Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Malformasi anorektal merupakan suatu sprektum dari anomali kongenital


yang terdiri dari anus imperforata dan kloaka presisten. Anus imperforata
merupakan kelaainan kongenital tanpa anus atau anus tidak sempurna, sedangkan
kloaka presisten diakibatkan karena pemisahan traktus urinarius, traktus genetalia
dan traktus digestivus tidak terjadi. Malformasi anorektal merupakan kerusakan
sprektum luas pada perkembangan bagian terbawah dari saluran intestinal dan
urogenital.

Banyak anak-anak dengan malformasi ini memiliki anus imperforata


karena mereka tidak memiliki lubang dimana seharusnya anus ada. Walaupun
istilah ini menjelaskan penampilan luar dari anak, istilah ini di tunjukkan pada
kompleksitas sebenarnya dari malformasi. Ketika malformasi terjadi, otot dan
saraf berhubungan dengaan anus juga sering mengalami malformasi dalam derajat
yang sama. Tulang belakang dan saluran urogenital juga terlibat. Malformasi
anorektal terjadi setiap 1 dari 5.000 kelahiran. Malformasi ini lebih sering terjadi
pada pria dan pria dua kali lebih banyak mengalami malformasi anorektal letak
tinggi atau intermediet. Empat puluh sampai tujuh puluh persen penderita
mengalami satu atau lebih defek tambahan dari sistem organ lainnya. Defek
urologi adalah anomali yg paling sering berkaitan dengan malformasi anorektal,
diikuti defek pada vertebra, ekstermitas dan sistem kardiovaskuler.

Manajemen dari malformasi anorektal pada periode neonatal sangatlah


krusial karena akan menentukan masa depan dari sang anak. Keputusan yang
paling penting adalah apakah pasien memerlukan kolostomi dan divesi urin untuk
mencegah spesis dan asidosis metabolik. Dengan pemahaman yang lebih baik
tentang anatominya, diagnosis yang lebih cepat dari malformasi anorektal dan
defek yang berkaitan dan bertambahnya pengalaman dalam manajemen, akan
didapatkan dengan hasil yang lebih baik.

1.2 Tujuan

Tujuan Umum

Setelah membaca makalah ini, diharapkan agar pembaca mampu memahami


konsep atresia ani dan mengetahui asuhan keperawatan pada pasien atresia ani

Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengertian atresia ani.

b. Mengetahui etiologi atresian ani.

c.Mengetahui manifestasi klinis atresia ani.

d. Mengetahui patofisiologi atresia ani.

e. Mengetahui patoflow atresia ani.

f. Mengetahui penatalaksanaan atresia ani.

g. Mengetahui pemeriksaan penunjang atresia ani.

f. Mengetahui asuahan keperawatan atresia ani.

1.3 Rumusan Masalah

a. Apa pengertian atresia ani?

b. Bagaimana etiologi atresia ani?

c. Apa manifestasi klinis atresia ani?


d. Bagaimana patofisiologi atresia ani?

e. Bagaimana patoflow atresia ani?

f. Bagaimana penatalaksanaan atresia ani?

g. Apa saja pemeriksaan penunjang atresia ani?

h. Bagaimana asuhan keperawatan atresia ani?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Malformasi anorektal (MAR) merupakan malformasi septum urorektal


secara parsial atau komplet akibat perkembangan abnormal hindgut, allantois dan
duktus Mulleri. Malformasi anorektal merupakan spektrum penyakit yang luas
melibatkan anus dan rektum serta traktus urinarius dan genitalia. (Levitt M., Pena
A. 2010)
Menurut kamus kedokteran, Atresia berarti tidak adanya lubang pada
tempat yang seharusnya berlubang. Sehingga atresia ani berarti tidak terbentuknya
lubang pada anus. (Aplikasi Nanda NIC&NOC:2013). Atresia ani merupakan
kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna,
2003).

2.2 Anatomi dan Fisiologi


Susunan saluran pencernaan terdiri dari :
1. Mulut
Mulut atau oris adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2
bagian yaitu:
a. Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang di antara gusi, gigi, bibir dan
pipi.

b. Bagian rongga mulut bagian dalam, yaitu rongga mulut yang di batasi sisinya
oleh tulang maksilaris, palatum mandibularis, di sebelah belakang bersambung
dengan faring.
Gambar : Susunan Saluran Pencernaan (Syaifuddin, 2006).

