Anda di halaman 1dari 8

Disfagia

A. Definisi
Disfagia adalah kesulitaan saat menelan.

B. Epidemiologi
Kelompok yang memiliki risiko untuk mengalami disfagia adalah kelompok yang
memngalami gangguan perkembangan seperti bayi prematur yag mana fungsi
organnya belum terbentuk secara sempurna.

C. Etiologi

Penyebab terjadinya disfagia ini sangat beragam, tergantung dari usi anak. Berikut
beberapa penyebab terjadinya disfagia pada anak:

I. Prematuritas
II. Anomali jalan udara dan jalan makanan atas
A. Hidung dan nasofaring
1. Atresia dan stenosis koana
2. Infeksi hidung dan sinus
3. Deviasi septum
4. Tumor
B. Rongga mulut dan orofaring
1. Defek lidah dan prosesus alveolaris
2. Bibir terbelah dan palatum terbelah
3. Stenosis dan selaput pada hipofaring
4. Sindrom kraniofasial (spt: Pierre-Robin, Crouzon, Trecher-
Collins,Goldenhar)
5. Sindrom Down
6. Sindrom Backwich
7. Ankilo glossi
C. Laring
1. Stenosis dan selaput pada laring
2. Laring terbelah
3. Paralisis
4. Laringomalasia
III. Defek kongenital laring, trakea dan esofagus
1. Celah laringo-trakeo-esofagus
2. Fistel trakeo-esofagus, atresia esofagus
3. Striktur dan selaput pada esofagus
4. Anomali vaskuler seperti pada Arteri subklavia kanan yang
menyimpang, Arkus aorta yang kembar, Arkus aorta kanan
dengan ligamentum kiri

IV. Defek anatomi yang didapat

1. Trauma luar seperti bahan kimia (caustic agent)


2. Trauma karena endoskopi dan intubasi
V. Defek neurologis
A. Penyakit-penyakit susunan saraf pusat
1. Trauma kepala
2. Kerusakan otak oleh karena hipoksia
3. Atrofi korteks, mikrosefali, anensefali
4. Infeksi: meningitis, abses otak
5. Mielomeningokel
6. Palsi serebral
7. Botulisme
8. Infeksi
9. Rabies
B. Penyakit sistem saraf perifer
1. Trauma
2. Kongenital
C. Penyakit neuromuskular
1. Distrofi muskular miotonik
2. Miestania gravis
3. Sindrom Guillain-Barre
4. Poliomielitis (paralysis bulbaris)
5. Hipotiroid
6. Sindrom floppy infant
D. Lain-lain
1. Akalasia
2. Akalasia krikofaringeal
3. Spasme esofageal
4. Esofagitis
5. Disautonomia
6. Paralisis esofagus (atoni)
7. Fistel trakeo-esofagus / atresia esofagus
8. Timus servikal yang menyimpang
9. Disfagia konversi
10. Stenosis pilorus hipertrofi
11. Kelainan jantung bawaan
D. Patogenesis

Menelan berfungsi sebagai transpor makanan dan juga sebagai proses


pemindahan partikel asing dari saluran napas serta mencegah partikel tersebut masuk
kedalam saluran napas bagian bawah.

Normalnya pada anak frekuensi menelan adalah sebanyak 600-1000 kali/ hari,
frekuensi tertinggi terjadi pada saat anak makan dan frekuensi terndah terjadi pada
saat anak tidur. Menelan terdiri dari 4 fase yaitu fase persiapan oral, fase oral, fase
faringeal dan fase esofageal. Fase persiapan oral dan fase oral adalah fase yang
disadari, fase faringeal dapat terjadi secara sadar ataupun tidak sadar, sedangkan pada
fase esofageal sepenuhnya tidak disadari. Lama fase persiapan oral bervariasi pada
setiap anak, tergantung pada tekstur makanan yang dimakan. Proses yang terjadi pada
fase persiapn oral ini adalah manipulasi makanan didalam mulut membentuk bolus
agar dapat dengan mudah ditelan. Fase periapan oral pada bayi yang masih menghisap
cairan , fase ini terjadi hanya dalam beberapa detik hingga ditelan.
Fase oral terjadi saat mendorong bolus makanan ke arah posterior dengan
lidah dan berakhir dengan terjadinya penelanan. Fase oral ini terjadi proses
pengubahan besar, bentuk, volume , ph temperatur dan konsistensi makanan. Fase
faringeal terjadi saat terbentuknya keadaan menelan dengan meningginya palatum
mole untuk menutup nasofaring. Fase faringeal ini terdiri dari kontraksi peristaltik
otot konstriktor faringeal untuk mendorong bolus makanan dan refleks gerakan unik.
Fase esofageal terjadi dari gelombang peristaltik secara otomatis yang mendorong
makanan masuk ke esofagus dan ke lambung.

