Anda di halaman 1dari 26

BENDA ASING PADA ESOFAGUS

Disusun oleh:
dr. Akhmad Fahrozy

Pembimbing:
dr. Gerry Panjaitan, Sp.THT-KL

RSUD Kudungga Sangatta


Kutai Timur
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Benda asing esofagus adalah benda yang tajam maupun tumpul atau
makanan yang tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan, baik secara
sengaja mapun tidak sengaja.
Insidensi tertelannya benda asing sangat tinggi pada golongan anak dan
dewasa.Penyebab pada anak antara lain, anomali kongenital termasuk stenosis
kongenital, web, fistel trakeosesofagus dan pelebaran pembuluh darah. Pada orang
dewasa sering terjadi akibat mabuk, pemakaian gigi palsu yang telah kehilangan
sensasi rasa palatum, gangguan mental, dan psikosis.
Benda asing biasanya tertelan secara spontan dan memiliki komplikasi yang
serius seperti perforasi esofagus dan dapat terjadi obstruksi jalan makanan Di
Amerika Serikat sekitar 1500 kematian per tahun diakibatkan oleh menelan benda
asing. Pada tahun 2006 American Association of Poison Control mencatat 90.906
insidensi tertelannya benda asing pada anak berusia kurang dari 5 tahun.
Morbiditas dan mortalitas yang tinggi tergantung pada komplikasi yang terjadi.
Di Rumah Sakit Dr.Soetomo melalui penelitian dari tahun 1990 sampai
2005, benda asing pada esofagus, kasusnya sebanyak 899 kasus, dan rasionya
lebih banyak pada pria dibandingkan wanita. Dan usia tersering adalah pada usia 0
sampai 5 tahun sebnyak39,58%.

1.2. Tujuan
1. Kasus tertelan benda asing di esophagus merupakan masalah penting dan dapat
berakibat fatal, sehingga diperlukan pemahaman untuk dapat menangani kasus
ini dengan baik
2. Memenuhi tugas kepaniteraan klinik di Laboratorium THT.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Anatomi Esofagus


Esofagus adalah saluran makanan bagian atas yang terletak antara faring
dan lambung, yaitu setinggi vertebra C6 sampai Th11, pada orang dewasa
panjangnya kurang lebih 25 cm.
Terdiri dari 1/3 atas otot serat lintang yang erat hubungannya dengan otot-
otot faring dan berakhir dibawah muskulus konstriktor faringeal. Dan pada 2/3
bawah terdiri atas otot polos, yang terdiri dari otot sirkular dan otot longitudinal.
Dan pada bagian batas bawah esofagus terdapat sfingter esofageal bawah.
Terdapat dua macam sfingter yaitu sfingter anatomi pada permulaan
esofagus dan sfingter fisiologis waktu esofagus masuk ke lambung.
Pada dinding lumen esofagus terdapat tiga penyempitan :
1. Pada setinggi kartilago krikoid dan vertebra C6 dengan diameter kurang lebih
sekitar 14 mm dan jarak dari insisivus kurang lebih 15 cm.
2. Pada setinggi persilangan esofagus dan arkus aorta dari bronkus kiri dengan
diameter kurang lebih 15-17 mm yang jarak dari insisivus kurang lebih 25 cm.
3. Pada setinggi hiatus diafragmatika (Th 11) dengan diameter kurang lebih 16-19
mm, dan jarak dari insisivus kurang lebih 40 cm.