Selaput lendir mulut ditutupi epitelium yang berlapis-lapis, di bawahnya


terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir. Selaput ini kaya akan
pembuluh darah dan juga memuat banyak ujung akhir saraf sensoris.
Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh
selaput lendir (mukosa). Otot orbikularis oris menutupi bibir. Levator anguli oris
mengangkat dan depresor anguli oris menekan ujung mulut.

Palatum, terdiri atas 2 bagian yaitu :


a. Palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dan
sebelah depan tulang maksilaris dan lebih ke belakang terdiri dari 2 tulang
palatum.
b. Palatum yang dapat bergerak, terdiri mole (palatum lunak) terletak di belakang
yang merupakan lipatan menggantung atas jaringan fibrosa dan selaput lendir.

Gerakannya dikendalikan oleh ototnya sendiri, di sebelah kanan 9 dan kiri dari
tiang fauses terdapat saluran lendir menembus ke tonsil.

2. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esofagus). Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel)
yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak 10
mengandung limfosit merupakan pertahanan terhadap infeksi. Di sini terletak
bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya di belakang rongga
mulut dan rongga hidung, di depan ruas tulang belakang, ke atas bagian depan
berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantara lubang bernama koana.
Keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang
yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari bagian superior disebut nasofaring,
pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang
gendang telinga. Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas ke depan
sampai di akar lidah, sedangkan bagian inferior disebut laringofaring yang
menghubungkan orofaring dengan laring.
Menelan (deglutisio), jalan udara dan jalan makanan pada faring terjadi
penyilangan. Jalan udara masuk ke bagian depan terus ke leher bagian depan
sedangkan jalan makanan masuk ke belakang dari jalan napas dan di depan dari
ruas tulang belakang. Makanan melewati epiglotis lateral melaui ressus piriformis
masuk ke esophagus tanpa membahayakan jalan udara. Gerakan menelan
mencegah masuknya makanan masuk ke jalan udara, pada waktu yang sama jalan
udara ditutup sementara.

3. Esofagus
Esophagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan
lambung, panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di
bawah lambung. Lapisan dinding dari dalam keluar, lapisan 11
selaput lendir (mukosa), lapisan submukosa, lapisan otot melingkar sirkuler, dan
lapisan otot memanjang longitudinal.
Esophagus terletak di belakang trakea dan di depan tulang punggung. Setelah
melalui thorak menembus diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung
dengan lambung.

4. Hati
Hati atau hepar adalah organ yang paling besar di dalam tubuh kita,
warnanya coklat dan beratnya kira-kira 1 ½ kg. Letaknya di bagian atas dalam
rongga abdomen di sebelah kanan bawah diafragma. Hati terdiri atas 2 lapisan
utama : permukaan atas berbentuk cembung, terletak di bawah diafragma, dan
permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan fisura transverses. Hati
mempunyai 2 jenis peredaran darah yaitu arteri hepatika dan vena porta.
Arteri hepatika, keluar dari aorta dan member 1/5 darah pada hati, masuk ke hati
akan membeku jaringan kapiler setelah bertemu dengan kapiler vena, akhirnya
keluar sebagai vena hepatika. Vena porta yang terbentuk dari lienalis dan vena
mesentrika superior menghantarkan 4/5 darahnya ke hati.

Fungsi hati :
a. Mengubah zat makanan yang di absorpsi dari usus dan yang disimpan di suatu
tempat dalam tubuh.

b. Mengubah zat buangan dan penawar racun untuk disekresi dalam empedu dan
urine.

5. Lambung
Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat
mengembang paling banyak terutama di daerah epigaster. Lambung terdiri dari
bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esophagus melalui orifisium pilorik,
terletak di bawah diafragma di depan pankreas dan limpa, menempel di sebelah
kiri fundus uteri.
Sekresi getah lambung mulai terjadi pada awal orang makan. Bila melihat
makanan dan mencium bau makanan maka sekresi lambung akan terangsang.
Rasa makanan merangsang sekresi lambung karena kerja saraf menimbulkan
rangsang kimiawi yang menyebabkan dinding lambung melepaskan hormon yang
disebut sekresi getah lambung. Getah lambung di halangi oleh sistem saraf
simpatis yang dapat terjadi pada waktu gangguan emosi seperti marah dan rasa
takut.

Fungsi lambung :
1. Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh
peristaltik lambung dan getah lambung.