Gangguan yang terjadi saat menelan, terjadi akibat adanaya gangguan pada
kelainan anatomi saluran cerna dan saluran napas, gangguan neuromuskular yang
bersifat sentral ataupun perifer serta faktor psikologis yang berkaitan dengan
hubungan orang tua dan anak. Kelainan antomis yang dapat menggangu proses
menelan contohnya seperti agenesis, stenosis, defek anatomis dan adanya faktor
trauma.

D. Gejala klinis

Gambaran klinis yang muncul tergantung pada penyebab yang menimbulkan


gangguan menelan tersebut. Pada bayi gejala klinis yang muncul dapat berupa
kesulitan saat makan, kesulitan mengunyah, sukar menghisap, sulit menyusu,
menolak makan dan minum, adanya air ludah yang menetes. Gejala lain yang muncul
dapat seperti gejala obstruksi yaitu batuk disertai tersedak, terdengar suara degukan,
muntah sewaktu makan,.

E. Diagnosis
Dari anamnesis didapatkan gejala umum bayi atau anak dengan disfagia yaitu
postur tubuh saatmakan yang terganggu, hanyamakan makanan tertentu, lebih
menyukai cairan yang lebih kental, dan makan lebih dari 30 menit. Pada bayi atau
anak dengan disfagia fase oral menunjukkan gejala tidak mau menetek, drooling, dan
makanan atau saliva terkumpul di pipi. Pada disfagia faring menunjukkan gejala
tersedak/tercekik saat makan, berusaha keras untuk menelan, batuk saat makan, henti
napas sekejap saat makan, henti napas sekejap saat di pertengahan menyusu, suara
serak, suara sengau, makanan keluar dari hidung, muntah saat makan, dan terdengar
seperti banyak lendir di tenggorok.1,2,5
Pada pemeriksaan fisik umum dilakukan pemeriksaan keadaan umum, tanda-
tanda vital sepert frekuensi pernapasan, frekuensi denyut jantung, pemeriksaan suara
napas dan jantung tambahan. Pemeriksaan fisik pada anak dengan kesulitan menelan
meliputi pemeriksaan fisik umum, wajah (hipoplasia mandibula), rongga mulut,
rongga hidung sampai dengan pemeriksaan saraf kranial. Selain itu, penting juga
menilai fungsi oromotor selama pemberian
cairan atau makanan termasuk refleks oral, struktur dan koordinasi pergerakan bibir,
palatum mole, dan rahang, sensasi oral, fungsi laring, kontrol sekresi oral (drooling).
Pada pemeriksaanrongga hidung dilakukan pemeriksaan lesi obstruktif pada hidung
seperti polip hidung atau benda asingDari anamnesis didapatkan gejala umum bayi
atau anak dengan disfagia yaitu postur tubuh saat makan yang terganggu, hanya
makan makanan tertentu, lebih menyukai cairan yang lebih kental, dan makan lebih
dari 30 menit. Pada bayi atau anak dengan disfagia fase oral menunjukkan gejala tidak
mau menetek, drooling, dan makanan atau saliva terkumpul di pipi. Pada disfagia
faring menunjukkan gejala tersedak/tercekik saat makan, berusaha keras untuk
menelan, batuk saat makan, henti napas sekejap saat makan, henti napas sekejap saat
di pertengahan menyusu, suara serak, suara sengau, makanan keluar dari hidung,
muntah saat makan, dan terdengar seperti banyak lendir di tenggorok.1,2,5 Pada
pemeriksaan fisik umum dilakukan pemeriksaan keadaan umum, tanda-tanda vital
seperti frekuensi pernapasan, frekuensi denyut jantung, pemeriksaan suara napas dan
jantung tambahan. Pemeriksaan fisik pada anak dengan kesulitan menelan meliputi
pemeriksaan fisik umum, wajah (hipoplasia mandibula), rongga mulut, rongga hidung
sampai dengan pemeriksaan saraf kranial. Selain itu, penting juga menilai fungsi
oromotor selama pemberian cairan atau makanan termasuk refleks oral, struktur dan
koordinasi pergerakan bibir, palatum mole, dan rahang, sensasi oral, fungsi laring,
kontrol sekresi oral (drooling). Pada pemeriksaan rongga hidung dilakukan
pemeriksaan lesi obstruktif pada hidung seperti polip hidung atau benda asing. Dari
anamnesis didapatkan gejala umum bayi atau anak dengan disfagia yaitu postur tubuh
saatmmakan yang terganggu, hanya makan makanan tertentu, lebih menyukai cairan
yang lebih kental, dan makan lebih dari 30 menit. Pada bayi atau anak dengan disfagia
fase oral menunjukkan gejala tidak mau menetek, drooling, dan makanan atau saliva
terkumpul di pipi.
Pada disfagia faring menunjukkan gejala tersedak/tercekik saat makan,
berusaha keras untuk menelan, batuk saat makan, henti napas sekejap saat makan,
henti napas sekejap saat di pertengahan menyusu, suara serak, suara sengau, makanan
keluar dari hidung, muntah saat makan, dan terdengar seperti banyak lendir di
tenggorok.1,2,5
Pada pemeriksaan fisik umum dilakukan pemeriksaan keadaan umum, tanda-
tanda vital seperti frekuensi pernapasan, frekuensi denyut jantung, pemeriksaan suara
napas dan jantung
tambahan. Pemeriksaan fisik pada anak dengan kesulitan menelan meliputi
pemeriksaan fisik umum, wajah (hipoplasia mandibula), rongga mulut, rongga hidung
sampai dengan
pemeriksaan saraf kranial. Selain itu, penting juga menilai fungsi oromotor selama
pemberian cairan atau makanan termasuk refleks oral, struktur dan koordinasi
pergerakan bibir, palatum mole, dan rahang, sensasi oral, fungsi laring, kontrol sekresi
oral (drooling). Pada pemeriksaan rongga hidung dilakukan pemeriksaan lesi
obstruktif pada hidung seperti polip hidung atau benda asing