Gambar 1. Tiga daerah penyempitan fisiologis esofagus (2)

2
Gambar 2. Esofagus tampak anterior

Gambar 3. Potongan melintang histology esofagus

II. 2 Fisiologi Esofagus


Fungsi esofagus ialah menelan yaitu membawa makanan dan minuman
dari faring ke dalam lambung, karena itu setiap benda yang masuk ke esofagus
yang tidak sempat terkunyah di mulut dengan diameter tertentu akan tertahan di
esofagus, terutama daerah penyempitan.
3
Proses menelan dapat dibagi dalam tiga fase : fase oral, fase faringal dan
fase esofagal. Gerakan menelan dimulai dengan naiknya bagian posterior lidah
yang akan mendorong segumpal makanan atau cairan ke arah faring posterior.
Secara bersamaan laring superior dan anterior berpindah tempat dan posisi
epiglotis menjadi sedemikian rupa sehingga melindungi saluran udara laring,
sementara itu nasofaring tertutup oleh palatum molle dan uvula. Sfingter esofagus
superior berelaksasi dan otot konstriktor faring mendorong makanan ke dalam
esofagus sehingga timbul gelombang peristaltik pertama yang mendorong
makanan ke dalam lambung.
Gelombang kedua biasanya dimulai dengan distensi lokal dan berperan
untuk mengosongkan esofagus dari sisa-sisa makanan atau isi lambung. Kedua
gelombang ini mengosongkan esofagus dengan upaya berupa gerakan mendorong.
Sebaliknya gelombang tersier yang terjadi pada satu sampai tiga cm bagian distal
esofagus tidak mendorong, namun meningkatkan tonus dan berperan sebagai
sfingter esofagus bagian bawah yang mencegah refluks.

II.3. Etiologi
Etiologi dari adanya Benda asing pada esophagus, antara lain:
1. Usia
Anak-anak lebih sering mengalami hal ini, karena mereka sering kali
memasukkan makanan maupun mainan ke dalam mulutnya, dan makan sambil
bermain merupakan faktir yang mendukung.
2. Hilangnya mekanisme
Penggunaan gigi palsu bagian atas menghalangi sensasi taktil dan jika ada,
benda asing yang terdeteksi, tidak akan terdeteksi. Hilangnya kesadaran, kejang
epilepsy, deep sleep atau intoksikasi alcohol juga merupakan factor lainnya.
3. Kurangnya perhatian
Buruknya dalam mengunyah makanan, terburu-buru dalam makan dan
minum.
4. Sempit lumen esophagus
Pada kasus striktur esophagus ataupun kanker esophagus, makanan harusnya
dikunyah sangat lama, menjadi bagian-bagian yang kecil. Gejala awal dari

4
kanker esophagus adalah mulai ada sumbatan pada kerongkongan karena
makanan.
5. Psikotik
Benda asing dapat ditelan oleh proses percobaan bunuh diri

II.4. Faktor Predisposisi


Faktor predisposisi antara lain belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat
menelan dengan baik, koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum
sempurna pada kelompok usia 6 bulan sampai 1 tahun, retardasi mental, gangguan
pertumbuhan dan penyakit-penyakit neurologik lain yang mendasarinya.
Pada dewasa faktor predisposisi dapat dibagi menjadi empat yaitu:
dental, anatomis, psikologis dan kebiasan memegang menggunakan gigi. Dental
biasanya pada penggunaan gigi palsu ataupun molar belum tumbuh, kelainan
anatomis juga merupakan hal kedua yang dapat menyebabkan sulitnya makanan
masuk ke dalam gaster antara lain striktur, tumor ataupun akalasia pada esofagus.
Secara psikologis juga dapat menyebabkan pasien dengan retardasi mental atau
psikosis memakan segala sesuatu yang dapat “tersangkut” di esofagus. Adapun
kebiasaan buruk dengan memegang menggunakan gigi dapat menyebabkan
tertelannya benda-benda yang digigit, seperti uang, jarum, peniti.