2. Getah cerna lambung yang dihasilkan :

a. Pepsin, fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan
pepton).

b. Asam garam (HCL), fungsinya mengasamkan makanan, sebagai antiseptic dan


desinfektan, dan membuat suasana asam pada pepsinogen sehingga menjaddi
pepsin.

c. Renin, fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein
dari kasinogen (kasinogen dan protein susu).

d. Lapisan lambung jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak yang
merangsang sekresi getah lambung.

6. Pankreas
Panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari deudenum sampai ke
limpa. Bagian dari pankreas : kaput pankreas, terletak di sebelah kanan rongga
abdomen dan di dalam lekukan deudenum yang melingkarinya. Korpus pankreas,
merupakan bagian utama dari organ ini, letaknya dibelakang lambung dan di
depan vertebra umbalis pertama. Ekor pankreas, bagian runcing di sebelah kiri
menyentuh limpa.

7. Usus halus
Usus halus atau intestinum minor adalah bagian dari sistem pencernaan
makanan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada sekum panjangnya ± 6
m, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorpsi hasil
pencernaan yang terdiri dari lapisan usus halus (lapisan mukosa (sebelah di
dalam), lapisan otot melingkar (M.sirkuler), lapisan otot memanjang (M.
longitudinal), dan lapisan serosa (sebelah luar)).

Absorpsi makanan yang sudah dicerna seluruhnya berlangsung di dalam


usus halus melalui 2 saluran yaitu pembuluh kapiler dalam darah dan seluruh
limfe di sebelah dalam permukaan vili usus. Sebuah vilus berisi lakteal, pembuluh
darah epitelium dan jaringan otot yang diikat bersama oleh jaringan limfoid
seluruhnya diliputi membran dasar dan ditutupi oleh epitelium. Karena vili keluar
dari dinding usus maka bersentuhan dengan makanan cair dan lemak yang
diabsorpsi ke dalam lakteal kemudian berjalan melalui pembuluh limfe masuk ke
dalam pembuluh kapiler darah di vili dan oleh vena porta dibawa ke hati untuk
mengalami beberapa perubahan.

Fungsi usus halus :


a. Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-
kapiler darah dan saluran-saluran limfe.

b. Menyerap protein dalam bentuk asam amino.

c. Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.


8. Duodenum
Duodenum disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk
sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada
bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir, yang membukit disebut
papilla vateri. Pada papilla vateri ini bermuara saluran empedu (duktus koledokus)
dan saluran pankreas (duktus pankreatikus).
Empedu dibuat di hati untuk dikeluarkan ke duodenum melalui duktus
koledokus yang fungsinya mengemulsikan lemak, dengan bantuan lipase.
Pankreas juga menghasilkan amilase yang berfungsi mencerna hidrat arang
menjadi disakarida, dan tripsin yang berfungsi mencerna protein menjadi asam
amino atau albumin dan polipeptida.
Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung
kelenjar, kelenjar ini disebut kelenjar-kelenjar Brunner, berfungsi untuk
memproduksi getah intestinum.

9. Jejunum dan ileum


Jejunum dan ileum mempunyai panjang sekitar 6 m. Dua perlima bagian
atas adalah jejunum dengan panjang ± 23 m, dan ileum dengan panjang 4-5 m.
Lekukan jejunum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan
perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai
mesenterium.
Sambungan antara jejunum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas.
Ujung bawah ileum berhubungan dengan sekum dengan perantaraan lubang yang
bernama orifisium ileosekalis. Orifisium ini diperkuat oleh sfingter ileosekalis dan
pada bagian ini terdapat katup valvula sekalis valvula baukhini yang berfungsi
untuk mencegah cairan dalam kolon asenden tidak masuk kembali ke ileum.
10. Usus besar
Usus besar atau intestinum mayor panjangnya ± 1 ½ m, lebarnya 5-6 cm.
Lapisan-lapisan usus besar dari dalam keluar : selaput lendir, lapisan otot
melingkar, lapisan otot memanjang, jaringan ikat. Fungsi usus besar adalah
menyerap air dari makanan, tempat tinggal bakteri.

11. Sekum
Dibawah sekum terdapat apendiks vermiformis yang berbentuk seperti
cacing sehingga disebut juga umbai cacing, panjangnya 6 cm. Seluruhnya ditutupi
oleh peritoneum mudah bergerak walaupun tidak mempunyai mesenterium dan
dapat diraba melalui dinding abdomen pada orang yang masih hidup.

12. Kolon asendens


Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan, membujur
ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawah hati melengkung ke kiri, lengkungan
ini disebut fleksura hepatika, dilanjutkan sebagai kolon transversum.

13. Apendiks (usus buntu)


Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari ujung sekum,
mempunyai pintu keluar yang sempit tetapi masih memungkinkan dapat dilewati
oleh beberapa isi usus. Apendiks tergantung menyilang pada linea terminalis
masuk ke dalam rongga pelvis minor, terletak horizontal dibelakang sekum.
Sebagai suatu organ pertahanan terhadap infeksi kadang apendiks bereaksi secara
hebat dan hiperaktif yang bisa menimbulkan perforasi dindingnya ke dalam
rongga abdomen.

14. Kolon transversum


Panjangnya ± 38 cm, membujur dari kolon desenden, berada dibawah
abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatika dan sebelah kiri terdapat
fleksura lienalis.
15. Kolon desendens
Panjangnya ± 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri membujur
dari atas ke bawah dan fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung
dengan kolon sigmoid.

16. Kolon sigmoid


Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens, terletak miring
dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf S, ujung bawahnya
berhubungan dengan rektum.

17. Rektum
Rektum terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum
mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sacrum dan os
koksigis. Organ ini berfungsi untuk tempat penyimpanan feses sementara.

18. Anus

Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum


dengan dunia luar (udara luar). Terletak didasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh
sfingter:
a. Sfingter ani interus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak.

b. Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.


c. Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak.
Defekasi (buang air besar) didahului oleh transport. Feses ke dalam rektum yang
mengakibatkan ketegangan dinding rektum mengakibatkan rangsangan untuk
reflex defekasi sedangkan otot usus lainnya berkontraksi. M. Levator ani relaksasi
secara volunter dan tekanan ditimbulkan oleh otot-otot abdomen.

2.3 Etiologi

Atresia dapat di sebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir
tanpa lubang dubur.

2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3


bulan.

3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik di daerah usus,


rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu
keempat sampai keenam usia kehamilan. (Aplikasi Nanda NIC&NOC:2013)..

Etiologi malformasi anorektal belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli


berpendapat bahwa kelainan ini sebagai akibat dari abnormalitas perkembangan
embriologi anus, rektum dan traktus urogenital, dimana septum tidak membagi
membran kloaka secara sempurna. Terdapat beberapa faktor prognostik yang
mempengaruhi terjadinya morbiditas pada malformasi anorektal, seperti
abnormalitas pada sakrum, gangguan persarafan pelvis, sistem otot perineal yang
tidak sempurna, dan gangguan motilitas kolon. (Levitt M., Pena A. 2010)
2.3 Manifestasi Klinis

Bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak terdapat
defekasi mekonium. Gejala ini terdapat pada penyumbatan yang lebih tinggi. Pada
golongan 3 hampir selalu disertai fistula. Pada bayi wanita sering ditemukan
fistula rektovaginal (dengan gejala bila bayi buang air besar feses keluar dari
(vagina) dan jarang rektoperineal, tidak pernah rektourinarius. Sedang pada bayi
laki-laki dapat terjadi fistula rektourinarius dan berakhir di kandung kemih atau
uretra dan jarang rektoperineal. Gejala yang akan timbul :
1.) Mekonium tidak keluar dalm 24 jam pertama setelah kelahiran.

2.) Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi.

3.) Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang letaknya salah.

4.) Perut kembung.

5.) Bayi muntah-muntah pada 24-48 jam. (Ngastiyah, 2005)

Gejala yang timbul :

1. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.

2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.

3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.

4. Distensi bertahap dengan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada
fistula).

5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.

6. Pada pemeriksaan rectal touche terdapat adanya membran anal.

7. Perut kembung. (Aplikasi Nanda NIC&NOC:2013).


2.4 Patofisiologi

Kelainan terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara


komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan
embrionik, sehingga anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian
belakang. Ujung ekor dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang
merupakan bakal genitourinari dan struktur anorektal. Terjadi stenosis anal karena
adanya penyempitan pada kanal anorectal. Terjadi atresia kanal karena tidak ada
kelengkapan dan perkembangan struktur kolon antara 7-10 minggu dalam
perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam
agenesis sakral dan abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan
usus besar yang keluar melalui anus sehingga menyebabkan fekal tidak dapat
dikeluarkan sehingga intestinal mengalami obstruksi. Putusnya saluran
pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi baru lahir tanpa lubang
anus. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan, terdapat tiga letak:

1. Tinggi (supralevator) : rektum berakhir di atas M. levator ani (M2.


puborektalis) dengan jarak antara ujung buntu rektum dengan kulit perineum lebih
dari 1 cm. Letak upralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing
atau saluran genital.

2. Intermediate : rektum terletak pada M. levator ani tetapi tidak menembusnya.

3. Rendah : rektum berakhir di bawah M. levator ani sehingga jarak antara kulit
dan ujung rektum paling jauh 1 cm.
2.5 Patoflow

Gangguan pertumbuhan pembentuukan anus dari tonjolan


embrionik

ATRESIANI

Feses tidak keluar Vistel rektovaginal

Feses menumpuk
Feces masuk lewat
uterus

Peningkatan tekanan Reabsorsi sisa


intra abdomen metabolisme oleh tubuh Mikroganisme
masuk lewat udara

Mual ,muntah Dysuria


Operasi anoplasti
colostomi

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
Perubahan Gangguan rasa Resti Gangguan
defekasi nyaman infeksi eliminasi

Pegeluaran
tidak tekontrol Trauma jaringan

Nyeri Perawatan tidak adekuat


Iritasi mukosa

Resti kerusakan Gangguan rasa Resiko tinggi infeksi


integritas kulit nyaman

(Price, Sylvia A 2000)


2.6 Penatalaksanaan

a. Pembedahan

Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan


keparahan kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur
pengobatannya. Untuk kelainan dilakukan kolostomi beberapa lahir, kemudian
anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen (prosedur penarikan perineum
abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12 bulan. Pembedahan ini dilakukan pada
usia 12 bulan dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis untuk membesar
dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi
untuk menambah berat badan dan bertambah baik status nutrisnya. Gangguan
ringan diatas dengan menarik kantong rectal melalui afingter sampai lubang pada
kulit anal fistula, bila ada harus tutup kelainan membranosa hanya memerlukan
tindakan pembedahan yang minimal membran tersebut dilubangi degan
hemostratau skapel

b. Pembuatan kolostomi

Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli
bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses. Pembuatan lubang
biasanya sementara atau permanen dari usus besar atau colon iliaka. Untuk
anomali tinggi, dilakukan kolostomi beberapa hari setelah lahir.

c. PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty)

Bedah definitifnya, yaitu anoplasty dan umumnya ditunda 9 sampai 12


bulan. Penundaan ini dimaksudkan untuk memberi waktu pelvis untuk membesar
dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi
untuk menambah berat badannya dan bertambah baik status nutrisinya.
d. Tutup kolostomi

Tindakan yang terakhir dari atresia ani. Biasanya beberapa hari setelah
operasi, anak akan mulai BAB melalui anus. Pertama, BAB akan sering tetapi
seminggu setelah operasi BAB berkurang frekuensinya dan agak padat.

e. Pengobatan

1) Aksisi membran anal (membuat anus buatan)

2) Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan


dilakukan korksi sekaligus (pembuat anus permanen) (Staf Pengajar FKUI. 2005)

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai


berikut :

1. Pemeriksaan radiologis

Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.

2. Sinar X terhadap abdomen

Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untukmengetahui


jarak pemanjangan kantung rektum dari sfingternya.

3. Ultrasound terhadap abdomen

Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam sistem pencernaan
dan mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh karena massa tumor.

4. CT Scan

Digunakan untuk menentukan lesi.


5. Pyelografi intra vena

Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.

6. Pemeriksaan fisik rektum

Kepatenan rektal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang atau
jari.

7. Rontgenogram abdomen dan pelvis

Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan


dengan traktus urinarius.

2.8 Asuahan Keperawatan

1. Pengkajian

Konsep teori yang digunakan penulis adalah model konseptual


keperawatan dari Gordon. Menurut Gordon data dapat dikelompokkan menjadi 11
konsep yang meliputi :

a. Pola Persepsi Kesehatan

Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan di rumah.

b. Pola Nutrisi dan Metabolik

Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umumnya terjadi pada pasien dengan


atresia ani post tutup kolostomi.

c. Pola Eliminasi

Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru maka tubuh
dibersihkan dari bahan-bahan yang melebihi kebutuhan dan dari produk buangan.
d. Pola Aktivitas dan Latihan

Pola latihan dan aktivitas dipertahankan untuk menghindari kelemahan otot.

e. Pola Persepsi Kognitif

Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman dan daya


ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.

f. Pola Tidur dan Istirahat

Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena 25

nyeri pada luka insisi.

g. Pola Konsep Diri dan Persepsi Diri

Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body comfort.

h. Pola Peran dan Pola Hubungan

Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah sakit.

i. Pola Reproduksi Seksual

Pola ini bertujuan untuk menjelaskan fungsi sosial sebagai alat reproduksi.

j. Pola Pertahanan diri, stress dan Toleransi

Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan, dan rumah.

k. Pola Keyakinan

Untuk menerapkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang


dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian.
Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani biasanya anus
tampak merah, usus melebar, termometer yang dimasukkan melalui anus tertahan
oleh jaringan, pada auskultasi terdengar hiperperistaltik, tanpa mekonium dalam
waktu 24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urine dan vagina.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko infeksi b.d perawatan yang tidak adekuat setelah dilakukan pembedahan

2. Kerusakan integritas kulit b.d iritasi mukosa

2. Gangguan eliminasi urine b.d dysuria. (Aplikasi Nanda NIC&NOC:2013).


3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA NOC NIC


1 Resiko infeksi b.d Label:Pemulihan pembedahan : Label:Perlindungan infeksi
perawatan yang tidak penyembuhan Aktivitas-aktivitas :
adekuat setelah Setelah di lakukan perawatan 3x 1. Monitor kerentanan
dilakukan 24 jam kondisi pasien mulai terhadap infeksi
pembedahan membaik. 2. Berikan perawatan
No Indikasi A T kulit yang tepat
1 Nyeri 2 4 untuk area yang
2 Cairan 2 4 mengalami edema
merembes dari 3. Periksa kondisi
balutan setiap sayatan bedah
3 Infeksi luka 2 4 atau luka
4 Robek jahitan 3 5 4. Periksa kulit dan
luka selaput lendir untuk
adanya kemerahan,
Skala : kehangatan ekstrim,
1. Berat atau drainase
2. Cukup berat 5. Tingkatkan asupan
3. Sedang nutrisi yang cukup
4. Ringan 6. Anjurkan
5.Tidak ada peningkatan
mobilitas dan latihan
dengan tepat
7. Ajarkan pasien dan
keluarga bagaimana
cara menghindari
infeksi
8. Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik yang
diresepkan

2 Kerusakan integrasi Label: Integritas jaringan : kulit Label: Pengecekan kulit


kulit b.d iritasi & membran mukosa Aktivitas-kativitas
mukosa Setelah di lakukan perawatan 3x 1. Periksa kulit dan
24 jam integritas kulit pada selaput lendri terkait
pasien dapat teratasi dengan adanya
kemarahan,kehangat
No Indikasi A T an ekstrim,edama
1. Suhu kulit 2 4 atau drainase
2. Sensasi 2 3 2. Periksa kondisi luka
3. Elastisitas 2 4 operasi,dengan cepat
4. Hidrasi 3 4 3. Gunakan alat
5. keringat 2 4 pengkajian untuk
mengidentifikasi
Skala : pasien yang berisiko
1. sangat terganggu mengalami
2. Banyak terganggu kerusakan
3. Cukup terganggu kulit(misalnya,skla
4. Sedikit terganggu braden)
5. Tidak terganggu 4. Monitor kulit untuk
adanya ruam dan
lecet
5. Monitor sumber
tekanan dan gesekan

3 Gangguan eliminasi Label:eliminasi urine Label:bantuan keperawatan


urine b.d Setelah di lakukan perawatan 3x diri
24 jam pola eliminasi urin Aktifitas-aktifitas
pasien mulai normal 1. Pertimbangakan
budaya pasien ketika
meningkatkan
atifitas keperawatan
No Indikasi A T diri
1 Pola 2 4 2. Pertimbangkan usia
eliminasi pasien letika
2 Bau urine 3 4 meningkatkan
3 Jumlah urine 1 3 aktivitas
4 Warna urine 2 4 keperawatan diri
5 Kejernihan 2 4 3. Monitor kemampuan
urine perawatan diri secara
mandiri
Skala: 4. Ciptakan rutinitas
1. sangat terganggu aktivitas perawatan
2. Banyak terganggu diri
3. Cukup terganggu 5. Bantu pasien
4. Sedikit terganggu menerima kebutuhan
5. Tidak terganggu terkait dengan kodisi
tergantungannya
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Atresia ani merupakan kasus bedah anak yang paling sering dijumpai. Bila
tidak ditangani akan memberikan morbiditas yang tinggi. Anamnesis dan
pemeriksaan fisik merupakan hal yang sangat penting dalam menegakkan
diagnosis malformasi anorektal. Para ahli bedah anak telah menemukan beberapa
teknik operasi untuk malformasi anorektal. Tindakan kolostomi merupakan
prosedur yang ideal untuk penatalaksanaan awal malformasi anorektal.

3.2 Saran

Dengan makalah ini, kita sebagai mahasiswa keperawatan dapat mengerti


dan memahami konsep tentang atresia ani dan asuhan keperawatan ani karena
sangat bermanfaat bagi kita dalam dunia medis.
1. Seorang bayi dirawat di ruang bedah anak dengan kondisi muntah-muntah pada
24 jam setelah lahir. Saat pemeriksaan ditemukan perut keras dan kembung, bila
minum ASI muntah dan anak rewel. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan data: frekuensi nadi 120 x/menit, frekuensi pernafasan 40 x/menit.
suhu 37,50C. Dilihat dari tanda dan gejala kasus diatas merupakan pasien dengan
penyakit...

A. Hisprug

B. Atresia Bilier

C. Atresia Ani

D. Atresia esofagus

E. Atresia duodenum

Jawaban : C

(Nandita Eka Putri)

Sumber : Wong, Whaley, D.L, 2000, Essential of Pediatric Nursing, USA :


Mosby, St. Louis

2. Anak R di rumah sakit X mengalami muntah-muntah setelah umur 24


jam,mekonium tidak keluar setelah 24 jam, terus menangis dan perut tampak
kembung. Saat pengkajian perawat tidak dapat mengukur suhu rektal pada bayi
karena tidak terdapat lubang pada rektal, mekonium keluar melalui sebuah fistula
dan distensi bertahap dengan adanya tanda-tanda obstruksi usus. Dan dari data
yang didapati masalah keperawatan apa yang timbul....

A. resiko kehilangan cairan

B. nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

C. anxietas
D. integrasi kulit

E. nyeri

Jawaban :B

(Indah Maya Sari)

Sumber : Ngastiyah, 2005

3. Seorang bayi berumur 2 hari tidak memiliki lubang rectum dan mengalami
tanda gejala perut tampak kembung setelah 8 jam lahir. Saat diberi ASI bayi
tersebut muntah lebih dari 2x, bayi belum buang air besar, buang air kecil 607
x/hr. Apakah diagnosa yang tepat pada bayi tersebut?

a. Atresia Ani

b. Hipospadia

c. Penyakit hisprung

d. Megacolon Kongenital

e. Atresia esofafus

(Laily)
4. Bayi M,usia 30 jam timbul gejala kekuningan,BAB belum mengeluarkan
mekonium. Maka kita sebagai perawat perlu mencurigai adanya...?

a. Hisprung
b. Atresia osaphagus
c. Diarhae
d. Atresia ani

(Sodikin)

Sumber : De Jong, Sjamsuhidajat.2010.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta:EGC

5. Seorang bayi berumur 2 minggu, tiba-tiba dari mulutnya keluar liur dan mulut
tampak berbuih, serta muntah proyektif. Ketika bayi diberi asi terjadi batuk dan
muntah , bayi juga mengalami sianosis. Apakah dianosa yang tepat bagi bayi
tersebut?

a. Atresia ani

b. Atresia kloka

c. Atresia duodeni

d. Atresia esofagus

e. Atresia rectum

(Nezka Ilfi Putri)

Jawaban : A

Sumber : Suriadi,dkk. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. PT. Percetakan


Penebar Swadaya : Jakarta
6. Secara sederhana kelainan atresia ani dapat dideteksi dengan ...
a. Colok dubur
b. Radiologis
c. Pasang sonde
d. Palpasi abdomen

Jawaban : A

Ester Utari
Daftar Pustaka

1. Jurnal : Irene Lokananta, Rochadi.Malformasi Anorektal


2. http://ejournal.ukrida.ac.id/
3. http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/11/askep-atresia-ani/
4. http://aseprahmat.wordpress.com/askep-atresia-ani/

Anda mungkin juga menyukai