F. Penatalaksanaan
Terpa pada disfagian ditujukan untuk suportif terhadap gejala atau keluhan yang ada.
Pentalaksanaan juga ditujukan untuk jaminan nutrisi dan proteksi jalan napas
- Makanan oral: pelan, berhati, lebih mudah dengan cairan semi padat dan kental
- Posisi kepala: fleksi leher untuk melindungi jalan nafas, ekstensi leher
mempercepat transit makanan, rotasi kepala.
- Nutrisi non-oral: nasogastrik (awas refluks), nasoduodenal, gastrostomi (awas
refluks), jejunostomi, nutrisi parenteral.
- Sten laringeal (laryngeal stens): untuk pasien yang tidak dapat menangani
sekresinya.

Penatalaksanaan disfagia pada bayi dan anak terdiri atas


(1) memodifikasi tekstur makanan menjadi lebih lunak
maupun cair,
(2) (2) mengoptimalkan posisi pada saat menelan untuk
mencegah aspirasi,
(3) (3) mengubah posisi kepala dan badan agar saluran
napas terlindungi dengan baik,
(4) (4) pengaturan suhu makanan, volume, konsistensi
makanan dan cairan,
(5) (5) latihan atau stimulasi oral untuk meningkatkan
kekuatan motorik dan koordinasi serta,
(6) (6) mengadaptasi peralatan makan misal variasi
ukuran sendok, bentuk dot, dan laju alir cairan
pada botol susu. Berdasarkan hasil pemeriksaan
FEES, disusun strategi makan, modifikasi diet,m
dan penerapan teknik menelan yang sesuai
sehingga terjadi perbaikan asupan makanan.7,15

Daftar Pustaka
Kakodkar K, Schroeder JW. Pediatric Dysphagia. In: Pine HS, ed. Pediatric
Otolaryngology. Virginia: Thieme Medical Publishers, 2013:p.969-77.
Lefton-Greif MA. Pediatric Dysphagia. In: Kraft GH, ed. Physical Medicine and
Rehabilitation. Clinics of North America. Washington: Saunders Ltd. 2008:p.837-5

Burklow KA, Phelps AN, Schultz JR, McConnell K, Rudolph C. Classifying complex
pediatric feeding disorders. J Pediatr Gastroenterol Nutr 1998;27:143-4.

Steele CM, Alsanei WA, Ayanikalath S, Barbon CE, Chen J, Cichero JA, et al. The
influence of food texture and liquid consistency modification on swallowing
physiology and function: a
systematic review. Dysphagia 2015;30:2-26

Prasse JE, Kikano GE. An Overview of Pediatric Dysphagia. Clinical Pediatrics,


2009;48:247-51

Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi.Jakarta:IDAI.


2011.p.141-52.

Anda mungkin juga menyukai