II.5. Patogenesis
Benda asing yang berada lama di esofagus dapat menimbulkan berbagai
komplikasi, antara lain jaringan granulasi yang menutupi benda asing, radang
periesofagus. Benda asing tertentu seperti baterai alkali memiliki toksisitas
intrinsik lokal dan sistemik dengan reaksi edema dan inflamasi lokal, terutama bila
terjadi pada anak-anak.
Batu baterai (disc battery) mengandung elektrolit, baik natrium atau
kalium hidroksida dalam larutan kaustik pekat (concentrated caustic solution).
Pada penelitian binatang invitro dan invivo, bila baterai berada dalam lingkungan
yang lembab dan basah, maka pengeluaran elektrolit akan terjadi dengan cepat,
sehingga terjadi kerusakan jaringan (tissue saponification) dengan ulserasi lokal,
perforasi atau pembentukan striktur. Absorbsi bahan metal dalam darah

5
menimbulkan toksisitas sistemik. Oleh karena itu benda asing batu baterai harus
segera dikeluarkan.

II.6. Jenis Benda


Jenis-jenis benda asing yang sering tertinggal pada esofagus dapat
digolongkan menjadi 2 benda asing yaitu makanan dan bukan makanan.
Makanan dapat berupa tulang, daging dan lain-lain. Bukan makanan dapat
berupa uang logam (53,39%) dan ini adalah yang tersering, gigi palsu, baterai
kancing. Benda asing yang lain digolongkan berdasarkan usia, pada anak-anak
biasanya berupa uang logam, mainan dan baterai. Sedangkan pada golongan
dewasa dalam bentuk tulang, daging dan gigi palsu.

II.7. Diagnosis
Diagnosis benda asing di esofagus ditegakkan berdasarkan anamnesis,
gambaran klinis dengan gejala dan tanda, pemeriksaan radiologi dan endoskopi.
Tindakan endoskopi dilakukan untuk tujuan diagnostik dan terapi.
Diagnosis tertelan benda asing, harus dipertimbangkan pada setiap anak
dengan riwayat rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging),
batuk, muntah. Gejala-gejala ini diikuti dengan disfagia, berat badan menurun,
demam dan gangguan napas. Harus diketahui dengan baik ukuran, bentuk dan
jenis benda asing dan apakah mempunyai bagian yang tajam. Tetapi pada anak-
anak sering kali kita tidak mengetahui kejadiannya.

II.8. Gejala dan Tanda


Gejala sumbatan akibat benda asing esofagus tergantung pada ukuran,
bentuk dan jenis benda asing (apakah berada di daerah penyempitan esofagus yang
normal atau patologis), komplikasi yang timbul akibat benda asing tersebut dan
lama benda asing tertelan. Gejala pemulaan benda asing esofagus adalah rasa nyeri
di daerah leher bila benda asing tersangkut di daerah servikal. Bila benda asing
tersangkut di esofagus bagian distal timbul rasa tidak enak di daerah substernal atau
nyeri di punggung.

6
Sebanyak 70 % dari 2394 kasus benda asing esofagus ditemukan di daerah
servikal, dibawah sfingter krikofaring, 12 % di derah hipofaring dan 7,7 % di
esofagus torakal. Dilaporkan 48 % kasus benda asing yang tersangkut di daerah
esofagogaster menimbulkan nekrosis tekanan atau infeksi lokal.

Gambar 4. Berbagai macam benda asing yang dapat menyebabkan sumbatan pada
esofagus.
Gejala-gejala akibat tertelan benda asing terjadi dalam tiga tahap. Pada
tahap pertama gejala-gejala awal, serangan hebat dari batuk atau muntah. Hal ini
terjadi ketika benda asing pertama tertelan. Pada tahap kedua adalah interval tidak
ada gejala. Benda asing telah tersangkut, serta gejala-gejala tidak lagi ditimbulkan.
Tahap kedua ini dapat berlangsung sementara. Pada tahap ketiga terdiri dari gejala-
gejala yang ditimbulkan oleh komplikasi, kemungkinan timbul rasa tidak nyaman,
disfagia, sumbatan atau perforasi esofagus hingga mediastinitis.

7
Disfagia bervariasi tergantung pada ukuran benda asing. Disfagia lebih
berat bila telah terjadi edema mukosa yang memperberat sumbatan, sehingga
timbul rasa sumbatan esofagus yang persisten. Gejala lain ialah odinofagia yaitu
nyeri menelan makanan atau ludah, hipersalivasi, regurgitasi dan muntah. Kadang-
kadang ludah berdarah.
Nyeri di punggung menunjukkan tanda perforasi atau mediatinitis.
Gangguan napas dengan gejala dispneu, stridor dan sianosis terjadi akibat
penekanan trakea atau laring oleh benda asing.Nyeri demam dan syok dapat terjadi
jika perforasi.

II.9. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik didapatkan bila benda asing terjepit akibat edema yang
timbul progresif. Bila benda asing irreguler menyebabkan perforasi akut,
didapatkan tanda pneumomediastinum, emfisema leher dan pada auskultasi
terdengar suara getaran di daerah prekordial atau interskapula. Bila terjadi
mediastinitis, tanda efusi pleura unilateral atau bilateral dapat dideteksi.
Pada anak-anak, gejala nyeri atau batuk dapat disebabkan oleh aspirasi
ludah dan pada pemeriksaan fisik didapat ronkhi, mengi (wheezing), demam, abses
leher atau tanda emfisema subkutan. Tanda lanjut, berat badan menurun dan
gangguan pertumbuhan. Benda asing yang berada di daerah servikal esofagus dan
di bagian distal krikofaring dapat menimbulkan gejala obstruksi saluran nafas
dengan stridor, karena menekan dinding trakea bagian posterior
(tracheoesophageal party wall), radang dan edema periesofagus.

II.10. Pemeriksaan Radiologik


Benda asing radioopak seperti uang logam, mudah diketahui lokasinya dan
harus dilakukan foto ulang sesaat sebelum tindakan esofagoskopi untuk
mengetahui kemungkinan benda asing sudah pindah ke bagian distal. Benda asing
seperti tulang, kulit telur dan lain-lain cenderung berada pada posisi koronal dalam
esofagus, sehingga lebih mudah dilihat pada posisi lateral. Benda asing radiolusen
seperti plastik, alumunium dan lain-lain, dapat diketahui dengan tanda inflamasi
periesofagus datau hiperinflamasi hipofaring dan esofagus bagian proksimal (1).
8
Foto rontgen toraks dapat menunjukkan gambaran perforasi esofagus
dengan emfisema servikal, emfisema mediastinal, pneumotorakas, pyotoraks,
mediastinitis, serta aspirasi pneumonia.

Gambar 5. Benda asing berupa gigi

Foto rongten leher pada posisi lateral dapat menunjukkan tanda perforasi
dengan trakea dan laring tergeser ke depan, gelembung udara di jaringan, adanya
bayangan cairan atau abses, bila perforasi telah berlangsung beberapa hari.
Foto polos sering tidak menunjukkan gambaran benda asing seperti daging
dan tulang ikan, sehingga memerlukan pemeriksaan esofagus dengan kontras
(esofagogram). Risiko lain adalah terjadi aspirasi bahan-bahan kontras. Bahan
kontras barium lebih baik daripada zat kontras yang larut di air (water soluable
contrast), seperti gastrografin karena sifatnya kurang toksis terhadap saluran nafas
bila terjadi aspirasi kontras, sedangkan gastrografin bersifat mengiritasi paru. Oleh
karena itu pemakaian kontras gastrografin harus dihindari terutama pada anak-
anak.
Xeroradiografi dapat menunjukkan gambaran penyangatan (enhancement)
pada daerah pinggir benda asing. CT scan esofagus dapat menunjukkan gambaran
(8)
inflamasi jaringan lunak (mediastinitis) dan abses. MRI (magnetic resonance
imaging) dapat menunjukkan gambaran semua keadaan patologik esofagus. Tanpa

9
adanya bukti radiologik diagnosis benda asing di esofagus belum dapat
disingkirkan

II.11. Komplikasi
Benda asing dapat menimbulkan laserasi mukosa, perdarahan, perforasi
lokal dengan abses leher atau mediastinitis. Perforasi esofagus dapat menimbulkan
selulitis lokal, fistel trakeo-esofagus. Benda asing bulat atau tumpul dapat juga
menimbulkan perforasi, sebagai akibat sekunder dari inflamasi kronik dan erosi.
Jaringan granulasi di sekitar benda asing timbul bila benda asing berada di
esofagus dalam waktu yang lama.
Gejala dan tanda perforasi esofagus servikal dan torakal oleh karena benda
asing atau alat, antara lain emfisema subkutis atau mediastinum, krepitasi kulit di
daerah leher atau dada, pembengkakan leher, kaku leher, demam dan menggigil,
gelisah, nadi dan pernafasan cepat, nyeri yang menjalar ke punggung, retrosternal
dan epigastrium. Bila terjadi perforasi ke pleura dapat timbul pneumotoraks atau
pyotoraks

II.12. Penatalaksanaan
Terdapat empat cara untuk memindahkan benda asing dari esofagus yakni
1.Menggunakan esofagoskopi rigid atau fleksibel 2. Ekstraksi dengan
menggunakan balon kateter 3. Mendorong benda asing ke dalam lambung dengan
menggunakan bougie 4. Temporisasi (konservatif), jika benda asing halus dan
sudah berada di esofagus distal. Pemilihan cara tergantung tipe benda asing,
lamanya benda asing tertahan dan pengalaman praktisi dalam melakukan tekhnik
tersebut. Kesuksesan pemindahan benda asing dari esofagus ialah 95 – 100 % baik
dengan tekhnik apapun.

10
Gambar 6. Endoskopik pada penganbilan benda asing berupa sikat gigi yang tertelan.

Benda asing di esofagus dikeluarkan dengan tindakan esofagoskopi dengan


menggunakan cunam yang sesuai dengan benda asing tersebut. Bila benda asing
telah berhasil dikeluarkan harus dilakukan esofagoskopi ulang untuk menilai
adanya kelainan-kelainan esofagus yang telah ada sebelumnya. Benda tajam
seperti peniti yang terbuka dan baterai harus diambil sesegara mungkin karena
benda tersebut dapat menyebabkan cedera korosif esofagus setelah 4 hari. Benda
asing tajam yang tidak berhasil dikeluarkan dengan esofagoskopi harus segera
dikeluarkan dengan pembedahan, yaitu servikotomi, torakotomi atau esofagotomi,
tergantung lokasi benda asing tersebut. Bila dicurigai adanya perforasi yang kecil
segera dipasang pipa nasogaster agar penderita tidak menelan, baik makanan
maupun ludah dan diberikan antibiotika berspektrum luas selama 7-10 hari untuk
mencegah timbulnya sepsis. Benda asing tajam yang telah masuk ke dalam
lambung dapat menyebabkan perforasi di pylorus. Bila letak benda asing menetap
selama 2 kali 24 jam maka benda asing tersebut harus dikeluarkan secara
pembedahan (laparotomi).

11
Tekhnik lain untuk mengeluarkan uang logam yang tersangkut di esofagus
ialah dengan balon kateter. Tekhnik ini dilakukan apabila benda asing tumpul,
tersangkut selama kurang dari 24 jam, lokasi tersangkutnya masih tinggi yakni
pada otot krikofaring (thoracic inlet). Cara melakukan tekhnik ini ialah sebagai
berikut masukkan kateter Foley sampai melewati uang logam dengan kontrol
fluoroskopi, balon dikembangkan dan kateter serta uang logam ditarik bersama-
sama. Cara ini memiliki banyak kerugian karena objek tidak dilhat secara
langsung, apabila terjadi gangguan esofagus akibat benda asing maupun prosedur
ekstraksi tidak dapat dideteksi secara dini, risiko trauma pada anak-anak, saluran
nafas pun tidak diproteksi. Keuntungan tekhnik ini ialah harganya yang lebih
murah dan tidak memerlukan anastesi umum.
Bouginasi esofagal (Hurst Bougie dilator) lebih jarang digunakan
dibandingan tekhnik lainnya. Terdapat kriteria yang harus dipenuhi untuk
melakukan bouginasi yakni benda asing halus, durasi tertelannya benda asing
kurang dari 24 jam.

12
Berikut merupakan algoritme manajemen penatalaksanaan pada pasien yang
dicurigai tertelan benda asing.

Algoritme manajemen penatalaksanaan pasien yang dicurigai tertelan


benda asing radioopak.

Algoritme manajemen penatalaksanaan pasien yang dicurigai


tertelan benda asing radiolusen

13
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : Ny.Ni

Usia : 35 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Jl. Munthe, Sangatta

Tanggal MRS : 1 April 2016

3.2 Anamnesis

Keluhan Utama : Nyeri menelan

Riwayat Sakit Sekarang : Nyeri menelan dirasakan pasien sejak 4 jam Sebelum
MRS. Sebelumnya pasien makan krupuk kemudian gigi pasien terlepas dan tertelan
terikut bersamaan dengan makanan yang dimakan. Pasien merasakan ada yang
mengganjal di tenggorokan, terasa mual dan muntah 1 kali (jumlahnya sedikit, isinya air
liur dan sisa makanan, darah tidak ada) Pasien berusaha memuntahkan gigi palsu
tersebut namun tidak dapat dikeluarkan. Pasien tidak mengalami sesak napas ataupun
demam.

Riwayat Penyakit Dahulu:


 Riwayat gangguan menelan sebelumnya tidak ada
 Riwayat alergi obat
 Riwayat tekanan darah tinggi (-), Diabetes (-)
Riwayat Penyakit Keluarga:

14
Tidak terdapat riwayat keluarga dengan gangguan menelan, penyakit alergi,
diabetes dan tekanan darah tinggi

3.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis (E4V5M6)

Tanda Vital:

Frekuensi nadi : 88 x/menit, reguler, isi cukup

Frekuensi nafas : 20 x/menit, reguler

Suhu : 36,9º C (per axiller)

Status Generalis:

Kepala & Leher : normochepali, nyeri pada leher (+)

Telinga/Hidung/Tenggorok : Status Lokalis

Thorax :

Pulmo : Inspeksi : retraksi intercosta (-)

Palpasi : nyeri tekan (-),

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen:

Inspeksi : distensi (-)

Palpasi : lunak, nyeri tekan epigastrium (+)

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal.


15
Ektremitas : edema (-/-), akral hangat

Status lokalis telinga, hidung dan tenggorokan :

TELINGA Dextra Sinistra

Aurikula Radang (-), Radang (-),


nyeri tekan tragus (-), nyeri tekan tragus (-)
Retroaurikula Radang (-), nyeri tekan (-), Radang (-), nyeri tekan (-),
sulkus retroaurikula (+) sulkus retroaurikula (+)
Meatus akustikus Mukosa hiperemi (-), edema Mukosa hiperemi (-),
eksternus sekret (-), deskuamasi (-), sekret (-), serumen lunak
serumen lunak,
Membran timpani Warna putih mengkilat, intak, Warna putih mengkilat, intak,
refleks cahaya (+) refleks cahaya (+)
HIDUNG

Hidung Luar Radang (-), deformitas (-), Radang (-), deformitas (-),
massa (-) massa (-)
Fetor (-) (-)
Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-)
Mukosa ronggga Pucat (-), hiperemis (-), Pucat (-), hiperemis (-),
nasi massa (-) massa (-)
Konka nasi Hiperemis (-), edema (-) Hiperemis (-), edema (-)
FARING

Fetor - -
Tonsil T1, hiperemi (-), kripta (-), T1, hiperemi (-), kripta (-),
detritus (-), permukaan rata detritus (-), permukaan rata
Uvula Simetris, hiperemi (-), oedem (-)
Palatum mole Simetris, hiperemi (-)
Dinding faring Mukosa halus, hiperemi (-), refleks muntah +/+

Regio Fasialis:

16
Inspeksi : pembengkakan pipi (-), deformitas wajah (-)

Palpasi : nyeri tekan maksila dekstra dan sinistra (-)

Perkusi : nyeri ketok maksila dekstra dan sinistra (-)

Mukosa bukal : warna mukosa merah muda, hiperemi (-)

Pemeriksaan Gigi: Gigi palsu yg terlepas


tanggal
M1P2P1CI2I1 I1I2CP1P2M1
M1P2P1CI2I1 I1I2CP1P2M1 Caries

3.4 Pemeriksaan Penunjang

Foto polos cervical AP

Tampak densitas logam radioopak


berbentuk seperti kawat
melengkung setinggi Cervikal V

Laboratorium :

17
Leukosit : 10.600
Hb : 12
HCT : 35,9
Plt : 254.000
Ureum : 22,9
Creatinin : 1,3
CT : 3’
BT : 9’
GDS : 71
HbSAg : (-)
3.5 Diagnosis

Benda asing (gigi palsu) di esophagus

3.6 Usulan penatalaksanaan

1. Terapi farmakologis:
 Infus Ringer laktat 20 tpm
 Ceftriaxone 2x1 gr (iv)
 Ranitidin 2x1 ampl
2. Edukasi
 Pemasangan gigi palsu yang benar
3. Pembedahan
Esofagoskopi ekstraksi benda asing

3.7 Prognosis

Ad bonam

18
3.8 Laporan Operasi

Tanggal : 2-04-2016

Diagnosis pre-op : Benda asing pada esophagus (gigi palsu)

Diagnosis post-op : Benda asing pada esophagus (gigi palsu)

Macam operasi : Esofagoskopi ekstraksi benda asing


- Pasien dengan posisi supinasi dengan general anesthesy
- Masukkan alat esofagoskopy dengan hati-hati
- Diambil gigi palsu pada level 20 cm pada alat esofagoskopi
- Didapatkan gigi palsu setelah diekstraksi, kemudian dipasang NGT

19
Terapi post-operasi :

- Infus RL 20 tpm
- Diet dengan NGT sampai 5 hari
- Ciprofloxasin 2x200 mg (iv)
- Ranitidin 2x 1 ampul (iv)

3.9 Follow up harian

Tanggal Keluhan Diagnosis Terapi


1-04-2016 Nyeri menelan (+), Benda asing pada  Infus Ringer
sesak (-), Puasa (+) esophagus (gigi laktat 20 tpm
palsu)  Ceftriaxone 2x1
gr (iv) alergi
 Ranitidin 1x 1
ampul (iv)
 Puasa (+) untuk
persiapan
operasi
2-04-2016 Nyeri menelan (+), Benda asing pada Esofagoskopi
esophagus (gigi ekstraksi benda
palsu) asing
- Diet dengan
NGT sampai 5
hari
- Ciprofloxasin
2x200 mg (iv)
- Ranitidin 1x 1
ampul (iv)

20
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien wanita datang ke RS dengan keluhan Nyeri menelan dirasakan pasien


sejak 4 jam Sebelum MRS. Sebelumnya pasien makan krupuk kemudian gigi pasien
terlepas dan tertelan terikut bersamaan dengan makanan yang dimakan. Pasien
merasakan ada yang mengganjal di tenggorokan, terasa mual dan muntah 1 kali
(jumlahnya sedikit, isinya air liur dan sisa makanan, darah tidak ada) Pasien berusaha
memuntahkan gigi palsu tersebut namun tidak dapat dikeluarkan. Pasien tidak
mengalami sesak napas ataupun demam.
Dari anamnesis diperoleh keluhan yang sesuai dengan literatur dimana gejala
sumbatan akibat benda asing esophagus tergantung pada ukuran, bentuk dan jenis benda
asing, lokasi tersangkutnya benda asing, komplikasi yang timbul akibat benda asing dan
lama benda asing tertelan. Pada pasien ini keluhan muntah dialami ketika beda asing
pertama kali diteannya, begitu pula dengan keluhan nyeri menelan (odinofagia) yang
dapat mengakibatkan peradangan di daerah faring dan mukossa esophagus akibat benda
asing yang melaluinya. Tahap kedua ini berlangsung sementara dimana tidak ada lagi
gejala yang muncul, hal ini terjadi ketika benda asing telah tersangkut dalam esophagus.
Pasien juga tidak mengalami komplikasi.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital pasien dalam batas normal, tidak
ada tanda sesak napas, maupun tanda perforasi esophagus. Hal ini sesuai dengan teori
dimana pasien dewasa biasanya tidak mengalami gangguan. Keluhan disfagia akan
mulai timbul jika dilatasi tidak mencapai 2,5 cm. pemeriksaan fisik pada orang dewasa
yang mengalami benda asing di esophagus adalah normal. Namun pemeriksaan faring,
leher, trakea, paru dan abdomen tetap harus dilakukan utnuk mewaspadai komplikasi.
Penatalaksanaan pada kasus ini adalah dengan dilakukan konservatif. Pemilihan
cara ini ialah karena benda asing tumpul, tertelan dalam waktu kurang dari 24 jam.
Terapi farmakologi berupa Ceftriaxone namun pasien alergi sehingga diganti dengan
ciprofloxacin. Ciprofloxasin diindikasikan untuk mengobati infeksi karena benda asing.
Ranitidine diberikan sebagai terapi simptomatik untuk mengatasi nyeri yang dialami
pasien.

21
status lokalis terdapat nyeri pada leher (+), terdapat benjolan padat (+). Terapi
farmakologis yang diberikan pada pasien ini adalah Ceftriaxone 2x1 gr (iv) dan Asam
mefenamat 500 mg 3x1 tablet. Diberikan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi
namun pasien alergi saat di ruangan sehingga digantikan dengan ciprofloxasin.
Ranitidin diberikan untuk mengurangi rasa nyeri tersebut. Kemudian pasien diminta
puasa untuk persiapan dilakukan operasi esofagoskopi ekstraksi benda asing. Bila
dicurigai adanya perforasi yang kecil atau perlukaan segera dipasang pipa nasogaster
agar penderita tidak menelan, baik makanan maupun ludah dan diberikan antibiotika
berspektrum luas selama 7-10 hari untuk mencegah timbulnya sepsis.
Pada pasien diberikan edukasi mengenai pemakaian gigi palsu yang benar dan
rutin memeriksakan ke poli gigi dan mulut.
Prognosis pada pasien ini adalah ad bonam karena setelah diatasi penyebab dan
dilakukan terapi farmakologis yang adekuat diharapkan kondisi pasien membaik.

22
BAB V

PENUTUP

Telah dilaporkan seorang perempuan usia 35 tahun datang dengan keluhan nyeri
menelan. Keluhan disertai muntah, rasa mengganjal di tenggorokan. Pada pemeriksaan
fisik tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan gambaran radioopak.
Sehingga didiagnosa benda asing di esofagus berupa gigi palsu. Penatalaksanaan pada
pasien ini berupa esofagoskopi ekstraksi dengan pemberian antibiotik dan obat nyeri.
Prognosis pada pasien ini adalah ad bonam.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Yunizaf, Mariana.Benda Asing di Esofagus. EA Soepardi, et al. Buku


Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher.Edisi
Keenam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2007.

2. Soekirman, H. Pengambilan Benda Asing di Esofagus dengan


Menggunakan Laringoskop dan Bronkhoskop.. Banjarmasin : Dexa
Media,No.3, 2000, Vol. 9.

3. Soepardi, Efiaty Arsyad. Disfagia. EA Soepardi, et al. Buku Ajar Ilmu


Kesehatan Telinga Hidung, Tenggorok,Kepala dan Leher.Edisi keenam.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2007.

4. Sjamsuhidajat; de Jong, Wim Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi 2. Jakarta :


EGC, 2005.

24
25

Anda mungkin juga menyukai