tanda dan
gejala ISK (panas,
hematuria, perubahan
bau, dan konstistensi
urine)
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, volume 2. EGC:
Jakarta
Bulechek, G dkk. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) edisi keenam.
Elsivier Mosby: Missouri
Herdman, T. H. & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnoses:
Defenition & Classification, 2015-2017. Whiley Blackwell: Oxford
Moorhead, S dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC): Pengukuran
Outcomes Kesehatan Edisi Kelima. Elsivier Saundier: Missouri
Pearce, C. Evelyn. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis (terjemahan).
Gramedia Pustaka Umum: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai